Tinjauan Tentang Kesejahteraan Keluarga Pedagang Kecil di Pasar Petisah Medan

(1)

TINJAUAN TENTANG KESEJAHTERAAN KELUARGA

PEDAGANG KECIL DI PASAR PETISAH MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Guna Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sosial

OLEH:

ZAHARA HARAHAP 070902004

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

NAMA : ZAHARA HARAHAP NIM : 070902004

DEPARTEMEN : ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

JUDUL : TINJAUAN TENTANG KESEJAHTERAAN KELUARGA PEDAGANG KECIL DI PASAR PETISAH MEDAN

MEDAN, DESEMBER 2011 PEMBIMBING

( Dra. Tuti Artika, M.SP NIP. 19630117 198803 2 001

)

KETUA DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

( Hairani Siregar, S.Sos, MPS NIP. 19710927 199801 2 001

)

DEKAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

( Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP. 19680525 199203 1 002


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Zahara Harahap Nim : 070902004

ABSTRAK

TINJAUAN TENTANG KESEJAHTERAAN KELUARGA PEDAGANG KECIL DI PASAR PETISAH MEDAN

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 96 halaman, 5 lampiran, dan 25 kepustakaan) Latar belakang penelitian ini atas dasar ingin mengangkat permasalahan kesejahteraan keluarga melalui pedagang kecil di pasar Petisah Medan. Karena kesejahteraan bukan hanya menjadi tujuan masyarakat di suatu tempat, lingkungan, atau suasana tertentu. Tetapi merupakan kebutuhan seluruh masyarakat yang hidup di dunia untuk mempertahankan kehidupnya dalam istilah pembangunan, baik fisik maupun mental. Diantara masyarakat atau bangsa, dimanapun itu permasalahan kesejahteraan selalu dibicarakan/dibincangkan, hal ini menjadikan adanya undang-undang kesejahteraan diturukan dan ditetapkan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, dengan populasi sebanyak 71 pedagang kecil. Data diambil dari semua populasi yang ada. Data yang dikumpulkan melalui penyebaran angket, didukung oleh wawancara dan observasi. Data penelitian dianalisis secara deskriptif-kuantitatif, sehingga diketahui kecenderungan fenomena yang terjadi.

Pendapatan keluarga pedagang kecil dalam upaya masalah kesejahteraan penting dilakukan agar tidak hanya menampilkan pengertian, tujuan, dan fungsinya secara tekstual (tertulis). Banyak penelitian yang perlu dilakukan untuk hal ini, tentunya dengan melihat permasalahan yang jelas dan untuk mencari sebuah redefenisi yang bertanggung jawab.

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pedagang-pedagang yang mencari nafkah dipasar sangat membantu dalam perekonomian mereka dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Hal ini terlihat dengan peningkatan pendapatan keluarga, perumahan yang baik, pangan dan yang terpenuhi walaupun sederhana, sandang yang terpenuhi walaupun hanya di beli pada saat keperluan saja, pendidikan yang kurang karena tidak ada kesadaran dari anak tersebut, kesehatan yang baik, rekreasi yang terpenuhi biarpun hanya setahun sekali, tabungan yang ada untuk keperluan masa depan kelak.


(4)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE

Name : Zahara Harahap Nim : 070902004

ABSTRACT

REVIEW ON FAMILY WELFARE IN A SMALL MARKET TRADERS PETISAH FIELD

(This thesis is composed of 6 chapters, 96 pages, 5 attachments, and 25 libraries) The background of this study want to raise the issue on the basis of well-being of families through small traders in the market Petisah Medan. Because welfare is not just a public purpose in a place, environment, or a certain atmosphere. But the needs of all communities living in the world to defend his own life in terms of development, both physically and mentally. Among the community or nation, wherever it is always welfare issues discussed/dealt, it makes the existence of welfare legislation is spoken and determined

This study used descriptive research method, with a population of as many as 71 small traders. Data taken from all the existing populations. The data collected through questionnaire dissemination, supported by interviews and observation. The research data were analyzed descriptively-quantitative, so that the known tendency of the phenomenon that occurs.

Family income of small traders in an effort to welfare issues important to do so not only show understanding, purpose, and function in textual (written). Much research needs to be done for this, of course with a clear look at the problems and to find a responsible redefenisi.

Based on research that has writers do, on the whole it can be concluded that the traders who make a living in the market are very helpful in their economies and improve the welfare of the family. This was shown by an increase in family income, good housing, food and a simple though unfulfilled, and clothing are met even if only in buying at the time of need alone, lack of education because there is no awareness of the child, good health, recreation is met even if only once a year, the savings are there for future purposes later.


(5)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, serta selawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dalam alam kegelapan menuju alam pendidikan yang lebih baik. Dimana telah memberikan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul: “Tinjauan Tentang Kesejahteraan Keluarga Pedagang Kecil di Pasar Petisah Medan”.

Penulis menyadari bahwasanya di dalam banyak hal, mulai dari awal sampai akhir dalam penulisan skripsi ini telah banyak melibatkan berbagai pihak yang turut serta membantu penulisan dalam merampungkan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, MSP, selaku Ketua Depatemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Tuti Artika, M.SP, selaku pembimbing yang telah bersedia menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis serta memberi dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.


(6)

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan, bimbingan, dan jasa-jasanya hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan. 5. Kepada orang tua saya yang tercinta, yaitu Ayahanda Drs. H. Nurmansyah

Harahap dan Ibunda Hj. Hawani Hasibuan, yang selalu memberikan doa dan semangat yang tiada henti-hentinya serta memberikan perhatian, pengorbanan serta dukungan baik moril maupun materi, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Abang saya Muhammad Ikhsan Harahap, Muhammad Ishaq Harahap, Muhammad Ismail Harahap dan Kakak saya Maryam Ulfa Harahap, yang selalu memberikan semangat dan dukungan selama ini.

7. Bapak Kepala Pasar Petisah, yang telah memberikan izin peneliti dan para staf/pertugas kantor pasar yang memberikan bantuan dalam penulisan skripsi. 8. Terima kasih kepada teman- teman: Chili, Lili, Kristina, Nova, Izal, Lely,

Milki, Deli, Andre, Dodi, septian dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

9. Terima kasih juga kepada kakak dan abang senior: Fitri, Opik, Reza, Andre, Riko, Rahmad dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

10.Kepada seluruh responden yang telah membantu penulis selama mengadakan penelitian. Penulis ucapkan terima kasih banyak atas data dan informasinya.

