Tinjauan Tentang Kesejahteraan Keluarga Pedagang Kecil Di Pasar Sore Padang Bulan Medan

(1)

Tinjauan Tentang Kesejahteraan Keluarga Pedagang Kecil Di

Pasar Sore Padang Bulan Medan

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

Disusun oleh :

Timoteus Wau

070902053

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Timoteus Wau

Nim : 070902053

ABSTRAK

TINJAUAN TENTANG KESEJAHTERAAN KELUARGA PEDAGANG KECIL DI PASAR PETISAH MEDAN

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 96 halaman, 5 lampiran, dan 25 kepustakaan) Latar belakang penelitian ini atas dasar ingin mengangkat permasalahan kesejahteraan keluarga melalui pedagang kecil di pasar Petisah Medan. Karena kesejahteraan bukan hanya menjadi tujuan masyarakat di suatu tempat, lingkungan, atau suasana tertentu. Tetapi merupakan kebutuhan seluruh masyarakat yang hidup di dunia untuk mempertahankan kehidupnya dalam istilah pembangunan, baik fisik maupun mental. Diantara masyarakat atau bangsa, dimanapun itu permasalahan kesejahteraan selalu dibicarakan/dibincangkan, hal ini menjadikan adanya undang-undang kesejahteraan diturukan dan ditetapkan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, dengan populasi sebanyak 63 pedagang kecil. Data diambil dari semua populasi yang ada. Data yang dikumpulkan melalui penyebaran angket, didukung oleh wawancara dan observasi. Data penelitian dianalisis secara deskriptif-kuantitatif, sehingga diketahui kecenderungan fenomena yang terjadi.

Pendapatan keluarga pedagang kecil dalam upaya masalah kesejahteraan penting dilakukan agar tidak hanya menampilkan pengertian, tujuan, dan fungsinya secara tekstual (tertulis). Banyak penelitian yang perlu dilakukan untuk hal ini, tentunya dengan melihat permasalahan yang jelas dan untuk mencari sebuah redefenisi yang bertanggung jawab.

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pedagang-pedagang yang mencari nafkah dipasar sangat membantu dalam perekonomian mereka dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Hal ini terlihat dengan peningkatan pendapatan keluarga, perumahan yang baik, pangan dan yang terpenuhi walaupun sederhana, sandang yang terpenuhi walaupun hanya di beli pada saat keperluan saja, pendidikan yang kurang karena tidak ada kesadaran dari anak tersebut, kesehatan yang baik, rekreasi yang terpenuhi biarpun hanya setahun sekali, tabungan yang ada untuk keperluan masa depan kelak.


(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE

Name : Timoteus Wau Nim : 070902053

ABSTRACT

REVIEW ON FAMILY WELFARE IN A SMALL MARKET TRADERS PETISAH FIELD

(This thesis is composed of 6 chapters, 96 pages, 5 attachments, and 25 libraries) The background of this study want to raise the issue on the basis of well- being of families through small traders in the market Petisah Medan. Because welfare is not just a public purpose in a place, environment, or a certain atmosphere. But the needs of all communities living in the world to defend his own life in terms of development, both physically and mentally. Among the community or nation, wherever it is always welfare issues discussed/dealt, it makes the existence of welfare legislation is spoken and determined

This study used descriptive research method, with a population of as many as 63 small traders. Data taken from all the existing populations. The data collected through questionnaire dissemination, supported by interviews and observation. The research data were analyzed descriptively-quantitative, so that the known tendency of the phenomenon that occurs.

Family income of small traders in an effort to welfare issues important to do so not only show understanding, purpose, and function in textual (written). Much research needs to be done for this, of course with a clear look at the problems and to find a responsible redefenisi.

Based on research that has writers do, on the whole it can be concluded that the traders who make a living in the market are very helpful in their economies and improve the welfare of the family. This was shown by an increase in family income, good housing, food and a simple though unfulfilled, and clothing are met even if only in buying at the time of need alone, lack of education because there is no awareness of the child, good health, recreation is met even if only once a year, the savings are there for future purposes later.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Yesus Kristus Yang Maha Pengasih, yang telah menyertai penulis hingga skripsi ini dapat selesai. Dimana telah memberikan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul: “Tinjauan Tentang Kesejahteraan Keluarga Pedagang Kecil di Pasar Sore Padang Bulan Medan”. Penulis menyadari bahwasanya di dalam banyak hal, mulai dari awal sampai akhir dalam penulisan skripsi ini telah banyak melibatkan berbagai pihak yang turut serta membantu penulisan dalam merampungkan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, MSP, selaku Ketua Depatemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Mastauli Siregar, S.Sos, M.Si, selaku pembimbing yang telah bersedia menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis serta memberi dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan, bimbingan, dan jasa-jasanya hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.


(5)

4. Kepada orang tua saya yang tercinta, yaitu mamaku sayang Bernauli Pasaribu dan Ayah Bebambowo Wau, memberikan doa dan semangat yang tiada henti-hentinya serta memberikan perhatian, pengorbanan serta dukungan baik moril maupun materi, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Sahabat sekaligus kakak rohani saya Hetty Christina Tarigan yang mengasihi

saya semua ini di mulai dari pelayanan mu.

6. Bapak Kepala Pasar Daerah Kota Medan, yang telah memberikan izin peneliti dan para staf/pertugas kantor pasar yang memberikan bantuan dalam penulisan skripsi.

7. Terima kasih kepada teman- teman: Dedi Situmorang, Riswan Lumban Gaol Petrus Tobing, Immanuel Bukit dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

8. Kepada seluruh responden yang telah membantu penulis selama mengadakan penelitian. Penulis ucapkan terima kasih banyak atas data dan informasinya.

Akhirnya, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari pada sempurna dan bukanlah hal yang mustahil apabila di dalamnya masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini, baik ditinjau dari segi teknik penulisan maupun dari segi ilmiahnya. Maka dengan segala kerendahan penulis mengharapkan masukan saran dan kritik dari pembaca.


(6)

Harapan penulisan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa dan pihak-pihak yang memerlukanya.

Medan, Desember 2014

Penulis,

TIMOTEUS WAU NIM: 070902053


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……….….. i

ABSTRACT………. ii

KATA PENGANTAR………. iii

DAFTAR ISI ………... vi

DAFTAR TABEL……… ix

DAFTAR GAMBAR………... xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……….. 1

1.2 Perumusan Masalah……….… 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 8

1.3.1 Tujuan Penelitian……… 8

1.3.2 Manfaat Penelitian……….. 8

1.4 Sistematika Penulisan……….. 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Keluarga……… 11


(8)

2.3 Sistem Ekonomi Kerakyatan... ...18

2.3.1Konsepsi Sistem Ekonomi Kerakyatan………...……….….18

2.3.2 Pengertian Sistem Ekonomi dan Keadilan Sosial………...…….. 19

2.3.3 Pengertian Sistem Ekonomi Kerakyatan……….…….…..….. 19

2.3.4 Landasan Konstitusional Sistem Ekonomi Kerakyatan………..…….. 20

2.3.5 Nilai-Nilai Dasar Sistem Ekonomi Kerakyatan……….………….….. 21

2.3.6 Ciri Sistem Ekonomi Kerakyatan……….……….... 22

2.3.7 Tujuan dan Sasaran Sistem Ekonomi Kerakyatan... 25

2.3.8 Pengertian Ekonomi Kerakyatan………..….. 26

2.3.9 Ekonomi Kerakyatan di Indonesia………..………. 27

2.3.10 Ekonomi Kerakyatan di Indonesia………..………….. 28

2.3.11 Realita penerapan sistem ekonomi kerakyatan…………...…….….. 29

2.4 Pasar Dalam Konteks Pedagang Kecil………….………..……… 31

2.4.1 Pengertian Pasar………..……….. 31

2.4.2 Pedagang Kecil………..………..……… 36

2.5 Kerangka Pemikiran ………..……….35


(9)

2.6 Definisi Konsep dan Operasional ……….……….. 40

2.6.1 Definisi Konsep ……….. … 40

2.6.2 Definisi Operasional……….…….……….... 41

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ………. . 43

3.2 Lokasi Penelitian ………. 43

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ………... 44

3.3.1 Populasi Penelitian………... 44

3.3.2 Sampel Penelitian ……….... 44

3.4 Teknik Pengumpulan Data ……….. 44

3.5 Teknik Analisis Data ………... 45

BAB IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat Pajak Sore Padang Bulan Medan……….….. 57

4.2 Visi dan Misi PD.Pajak Kota Medan……….……….. 58

4.3 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………... 47

4.4 Struktur Organisasi Perusahaan Daerah Kota Medan …………. …... 59


(10)

BAB V. ANALISIS DATA

5.1 Karakteristik Umum Responden ………. 54 5.2 Analisis Data Penelitian ………. 53 5.2.1 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Fasilitas MCK ………. 73 5.2.2 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan

Untuk Mendapatkan Penerangan ……… 74

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ………. 95 6.2 Saran ……… 96

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Suku Bangsa/Etnis ...

