Pembangunan berkelanjutan yang intinya dikenal sebagai konsep 3 P yaitu Profit, People dan Planet kemudian populer dengan istilah Corporate Social
Responsibility CSR. Jika perusahaan dan usaha kecil ingin dapat beroperasi secara berkelanjutan sustainable, maka manajemen perusahaan maupun usaha
kecil tidak boleh hanya mengerjar profit tetapi juga perlu memperhatikan masalah people dan planet secara serius.
Menurut Elkington dalam Sukaria, 2010 : 29 konsep 3P, perusahaan tidak seharusnya berpijak hanya pada aspek ekonomi yang direfleksikan dalam
bentuk keuntungan finansial profit tetapi juga aspek sosial dan lingkungan.
1. Keuntungan Profit
Perusahaan memiliki target utama salah satunya adalah keuntungan yang tinggi. Pemilik modal menginginkan keuntungan yang tinggi dari modal yang
dimilikinya.
2. Masyarakat Pemangku Kepentingan People
Perusahaan sangat memerlukan dukungan masyarakat untuk menjamin perkembangan dan keberlangsungan hidup perusahaan tersebut. Masyarakat dan
perusahan memiliki hak yang sama terhadap sumberdaya alam yang tersedia disekitar atas dasar kesetaraan eqatio of legitimacy. Masyarakat juga sangat
efektif untuk dimanfaatkan dalam menumbuhkan dan menjaga rasa aman di lingkungan perusahaan.
3. Lingkungan Hidup Planet
Perhatian perusahaan yang kurang terhadap lingkungan hidup sering dibayar dengan harga yang sangat mahal dalam bentuk ancaman banjir, tanah
Universitas Sumatera Utara
longsor, gangguan musim musim kering dan musim basah semakin tidak teratur dan munculnya situasi ekstrim yang berkepanjangan, erosi dan kerusakan pada
lahan-lahan produktif, gangguan hama tanaman, wabah penyakit baru dan berbagai gangguan lain.
Masalah lingkungan hidup terjadi karena hubungan manusia dalam semua aktivitas kehidupannya dengan alam adalah hubungan sebab akibat. Jika manusia
memelihara alam sekitarnya dan mengeksploitas sumberdaya alam dengan cara yang benar dan dalam batas daya regeneratif alam maka alam akan sangat ramah
kepada manusia dan memberikan yang berkelanjutan secara nyaman. Perusahaan memiliki tingkat kepedulian terhadap isu-isu lingkungan
ekologis pada dasarnya tidak sama. Menurut Roome dalam Sukaria, 2010 : 132 terdapat lima kemungkinan tingkat kepedulian mulai dari tidak patuh sampai
sangat peduli. Tiga tipe pertama yaitu: non compliance, compliance dan compliance plus.
Perusahaan compliance plus adalah perusahaan dengan kategori patuh karena takut kepada peraturan pemerintah. Perusahaan yang non compliance tidak
memiliki kemampuan yang memadai dalam pengadaan sumber daya untuk menangani limbah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Perusahaan
compliance adalah perusahaan yang bertindak terbatas untuk mencapai pemenuhan standar-standar yang diberlakukan.
2.1.2 Pembuangan Sampah