Akhirnya, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari pada sempurna dan bukanlah hal yang mustahil apabila di dalamnya masih


(7)

banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini, baik ditinjau dari segi teknik penulisan maupun dari segi ilmiahnya. Maka dengan segala kerendahan penulis mengharapkan masukan saran dan kritik dari pembaca. Harapan penulisan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa dan pihak-pihak yang memerlukanya.

Medan, Desember 2011

Penulis,

NIM: 070902004 ZAHARA HARAHAP


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

ABSTRACT ……….. ii

KATA PENGANTAR ……….. iii

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ………. ix

DAFTAR GAMBAR ……… xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2Perumusan Masalah ………. 9

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 9

1.3.1 Tujuan Penelitian ……… 9

1.3.2 Manfaat Penelitian ………. 9

1.4Sistematika Penulisan ……….. 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Keluarga ……… 11

2.2 Kesejahteraan Keluarga ……….. 12

2.3 Sistem Ekonomi Kerakyatan ………... 28


(9)

2.4.1 Pasar ………... 30

2.4.2 Pedagang Kecil ……….. 34

2.5 Kerangka Pemikiran ……… 35

2.6 Definisi Konsep dan Operasional ……… 37

2.6.1 Definisi Konsep ……….. 37

2.6.2 Definisi Operasional ………... 38

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ………. 41

3.2 Lokasi Penelitian ………. 41

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ………... 42

3.3.1 Populasi Penelitian………... 42

3.3.2 Sampel Penelitian ………... 42

3.4 Teknik Pengumpulan Data ……….. 42

3.5 Teknik Analisis Data ………... 43

BAB IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Berdiri PD Pasar Kodati II Medan ……… 45

4.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………... 47

4.3 Struktur Organisasi Perusahaan Daerah Kota Medan …………. …... 49


(10)

BAB V. ANALISIS DATA

5.1 Karakteristik Umum Responden ……… 54 5.2 Analisis Data Penelitian ………. 61 5.2.1 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Fasilitas MCK … 73 5.2.2 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Untuk

Mendapatkan Penerangan ………. 74

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ………. 95 6.2 Saran ……… 96

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 5.1 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan

Suku Bangsa/Etnis ……….... 54 Tabel 5.2 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Agama …… 55 Tabel 5.3 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Usia ……… 56 Tabel 5.4 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin ………. 57 Tabel 5.5 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan

Kedudukan Dalam Keluarga …... 58 Tabel 5.6 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan

Status Perkawinan ………. 59 Tabel 5.7 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan

Pendidikan ……… 60 Tabel 5.8 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan

Mendapatkan Modal Usaha Untuk Berdagang ………... 61 Tabel 5.9 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Lamanya

Berjualan Di Pasar Petisah Medan ……… 62 Tabel 5.10 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Modal

Yang Diperlukan Untuk Berjualan ……… 63 Tabel 5.11 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Alasan


(12)

Tabel 5.12 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan

Penghasilan Selama Satu Bulan ……… 65 Tabel 5.13 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan

Status Rumah ……… 66 Tabel 5.14 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Bentuk

Rumah ……... 67 Tabel 5.15 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Cara

Pertukaran Udara Di Dalam Rumah ………. 68 Tabel 5.16 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Atap

Rumah ………... 69 Tabel 5.17 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Lantai

Rumah ………... 70 Tabel 5.18 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan

Jumlah Kamar Di Rumah ……….. 71 Tabel 5.19 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sumber

Air Di Rumah ……… 72 Tabel 5.20 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pembuangan

Air Limbah Yang Di Lakukan ……….. 73 Tabel 5.21 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Frekwensi

Makan Dalam Sehari ………..…….. 75 Tabel 5.22 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Makanan

Sesuai Dengan 4 Sehat 5 Sempurna ………. 76 Tabel 5.23 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan frekwensi


(13)

Minum Susu ……….. 77 Tabel 5.24 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Makanan

Selingan Di Rumah ………... 78 Tabel 5.25 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Membeli

Pakaian Baru ………. 79 Tabel 5.26 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Rangka

Apa Keluarga Membeli Baju Baru………. 80 Tabel 5.27 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pakaian

Yang Dipakai Berjualan Dengan Pakaian Keacara Lain .. 81 Tabel 5.28 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tempat

Membeli Baju Baru ………... 82 Tabel 5.29 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Anak

Yang Bersekolah ………... 83 Tabel 5.30 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jumlah

Anak Yang Bersekolah ………. 84 Tabel 5.31 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Alasan

Anak Yang Tidak Bersekolah ………... 85 Tabel 5.32 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan

Keadaan Sakit ………... 86 Tabel 5.33 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Penyakit

Yang Sering Diderita Selam Berjualan ………. 87 Tabel 5.34 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Berobat


(14)

Tabel 5.35 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Rekreasi

Dalam Setahun ……….. 89 Tabel 5.36 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tempat

Berekreasi ………. 90 Tabel 5.37 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kendaraan

Yang Dipakai Berekreasi ……….. 91 Tabel 5.38 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan

Keuntungan Berjualan Untuk Ditabung ………... 92 Tabel 5.39 Ditribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tempat

Menabung ………. 93 Tabel 5.40 Ditribusi Jawaban Responden Berdasarkan


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Bagan Alur Pikir ……… 37 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Tata Kerja Perusahaan Daerah


(16)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Zahara Harahap Nim : 070902004

ABSTRAK

TINJAUAN TENTANG KESEJAHTERAAN KELUARGA PEDAGANG KECIL DI PASAR PETISAH MEDAN

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 96 halaman, 5 lampiran, dan 25 kepustakaan) Latar belakang penelitian ini atas dasar ingin mengangkat permasalahan kesejahteraan keluarga melalui pedagang kecil di pasar Petisah Medan. Karena kesejahteraan bukan hanya menjadi tujuan masyarakat di suatu tempat, lingkungan, atau suasana tertentu. Tetapi merupakan kebutuhan seluruh masyarakat yang hidup di dunia untuk mempertahankan kehidupnya dalam istilah pembangunan, baik fisik maupun mental. Diantara masyarakat atau bangsa, dimanapun itu permasalahan kesejahteraan selalu dibicarakan/dibincangkan, hal ini menjadikan adanya undang-undang kesejahteraan diturukan dan ditetapkan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, dengan populasi sebanyak 71 pedagang kecil. Data diambil dari semua populasi yang ada. Data yang dikumpulkan melalui penyebaran angket, didukung oleh wawancara dan observasi. Data penelitian dianalisis secara deskriptif-kuantitatif, sehingga diketahui kecenderungan fenomena yang terjadi.