... 54

Tabel 5.2 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Agama ... 55

Tabel 5.3 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Usia ... 56

Tabel 5.4 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 57

Tabel 5.5 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kedudukan Dalam Keluarga ... 58

Tabel 5.6 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Status Perkawinan ... 59

Tabel 5.7 Distribusi Jawaban Responden BerdasarkanPendidikan ... 60

Tabel 5.8 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Mendapatkan Modal Usaha Untuk Berdagang ... 61

Tabel 5.9 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Lamanya Berjualan Di Pasar Petisah Medan ………..……….. 62

Tabel 5.10 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Modal Yang Diperlukan Untuk Berjualan ... 63


(12)

Tabel 5.11 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Alasan Yang Mendorong Berjualan ... 64

Tabel 5.12 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Penghasilan Selama Satu Bulan ... 65

Tabel 5.13 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Status Rumah ... 66

Tabel 5.14 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Bentuk Rumah ... 67

Tabel 5.15 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Cara Pertukaran Udara Di Dalam Rumah ………..………. 68

Tabel 5.16 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Atap Rumah ... 69 Tabel 5.17 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Lantai Rumah ... 70

Tabel 5.18 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jumlah Kamar Di

Rumah ... 71 Tabel 5.19 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sumber Air Di

Rumah ... 72

Tabel 5.20 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pembuangan Air Limbah Yang Di Lakukan ... 73

Tabel 5.21 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Frekwen Makan Dalam Sehari... 75


(13)

Tabel 5.22 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Makanan Sesuai Dengan 4 Sehat 5 Sempurna ... 76

Tabel 5.23 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan frekwensi Minum

susu ... 77

Tabel 5.24 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Makanan Selingan Di Rumah ………..………... 78

Tabel 5.25 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Membeli

Pakaian Baru ... 79

Tabel 5.26 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Rangka

Apa Keluarga Membeli Baju Baru ... 80

Tabel 5.27 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pakaian Yang Dipakai Berjualan Dengan Pakaian Keacara Lain ... 81

Tabel 5.28 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tempat Membeli Baju Baru ... 82

Tabel 5.29 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Anak Yang Bersekolah ... 83

Tabel 5.30 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jumlah Anak Yang

Bersekolah ... 84


(14)

Tabel 5.31 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Alasa Anak Yang Tidak Bersekolah ... 85

Tabel 5.32 Distribusi Jawaban Responden Berdasarka Keadaan Sakit ... 86

Tabel 5.33 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Penyakit Yang Sering Diderita Selam Berjualan ... 87


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Alur Pikir ... 37

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Tata Kerja Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan ... 51


(16)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Timoteus Wau

Nim : 070902053

ABSTRAK

TINJAUAN TENTANG KESEJAHTERAAN KELUARGA PEDAGANG KECIL DI PASAR PETISAH MEDAN

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 96 halaman, 5 lampiran, dan 25 kepustakaan) Latar belakang penelitian ini atas dasar ingin mengangkat permasalahan kesejahteraan keluarga melalui pedagang kecil di pasar Petisah Medan. Karena kesejahteraan bukan hanya menjadi tujuan masyarakat di suatu tempat, lingkungan, atau suasana tertentu. Tetapi merupakan kebutuhan seluruh masyarakat yang hidup di dunia untuk mempertahankan kehidupnya dalam istilah pembangunan, baik fisik maupun mental. Diantara masyarakat atau bangsa, dimanapun itu permasalahan kesejahteraan selalu dibicarakan/dibincangkan, hal ini menjadikan adanya undang-undang kesejahteraan diturukan dan ditetapkan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, dengan populasi sebanyak 63 pedagang kecil. Data diambil dari semua populasi yang ada. Data yang dikumpulkan melalui penyebaran angket, didukung oleh wawancara dan observasi. Data penelitian dianalisis secara deskriptif-kuantitatif, sehingga diketahui kecenderungan fenomena yang terjadi.

Pendapatan keluarga pedagang kecil dalam upaya masalah kesejahteraan penting dilakukan agar tidak hanya menampilkan pengertian, tujuan, dan fungsinya secara tekstual (tertulis). Banyak penelitian yang perlu dilakukan untuk hal ini, tentunya dengan melihat permasalahan yang jelas dan untuk mencari sebuah redefenisi yang bertanggung jawab.

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pedagang-pedagang yang mencari nafkah dipasar sangat membantu dalam perekonomian mereka dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Hal ini terlihat dengan peningkatan pendapatan keluarga, perumahan yang baik, pangan dan yang terpenuhi walaupun sederhana, sandang yang terpenuhi walaupun hanya di beli pada saat keperluan saja, pendidikan yang kurang karena tidak ada kesadaran dari anak tersebut, kesehatan yang baik, rekreasi yang terpenuhi biarpun hanya setahun sekali, tabungan yang ada untuk keperluan masa depan kelak.


(17)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE

Name : Timoteus Wau Nim : 070902053

ABSTRACT

REVIEW ON FAMILY WELFARE IN A SMALL MARKET TRADERS PETISAH FIELD

(This thesis is composed of 6 chapters, 96 pages, 5 attachments, and 25 libraries) The background of this study want to raise the issue on the basis of well- being of families through small traders in the market Petisah Medan. Because welfare is not just a public purpose in a place, environment, or a certain atmosphere. But the needs of all communities living in the world to defend his own life in terms of development, both physically and mentally. Among the community or nation, wherever it is always welfare issues discussed/dealt, it makes the existence of welfare legislation is spoken and determined

This study used descriptive research method, with a population of as many as 63 small traders. Data taken from all the existing populations. The data collected through questionnaire dissemination, supported by interviews and observation. The research data were analyzed descriptively-quantitative, so that the known tendency of the phenomenon that occurs.

Family income of small traders in an effort to welfare issues important to do so not only show understanding, purpose, and function in textual (written). Much research needs to be done for this, of course with a clear look at the problems and to find a responsible redefenisi.

Based on research that has writers do, on the whole it can be concluded that the traders who make a living in the market are very helpful in their economies and improve the welfare of the family. This was shown by an increase in family income, good housing, food and a simple though unfulfilled, and clothing are met even if only in buying at the time of need alone, lack of education because there is no awareness of the child, good health, recreation is met even if only once a year, the savings are there for future purposes later.


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004). Penting bagi kita untuk dapat memiliki definisi yang sama dalam mengartikan pembangunan. Secara tradisional pembangunan memiliki arti peningkatan yang terus menerus pada Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto suatu negara. Untuk daerah, makna pembangunan yang tradisional difokuskan pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto suatu propinsi, kabupaten, atau kota.

Namun, muncul kemudian sebuah alternatif definisi pembangunan ekonomi yang lebih menekankan pada peningkatan Income Per Capita (pendapatan per kapita). Definisi ini menekankan pada kemampuan suatu negara untuk meningkatkan output yang dapat melebihi tingkat pertumbuhan penduduk. Definisi pembangunan tradisional sering dikaitkan dengan sebuah strategi mengubah struktur suatu negara atau sering kita kenal dengan industrialisasi.

Pada akhir dewasa 1960-an, banyak negara berkembang mulai menyadari bahwa “Pertumbuhan Ekonomi” (economic growth) tidak indetik dengan “Pembangunan Ekonomi” (economic development). Pertumbuhan ekonomi yang


(19)

tinggi, setidaknya melampaui negara-negara maju pada tahap awal pembangunan mereka, memang dapat namun dibarengi dengan masalah-masalah seperti penggangguran, kemiskinan dipedesaan, distribusi pendapatan yang timpang, dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad kuncoro, 2004: 62-63).

Pembangunan daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional, yang hakekatnya adalah upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam mengwujudkan masa depan yang lebih baik bagi wilayah itu dan masyarakatnya. Karena tanggung jawab utama keberhasilan pelaksanaan pembangunan daerah berada pada pemerintah daerah, maka pada setiap pemerintah daerah diberikan kewenangan sesuai dengan kebutuhannya untuk menentukan kebijakan dan program pembangunan di daerahnya masing-masing seperti dinyatakan oleh UU Nomor 32 Tahun 2004. Namun demikian, peran pemerintah pusat dalam pembangunan daerah juga tidak kalah pentingnya yaitu menjamin bahwa pembangunan di daerah-daerah akan tetap terintegrasi satu dengan yang lain.

Pembangunan yang dilaksanakan pemerintah dan masyarakat bertujuan meningkatkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Indonesia sebagai negara berkembang, mengadakan dan merencanakan perubahan-perubahan di dalam masyarakat yang adil dan makmur, material maupun spiritual guna mengentaskan masalah-masalah sosial yang terus meningkat baik kualitas dan kuantitas. Untuk mencapai tujuan tersebut pelaksanaaan pembangunan ekonomi harus lebih memperlihatkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan unsur-unsur pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional. Dalam hal ini sektor usaha kecil atau sektor informal menduduki peran


(20)

penting dan strategis dalam pembangunan nasional, baik dilihat dari segi kuantitas maupun dari segi kemampuannya dalam peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja dalam mewujudkan pemerataan hasil pembangunan, termasuk pengentasan kemiskinan (Khairuddin, 2002: 48).

Dalam pengertian sehari-hari sektor informal diartikan suatu kegiatan ekonomi yang tidak bersifat terikat dan biasanya dilakukan transaksi jual beli atau perdagangan ataupun jasa yang lokasi dagangannya berpindah-pindah dan mempunyai modal yang kecil atau disebut pedagang kecil. Sektor informal adalah dicirikan oleh sektor ekonomi marginal dengan kondisi nyata kegiatan sejumlah tenaga kerja yang umumnya kurang berpendidikan, tidak punya keterampilan (Yetty Sardjono, 2005: 25).

Sektor informal adalah sektor yang terdiri dari unit-unit usaha berskala kecil yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan pokok yang menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi diri sendiri dan dalam usahanya itu sangat dihadapkan berbagai kendala seperti faktor modal baik fisik, maupun manusia (pengetahuan) dan faktor keterampilan (Kurniadi dan Tangkilisan, 2002: 23).

Wirasardjono membagi ciri-ciri dari sektor informal, yaitu:

1. Pola kegiatannya tidak teratur baik dalam arti waktu, pemodalan maupun penerimaannya.

2. Ia tidak tersentuh oleh peraturan-peraturan yang di terapkan oleh pemerintah.


(21)

3. Modal, peralatan dan pelengkapan maupun omsetnya biasanya kecil dan diusahakan atas dasar perhitungan harian.

4. Tidak mempunyai tempat yang tetap dan atau keterikatan dengan usaha-usaha lainnya.

5. Umumnya dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat berpendapat rendah.

6. Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus sehingga secara luas dapat menyerap bermacam-macam tingkatan tenaga kerja.

7. Umumnya, tiap-tiap satuan usaha memperkerjakan tenaga sedikit dan dari lingkungan hubungan keluarga, kenalan atau berasal dari daerah yang sama.

Hidayat membedakan kegiatan sektor informal menjadi sub sektor yaitu: perdagangan, jasa, angkutan, bangunan, dan industri kecil lainnya (Kurniadi dan Tangkilisan, 2002: 21).

Hasil penelitian Hidayat (1978) menyimpulkan bahwa salah satu ciri sektor informal adalah mudah masuk dan keluar dari suatu sub sektor yang lain. Apa yang didapatkan dari hasil penelitian Hidayat (1978) tersebut menunjukkan bahwa para pekerja sektor informal sering berganti atau alih pekerjaan untuk sekedar menjajaki dimana sub sektor paling menguntungkan (Yetty Sardjono, 2005: 18).

