kemampuan dalam pencapaian tersebut, tergantung dari beberapa faktor, fisik maupun psikologis yang biasanya sampai usia 2 tahun pun kedua faktor tersebut
belum siap.Walaupun demikian sfingter ani untuk mengontrol rasa ingin defekasi biasanya lebih dahulu tercapai dibandingkan kemampuan sfingter uretra dalam
mengontrol rasa ingin berkemih. Sensasi untuk defekasi lebih besar dirasakan oleh anak, dan kemampuan untuk mengkomunikasikannya lebih dahulu dicapai
anak. Beradasarkan hasil survey awal yang di laksanakan di puskesmas padang
bulan medan jumlah anak balita Di Wilayah Padang Bulan 100 anak usia toddler.
Berdasarkan uraian diatas,maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul kemampuan kesiapan toilet training pada anak usia
toddler yang memakai pampers diWilayah Puskemas Padang Bulan.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat di rumuskan masalah penelitianyaitu bagaimana kemampuankesiapan fisik, mental dan psikologis toilet training
pada anak usia toddler yang memakai pampers di lingkungan 1 Wilayah Puskemas Padang Bulan Medan.
4
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Ttujuan Umum
Mengetahuikemampuan kesiapan toilet training pada anak usia toddler yang memakai pampers Di Wilayah Puskesmas Padang Bulan Medan.
1.3.2.Tujuan khusus 1.3.2.1 Mengetahui Karakteristik responden terhadap kemampuan toilet
training pada anak usia toddler yang pernah memakai pampers Di Wilayah Puskesmas Padang Bulan.
1.3.2.2 Mengetahui kemampuan kesiapan toilet training pada anak usia toddler yang memakai pampers berdasarkan kesiapan fisik, mental dan
psikologis Di Wilayah Puskesmas Padang Bulan
1.4. Manfaat penelitian 1.4.1. Bagi praktik keperawatan
Hasil penelitian di harapkan dapat menjadi masukan untuk peningkatan asuhan keperawatan anak, dalam melihat tingkat kemampuankesiapan toilet
training pada anak usia toddler yang memakai pampers Di Wilayah Puskesmas Padang Bulan Medan.
1.4.2. Bagi pendidikan keperawatan Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang kemampuan
kesiapan toilet training pada anak usia toddler yang memakai pampers
Universitas Sumatera Utara
1.4.3 Bagi masyarakat Hasil penelitian ini di harapkan pada masyarakat khususnya pada
seorang ibu, dapat digunakan sebagai tambahan informasi, tentang bagaimana kemampuan toilet training pada anak usia toddler yang memakai pampers.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
2.1.1 Defenisi
Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon jawaban di dalam acara tertentu terhadap suatu
situasi. Penyesuaian kondisi pada saat akan berpengaruh atau kecendrungan untuk memberi respon Salometo, 2003 .
Toilet training adalah kontrol valunter sfingter anal dan uretra terkadang di capai kira-kira setelah anak berjalan, mungkin antara usia 18 dan 24 bulan.
Namun di perlukan faktor psikologis kompleks untuk kesiapan.Anak harus mampu mengenali urgensi untuk mengeluarkan dan menahan eliminasi serta
mampu mengomunikasikan sensasi ini kepada orang tua. Selain itu, mungkin ada berbagai motivasi yang penting untuk memuaskan orang tua dengan
menahan, dari pada memuaskan diri dengan mengeluarkan eliminasi Wong,
2009 2.1.2. Tingkat kesiapan toilet training.
Tingkat kesiapan toilet training pada anak ada 2 yaitu, kesiapan fisik, mental dan psikologis, dengan penjelasan yaitu: kesiapan fisik, dimana kesiapan
ini biasanya pada usia 18 sampai 24 bulan, mampu tidak mengompol selama 2 jam, jumlah popok yang basah berkurang, tidak mengompol selama tidur siang
7
Universitas Sumatera Utara
defekasi teratur, dimana motorik kasar yaitu duduk, berjalan, dan berjongkok, sedangkan motorik halus yaitu membuka pakaian,
Ksesiapan mental dimana kesiapan ini mengenai urgensi defekasi atau berkemih, keterampilan komunikasi verbal atau nonverbal untuk menunjukkan
saat basah atau memiliki urgensi defekasi atau berkemih, keterampilan koknitif untuk menirukan perilaku yang tepat dan mengikuti perintah.