Pendapatan keluarga pedagang kecil dalam upaya masalah kesejahteraan penting dilakukan agar tidak hanya menampilkan pengertian, tujuan, dan fungsinya secara tekstual (tertulis). Banyak penelitian yang perlu dilakukan untuk hal ini, tentunya dengan melihat permasalahan yang jelas dan untuk mencari sebuah redefenisi yang bertanggung jawab.

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pedagang-pedagang yang mencari nafkah dipasar sangat membantu dalam perekonomian mereka dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Hal ini terlihat dengan peningkatan pendapatan keluarga, perumahan yang baik, pangan dan yang terpenuhi walaupun sederhana, sandang yang terpenuhi walaupun hanya di beli pada saat keperluan saja, pendidikan yang kurang karena tidak ada kesadaran dari anak tersebut, kesehatan yang baik, rekreasi yang terpenuhi biarpun hanya setahun sekali, tabungan yang ada untuk keperluan masa depan kelak.


(17)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE

Name : Zahara Harahap Nim : 070902004

ABSTRACT

REVIEW ON FAMILY WELFARE IN A SMALL MARKET TRADERS PETISAH FIELD

(This thesis is composed of 6 chapters, 96 pages, 5 attachments, and 25 libraries) The background of this study want to raise the issue on the basis of well-being of families through small traders in the market Petisah Medan. Because welfare is not just a public purpose in a place, environment, or a certain atmosphere. But the needs of all communities living in the world to defend his own life in terms of development, both physically and mentally. Among the community or nation, wherever it is always welfare issues discussed/dealt, it makes the existence of welfare legislation is spoken and determined

This study used descriptive research method, with a population of as many as 71 small traders. Data taken from all the existing populations. The data collected through questionnaire dissemination, supported by interviews and observation. The research data were analyzed descriptively-quantitative, so that the known tendency of the phenomenon that occurs.

Family income of small traders in an effort to welfare issues important to do so not only show understanding, purpose, and function in textual (written). Much research needs to be done for this, of course with a clear look at the problems and to find a responsible redefenisi.

Based on research that has writers do, on the whole it can be concluded that the traders who make a living in the market are very helpful in their economies and improve the welfare of the family. This was shown by an increase in family income, good housing, food and a simple though unfulfilled, and clothing are met even if only in buying at the time of need alone, lack of education because there is no awareness of the child, good health, recreation is met even if only once a year, the savings are there for future purposes later.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah satu dengan daerah lain, negara satu dengan negara lain. Penting bagi kita untuk dapat memiliki definisi yang sama dalam mengartikan pembangunan. Secara tradisional pembangunan memiliki arti peningkatan yang terus menerus pada Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto suatu negara. Untuk daerah, makna pembangunan yang tradisional difokuskan pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto suatu propinsi, kabupaten, atau kota.

Namun, muncul kemudian sebuah alternatif definisi pembangunan ekonomi yang lebih menekankan pada peningkatan Income Per Capita (pendapatan per kapita). Definisi ini menekankan pada kemampuan suatu negara untuk meningkatkan output yang dapat melebihi tingkat pertumbuhan penduduk. Definisi pembangunan tradisional sering dikaitkan dengan sebuah strategi mengubah struktur suatu negara atau sering kita kenal dengan industrialisasi.

Pada akhir dewasa 1960-an, banyak negara berkembang mulai menyadari bahwa “Pertumbuhan Ekonomi” (economic growth) tidak indetik dengan “Pembangunan Ekonomi” (economic development). Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, setidaknya melampaui negara-negara maju pada tahap awal pembangunan mereka, memang dapat namun dibarengi dengan masalah-masalah seperti


(19)

penggangguran, kemiskinan dipedesaan, distribusi pendapatan yang timpang, dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad kuncoro, 2004: 62-63).

Pembangunan daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional, yang hakekatnya adalah upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam mengwujudkan masa depan yang lebih baik bagi wilayah itu dan masyarakatnya. Karena tanggung jawab utama keberhasilan pelaksanaan pembangunan daerah berada pada pemerintah daerah, maka pada setiap pemerintah daerah diberikan kewenangan sesuai dengan kebutuhannya untuk menentukan kebijakan dan program pembangunan di daerahnya masing-masing seperti dinyatakan oleh UU Nomor 32 Tahun 2004. Namun demikian, peran pemerintah pusat dalam pembangunan daerah juga tidak kalah pentingnya yaitu menjamin bahwa pembangunan di daerah-daerah akan tetap terintegrasi satu dengan yang lain.

Pembangunan yang dilaksanakan pemerintah dan masyarakat bertujuan meningkatkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Indonesia sebagai negara berkembang, mengadakan dan merencanakan perubahan-perubahan di dalam masyarakat yang adil dan makmur, material maupun spiritual guna mengentaskan masalah-masalah sosial yang terus meningkat baik kualitas dan kuantitas. Untuk mencapai tujuan tersebut pelaksanaaan pembangunan ekonomi harus lebih memperlihatkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan unsur-unsur pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional. Dalam hal ini sektor usaha kecil atau sektor informal menduduki peran penting dan strategis dalam pembangunan nasional, baik dilihat dari segi kuantitas


(20)

maupun dari segi kemampuannya dalam peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja dalam mewujudkan pemerataan hasil pembangunan, termasuk pengentasan kemiskinan (Khairuddin, 2002: 48).

Dalam pengertian sehari-hari sektor informal diartikan suatu kegiatan ekonomi yang tidak bersifat terikat dan biasanya dilakukan transaksi jual beli atau perdagangan ataupun jasa yang lokasi dagangannya berpindah-pindah dan mempunyai modal yang kecil atau disebut pedagang kecil. Sektor informal adalah dicirikan oleh sektor ekonomi marginal dengan kondisi nyata kegiatan sejumlah tenaga kerja yang umumnya kurang berpendidikan, tidak punya keterampilan (Yetty Sardjono, 2005: 25).