The Exploitation Approach: Under Integreted Conditions sebagaimana dinyatakan oleh Bose A.N (1974), Bienefeld (1975) bahwa sektor informal merupakan kegiatan yang kekurangan akses dan subordinasi pasar yang terjadi karena adanya aturan yang menekan sebagai akibat mekanisme dalam integritas


(22)

dengan sektor ekonomi lainnya. Mekanisme itu berhubungan dengan tingginya harga biaya dalam penjualan jasa pelayanan sebagai akibat berlimpahnya tenaga kerja, kurangnya altenatif peluang kerja dan rendahnya penghasilan. Ketergantungan dalam pendekatan ini ditekankan pada dua sisi yakni persediaan dan pemintaan untuk produknya (Yetty Sadjono, 2005: 21).

Data tenaga kerja disektor informal masih memegang peranan penting dalam menampung angkatan kerja, Sampai dengan Agustus 2008, sektor informal masih mendominasi kondisi ketenagakerjaan di Indonesia dengan kontribusi sekitar 65,92 persen pekerja laki-laki dan 73,54 persen pekerja perempuan. Sebagian orang menyebut sektor informal sebagai sektor penyelamat. Elastisitas sektor informal dalam menyerap tenaga kerja menjadikan sektor ini selalu bergairah. Tuntutan pekerjaan dengan kualifikasi pendidikan dan keterampilan memadai di perkotaan bisa memperoleh pekerjaan di sektor informal. Wilayah pedesaan sebagai sarang sektor informal. Dari seluruh pekerja di perdesaan, lebih dari 75 persen bekerja di sektor informal, sementara di perkotaan dari 100 pekerja, lebih dari 40 persen bekerja di sektor informal (http://www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?option=com)

Sektor informal memberikan sumbangan besar bagi masukan pendapatan kota. Karena meskipun mereka disebut sektor informal, akan tetapi mereka membayar berbagai macam restribusi yang dikutip oleh negara secara formal, dalam hal ini pemerintah kota. Misalnya, Sewa tempat berdagang dan restribusi kebersihan, di luar itu mereka juga harus membayar banyak pengeluaran yang dikutip oleh pihak yang tidak jelas dengan berbagai macam alasan, seperti uang keamanan, uang kebersihan ekstra. Yang mereka bayar ini jumlahnya tidak sedikit, Restribusi yang


(23)

dalam bentuk resmi tentunya akan masuk ke kas Perusahaan Daerah Pasar (PD Pasar) sebagai manajemen dan penyelenggara operasional pasar, seperti membayar gaji pegawai, merenovasi bagunan pasar yang sudah rusak, menambah fasilitas pasar dan lain-lain. Sedang kutipan yang tidak resmi tentu tidak jelas rimbanya ke mana. Sementara kontribusi wajib PD. Pasar pada PAD (pendapatan asli daerah) yang mesti disetor ke pemerintah kota untuk melengkapi APBD (anggaran pendapatan dan belanja daerah) (Sumut Pos Tanggal. 20 Februari 2006).

Pedagang kecil sering tergusur dengan kehadiran pembangunan mall/supermarket. Dalam hal ini seharusnya pemerintah dapat mengatasinnya, dan perlu diatur agar pembiayaan pasar setelah direvitalisasi tidak memberatkan pedagang, sehingga pedagang kecil dapat kembali menempati pasar dan posisinya tidak terancam oleh pasar modern, mengingat peran pedagang kecil telah merintis usaha dari sejak pasar itu dibangun hingga menjadi ramai. Akhirnya, pasar tradisional dapat tetap lestari tanpa harus merubah sistem yang telah berlaku didalamnya, tidak memutus keakraban penjual dan pembeli dan rakyat kecil tetap mendapatkan akses dalam membeli kebutuhan hidup. Hal ini perlu kebijakan untuk mengkonservasi pasar tradisional agar tetap eksis ditengah perkembangan kota tanpa harus kehilangan identitasnya sebagai salah satu simbol ekonomi kerakyatan, sehingga masyarakat akan percaya bahwa masih ada keberpihakan pemerintah pada kebutuhan rakyat kecil disamping kepentingan pemodal, semakin banyak pemerintah bisa mewujudkan keberpihakan kepada rakyat dalam kebijakan pembangunan, maka pembangunan kota akan semakin manusiawi


(24)

Kota Medan merupakan ibu kota Propinsi Sumatera Utara yang memiliki luas 26.510 Hektar (265,10 Km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Pembangunan ekonomi kota medan merupakan bagian integral dari upaya pembangunan nasional yang harus dilaksanakan dan diselaraskan secara terpadu antara sektor yang satu dengan sektor lain. Salah satu lapangan kerja adalah menjadi pedagang dan salah satu bidang usaha yang menghasilkan keuntungan dan pendapatan keluarga sekaligus dapat menyerap tenaga kerja/alternatif lapangan kerja, disana bermacam-macam orang yang berdagang seperti pedagang asongan, pedagang buah, pedagang ikan, pedagang kaki lima, dan sebagainya. Pendapatan pedagang dapat menjadi tumpuan pendapatan keluarga/memenuhi kebutuhan perekonomian keluarga pedagang.

Kota Medan terbagi dalam 21 kecamatan, salah satunya adalah Medan Baru yang memiliki pasar tradisional yakni Pasar Sore Padang Bulan yang didirikan sekitar tahun 1970 Pasar Sore padang Bulan Medan merupakan salah satu pasar yang paling banyak diminati masyarakat sebagai tempat berbelanja. Di tengah banyak dan maraknya pembangunan pusat-pusat perbelanjaan yang modern, Pasar Sore tetap berdiri dan bergairah.

Berbicara mengenai usaha/kerja tentu erat kaitannya dengan usaha pemenuhan kebutuan manusia. Sebab manusia akan merasa selaras dan seimbang hidupnya kalau kebutuhan hidupnya terpenuhi. Begitu juga halnya dengan pedagang kecil di pasar sore padang bulan. Mereka berjualan dengan harapan akan mendapatkan keuntungan, selanjutnya hasil yang mereka peroleh dapat


(25)

digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya seperti sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan dan serta dapat menyisikan sebagian dari keuntungan dalam bentuk tabungan, serta rekreasi bersama keluarga. Untuk ini peneliti merasa tertarik untuk meneliti hal ini sesuai dengan judul penelitian saya yaitu “Tinjauan Tentang Kesejahteraan Keluarga Pedagang Kecil di Pasar Sore Padang Bulan Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana Kesejahteraan Keluarga Pedagang Kecil di Pasar Sore Padang Bulan Medan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Kesejahteraan Keluarga Pedagang Kecil di Pasar Sore Padang Bulan Medan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan referensi bagi peneliti berikutnya yang akan meneliti masalah kesejahteraan pedagang kecil

2. Untuk memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait dalam pengentasan masalah kesejahteraan keluarga

3. Bagi peneliti, melatih dan mengembangkan pemahaman atas teori melalui sebuah penelitian dan tulisan ilmiah di Fakultas Ilmu


(26)

Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Sumatera Utara.

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sempel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data.


(27)

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang akan diteliti.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu melalui angket yang dibagikan kepada responden, kemudian dianalisis sehingga dapat dipahami data yang ada serta makna yang ada dibalik data penelitian tersebut.

BAB VI : PENUTUP

Berisikan kesimpulan dan saran sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga

1. Tipe Keluarga

Ada beberapa tipe keluarga menurut Jhonson R-Leny R, 2010 yakni :

1. Keluarga inti, yang terdiri dari suami, isteri, dan anak atau anak-anak. 2. Keluarga konjugal, yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan

anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua.

3. Selain itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan diatas keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keuarga nenek (Jhonson, 2010).

Tipe keluarga menurut Sri setyowati dan Arita murwani (2007) yaitu:

Keluarga tradisional:

a) Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, isteri, dan anak (kandung dan angkat).

b) Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya: kakek, nenek, keponakan, paman, bibi.


(29)

c) Keluarga “Dyad“, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan isteri tanpa anak.

d) “Single Parent“, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian (Setyowati, 2007).

2. Peran Keluarga

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal yang

berhubungan dengan posisi dan situasi tertentu. Berbagai peran ayng terdapat

dalam keluarga adalah sebagai berikut:

a. Peran ayah sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala rumah tangga, anggota dari kelompok sosialnya dan anggota masyarakat.

b. Peran ibu sebagai isteri, ibu dari anaknya, mengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik dan pelindung bagi anak-anaknya, anggota kelompok social dan anggota masyarakat serta berperan sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarga.

c. Peran anak-anak sebagai pelaksana peran psikososial sesuai dengan tingkat perkembangan baik fisik, mental dan spiritual.

3. Fungsi Keluarga


(30)

keluarga dan masyarakat yang lebih luas, fungsi keluarga adalah:

a. Fungsi Afektif Merupakan suatu basis sentral bagi pembentukan dankelangsungan keluarga. Kebahagiaan keluarga diukur dengan kekuatan cinta keluarga. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak kegembiraan dan kebahagiaan seluruh anggota keluarga, tiap anggota keluarga mempertahankan hubungan yang baik. b.Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial. Proses sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar tentang norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga. c. Fungsi reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan

kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi Ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu mencegah terjadi gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan keluarga untuk melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga untuk mengenal


(31)

masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan, memberikan perawatan, memelihara lingkungan dan menggunakan fasilitas kesehatan.

2.2 Pengertian Kesejahteraan Keluarga

Suatu unit sosial terkecil dalam masyarakat yang anggota-anggotanya terikat oleh adanya hubungan. Perkawinan yang diatur oleh undang-undang serta hubungan darah (anak kandung) atau ( anak adopsi) dan mengabdi dirinya kepada usaha untuk mencapai tujuan bersama untuk kelangsungan hidup yang dilandasi rasa cinta kasih dan sayang seta tanggung jawab.

· Pengertian Sejahtera

Suatu keadaan yang meliputi rasa aman, tentram lahir dan batin karena merasa sebagian besar kebutuhan tercapai.