Kesiapan psikologis mengespresikan keinginan untuk menyenangkan orang tua mampu duduk di toilet selama 5 sampai 10 menit tanpa bergoyang atau
terjatuh, keingintahuan mengenai kebiasaan toilet orang dewasa atau kakak. Ketidak sabaran akibat popok yang kotor oleh feses atau basah ingin untuk
segera di ganti. Wong 2009
2.1.3 Cara toilet training pada anak
Cara latihan toilet training pada anak toddler merupakan suatu hal yang harus dilakukan pada orang tua anak, mengingat dengan latihan itu di harapkan
anak mempunyai kemampuan sendiri dalam melaksanakan buang air kecil dan buang air besar tanpa merasakan ketakutan atau kecemasan sehinga anak akan
mengalami pertumbuhan dan perkembangan sesuai tumbuh kembang anak. Banyak cara yang di lakaukan oleh orang tua dalam melatih anak untuk buang
air besar dan buang air kecil, di antaranya:
Teknik lisan, merupakan usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan intruksi pada anak dengan kata – kata sebelum atau sesudah buang air kecil dan
buang air besar. Cara ini kadang – kadang merupakan hal biasa yang di lakukan
8
Universitas Sumatera Utara
pada orang tua akan tetapi apabila kita perhatikan bahwa teknik lisan ini mempunyai nilai yang cukup besar dalam memberikan rangsangan untuk buang
air kecil atau buang air besar dimana dengan lisan ini persiapan psikologis pada anak akan matang dan akhirnya anak mampu dengan baik dalam melaksanakan
buang air kecil dan buang air besar. Sedangakan teknik yang kedua yaitu teknik modeling merupakan usaha untuk
melatih anak dalam melakukan buang air besar dengan cara meniru untuk buang air besar atau memberikan contoh. Cara ini juga dapat di lakukan dengan
memberikan contoh –contoh buang air besar dan buang air kecil atau membiasakan buang air kecil dan besar secara benar. Dampak yang jelek pada
cara ini adalah apaila contoh yang di berikan salah sehingga akan dapat di perlihatkan pada anak akhirnya anak juga mempunyai kebiasaan yang salah
Wong 2009 2.1.4 Tanda yang menunjukkan anak siap untuk melakukan toilet training.
Tanda anak siap untuk melakukan toilet training ada 5 yaitu: jika celana atau popok anak bisa tetap kering hingga beberapa jam dalam sehari, jika anak
menunjukkan keterkaitan saat kita, ayahnya, atau kakaknya menggunakan toilet, jika anak mempunyai kebiasaan buang air kecil dan buang air besar secara
teratur dalam waktu tertentu, misalnya pada waktu pagi, jika anak bisa menunjukkan tanda – tanda ingin buang air besar atau buang air kecil, misalnya
perut yang berbunyi dan sebagainya,tanda yang kelima jika anak memberikan
pada ibu saat popoknya basah Sudilarsih F, 2010 .
Universitas Sumatera Utara
Namun, adakalanya orang tua harus menunggu waktu yang tepat untuk mengajarkan anak untuk Toilet Training. Jagan memaksakan anak bertoilet
training jika anak sedang dalam tertekan atau stres, seperti pada keadaan tersebut yaitu kehadiran adik bayi baru dalam keluarga, pola pengasuhan baru dari kita,
kita atau baby sister nya,baru saja pindah dari bayinya ke tempat tidur, saat pindah rumah, ada masalah dalam keluarga, saat ada anggota keluarga yang
sakit Sudilarsih F, 2010 2.1.5 Program stimulasi dalam toilet training
Menurut Wong 2009 program stimulasi toilet training usia mulai 1-2,5 tahun
sampai usia 3,5-4 tahun yaitu: Usia anak 1 – 2,5 tahun , perilaku anak yaitu,
mampu untuk duduk, jalan dan berdiri, bisa jalan maju dan mundur, menaiki kursi, menahan buang air kecil sampai 2 jam, mampu menyatakan keinginan
untuk berkemih, kegiatan orang tua yaitu, kaji perilaku dan aspek psikologis yang menunjukkan kesiapan anak dalam toilet training, ajarkan pada anak untuk
buang air kecil pada waktu yang rutin pada saat bangun, setelah makan, sebelum tidur, dampingi anak pada saat di toilet, mulai belajarkan anak untuk
memakai celana, jangan lagi menggunakan pampers, pergunakan kata-kata konsisten yang menandakan keinginan untuk berkemih, berikan pujian bila anak
berhasil dalam toilet training, hindari pemberian hukuman atau pemaksaan.