Sektor informal adalah sektor yang terdiri dari unit-unit usaha berskala kecil yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan pokok yang menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi diri sendiri dan dalam usahanya itu sangat dihadapkan berbagai kendala seperti faktor modal baik fisik, maupun manusia (pengetahuan) dan faktor keterampilan (Kurniadi dan Tangkilisan, 2002: 23).

Wirasardjono membagi ciri-ciri dari sektor informal, yaitu:

1. Pola kegiatannya tidak teratur baik dalam arti waktu, pemodalan maupun penerimaannya.

2. Ia tidak tersentuh oleh peraturan-peraturan yang di terapkan oleh pemerintah. 3. Modal, peralatan dan pelengkapan maupun omsetnya biasanya kecil dan


(21)

4. Tidak mempunyai tempat yang tetap dan atau keterikatan dengan usaha-usaha lainnya.

5. Umumnya dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat berpendapat rendah.

6. Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus sehingga secara luas dapat menyerap bermacam-macam tingkatan tenaga kerja.

7. Umumnya, tiap-tiap satuan usaha memperkerjakan tenaga sedikit dan dari lingkungan hubungan keluarga, kenalan atau berasal dari daerah yang sama.

Hidayat membedakan kegiatan sektor informal menjadi sub sektor yaitu: perdagangan, jasa, angkutan, bangunan, dan industri kecil lainnya (Kurniadi dan Tangkilisan, 2002: 21).

Hasil penelitian Hidayat (1978) menyimpulkan bahwa salah satu ciri sektor informal adalah mudah masuk dan keluar dari suatu sub sektor yang lain. Apa yang didapatkan dari hasil penelitian Hidayat (1978) tersebut menunjukkan bahwa para pekerja sektor informal sering berganti atau alih pekerjaan untuk sekedar menjajaki dimana sub sektor paling menguntungkan (Yetty Sardjono, 2005: 18).

The Exploitation Approach: Under Integreted Conditions sebagaimana dinyatakan oleh Bose A.N (1974), Bienefeld (1975) bahwa sektor informal merupakan kegiatan yang kekurangan akses dan subordinasi pasar yang terjadi karena adanya aturan yang menekan sebagai akibat mekanisme dalam integritas dengan sektor ekonomi lainnya. Mekanisme itu berhubungan dengan tingginya harga biaya dalam penjualan jasa pelayanan sebagai akibat berlimpahnya tenaga


(22)

kerja, kurangnya altenatif peluang kerja dan rendahnya penghasilan. Ketergantungan dalam pendekatan ini ditekankan pada dua sisi yakni persediaan dan pemintaan untuk produknya (Yetty Sadjono, 2005: 21).

Data tenaga kerja disektor informal masih memegang peranan penting dalam menampung angkatan kerja, Sampai dengan Agustus 2008, sektor informal masih mendominasi kondisi ketenagakerjaan di Indonesia dengan kontribusi sekitar 65,92 persen pekerja laki-laki dan 73,54 persen pekerja perempuan. Sebagian orang menyebut sektor informal sebagai sektor penyelamat. Elastisitas sektor informal dalam menyerap tenaga kerja menjadikan sektor ini selalu bergairah. Tuntutan pekerjaan dengan kualifikasi pendidikan dan keterampilan memadai di perkotaan bisa memperoleh pekerjaan di sektor informal. Wilayah pedesaan sebagai sarang sektor informal. Dari seluruh pekerja di perdesaan, lebih dari 75 persen bekerja di sektor informal, sementara di perkotaan dari 100 pekerja, lebih dari 40 persen bekerja di sektor informal (htt:

Sektor informal memberikan sumbangan besar bagi masukan pendapatan kota. Karena meskipun mereka disebut sektor informal, akan tetapi mereka membayar berbagai macam restribusi yang dikutip oleh negara secara formal, dalam hal ini pemerintah kota. Misalnya, Sewa tempat berdagang dan restribusi kebersihan, di luar itu mereka juga harus membayar banyak pengeluaran yang dikutip oleh pihak yang tidak jelas dengan berbagai macam alasan, seperti uang keamanan, uang kebersihan ekstra. Yang mereka bayar ini jumlahnya tidak sedikit, Restribusi yang dalam bentuk resmi tentunya akan masuk ke kas


(23)

Perusahaan Daerah Pasar (PD Pasar) sebagai manajemen dan penyelenggara operasional pasar, seperti membayar gaji pegawai, merenovasi bagunan pasar yang sudah rusak, menambah fasilitas pasar dan lain-lain. Sedang kutipan yang tidak resmi tentu tidak jelas rimbanya ke mana. Sementara kontribusi wajib PD. Pasar pada PAD (pendapatan asli daerah) yang mesti disetor ke pemerintah kota untuk melengkapi APBD (anggaran pendapatan dan belanja daerah) (Sumut Pos Tanggal. 20 Februari 2006).

Pedagang kecil sering tergusur dengan kehadiran pembangunan mall/supermarket. Dalam hal ini seharusnya pemerintah dapat mengatasinnya, dan perlu diatur agar pembiayaan pasar setelah direvitalisasi tidak memberatkan pedagang, sehingga pedagang kecil dapat kembali menempati pasar dan posisinya tidak terancam oleh pasar modern, mengingat peran pedagang kecil telah merintis usaha dari sejak pasar itu dibangun hingga menjadi ramai. Akhirnya, pasar tradisional dapat tetap lestari tanpa harus merubah sistem yang telah berlaku didalamnya, tidak memutus keakraban penjual dan pembeli dan rakyat kecil tetap mendapatkan akses dalam membeli kebutuhan hidup. Hal ini perlu kebijakan untuk mengkonservasi pasar tradisional agar tetap eksis ditengah perkembangan kota tanpa harus kehilangan identitasnya sebagai salah satu simbol ekonomi kerakyatan, sehingga masyarakat akan percaya bahwa masih ada keberpihakan pemerintah pada kebutuhan rakyat kecil disamping kepentingan pemodal, semakin banyak pemerintah bisa mewujudkan keberpihakan kepada rakyat dalam kebijakan pembangunan, maka pembangunan kota akan semakin manusiawi


(24)

Kota Medan merupakan ibu kota Propinsi Sumatera Utara yang memiliki luas 26.510 Hektar (265,10 Km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Pembangunan ekonomi kota medan merupakan bagian integral dari upaya pembangunan nasional yang harus dilaksanakan dan diselaraskan secara terpadu antara sektor yang satu dengan sektor lain. Salah satu lapangan kerja adalah menjadi pedagang dan salah satu bidang usaha yang menghasilkan keuntungan dan pendapatan keluarga sekaligus dapat menyerap tenaga kerja/alternatif lapangan kerja, disana bermacam-macam orang yang berdagang seperti pedagang asongan, pedagang buah, pedagang ikan, pedagang kaki lima, dan sebagainya. Pendapatan pedagang dapat menjadi tumpuan pendapatan keluarga/memenuhi kebutuhan perekonomian keluarga pedagang.