· Pengertian Kesejahteraan Keluarga

Keluaraga yang terbentuk berdasar atas perkawinan yang sah yang mampu memenuhi kebutuhan spritual dan kebutuhan material.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhui Kesejahteraan Keluarga:

1) Faktor Nilai Hidup : Sesuatu yang dianggap palin penting dalam hidupnya.

Nilai hidup merupakan “ Konsepsi”,Artinya gambaran mental yang membedakan individual atau kelompok dalam rangka mencapai sesuatu yang diinginkan.


(32)

2) Faktor Tujuan Hidup : sesuatu yang akan dicapai atau sesuatu yang diperjuangkan agar nilai yang merupakan patokan dapat tercapai dengan demikian tujuan hidup tidak terlepas dari nilai hidup.

3) Faktor Standart Hidup : Tingkatan hidup yang merupakan suatu patokan

yang ingin dicapai dalam memenuhi kebutuhan.

Indikator Dan Kriteria Keluarga

Indikator Keluarga Sejahtera pada dasarnya berangkat dari pokok pikiran yang terkandung didalam undang-undang no. 10 Tahun 1992 disertai asumsi bahwa kesejahteraan merupakan variabel komposit yang terdiri dari berbagai indikator yang spesifik dan operasional. Karena indikator yang yang dipilih akan digunakan oleh kader di desa, yang pada umumnya tingkat pendidikannya relatif rendah, untuk mengukur derajat kesejahteraan para anggotanya dan sekaligus sebagai pegangan untuk melakukan melakukan intervensi, maka indikator tersebut selain harus memiliki validitas yang tinggi, juga dirancang sedemikian rupa, sehingga cukup sederhana dan secara operasional dapat di pahami dan dilakukan oleh masyarakat di desa.

Atas dasar pemikiran di atas, maka indikator dan kriteria keluarga sejahtera yang ditetapkan adalah sebagai berikut :

a. Keluarga Pra Sejahtera

Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan dasarnya (basic needs) Sebagai keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan


(33)

akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan.

adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal yaitu:

b. Keluarga Sejahtera Tahap I

1. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga.

2. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua) kali sehari atau lebih.

3. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian.

4. Bagian yang terluas darilantai rumahbukan dari tanah.

5. Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa kesarana/petugas kesehatan.

Yaitu keluarga - keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kriteria keluarga sejahtera I,

c. Keluarga Sejahtera tahap II

harus pula memenuhi syarat sosial psykologis 1 sampai 9 yaitu :

1. Anggota Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur

2. Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk.


(34)

3. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru per tahun.

4. Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap penghuni rumah.

5. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat.

6. Paling kurang 1 (satu) orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas mempunyai penghasilan tetap

7. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan latin. 8. Seluruh anak berusia 5 - 15 tahun bersekolah pada saat ini.

9. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil)

d. Keluarga Sejahtera Tahap III

yaitu keluarga yang memenuhi syarat 1 sampai 9 dan dapat pula memenuhi syarat 1 sampai 7, syarat pengembangan keluarga yaitu :

1. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.

2. Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga untuk tabungan keluarga.

3. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.

4. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. 5. Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1 kali/6 bulan. 6. Dapat memperoleh berita dari surat kabar/TV/majalah.

7. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai dengan kondisi daerah setempat.

e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus


(35)

kriteria-kriteria pengembangan keluarganya yaitu :

1. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materiil.

2. Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat.

f. Keluarga Miskin.

adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :

a. Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging/ikan/telor.

b. Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru.

c. Luas lantai rumah paling kurang 8 M2 untuk tiap penghuni. g. Keluarga miskin sekali.

adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :

a. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih.

b. Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja/sekolah dan bepergian.

c. Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah.

2.3Sistem Ekonomi Kerakyataan

2.3.1 Konsepsi Sistem Ekonomi Kerakyatan

Banyak referensi yang menuntun kearah pemikiran sistem ekonomi kerakyatan. Bacaan utama tentu saja beberapa buku Hatta, Sri Edi Swasono, Mubyarto, Edy Suandi hamid, dan Revrisond baswir. Kumpulan tulisan yang tersebar di Pusat Studi Ekonomi Pancasila / Pusat STudi Ekonomi Kerakyatan,


(36)

juga menjadi bahan bacaan rujukan. Uraian rinci dan sistematis di bawah ini di ambil dari Akademic Paper Forum Rektor Bidang Ekonomi tahun 2007.

2.3.2 Pengertian Sistem Ekonomi dan Keadilan Sosial

(1) Sistem ekonomi merupakan keseluruhan lembaga (pranata) ekonomi yang hidup dalam suatu masyarakat yang dijadikan acuan oleh masyarakat tersebut dalam mencapai tujuan ekonomi yang telah ditetapkan. Sedangkan yang dimaksud dengan lembaga (institution) adalah organisasi atau kaidah ekonomi, baik formal maupun informal yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu baik dalam melakukan kegiatan rutin sehari-hari maupun dalam mencapai suatu tujuan ekonomi tertentu (Hamid: 2006).

(2) Setiap kelompok masyarakat (pada tataran yang lebih kompleks membentuk negara bangsa) pasti memiliki sebuah sistem ekonomi, yaitu konsepsi ekonomi suatu negara untuk mengatasi beberapa persoalan, seperti;

- barang apa yang seharusnya dihasilkan; - bagaimana cara menghasilkan barang itu; dan

- untuk siapa barang tersebut dihasilkan atau bagaimana barang tersebut didistribusikan kepada masyarakat. Jawaban atas ketiga pertanyaan tersebut akan menentukan sistem ekonomi sebuah negara (Hudiyanto, 2002).

2.3.3 Pengertian Sistem Ekonomi Kerakyatan

Ekonomi kerakyatan adalah tatalaksana ekonomi yang bersifat kerakyatan yaitu penyelenggaraan ekonomi yang memberi dampak kepada kesejahteraan


(37)

rakyat kecil dan kemajuan ekonomi rakyat, yaitu keseluruhan aktivitas perekonomian yang dilakukan oleh rakyat kecil.

2.3.4 Landasan Konstitusional Sistem Ekonomi Kerakyatan

Sistem Ekonomi Kerakyatan merupakan sistem ekonomi yang mengacu pada amanat konstitusi nasional, sehingga landasan konstitusionalnya adalah produk hukum yang mengatur (terkait dengan) perikehidupan ekonomi nasional yaitu:

1) Pancasila (Sila Ketuhanan, Sila Kemanusiaan, Sila Persatuan, Sila Kerakyatan, dan Sila Keadilan Sosial)

2) Pasal 27 ayat (2) UUD 1945: “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

3) Pasal 28 UUD 1945: ““Kemerdekaan bersrikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tertulis dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-undang.”

4) Pasal 31 UUD 1945: “Negara menjamin hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan”

5) Pasal 33 UUD 1945:

- Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.


(38)

- Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

- Bumi dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

6). Pasal 34 UUD 1945: "Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara."

2.3.5 Nilai-Nilai Dasar Sistem Ekonomi Kerakyatan

Sistem Ekonomi Kerakyatan mengacu pada nilai-nilai Pancasila sebagai sistem nilai bangsa Indonesia yang tujuannya adalah mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan salah satu unsur intrinsiknya adalah Ekonomi Pancasila (Mubyarto: 2002) yang nilai-nilai dasar sebagai berikut

1. Ketuhanan, di mana “roda kegiatan ekonomi bangsa digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial, dan moral"

2. Kemanusiaan, yaitu : “kemerataan sosial, yaitu ada kehendak kuat warga masyarakat untuk mewujudkan kemerataan sosial, tidak membiarkan terjadi dan berkembangnya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial”.

3. Kepentingan Nasional (Nasionalisme Ekonomi), di mana “nasionalisme ekonomi; bahwa dalam era globalisasi makin jelas adanya urgensi terwujudnya perekonomian nasional yang kuat, tangguh, dan mandiri”.


(39)

4. Kepentingan Rakyat Banyak (Demokrasi ekonomi) : demokrasi ekonomi berdasar kerakyatan dan kekeluargaan; koperasi dan usaha-usaha kooperatif menjiwai perilaku ekonomi perorangan dan masyarakat”. 5. Keadilan Sosial, yaitu : “keseimbangan yang harmonis, efisien, dan adil

antara perencanaan nasional dengan desentralisasi ekonomi dan otonomi yang luas, bebas, dan bertanggungjawab, menuju pewujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

2.3.6 Ciri Sistem Ekonomi Kerakyatan

1. Peranan vital negara (pemerintah)

Sebagaimana ditegaskan oleh Pasal 33 ayat 2 dan 3 UUD 1945, negara memainkan peranan yang sangat penting dalam sistem ekonomi kerakyatan. Peranan negara tidak hanya terbatas sebagai pengatur jalannya roda perekonomian. Melalui pendirian Badan-badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu untuk menyelenggarakan cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak, negara dapat terlibat secara langsung dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan ekonomi tersebut. Tujuannya adalah untuk menjamin agar kemakmuran masyarakat senantiasa lebih diutamakan daripada kemakmuran orang seorang, dan agar tampuk produksi tidak jatuh ke tangan orang seorang, yang memungkinkan ditindasnya rakyat banyak oleh segelintir orang yang berkuasa.


(40)

2. Efisiensi ekonomi berdasar atas keadilan, partisipasi, dan keberlanjutan

Tidak benar jika dikatakan bahwa sistem ekonomi kerakyatan cenderung mengabaikan efisiensi dan bersifat anti pasar. Efisiensi dalam sistem ekonomi kerakyatan tidak hanya dipahami dalam perspektif jangka pendek dan berdimensi keuangan, melainkan dipahami secara komprehensif dalam arti memperhatikan baik aspek kualitatif dan kuantitatif, keuangan dan non-keuangan, maupun aspek kelestarian lingkungan. Politik ekonomi kerakyatan memang tidak didasarkan atas pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas, melainkan atas keadilan, partisipasi, dan keberlanjutan.