Anak usia 3 tahun, perilaku anak, hilangnya kebiasaan mengompol, mampu duduk sendiri atau jongkok di toilet. Kegiatan orang tua yaitu, ajarkan
kepada anak untuk berkemih sebelum tiur, jangan berikan minuman yang
10
Universitas Sumatera Utara
berlebihan sebelum tidur, ajarkan kebiasaan untuk menggunakan toilet di
banding menggunakan “potty chair”.
Anak usia 3 – 3,5 tahun, perilaku anak, mampu berkemih sambil berdiri pada laki-laki, mampu mencuci tangan sendiri. Kegiatan orang tua, ajarkan
pada anak laki-laki untuk berkemih sambil berdiri terutama oleh ayahnya,
ajarkan kebersihan diri sesudah berkemih.
Anak usia 3,5 – 4 tahun, perilaku anak, berusaha untuk cebok sendiri walaupun gagal, mampu utuk memakai atau melepas baju sendiri, mampu
mengguyur toilet setelah digunakan, mampu menjaga kebersihan diri dalam berkemih, kegiatan orang tua, tawarkan untuk menggunakan tissue atau dicebok
setelah berkemih, ajarkan cara mencebok yang benar, gunakan baju yang mudah dipakai dan dilepaskan, ingatkan untuk mengguyur toilet setelah
digunakan,berikan kebebasan untuk membersihkan dirinya setelah berkemih. 2.1.6. Cara bagi ibu untuk melatih anak melakukan toilet training.
Cara bagi ibu untuk melatih anak melakukan toilet training ,ada beberapa cara bagi ibu untuk melatih anak toilet training yaitu: Tetaplah
berpikir positif pada si kecil. Jadikan acara ganti popok menjadi saat yang menyenangkan, berikan pujian pada saat si kecil saat si kecil bisa menahan pipis
atau buang air besarnya hingga ke toilet. Jangan terburu – buru,tidak ada salah nya memulainya agak telat, justru semakin besar usianyaanak semakin mudah di
ajarkan menggunakan toilet.
Belajar menggunakan toilet sama seperti kemampuan laiannya yang sedang di pelajari si kecil. Jadi, wajar jika anak beberapa kali gagal terlebih
Universitas Sumatera Utara
dahulu sebelum akhirnya berhasil.pakaian yang mudah di buka, agar pada saat
waktunya buang air kecil anak mudah membuka sendiri bajunya.
Jangan memaksakan anak untuk duduk di toilet, karena sikap memaksakan justru akan membuat mereka kesal dan tidak akan membuatnya
belajar lebih cepat. Ajaklah anak saat memilih toilet tnya.Beberapa anak takut
mendengar suara toilet flusbing atau tidak suka melihat pup nya di flusbhing.
Toilet training untuk malam hari lebih sulit di bandingkan siang hari. Usahakan untuk tidak marah saat anak sesekali masik mengompol Berilah
kepercyaan pada anak bahwa lain waktu pasti bisa melakukannya sudiralsih F,2010
2.1.5 Dampak Toilet raining
Dampak toilet training adalah seperti adanya perlakuan atau aturan yang ketat bagi orang tua kepada anak nya yang dapat mengganggu kepribadian anak
atau cenderung bersifat retentive dimana anak cenderung bersifat keras kepala bahkan kikir. Hal ini dapat di lakukan oleh orang tua apabila sering memarahi
anak pada saat buang air kecil atau besar, atau melarang anak saat berpergian. Bila orang tua santai dalam memberikan aturan dalam toilet training maka anak
akan dapat mengalami kepribadian ekspresif dimana anak lebih tega, cenderung ceroboh, suka membuat gara – gar, emosional dan seenaknya dalam melakukan
kegiatan sehari – hari Wong, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Usia Toddler 2.2.1. Defenisi