Kota Medan terbagi dalam 21 kecamatan, salah satunya adalah Medan Petisah yang memiliki pasar tradisional yakni Pasar Petisah yang didirikan pada tahun 1996, luas lahan 24.256,00 dan luas bagunan 34.651,15 yang terdiri dari 1712 kios dan 639 Stand, dimana 1291 orang pedagang yang terdaftar. Pasar Petisah Medan merupakan salah satu pasar yang paling banyak diminati masyarakat sebagai tempat berbelanja. Di tengah banyak dan maraknya pembangunan pusat-pusat perbelanjaan yang modern, Pasar Petisah tetap berdiri dan bergairah. Bahkan Pasar Petisah yang baru (Pasar Petisah Tahap II) sudah dibangun dan sudah beroperasi beberapa tahun terakhir ini, yang berarti bahwa


(25)

dengan dibangunnya pasar baru ini maka penyerapan tenaga kerja pun akan semakin besar.

Semula kondisi pasar belum terorganisir secara baik dan belum terpelihara, barulah setelah beberapa lama Kotamadya Medan mulai terpikir mendirikan pasar. Pasar yang pertama di bangun oleh Gemente Medan adalah pasar Bundar Petisah pada tahun 1919 dan telah dibongkar pada tahun 1973 yang dipindahkan ke proyek Pusat Pasar, sedangkan pasar lainnya adalah pasar swasta seperti miliknya Tjong A fei bernama pasar ikan di jalan Ahmad Yani (jalan peniagaan) yang kemudian dipindahkan kejalan Cirebon untuk di bangun pasar yang lebih baik.

Berbicara mengenai usaha/kerja tentu erat kaitannya dengan usaha pemenuhan kebutuan manusia. Sebab manusia akan merasa selaras dan seimbang hidupnya kalau kebutuhan hidupnya terpenuhi. Begitu juga halnya dengan pedagang kecil di pasar petisah. Mereka berjualan dengan harapan akan mendapatkan keuntungan, selanjutnya hasil yang mereka peroleh dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya seperti sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan dan serta dapat menyisikan sebagian dari keuntungan dalam bentuk tabungan, serta rekreasi bersama keluarga. Untuk ini peneliti merasa tertarik untuk meneliti hal ini sesuai dengan judul penelitian saya yaitu “Tinjauan Tentang Kesejahteraan Keluarga Pedagang Kecil di Pasar Petisah Medan”.


(26)

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana Kesejahteraan Keluarga Pedagang Kecil di Pasar Petisah Medan?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Kesejahteraan Keluarga Pedagang Kecil di Pasar Petisah Medan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan referensi bagi peneliti berikutnya yang akan meneliti masalah kesejahteraan pedagang kecil

2. Untuk memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait dalam pengentasan masalah kesejahteraan keluarga

3. Bagi peneliti, melatih dan mengembangkan pemahaman atas teori melalui sebuah penelitian dan tulisan ilmiah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Sumatera Utara.

1.4Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut:


(27)

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sempel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang akan diteliti.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu melalui angket yang dibagikan kepada responden, kemudian dianalisis sehingga dapat dipahami data yang ada serta makna yang ada dibalik data penelitian tersebut.

BAB VI : PENUTUP

Berisikan kesimpulan dan saran sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Keluarga

Iver dan Page mendefinisikan keluarga sebagai berikut:

1. Keluarga merupakan kelompok sosial yang terkecil yang umumnya terdiri dari ayah, ibu dan anak.

2. Hubungan sosial di antara anggota keluarga relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan dan atau adopsi.

3. Hubungan antar anggota keluarga dijiwai oleh suasana kasih sayang dan rasa tanggung jawab.

4. Fungsi keluarga ialah merawat, memelihara dan melindungi anak dalam rangka sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial.

Pada hakekatnya keluarga merupakan hubungan seketurunan maupun tambahan (adopsi) yang diatur melalui kehidupan perkawinan bersama, searah dengan keturunannya yang merupakan suatu satuan yang khusus.

Selanjutnya Iver dan Page memberikan ciri-ciri umum keluarga yang meliputi:

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.


(29)

4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.

5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau begaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga (Su’adah, 2005: 22).

Keluarga merupakan sendi dasar kelompok sosial terkecil serta mempunyai corak tersendiri. Anak yang baru lahir pertama kali menemukan masyarakat yang terkecil ini. Disitulah dia dibesarkan dan memperoleh pendidikan yang pertama kali, mengadakan pertemuan pertama kali dengan manusia.

Menurut Ki Hajar Dewantara, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang perorang (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial. Keluarga itu tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan kearah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi kanak-kanak tapi juga bagi para remaja. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai pengajar dan pemberi contoh (Tirtaraharja dan Sulo, 2000: 169).

2.2 Kesejahteraan Keluarga

Dalam UU Nomor 10 Tahun 1992 memberikan batasan tentang keluarga sejahteraan yaitu keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah,


(30)

mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antara anggota antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.

Berdasarkan pengertian di atas, selanjutnya dikembangkan indikator yang mencerminkan tingkat kesejahteraan keluarga di Indonesia. Indikator tersebut sangat bermanfaat untuk memantau kondisi kesejahteraan keluarga di Indonesia dari waktu ke waktu. Dalam indikator tersebut, tingkat kesejahteraan keluarga dibagi dalam 5 tahapan yaitu tahap prasejahtera, tahap sejahtera I, tahap sejahtera II, tahap sejahtera III, dan tahap IV (Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN “Badan koordinasi Keluarga Berencana Nasional” 1996).