3. Mekanisme alokasi melalui perencanaan pemerintah, mekanisme pasar, dan kerjasama (kooperasi)

Mekanisme alokasi dalam sistem ekonomi kerakyatan, kecuali untuk cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak, tetap di dasarkan atas mekanisme pasar. Tetapi mekanisme pasar bukan satu-satunya. Selain melalui mekanisme pasar, alokasi juga didorong untuk diselenggaran melalui mekanisme usaha bersama (koperasi). Mekanisme pasar dan koperasi dapat diibaratkan seperti dua sisi dari sekeping mata uang yang sama dalam mekanisme alokasi sistem ekonomi kerakyatan.

4. Pemerataan penguasaan faktor produksi

Sejalan dengan amanat penjelasan pasal 33 UUD 1945, penyelenggaraan pasar dan koperasi dalam sistem ekonomi kerakyatan harus dilakukan dengan terus menerus melakukan penataan kelembagaan, yaitu dengan cara memeratakan


(41)

penguasaan modal atau faktor-faktor produksi kepada segenap lapisan anggota masyarakat. Proses sistematis untuk mendemokratisasikan penguasaan faktor-faktor produksi atau peningkatan kedaulatan ekonomi rakyat inilah yang menjadi substansi sistem ekonomi kerakyatan.

5. Koperasi sebagai sokoguru perekonomian

Dilihat dari sudut Pasal 33 UUD 1945, keikutsertaan anggota masyarakat dalam memiliki faktor-faktor produksi itulah antara lain yang menyebabkan dinyatakannya koperasi sebagai bangun perusahaan yang sesuai dengan sistem ekonomi kerakyatan. Sebagaimana diketahui, perbedaan koperasi dari perusahaan perseroan terletak pada diterapkannya prinsip keterbukaan bagi semua pihak yang mempunyai kepentingan dalam lapangan usaha yang dijalankan oleh koperasi untuk turut menjadi anggota koperasi.

6. Pola hubungan produksi kemitraan, bukan buruh-majikan

Pada koperasi memang terdapat perbedaan mendasar yang membedakannya secara diametral dari bentuk-bentuk perusahaan yang lain. Di antaranya adalah pada dihilangkannya pemilahan buruh-majikan, yaitu diikutsertakannya buruh sebagai pemilik perusahaan atau anggota koperasi. Sebagaimana ditegaskan oleh Bung Hatta, "Pada koperasi tak ada majikan dan tak ada buruh, semuanya pekerja yang bekerjasama untuk menyelenggarakan keperluan bersama". Karakter utama ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi pada dasarnya terletak pada dihilangkannya watak individualistis dan kapitalistis dari wajah perekonomian Indonesia. Secara mikro hal itu antara lain berarti diikutsertakannya pelanggan dan buruh sebagai


(42)

anggota koperasi atau pemilik perusahaan. Sedangkan secara makro hal itu berarti ditegakkannya kedaulatan ekonomi rakyat dan diletakkannya kemakmuran masyarakat di atas kemakmuran orang seorang.

7. Kepemilikan saham oleh pekerja

Diangkatnya kerakyatan atau demokrasi sebagai prinsip dasar sistem perekonomian Indonesia, prinsip itu dengan sendirinya tidak hanya memiliki kedudukan penting dalam menentukan corak perekonomian yang harus diselenggarakan oleh negara pada tingkat makro. Ia juga memiliki kedudukan yang sangat penting dalam menentukan corak perusahaan yang harus dikembangkan pada tingkat mikro. Perusahaan hendaknya dikembangkan sebagai bangun usaha yang dimiliki dan dikelola secara kolektif (kooperatif) melalui penerapan pola-pola Kepemilikan Saham oleh Pekerja. Penegakan kedaulatan ekonomi rakyat dan pengutamaan kemakmuran masyarakat di atas kemakmuran orang seorang hanya dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip tersebut.

2.3.7 Tujuan dan Sasaran Sistem Ekonomi Kerakyatan

Bertolak dari uraian tersebut, dapat ditegaskan bahwa tujuan utama penyelenggaraan sistem ekonomi kerakyatan pada dasarnya adalah untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia melalui peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan jalannya roda perekonomian. Bila tujuan utama ekonomi kerakyatan itu dijabarkan lebih lanjut, maka sasaran pokok ekonomi kerakyatan dalam garis besarnya meliputi lima hal berikut:


(43)

1. Tersedianya peluang kerja dan penghidupan yang layak bagi seluruh anggota masyarakat.

2. Terselenggaranya sistem jaminan sosial bagi anggota masyarakat yang membutuhkan, terutama fakir miskin dan anak-anak terlantar.

3. Terdistribusikannya kepemilikan modal material secara relatif merata di antara anggota masyarakat.

4. Terselenggaranya pendidikan nasional secara cuma-cuma bagi setiap anggota masyarakat.

5. Terjaminnya kemerdekaan setiap anggota masyarakat untuk mendirikan dan menjadi anggota serikat-serikat ekonomi.

2.3.8 Pengertian Ekonomi Kerakyatan

Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat. Dimana ekonomi rakyat sendiri adalah sebagai kegiatan ekonomi atau usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan (popular) yang dengan secara swadaya mengelola sumberdaya ekonomi apa saja yang dapat diusahakan dan dikuasainya, yang selanjutnya disebut sebagai Usaha Kecil dan Menegah (UKM) terutama meliputi sektor pertanian, peternakan, kerajinan, makanan, dsb., yang ditujukan terutama untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan keluarganya tanpa harus mengorbankan kepentingan masyarakat lainnya.


(44)

2.3.9 Ekonomi Kerakyatan di Indonesia

Pada akhir tahun 2010, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa dalam empat hingga lima tahun ke depan, produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan mencapai 9 ribu triliun rupiah atau dua ribu triliun rupiah lebih tinggi daripada PDB tahun 2010. Lebih jauh dijelaskan oleh Menko Perekonomian bahwa pada tahun 2025 PDB Indonesia akan berada pada kisaran antara 3,7 hingga 4,7 triliun dolar AS dengan pendapatan per kapita antara 12 ribu hingga 16 ribu dolar AS yang setara dengan lebih kurang 8,5 juta hingga 11 juta rupiah per kapita per bulan. Capaian yang cukup spektakuler tersebut akan direalisasikan melalui penggunaan “sistem ekonomi terbuka” yakni: sistem ekonomi yang mengutamakan peran pasar meski peran pemerintah tetap besar” (Suryohadiprojo, 2011). Jelas dari ungkapan presiden dan pembantunya di atas, tatanan ekonomi Indonesia, diakui atau tidak, tidak lain adalah—atau paling tidak, sebagaimana dikemukakan Suryohadiprojo (2011), lebih mengarah ke tatanan ekonomi neoliberalisme diterapkan oleh lembaga keuangan dunia yang sangat kuat yakni International Monetary Fund (IMF), Bank Dunia, dan the Inter-American Development Bank. Ciri lain dari ekonomi neoliberalisme adalah fokusnya yang kuat pada pertumbuhan ekonomi yang biasa direpresentasikan, antara lain, oleh produk domestik bruto (PDB).

Dampak langsung dari diterapkannya sistem ekonomi neoliberalisme adalah turunnya upah sebesar 40 hingga 50 persen dan meningkatnya biaya hidup hingga 80 persen pada tahun pertama pemberlakuan NAFTA (North America Free Trade Agreement) di Meksiko. Lebih dari 20 ribu unit usaha kecil dan menengah


(45)

mengalami kepailitan dan tidak kurang dari seribu unit badan usaha milik pemerintah (semacam BUMN) diprivatisasi. Berdasarkan pada fenomena tersebut, ada pihak yang mengatakan bahwa neolibelisme di Amerika Latin tidak lain adalah neokolonialisme bentuk penjajahan baru

2.3.10 Ekonomi Kerakyatan di Indonesia

Pada akhir tahun 2010, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa dalam empat hingga lima tahun ke depan, produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan mencapai 9 ribu triliun rupiah atau dua ribu triliun rupiah lebih tinggi daripada PDB tahun 2010. Lebih jauh dijelaskan oleh Menko Perekonomian bahwa pada tahun 2025 PDB Indonesia akan berada pada kisaran antara 3,7 hingga 4,7 triliun dolar AS dengan pendapatan per kapita antara 12 ribu hingga 16 ribu dolar AS yang setara dengan lebih kurang 8,5 juta hingga 11 juta rupiah per kapita per bulan. Capaian yang cukup spektakuler tersebut akan direalisasikan melalui penggunaan “sistem ekonomi terbuka” yakni: sistem ekonomi yang mengutamakan peran pasar meski peran pemerintah tetap besar” (Suryohadiprojo, 2011). Jelas dari ungkapan presiden dan pembantunya di atas, tatanan ekonomi Indonesia, diakui atau tidak, tidak lain adalah—atau paling tidak, sebagaimana dikemukakan Suryohadiprojo (2011), lebih mengarah ke tatanan ekonomi neoliberasme neoliberalisme diterapkan oleh lembaga keuangan dunia yang sangat kuat yakni International Monetary Fund (IMF), Bank Dunia, dan the Inter-American Development Bank. Ciri lain dari ekonomi neoliberalisme adalah fokusnya yang kuat pada pertumbuhan ekonomi yang biasa direpresentasikan, antara lain, oleh produk domestik bruto (PDB).


(46)

Dampak langsung dari diterapkannya sistem ekonomi neoliberalisme adalah turunnya upah sebesar 40 hingga 50 persen dan meningkatnya biaya hidup hingga 80 persen pada tahun pertama pemberlakuan NAFTA (North America Free Trade Agreement) di Meksiko. Lebih dari 20 ribu unit usaha kecil dan menengah mengalami kepailitan dan tidak kurang dari seribu unit badan usaha milik pemerintah (semacam BUMN) diprivatisasi. Berdasarkan pada fenomena tersebut, ada pihak yang mengatakan bahwa neolibelisme di Amerika Latin tidak lain adalah neokolonialisme—bentuk penjajahan baru

2.3.11 Realita penerapan sistem ekonomi kerakyatan

Ekonom dari Universitas Gajah Mada (UGM) Mudrajad Kuncoro mengatakan, sebanyak 40% kelompok penduduk berpendapatan terendah makin tersisih. Kelompok penduduk ini hanya menikmati porsi pertumbuhan ekonomi 19,2% pada 2006, makin mengecil dari 20,92% pada 2000. Sebaliknya, 20% kelompok penduduk terkaya makin menikmati pertumbuhan ekonomi dari 42,19% menjadi 45,72%.

