Tarif Pajak a sesuai Pasal 17 ayat 1b Penghitungan Pajak Penghasilan terutang Penghitungan PPh Pada Akhir Tahun

prasarana kegiatan pendidikan danatau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 empat tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan 6. Mekanisme Pengenaan Pajak Penghasilan Uraian Rp. Penghasilan Bruto PenjualanPendapatan Xxx Pengurang Penghasilan Bruto HPP dan Biaya Operasional xxx Penghasilan Neto dari Usaha Laba Usaha Penghasilan Neto Luar Usaha Biaya Luar Usaha Xxx xxx xxx Jumlah Penghasilan Neto Laba Bersih Kompensasi Rugi lima tahun terakhir xxx xxx Penghasilan Kena Pajak xxx Tarif Pajak X PPh terutang xxx KREDIT PAJAK :  PPh 22, 23, 24 xxx  PPh 25, Fiskal LN xxx PPh yang kurang lebih bayar xxx Dalam menentukan Penghasilan Neto Penghasilan Kena Pajak, Wajib Pajak Badan tidak diperkenankan menghitung dengan menggunakan Norma Penghitungan. Wajib Pajak Badan harus menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang lazim diterapkan di Indonesia.

7. Tarif Pajak a sesuai Pasal 17 ayat 1b

Tarif pajak diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh Wajib Pajak Badan atau Bentuk Usaha Tetap dengan tarif 28. Tarif ini akan diturunkan menjadi 25 dalam tahun 2010. b sesuai Pasal 17 2b Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40 empat puluh persen dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5 lima persen lebih rendah daripada tarif normal. c sesuai Pasal 31E Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000,00 lima puluh miliar rupiah mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50 lima puluh persen dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 1 21 huruf b dan ayat 2a yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp4.800.000.000,00 empat miliar delapan ratus juta rupiah.

8. Penghitungan Pajak Penghasilan terutang

Berdasarkan Laporan Rugi Laba yang merupakan output dari pembukuan perusahaan, maka akan dihasilkan Penghasilan Neto Penghasilan Kena Pajak yang siap dikenakan tarif Pajak sesuai pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan. Contoh: Penjualan Harga Pokok Penjualan Rp. Rp. 60.000.000.000 51.750.000.000 Laba Kotor Biaya Usaha Rp. Rp. 8.250.000.000 8.150.000.000 Laba Usaha Penghasilan dari Luar Usaha Biaya dari Luar Usaha Rp. Rp. Rp. 100.000.000 130.000.000 10.000.000 Laba Bersih Kompensasi Kerugian Rp. Rp. 220.000.000 120.000.000 PENGHASILAN KENA PAJAK Rp. 100.000.000 PPh Terutang: - 28 x Rp 100.000.000 Rp. 28.000.000

9. Penghitungan PPh Pada Akhir Tahun

Bagi wajib pajak Badan dalam negeri, Pajak Penghasilan yang terutang sebelum dilunasidibayar terlebih dahulu dikurangi dengan kredit pajak pajak yang dibayar di mukaprepaid tax untuk tahun pajak yang bersangkutan, yang terdiri dari : - PPh Pasal 22, yaitu pemungutan pajak oleh pihak lain atas penghasilan dari kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain. - PPh Pasal 23, yaitu pemotongan pajak oleh pihak lain atas penghasilan berupa dividen, bunga, royalti, sewa, hadiah dan penghargaan, dan imbalan jasa tertentu. - PPh Pasal 24 kredit pajak luar negeri, yaitu pajak yang dibayar atau terutang atas penghasilan dari luar negeri yang boleh dikreditkan. - PPh Pasal 25, yaitu pembayaran angsuran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak sendiri. - Fiskal Luar Negeri, yaitu pajak yang dibayarkan oleh penduduk Indonesia yang bertolak ke luar negeri, baik melalui udara atau laut, untuk kepentingan dinas perusahaan. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan, serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku tidak dapat dikreditkan dengan pajak yang terutang. Contoh : Jumlah PPh terutang untuk tahun pajak 2009 = Rp 28.000.000,00 Dikurangi : Kredit Pajak : - PPh Pasal 22 Rp 1.000.000,00 - PPh Pasal 23 Rp 3.000.000,0 - PPh Pasal 25 angsuran bulanan Rp 12.000.000,00 Jumlah kredit pajak Rp 16.000.000,00 Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar Rp 12.000.000,00 Apabila jumlah pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih kecil dari pada jumlah kredit pajaknya, maka setelah dilakukan pemeriksaan, kelebihan pembayaran pajak tersebut dikembalikan setelah diperhitungkan dengan utang pajak berikut sanksi-sanksinya, kalau ada. Apabila jumlah pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih besar dari pada jumlah kredit pajaknya, maka kekurangan pajak yang terutang tersebut harus dilunasi selambat-lambatnya tanggal 25 bulan ke tiga setelah tahun pajak berakhir, sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan Surat Setoran Pajak-nya dilampirkan dalam SPT tersebut. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MENGHITUNG PENGHASILAN NETO WAJIB PAJAK BADAN: 22 Pada dasarnya, untuk menghitung penghasilan neto Wajib Pajak Badan dilakukan dengan mengurangkan total biaya dari total penghasilan. Namun demikian, untuk keperluan penghitungan pajak, kedua unsur laporan rugilaba tersebut penghasilan dan biaya harus disesuaikan dengan ketentuan perpajakan terlebih dahulu. Dari sisi penghasilan, kita harus mengeluarkan penghasilan yang telah dikenakan pajak bersifat final dan penghasilan yang bukan obyek pajak lihat pembahasan di awal bab ini. Selain memperhatikan aspek penghasilan, kita juga harus memilah apakah terdapat unsur biaya yang tidak diperkenankan oleh ketentuan pajak untuk dikurangkan dari penghasilan. Berikut adalah ketentuan mengenai Biaya-biaya menurut ketentuan perpajakan yang berlaku. 1. Biaya yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Pasal 6 UU No. 362008 Untuk mendapatkan Penghasilan Kena Pajak, Penghasilan Bruto berupa penjualan, atau pendapatan jasa dan penghasilan lainnya dikurangi terlebih dahulu dengan Beban atau biaya yang dikeluarkanterjadi sehubungan dengan kegiatan usaha. Beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 satu tahun dan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1satu tahun. Beban yang mempunyai masa manfaat kurang dari setahun merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan, misalnya gaji, transportasi, telepon, dll. Sedangkan pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1satu tahun, seperti pembelian mesin, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau amortisasi. Di samping itu apabila dalam suatu tahun pajak didapat kerugian karena penjualan harta atau karena selisih kurs, maka kerugian tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Undang-undang Pajak Penghasilan menentukan Biaya-biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan, yaitu: a. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain: 1. biaya pembelian bahan; 2. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang; 3. bunga, sewa, dan royalti; 4. biaya perjalanan; 5. biaya pengolahan limbah; 6. premi asuransi; 7. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; 8. biaya administrasi; dan 9. pajak kecuali Pajak Penghasilan; b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 satu tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A; c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan; d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan; e. kerugian selisih kurs mata uang asing; f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia; g. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan; h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat: 23 1 telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial; 2 Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan 3 telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutangpembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu; 4 syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 huruf k; yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; i. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; j. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; k. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; l. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan m. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah. n. Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan biaya-biaya di atas didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 lima tahun.

2. Biaya yang tidak Boleh Dikurangkan dari Penghasilan Pasal 9 UU No. 362008