Dengan mengacu pada pembangunan keluarga sejahtera, maka kemiskinan atau kurang sejahtera digambarkan dengan kondisi sebagai berikut:

Keluarga prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan. Mereka digolongkan keluarga miskin atau prasejahtera apabila tidak mampu memenuhi salah satu indikator berikut:

1. Menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya. 2. Makan minimal dua kali sehari.

3. Pakaian lebih dari satu pasang.

4. Sebagian lantai rumahnya tidak dari tanah; dan 5. Jika sakit dibawa ke sarana kesehatan.

Keluarga sejahtera I adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan fisik minimum secara minimal namun belum dapat memenuhi


(31)

kebutuhan sosial dan psikologis seperti kebutuhan akan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan pekerjaan yang menjamin kehidudpan yang layak. Termasuk dalam keluarga sejahtera I bila tidak mampu memenuhi salah satu indikator berikut:

1. Menjalankan ibadah secara teratur.

2. Minimal seminggu sekali makan daging/telur/ikan. 3. Minimal memiliki baju baru sekali dalam setahun. 4. Luas lantai rumah rata-rata 8M² per anggota keluarga. 5. Semua anak berusia 5-15 tahun sekolah.

6. Salah satu anggota keluarga memiliki penghasilan tetap.

7. Dalam 3 bulan terakhir tidak sakit dan dapat melaksanakan fungsinya dengan baik.

Keluarga sejahtera II adalah keluarga-keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasar kebutuhan psikologis tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan perkembangan (menabung dan memperoleh informasi). Bila keluarga sudah mampu melaksanakan indikator dari sejahtera I, Tetapi belum mampu melaksanakan indikator berikut:

1. Upaya keluarga meningkatkan/menambah pengetahuan agama. 2. Keluarga mempunyai tabungan.

3. Makan bersama paling kurang sekali sehari. 4. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat.

5. Rekreasi bersama/penyegaran paling kurang sekali dalam sebulan. 6. Memperoleh berita dari surat kabar, radio, televisi, majalah.


(32)

7. Anggota keluarga mampu menggunakan transportasi.

Keluarga sejahtera III adalah keluarga-keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan pada tahapan keluarga I dan II namun belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) maksimal terhadap masyarakat dan berperan secara aktif dalam masyarakat. Bila keluarga sudah mampu melaksanakan indikator dari tahapan keluarga sebelumnya, tetapi belum mampu melaksanakan indikator berikut:

1. Memberikan sumbangan secara teratur (dalam waktu tertentu) secara sukarela dalam bentuk materi kepada masyarakat.

2. Aktif sebagai pengurus yayasan/institusi dalam kegiatan kemasyarakatan. Keluarga sejahtera IV adalah keluarga-keluarga yang dapat memenuhi semua kebutuhan keluarga pada tahapan I sampai dengan III. Bila keluarga sudah mampu melaksanakan seluruh tahapan maka keluarga disebut keluarga sejahtera (Cornelis Rintuh, 2005: 86-87).

Menurut Maslow kebutuhan tersusun secara bertingkat yang dibagi menjadi enam kelompok, mulai dari yang paling sederhana dan mendasar meliputi:

1. Kebutuhan fisiologis: kebutuhan untuk mempertahankan hidup (makan, tidur, istirahat, dan sebagainya).

2. Kebutuhan rasa aman: kebutuhan untuk secara terus-menerus merasa aman dan bebas dari ketakutan.

3. Kebutuhan akan cinta dan pengakuan: kebutuhan berkaitan dengan kasih sayang dan cinta dalam kelompok dan dilindungi oleh orang lain.


(33)

4. Kebutuhan harga diri: kebutuhan berkaitan dengan perolehan pengakuan oleh orang lain sebagai orang yang berkehendak baik.

5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri: kebutuhan untuk dapat melaksanakan sesuatu dan mengwujudkan potensi-potensi yang dimiliki (menyatakan pendapat, perasaan, dan sebagainya).

6. Kebutuhan untuk mengetahui dan memahami: kebutuhan yang berkaitan dengan pengusaan iptek.

Pemuasan kebutuhan harus dipenuhi berdasarkan tingkatanya, kalau salah satu dari kebutuhan itu tidak terpenuhi maka akan menimbulkan masalah dalam kehidupannya (Tirtarahardja dan Sulo, 2005: 106).

Untuk itu dalam penelitian tersebut dapat dilihat dalam delapan indikator, yaitu: a. Pendapatan

b. Perumahan/tempat tinggal c. Pangan

d. Sandang e. Pendidikan f. Kesehatan g. Rekreasi h. Tabungan.

A. Pendapatan

Pendapatan atau penghasilan secara umum dapat di artikan sebagai penerimaan atau jumlah yang didapat dari hasil utama. Menerut Sadono dan


(34)

sukirno (1988) mengemukakan bahwa “pendapatan adalah penghasilan yang diterima tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima oleh suatu negara”. Sementara dalam istilah pajak pendapatan dapat didefinisikan sejumlah uang atau nilai uang yang diperoleh seseorang sebagai hasil usaha dan tenaga, barang bergerak, barang tak bergerak, harta bergerak, dan hak atas bayaran berskala. Dari uraian tersebut disimpulkan bahwa dalam kategori sebagai berikut: 1. Pendapatan berupah uang yaitu:

- Dari gaji dan upah yang diperoleh dari kerja pokok, kerja sampingan, kerja lembur dan kerja kadang-kadang.

- Dari usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha itu sendiri, komisi dan penjualan kerajinan rumah tangga.

- Dari hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah. - Dari keuntungan sosial yakni pendapatan yang diperoleh dari kerja sosial. 2. Pendapatan berupa barang, yaitu:

- Bagian pembayaran upah dan gaji yang dibentukkan dalam beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan rekreasi.

- Barang yang diproduksi dan dikomsumsi rumah tangga, antara lain pemakaian barang yang diproduksi di rumah, sewa yang harus dikeluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati (Sumardi, 1987: 94).

Dari keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendapatan keluarga dipengharuhi oleh besarnya pendapatan suami dan istri yang berkerja dan memberi arah kepada pendapatan keluarga.