Di Yogyakarta, Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Joyo Winoto mengungkapkan, tingginya angka kemiskinan nasional antara lain akibat adanya monopoli kepemilikan aset ekonomi oleh segelintir orang. Angka nasional menyebutkan, 0,2$ dari 220 juta pendudukan Indonesia diduga telah menguasai 56% aset ekonomi Indonesia.

Monopoli kepemilikan asset itu meliputi kekayaan dalam hal agraria, seperti tanah, tambak, kebun dan properti. “Sebanyak 62-87% aset itu berupa aset


(47)

agraria. Data ini memang perlu dikaji lebih mendalam dan belum bisa menjadi acuan, karena baru merupakan data awal,” kata Joyo Winoto ketika berceramag di Universitas Gajah Mada (UGM),” (sebuah kutipan dari artikel)

Dari kutipan ini dapat kita melihat bahwasanya sitem penerapan konsep perkonomian yang berbasis kerakyatan masih mengalami persoalan, persoalannya adalah ketidak seriusan pemerintah dalam mensosialisasikan sistem perkooprasian, saat ini dalam benak masyarakat kecil kooprasi adalah rentenir sebab tidak sedikit di jumpai di pasar tradisional para rentenir yang mengatas namakan kooprasi namun tidak memiliki badan hukum sebagai mana yang di atur dalam UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Hal ini cukup memberikan pemahaman pada kita bahwasanya ada ketidak seriusan pemerintah dalam memberikan pengetahuan tentang perkooprasian.

Perbankan justru lebih banyak memberikan pinjaman modal Kepada UKM. UKM merupakan salah satu proses penerapan sistem prekonomian yang berbasis kerakyatan di mana sektor usaha di pegang oleh masyarakat namun yang paling mengambil keuntunngan dalam hal ini adalah pihak pemodal (Perbankan) baik disadari ataupun tidak. Bukankah dalam konsep ekonomi kerakyatan juga memiliki asas dari, oleh dan untuk rakyat.

Koperasi adalah merupakan jalan tengah untuk mengatasi persoalan modal usaha rakyat, dalam sistem kooprasi ada yang namanya anggota. Seandainya pelaku UKM merupakan anggota kooprasi bukankah jika mereka meminjam modal di kooprasi tersebut maka pada akhir tahun mereka jugalah yang akan menerima keuntungannya.


(48)

Selain simpan pinjam kooprasi juga dapat memiliki usaha lain seperti angkutan umum, penjualan bahan keperluan petani atau agen penjualan hasil bumi untuk menggantikan tingkah para tengkulak (juka anggotanya petani) ataupun lainnya sesuai kesepakatan anggota. Realitanya adalah masyarakat tidak paham betul mengenai hal ini, ketidak seriusan pemerintah dalam memberikan pemahaman tentu menjadi persoalan di tambah lagi pemerintah justru lebih banyak memberikan peluang bagi perbankan untuk bersosialisasi diri seperti yang kita lihat beberapa waktu lalu melalui program KUR (kredit usaha rakyat) melalui bank BRI, bank-bank daerah juga demikian dan sepertinya memang negara ini lebih berorientasi kearah neolibralisasi yang dingkus dengan ekonomi kerakyatan dan di beri sedikit parfum pinjaman modal dengan bunga kecil hingga akhirnya mampu menggoda pelaku usaha kecil menenga (UKM) memberikan pendidikan tentang sistem perkooprasian yang kemudian kooprasi memberikan pendidikan pada masyarakat sekitar mengenai langkah-langkah mendirikan usaha kecil adalah merupakan sebuah upaya yang mesti di tempu sejak dahulu.

Tidak mengherankan bagi saya jika kemudian saat pelaksaan LK 3 badko sumut beberapa waktu lalu membahas keadilan ekonomi dan keadilan sosial lebih di arahkan kepada sistem perkooprasian yang hal ini di motori oleh kakanda pera sagala. Walaupun pemateri justru lebih banyak memberikan arahan kepada persoalan perbankan namun di luruskan kembali oleh para master.

2.4 Pasar Dalam Konteks Pedagang Kecil


(49)

Pasar adalah tempat orang berjual beli atau tempat penjual ingin menukar barang atau jasa dengan uang, atau tempat pembeli yang ingin menukar barang atau jasa dengan uang (KBBI, 2002: 833).

Menurut UU Nomor 5 Tahun 1999, Pasar adalah lembaga ekonomi dimana para pembeli dan penjual baik secara langsung maupun tidak langsung dapat melakukan transaksi perdagangan barang dan atau jasa (Widodo, 2008: 284).

Dalam pengertian sehari-hari, pasar selalu identik dengan suatu tempat tertentu di mana terdapat banyak penjual dan pembeli yang bertransaksi jual beli. Dengan kata lain, pasar seringkali diartikan sebagai tempat atau lokasi untuk jual beli barang. Dalam ilmu ekonomi, istilah pasar digunakan untuk menggambarkan pertemuan antara penawaran dan permintaan yang menentukan tingkat harga barang atau jasa yang di perjual belikan.

Oleh karena itu, apabila ada seorang penjual (produsen atau distributor) bertransaksi dengan seorang pembeli (konsumen), di manapun mereka berada, maka dapat dikatakan bahwa mereka telah membentuk suatu pasar. Selanjutnya, proses terjadinya pertemuan antara penjual dan pembeli tidak terikat oleh suatu tempat. Bahkan antara penjual dan pembeli tidak harus bertemu secara tatap muka. Seiring dengan perkembangan teknologi, untuk melakukan transaksi jual beli barang dan jasa, penjualan atau pembelian dapat dilakukan melalui surat-menyurat, telepon, atau bahkan dapat melalui tele-marketing.

Dengan demikian, pasar dapat terbentuk kapan saja, dimana saja, dan dengan siapa saja, selama ada penjual, pembeli, dan barang atau jasa yang


(50)

diperjualbelikan. Berdasarkan pengertian pasar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terbentukannya suatu pasar memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Adanya Tempat Untuk Bertransaksi

Tempat untuk bertransaksi dalam pasar tradisional adalah tempat atau lokasi berdagang dan membeli.

2. Adanya penjual dan pembeli

Penjual dan pembeli merupakan syarat yang paling penting dan utama terhadap pembentukan pasar, karena penjual dan pembeli itulah subjek atau pelaku transaksi. Dengan demikian, tanpa keberadaan penjual atau pembeli, aka tidak akan terjadi suatu proses kegiatan jual atau beli (bertransaksi)

3. Adanya transaksi jual beli

Interaksi di antara penjual dan pembeli di pasar akan melahirkan kegiatan transaksi. Pembeli akan berusaha mencari barang atau jasa yang dibutuhkannya dan sebaliknya penjual akan berusaha menarik pembeli agar barang atau jasanya terjual.

4. Adanya barang atau jasa yang diperjualbelikan

Barang atau jasa yang diperjualbelikan di pasar tidak hanya berupa barang konsumsi, tetapi juga berupa barang produksi, seperti bahan baku ataupun barang setengah jadi yang masih akan diolah lagi.


(51)

Apabila dalam suatu proses transaksi, kesepakatan di antara penjual dan pembeli telah terjadi, maka terbentuklah “harga” berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak tersebut, penjual harus menyerahkan barang pada konsumen dan konsumen harus membayar sesuai dengan harga yang telah disepakati.

Pasar memiliki peranan atau fungsi yang amat penting dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Jika tidak ada pasar, seseorang akan kesulitan (tidak efisien) memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ia perlukan. Jadi, keberadaan pasar berperan penting dan fungsi untuk produsen maupun konsumen. Fungsi-fungsi pasar dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Sarana Distribusi

Beberapa barang yang diperjualbelikan di pasar dapat berasal dari luar daerah, seperti baju-baju yang dijual di pasar berasal dari pabrik-pabrik tekstil yang berada jauh dari sayur-sayuran yang berasal dari perkebunan yang berada jauh dari pasar. Oleh karena itu, tidak sedikit penjual yang berusaha untuk dapat sampai ke pasar dalam menjual barang-barangnya, menggunakan jasa transportasi. Hal ini disebabkan karena pasar mempermudah dan memperlancar penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Jadi, pembeli yang ingin memperoleh suatu barang dapat mencarinya di pasar. Sebaliknya dengan produsen yang ingin menjual barang-barang dagangannya, yaitu dengan memasarkan produknya di pasar.

2. Pembentuk harga

Untuk mendapatkan barang yang diinginkan, pembeli harus menyerahkan sejumlah uang yang seharga barang tersebut. Harga barang ini terbentuk atas


(52)

dasar kesepakatan antara penjual dan pembeli. Di pasar tradisional, masih memungkinkan terjadinya transaksi yang menghasilkan tingkat harga yang disepakati oleh pembeli dan penjual melalui proses tawar-menawar, namun tidak demikian dengan harga barang-barang yang dijual di pasar swalayan. Oleh karena itu, dalam hal ini, fungsi pasar sebagai pembentuk harga.

3. Sarana promosi

Pasar adalah salah satu tempat penting dalam memperkenalkan suatu barang atau jasa, terutama barang atau jasa baru. Untuk menarik minat pembeli, banyak penjual atau produsen yang menggunakan pasar sebagai sarana promosi, seperti memasang spanduk promosi, poster, pamflet, dan sebagainya. Banyak atau sedikitnya orang yang tertarik untuk membeli barang atau jasa dapat dipengaruhi oleh kepandaian produsen dalam mempromosikan barang atau jasa yang ditawarkannya tersebut, apalagi jika dikemas dalam bentuk potongan harga atau paket hemat.

4. Penyerap tenaga kerja

Di pasar, selain penjual dan pembeli, kamu dapat melihat banyak orang yang menawarkan berbagai jasa, kuli angkut barang, juru pakir yang sibuk mengatur kendaraan yang keluar atau masuk pasar, penjaga pasar, pertugas toilet umum, hingga petugas kebersihan. Keberadaan dan kegiatan dari orang-orang tersebut bergantung pada kegiatan pasar. Semakin besar dan ramai suatu pasar, maka semakin besar pula tenaga kerja yang dapat diserap atau terbentuk. Dengan demikian, pasar dapat berbentuk sebagai penyerap tenaga kerja.


(53)

Pasar mempengaruhi kehidupan ekonomi masyarakat, terutama hal yang terkait dengan penghasilan. Di pasar, terdapat penjual yang merupakan bagian dari suatu masyarakat. Mereka memperoleh penghasilan dari penjual di pasar. Jadi kegiatan berjualan atau kegiatan lain di pasar, baik itu penjual, juru pakir, kuli angkut, dan sebagainya, merupakan mata pencarian utama mereka. Selain itu, pemerintah pun mendapatkan penghasilan dari pajak dan retribusi pasar

(Tim Abdi Guru 2007: 225-228).

2.4.2 Pedagang Kecil

Kegiatan perdagangan dapat menciptakan kesempatan kerja melalui dua cara. Pertama, secara langsung, yaitu dengan kapasitas penyerapan tenaga kerja yang benar. Kedua, secara tidak langsung, yaitu dengan perluasan pasar yang diciptakan oleh kegiatan perdagangan disatu pihak dan pihak lain dengan mempelancarkan penyaluran dan pengadaan bahan baku (Kurniadi dan Tangkilisan, 2002: 21).

Pedagang adalah perantara yang kegiatannya membeli barang dan menjualnya kembali tanpa merubah bentuk atas inisiatif dan tanggungjawab sendiri dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan pedagang kecil adalah pedagang yang membeli barang dan menjualnya kembali langsung kepada konsumen untuk membeli dan menjualnya dalam partai kecil atau per satuan (Sugiharsono dkk, 2000: 45).

Pedagang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dibagi atas dua yaitu: pedagang besar dan pedagang kecil. Pedagang kecil adalah pedagang yang menjual barang dagangan dengan modal yang kecil (KBBI, 2002: 230).


(54)

Menurut UU Nomor 29 Tahun 1948, Pedagang adalah orang atau badan membeli, menerima atau menyimpan barang penting dengan maksud untuk dijual, diserahkan, atau dikirim kepada orang atau badan lain, baik yang masih berwujud barang penting asli, maupun yang sudah dijadikan barang lain (Widodo, 2008: 285-286).

2.5 Kerangka Pemikiran

Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios atau emperan, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, yang menjual kebutuhan sehari-hari, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, beras, daging, ikan, kue, telur, dan lainnya. Pasar tradisional ini pada umumnya banyak terdapat disekitar lokasi pemukiman penduduk.

Bila diamati sebenarnya, keberadaan pasar tradisional tidak mungkin ditiadakan karena sebagian besar masyarakat masih berada dalam kondisi ekonomi menengah ke bawah, sehingga tidak semua memiliki daya beli yang cukup besar untuk terus-menerus berbelanja di pasar-pasar modern. Menghadapi kondisi persaingan yang tidak seimbang antara pasar tradisional dan pasar modern, membuat Pemerintah Daerah berupaya memperbaiki penampilan pasar tradisional yang selama ini dicitrakan becek kumuh, jorok/kotor dan tidak ada kepastian harga. Upaya renovasi pasar tradisional pun menjadi salah satu program Pemerintah Kota Medan untuk merevitalisasi pasar-pasar tradisional yang hampir


(55)

kehilangan pembeli, akibat persaingan yang terjadi pada pasar tradisional dan pasar modern.

Disisi lain pedagang kecil di pasar tradisonal berusaha kerja keras agar dagangannya laku, sebagian memanfaatkan keuangan dimana keuntungan yang diperoleh dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan dapat menyisikan sebagian hasil dari keuntungan dalam kebutuhannya. Maka untuk memperjelas alur pemikiran diatas dapat digambarkan secara skematis dalam bagan alur pikir sebagai berikut


(56)

Gambar 2.1

Bagan Alur Pikir

pedagang

Pasar

Kesejahteraan keluarga pedagang kecil

Sosial ekonomi keluarga - Pendapatan

- Perumahan/ tempat tinggal - Pangan

- Sandang - Pendidikan - Kesehatan - Rekreasi


(57)

2.6 Definisi Konsep dan Operasional

2.6.1 Definisi Konsep

Suatu konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal lain-lain yang sejenis. Konsep diciptakan dengan mengelompokan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009: 112).

Untuk lebih mengetahui pengertian konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Keluarga adalah suatu unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang masih tanggungan orang tua.

2. Kesejahteraaan Keluarga adalah terpenuhnya kebutuhan keluarga yaitu kebutuhan sandang, pangan, tempat tinggal, kesehatan dan relasi-relasi sosial. 3. Kebutuhan manusia adalah segala yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan keluarga, dalam hal ini kebutuhan keluarga pedagang kecil di pasar sore padang bulan medan.

4. Pedagang kecil adalah usaha orang yang melakukan usaha dagang yang dilakukan secara kecil-kecilan dengan modal yang relatif kecil dalam partai atau eceran per satuan kepada konsumen.


(58)

5. Pasar adalah tempat orang berjual beli atau tempat penjual yang ingin menukar barang atau jasa dengan uang atau tempat pembeli yang ingin menukar barang atau jasa dengan uang.

Definisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan penelitian dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Maka perlu operasionalisasi dari konsep-konsep yang menggambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi, 2009: 120).

Dalam penelitian ini, Tinjauan Tentang Kesejahteraan Keluarga Pedagang Kecil di Pasar sore padang bulan Medan dapat dilihat dari indikator sebagai berikut:

1. Kesejahteraan adalah sesuatu yang dimiliki oleh keluarga pedagang kecil dengan indikator-indikatornya:

a. Pendapatan adalah jumlah uang yang diperoleh pedagng kecil setiap hari dari hasil berjualan

b. Perumahan adalah tempat tinggal pedagang pasar dengan indikator: - Tersedianya sistem pengadaan air dirumah

- Tersedianya fasilitas untuk makan


(59)

- Adanya sistem pembuangan tinja (pipa saluran/tempat pembuangan) - Luas rumah dengan jumlah penghuni harus seimbang

- Adanya ventilasi - Kekuatan bagunan

c. Pangan adalah jenis makanan yang dikomsumsi oleh pedagang kecil yang

mengandung:

- Unsur gizi pemberi tenaga yaitu hidrat arang, protein, lemak

- Unsur gizi pembangun sel-sel jaringan yaitu protein, mineral, vitamin, air - Unsur gizi pengatur pekerjaan jaringan tubuh kita yaitu vitamin-vitamin dan mineral

d. Sandang adalah terpenuhinya kebutuhan akan pakaian, setidaknya satu tahun membeli pakaian

e. Pendidikan adalah kemampuan pedagang dengan usahanya untuk melanjutkan pendidikan anaknya

f. Kesehatan adalah suatu keadaan bebas dari sakit atau penyakit

g. Rekreasi adalah kebutuhan untuk rileks

h. Tabungan adalah sebagian dari keuntungan yang bisa disimpan untuk ditabung.


(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu keadaan subjek atau objek. Penelitian deskriptif dalam pelaksanaannya lebih terstruktur, sistematis dan terkontrol, peneliti memulai dengan subjek yang telah jelas dan mengadakan penelitian atas populasi atau sempel dari subjek tersebut untuk menggambarkannya secara akurat (Silalahi, 2009: 28).

Penelitian ini menggunakan tipe deskriptif, yaitu berusaha menggambarkan secara jelas mengenai kondisi secara menyeluruh tentang kesejahteraan keluarga pedagang kecil di Pasar Sore Padang Bulan Medan.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan Pasar Sore di Jl. Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Adapun alasan peneliti memilih lokasi ini sebagai objek penelitian karena Pasar Sore Padang Bulan Medan dan sedikit banyak dari gambaran maupun kondisi pedagang yang berjualan sudah dipahami. Selain itu Pasar Sore Padang Bulan Medan merupakan salah satu pasar tradisional yang cukup ramai dikunjungi oleh para pembeli dan pedagang kecilnya juga lumayan banyak.


(61)

3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit atau elemen dimana penyelidik tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang atau kelompok orang, masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa, atau laporan yang semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara spesifik dan tidak secara mendua (Silalahi, 2009: 253). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah pedagang kecil yang ada di pasar sore Padang Bulan Medan sebanyak 63 orang pedagang.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sempel adalah satu subset atau tiap bagian dari populasi berdasarkan apakah itu representatif atau tidak. Sampel merupakan bagian tertentu yang dipilih dari populasi (Silalahi, 2009: 254). Gay berpendapat bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada metode penelitian yang diinginkan, yaitu metode deskriptif minimal 10% populasi (Iqbal, 2002: 60). Karena jumlah populasi kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua. Sehingga jumlah sempel sama dengan besarnya jumlah populasi yaitu 63 orang pedagang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan penelitian menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:


(62)

Teknik pengumpulan data ini menyangkut permasalahan yang diangkat untuk diteliti dengan melihat serta mempelajari dan menelaah buku-buku yang representatif terhadap masalah yang dipilih.

2. Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan untuk memperoleh data dan memperoleh gambaran tempat dan permasalahan sementara dan untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang diangkat. Pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung turun kelokasi penelitian untuk mencari faktor yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, melalui:

a. Quesioner, mengumpulkan data dan informasi dengan cara menyebarkan suatu daftar pertanyaan tertulis untuk dijawab oleh responden.

b. Observasi, mengumpulkan tentang segala kejadian dengan cara mengamati, melihat, mendengar dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran penelitian.

c. Wawancara, yaitu kegiatan dengan mengajukan pertanyaan secara tatap muka langsung untuk mendapatkan data tambahan.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam analisa data, langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Editing yaitu meneliti kembali catatan yang diperoleh dari penelitian.

2. Prakoding yaitu untuk mengetahui kategori-katagori jawaban apa yang ada untuk mengklasifikasikan ragam jawaban kedalam struktur klasifikasi.


(63)

3. Koding yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya.

4. Membuat katagori untuk mengklasifikasikan jawabannya. Hal ini berguna untuk dapat dipakai sebagai data, sehingga data mudah di analisa, serta disimpulkan untuk menjawab masalah yang dikemukakan dalam penelitian sehingga jawaban yang beraneka ragam itu perlu ditingkatkan.