(35)

B. Perumahan

Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perkembangan. Setelah manusia memasuki abad modern ini meskipun rumah mereka dibangun dengan bukan bahan-bahan setempat, tetapi kadang desainnya masih mewarisi kebudayaan generasi sebelumnya.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun sebuah rumah: 1. Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial. Maksudnya, membangun sebuah rumah harus diperhatikan tempat di mana

rumah itu didirikan. Contohnya rumah didaerah gempah harus dibuat dengan bahan-bahan yang ringan namun harus kokoh dan bila rumah didekat hutan harus dibuat sedemikian rupa sehingga aman terhadap serangan binatang buas. 2. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat.

Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya, untuk itu maka bahan-bahan setempat yang rumah misalnya dari bambu, kayu atap rumbia, dan sebagainya, merupakan bahan-bahan pokok-pokok pembuatan rumah. Perlu dicatat bahwa mendidrikan rumah adalah bukan sekedar berdiri pada saat itu saja, namun diperlukan pemeliharaan seterusnya.

3. Teknologi yang dimiliki oleh masyarakat.

Dewasa ini teknologi perumahan sudah begitu maju dan begitu modern. Akan tetapi teknologi modern itu sangat mahal dan bahkan kadang-kadang tidak


(36)

mengerti masyarakat. Dalam penerangan teknologi tepat guna, maka teknologi yang sudah dipunyai oleh masyarakat tersebut dimonifikasi.

4. Kebijaksanaan (pengaturan) pemerintah yang menyangkut tata guna tanah. Untuk hal ini, bagi perumahan masyarakat perdesaan belum merupakan problem, namun di kota sudah menjadi masalah yang besar.

Syarat-syarat rumah yang sehat: 1. Bahan bagunan terdiri dari:

a. Lantai b. Dinding c. Atap

d. Lain-lain (tiang, kaso, reng) 2. Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Disamping itu, tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan, dan ini akan menjadi bateri-bateri penyebab penyakit.

3. Cahaya

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak dan kurangnya cahaya menyebabkan berkembangnya bibit penyakit.


(37)

4. Luas bangunan rumah

Luas lantai bagunan rumah sehat harus cukup untuk penghuninya di dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuai dengan jumlah penghuninya.

5. Fasilitas-fasilitas rumah sehat

Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-failitas sebagi berikut: a. Penyediaan air bersih yang cukup

Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air dari pada kekurangan makanan. Dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci (bermacam-macam cucian), dan sebagainya.

b. Pembuangan tinja

Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat yang dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja, air seni, dan CO2.

Tinja dalam penyebaran penyakit sangat besar, dan dapat langsung mengkontamisasi makanan, minuman, sayuran, dan sebagainya, juga air, tanah, serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya) dan bagian-bagian tubuh kita dapat terkontaminasi oleh tinja tersebut. Benda-benda yang terkontaminasi oleh tinja dari seseorang yang sudah menderita suatu penyakit tertentu, sudah barang tentu akan penyebab penyakit bagi orang lain. Kurangnya perhatian terhadap pengelolahan tinja disertai dengan cepatnya pertambahan penduduk, jelas akan


(38)

mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang ditularkan melalui tinja, seperti penyakit tifus, distri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis dan sebagainya.

c. Pembuangan air limbah (air bekas)

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup.

d. Pembuangan sampah

Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Apabila setiap rumah tangga dibiasakan untuk memisahkan sampah organik dengan sampah an-organik, kemudian sampah organik diolah menjadi pupuk tanaman dapat dijual atau dipakai sendiri, sedangkan sampah an-organik dibuang, dan akan segera dipungut oleh para pemulung. Dengan demikian maka masalah sampah akan berkurang.

e. Fasilitas dapur


(39)

C. Pangan

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu persyaratan pokok untuk manusia, di samping udara (oksigen). Empat fungsi pokok makanan bagi kehidupan manusia adalah untuk:

a. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak.

b. Memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari-hari.

c. Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral, dan cairan tubuh yang lain.

d. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit. Agar makanan dapat berfungsi seperti itu maka makanan yang kita makan sehari-hari tidak hanya sekedar makanan. Makanan harus mengandung zat-zat tertentu sehingga memenuhi fungsi tersebut, dan zat-zat ini disebut gizi. Makanan yang kita makan sehari-hari harus dapat memelihara dan dapat meningkatkan kesehatan.

Untuk mencapai kesehatan yang optimal diperlukan makanan bukan sekedar makanan, tetapi makanan yang mengandung gizi atau zat-zat gizi. Zat-zat makanan yang diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan ini dikelompokan menjadi 5 macam, yakni protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Fungsi-fungsi zat makanan itu antara lain:

a. Protein, diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, dan makanan dari hewan. Fungsi protein bagi tubuh antara lain:


(40)

- Membangun sel-sel yang rusak

- Membentuk zat-zat pengatur, seperti enzim dan hormone - Membentuk zat inti energi

b. Lemak, berasal dari minyak goreng, daging, magarin, dan sebagainya. Fungsi pokok lemak bagi tubuh ialah:

- Menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh manusia - Sebagai pelarut vitamin: A, D, E, dan K

- Sebagai pelindung terhadap bagian-bagian tubuh tertentu dan perlindung bagian tubuh pada temperatur rendah.

c. Karbohidrat, berdasarkan gugus penyusun gulanya dapat dibedahkan menjadi monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Fungsi karbohidrat adalah salah satu pembentuk energi yang paling murah karena pada umumnya sumber karbohidrat ini berasal dari tumbuh-tumbuhan (beras, jagung, singkong, dan sebagainya) yang merupakan makanan pokok.

d. Vitamin-vitamin yang dibedahkan menjadi dua, yakni vitamin yang larut dalam air (vitamin A dan B), dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, dan K). Fungsi masing-masing vitamin ini antara lain:

- Vitamin A berfungsi bagi pertumbuhan sel-sel epitel dan sebagai pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf dan mata

- Vitamin B1 berfungsi untuk metabolisme karbohidrat, keseimbangan air dalam tubuh, dan membantu penyerapan zat lemak oleh usus.

- Vitamin B2 berfungsi dalam pemindahan rangsang sinar ke saraf mata dan enzim berfungsi dalam proses oksidasi dalam sel-sel


(41)

- Vitamin B6 berfungsi dalam pembuatan sel-sel darah dan dalam proses pertumbuhan serta pekerjaan urat saraf

- Vitamin C, berfungsi sebagai activator macam-macam fermen perombak protein dan lemak dalam oksidasi dan hidrasi dalam sel, penting dalam pembentukan trombosit.