5. Menghitung frekuensi data pada masing-masing katagori.

6. Tabulasi, disini data dalam keadaan tersusun dalam suatu table yang baik, data dapat dibaca dengan mudah dan maknanya akan segera dipahami.


(64)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Pasar Sore Padang Bulan Medan adalah salah satu dari 69 (enam puluh sembilan) pasar tradisional yang ada di kota Medan. Pajak Sore Padang Bulan yang berada di Jalan Jamin Ginting terdiri dari 2 pasar, satu diniliki oleh PEMDA sedangkan yang satu lagi dimiliki oleh swasta. Jumlah pedagang yang berada di bawah naungan PEMDA berjumlah 334, hal tersebut dapat dilihat dari 21 ruko, 167 kios, 90 stand, 8 bangunan baru belakang serta 48 bangunan baru depan. Pajak Sore Padang Bulan dapat menampung 334 pedagang dengan luas lahan sebesar 1000m2 dan luas bangunan sebesar 800 m2.

Adapun jenis barang yang dijual terdiri dari bahan-bahan pokok seperti sembako, sayur-sayuran, ikan, daging, bumbu dan rempah, barang kelontong, makanan, minuman, buah-buahan sampai pada kebutuhan sandang seperti pakaian, tas, sepatu, perhiasan, barang pecah belah, dan sebagainya. Untuk areal parkir, Pajak Sore Padang Bulan hanya dapat menampung sekitar 10 kendaraan roda dua dan 5 kendaraan roda empat. Pajak Sore Padang Bulan merupakan salah satu pasar tradisional di kota Medan yang dikelola oleh PD. Pasar/Pajak Kota Medan. Pajak Kota Medan didirikan dengan tujuan untuk mewujudkan dan meningkatkan pelayanan umum kepada masyarakat dengan penyediaan sarana pasar, disamping itu juga menunjang kebijaksanaan umum Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Penataan pajak secara teratur yang dilengkapi dengan sarana dan


(65)

prasarana tempat berjualan perlu dilakukan melihat potensi perkembangan pasar yang cukup besar. Maka PD.Pajak Kota Medan merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi hal tersebut dan sebagai fasilitator bagi para pedagang. PD.Pajak Kota Medan sebagai pemegang mandat yang diberikan oleh Pemerintah Kota Medan untuk melaksanakan Peraturan Daerah Kota Medan No.8 Tahun 2001 dan Keputusan Walikota Medan No.28 Tahun 2001.

4.1.4.2 Visi dan Misi PD.Pajak Kota Medan

Mengingat perkembangan ekonomi yang sangat dinamis pada era globalisasi, maka perlu bagi setiap pelaku bisnis untuk benar-benar professional dalam menjalankan roda organisasi perusahaannya. Untuk itu perlu adanya visi dan misi agar tercapai kinerja perusahaan yang diharapkan.

1. Visi PD.Pajak Kota Medan

PD.Pajak Kota Medan memiliki visi sebagai fasilitator terdepan dalam mewujudkan pelayanan umum di sektor pasar bagi masyarakat kota Medan. 2. Misi PD.Pajak Kota Medan

PD.Pajak Kota Medan memiliki misi sebagai berikut:

a. Mewujudkan akuntabilitas publik oleh perusahaan serta menciptakan aparatur yang bersih.

b. Meningkatkan kualitas pelalayanan dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan.


(66)

melaksanakan perencanaan pembangunan, pemeliharaan dan pengawasan. d. Memberikan kontribusi bagi pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan manajeman perusahaan yang bersih.

4.1.4.3 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi diperlukan dalam pelaksanaan tugas perusahaan. Struktur

organisasi menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi.

Struktur organisasi Pajak Sore Padang Bulan dapat dilihat pada Gambar 4.1

berikut ini:

Gambar 4.1 : Struktur Organisasi Perusahaan

Sumber : PD.Pasar Padang Bulan Medan (2011)

KEPALA PAJAK

STAFF

PENGUTIP

SATPAM PAJAK


(1)

Tabel 5.39

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN TEMPAT

MENABUNG

No Tempat Menabung Jumlah Persentase (%)

1 2

Di Bank Celengan

55 8

87,30 12,69

jumlah 63 100

Sumber: Angket 2014

Sebaran data pada tabel 5.39 tentang tempat responden menabung sebagian pendapatan menunjukkan bahwa 55 orang (87,30%) menjawab di bank ditabung dan 8 orang (12,69%) menjawab di celengan ditabung. Dari hasil wawancara di lapangan bahwa responden kebanyakan menyimpan uang di bank dengan alasan lebih aman dan sewaktu-waktu bila responden perlu bisa mengambilnya. Adapun alasan responden yang menyimpan uang di celengan karena mereka merasa uang yang mereka dapatkan tidak banyak.


(2)

Tabel 5.40

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN KEHIDUPAN BERMASYRAKAT ANTARA SESAMA PEDAGANG

No Interaksi Antar Pedagang Jumlah Persentase (%) 1

2

Baik Biasa Saja

44 19

69,84 30,15

Jumlah 63 100

Sumber: Angket 2014

Sebaran data pada tabel 5.40 tentang intraksi antar pedagang yang lain menunjukkan bahwa 44 orang (69,84%) menjawab kehidupan bermasyarakat baik, dan 19 orang (30,15%) menjawab kehidupan bermasyarakat biasa aja. Dari hasil wawacara di lapangan bahwa responden tidak pernah ada permusuhan atau permasalahan sesama pedagang yang lainnya dan disini kami mengenal satu dengan yang lainnya serta terjalin keakraban antara pedagang satu dengan pedagang lainnya. Keakraban mereka dapat dilihat jika diantara mereka mengalami kesulitan atau tertimpa musibah, seperti sakit dan mereka saling membatu. Demikian juga antara responden dengan petugas pasar, bahkan dengan masyarakat lainnya di mana mereka tinggal.


(3)

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah penulis lakukan, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Masalah pendapatan merupakan masalah yang paling penting bagi keluarga

pedagang di Pasar Sore Padang Bulan Medan, karena pendapatan yang mereka peroleh

dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan keperluan

lainnya.

2. Masalah perumahan/tempat tinggal bagi keluarga pedagang kelihatannya belum menjadi suatu masalah, karena rumah yang ditempati sudah layak huni.

3. Masalah pangan keluarga pedagang sudah tercukupi meskipun dengan menu yang sederhana, tapi mereka dapat memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.

4. Masalah sandang keluarga perlu diperhatikan karena mereka jarang membeli pakaian baru, jika membeli pakaian cenderung membeli pakaian bekas yang dibeli di pajak tradional yang kualitasnya terjangkau dengan pendapatan mereka.


(4)

kurang mengetahui pentingnya pendidikan, kemalasan merupakan alasan kebanyakan anak-anak mereka yang tidak melanjutkan sekolah.

6. Masalah kesehatan belum menjadi masalah yang perlu diperhatikan, karena mereka bila sakit mereka pasti berobat, dan mereka masih mementingkan kesehatan untuk diri mereka.

7. Masalah rekreasi/liburan pada keluarga pedagang sangat jarang dilakukan, karena factor ekonomi yang tidak memadai.

8. Masalah tabungan ini sangat mendasar untuk mereka, tapi hanya sedikit dari mereka yang menyisikan sebagian pendapatan mereka untuk menyimpan sebagian pendapatan mereka untuk ditabung.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka

dapat penulis memberi saran sebagai berikut :

1. Hendaknya pedagang mampu meningkatkan partisipasinya dalam membantu pecapaian perekonomian keluarga, sehingga penghasilan pedagang dapat meningkatkan kesejahteraan keluaga

2. Diharapkan agar pemerintah dapat lebih memperhatikan pembangunan prasarana pendidikan bagi anak-anak pedagang kecil, terutama di sekitar pasar sehingga dapat menciptakan program pemerintah yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). 2003. Jakarta: Balai Pustaka.

Adi. 2002. Profesionalitas Pekerja Sosial dan Sarjana Kesejahteraan Sosial dalam Menjawab Pemerintahan Sosial di Indonesia. Bengkulu: HIMAKSI. Khairuddin. 2002. Sosiologi Keluarga.Yogyakarta: Liberty.

Kurniadi dan Tangkilisan. 2002. Ketertiban Umum dan Pedagang Kaki Lima di DKI Jakarta. Yogyakarta: YPAPI.

Adi, Islandi Rukminto, 2003, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Edisi Revisi), Jakarta: LP-FEUI

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Jakarta: Erlangga. Rintuh, Cornelis dan Miar. 2005. Kelembagaan Dan Ekonomi Rakyat.

Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA

Sardjono, Yetty. 2005. Pergulatan Pedagang Kaki Lima di Perkotaan. Jakarta: Muhammadiyah University Press.

Silalai, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama. Sua’adah, 2005. Sosiologi Keluarga. Malang: Universitas Muhammadiyah. Sumardi, MD. 1987. Koperasi Dalam Orde Ekonomi Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Sugiharsono, dkk, 2002. Ekonomi. Jakarta: Grafindo Media Pratama.

Slamet, Juli Soemirat. 2009. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: GADJAMADA Universitas Press.


(6)

Tim Abdi Guru. 2007. IPS TERPANDU. Jakarta: Erlangga.

Tirtarahardja, Umar dan lasulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Undang-Undang Kesejahteraan Sosial UU No. 11 Tahun 2009. 2010. Jakarta: Sinar Grafika.

Wibhawa, Budhi dan T Raharjo, Santoso dan Budiarti S, Meilanny. 2010. Dasar- Dasar Pekerjaan Sosial. Bandung: Widya Padjajaran.

Widodo. 2008. Glosarium Undang-Undang. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.

Sumber Lain :

www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?option=com, diakses tanggal 12 Febuari

2014 pukul 09.00 WIB

Sumut Pos Tgl. 20 Pebruari 2006, diakses tanggal 12 Juni 2011 pukul 09.10 WIB http://metro.kompasiana.com/2011/01/14/konservasi-pasar tradisional, diakses

tanggal 13 Febuari 2014 pukul 09.30 WIB

http://www.scribd.com/doc/15653450/Rekreasi, diakses tanggal 15 Febuari 2014 pukul 09.30 WIB