- Vitamin D, berfungsi mengatur kadar kapur dan fostor dalam bersama-sama kelenjar anak gondok, memperbesar penyerapan kapur dan fosfor dari usus, dan mempengaruhi kerja kelenjar endokrin

- Vitamin E, berfungsi mencegah pendarahan bagi wanita hamil serta mencegah keguguran dan diperlukan pada sel-sel sedang membelah

- Vitamin K, berfungsi dalam pembentukan protombin yang berarti penting dalam proses pembekuan darah.

e. Mineral, terdiri dari zat kapur, zat besi, zat fluor, natrium dan chlor, kalium, dan iodium. Secara umum fungsi mineral adalah sebagai bagian dari zat yang aktif dalam metabolisme atau sebagai bagian penting dari struktur sel dan jaringan (Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 221).

D. Sandang

Pakaian adalah suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia, dengan adanya pakaian kita bisa menghindari dari terik matahari atau dari kedinginan dan menjadikan indah bila dikenakan.


(42)

E. Pendidikan

Manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial manusia secara efisien dan efektif itulah disebut dengan pendidikan. Dan latar tempat berlangsungnya pendidikan itu disebut lingkungan pendididkan, khususnya pada tingkat lingkungan utama pendidikan yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat. Seperti diketahui, lingkungan pendidikan pertama dan utama adalah keluarga. Makin bertambah usia seseorang, peranan lingkungan pendidikan lainnya (yakni sekolah dan masyarakat) semakin penting meskipun pengaruh lingkungan keluarga masih tetap lanjut.

Fungsi pendidikan adalah membantu perserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial, dan budaya), utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat tercapai tujuan pendidikan optimal. Kedua mengajarkan tingkah laku umum dan untuk menyeleksi/mempersiapkan individu untuk peranan-peranan tertentu, sehubungan dengan keterampilan dan keahlian (Tirtarahadja dan Sulo, 2005: 163).

F. Kesehatan

Istilah kesehatan itu sendiri, di dalam UU Nomor 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok, Bab I pasal 2 didefinisikan sebagai berikut: “yang dimaksud dengan kesehatan dalam undang-undang ini ialah keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental), dan sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas


(43)

dari penyakit, cacat dan kelemahan”. Sedangkan pada UU Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan Bab 1 Pasal 1 sebagai berikut: “kesehatan adalah keadaan kesejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis”.

Kedua definisi tersebut di atas memberi arti yang luas pada kata kesehatan. Berdasarkan definisi tersebut, seseorang belum dianggap sehat sekali pun ia tidak berpenyakit jiwa dan/ataupun raga. Orang tersebut masih harus dinyatakan sehat secara sosial. Hal ini dianggap perlu karena penyakit yang diderita seseorang/kelompok masyarkat tersebut umunya ditentukan sekali oleh perilakunya/keadaan sosial budayanya yang tidak sehat. Sebagai contoh, kebiasaan merokok, minuman keras, akan mengakibatkan penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan-kebiasaan tersebut. Demikian pula halnya apabila masyarakat tidak mempunyai perilaku menunjang kesehatan. Misalnya, masyarakat yang tidak mempunyai kebiasaan mengatur menu yang seimbang, tidak biasa dengan kebersihan, tidak hidup di dalam rumah yang sehat, tidak biasa mengamankan buangannya yang berbahaya, dan lain-lainnya. Kebiasaan-kebiasaan tersebut didasari oleh ketidak-mampuan secara materiil, pengetahuan maupun sosial budaya. Di dalam UU Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 ditambahkan lagi klausul: “yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis” (Juli Soemirat Slamet, 2009: 4).


(44)

G. Rekreasi

Rekreasi biasanya dilakukan saat seseorang memiliki waktu luang, ketika dia bebas dari pekerjaan atau tugas, setelah kebutuhannya sehari-hari telah terpenuhi. Dalam kamus Webster mendefinisikan rekreasi sebagai "sarana untuk menyegarkan kembali atau hiburan" (a means of refreshmnet or diversion). Rekreasi dapat dinikmati, menyenangkan, dan bisa pula tanpa membutuhkan biaya. Rekreasi memulihkan kondisi tubuh dan pikiran, serta mengembalikan kesegaran.

Definisi yang lebih tepat lagi dari rekreasi adalah "kegiatan atau pengalaman sukarela yang dilakukan seseorang di waktu luangnya, yang memberikan kepuasan dan kenikmatan pribadi". Meyer, Brightbill, dan Sessoms memberikan sembilan ciri-ciri dasar dari rekreasi, yaitu:

- Rekreasi merupakan kegiatan - Bentuknya bisa beraneka ragam - Rekreasi ditentukan oleh motivasi - Rekreasi dilakukan secara rutin - Rekreasi benar-benar sukarela

- Rekreasi dilakukan secara universal dan diperlukan - Rekreasi adalah serius dan berguna

- Rekreasi itu fleksibel

- Rekreasi merupakan hasil sampingan. Faktor-faktor Rekreasi


(45)

a. Ingin melepaskan lelah setelah bekerja. b. Bosan karena tak ada yang dapat dikerjakan.

c. Melepaskan diri dari kesibukan sehari-hari yang melelahkan.

d. Mengisi waktu saat liburan (http://www.scribd.com/doc/15653450/Rekreasi).

H. Tabungan

Tabungan adalah menyimpan sebagian pendapatan seseorang yang tidak dibelanjakan sebagai cadangan yang dapat digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan. Karena pada dasarnya, kita semua memiliki tujuan dan impian yang lebih untuk masa depan. Itu semua dapat terwujud jika didukung dengan keuangan yang memadai untuk menjalankan semua aktifitas kita. Dalam kehidupan kita sehari-hari, uang sudah menjadi bagian penting dalam mendukung berbagai aktivitas yang kita lakukan dan beragam tujuan di dalamnya. Di mana pun kita berada, langsung ataupun tidak langsung, setiap aktivitas yang kita lakukan selalu berhubungan dengan uang, dan semua itu bermuara ke arah pengeluaran atau pemasukan, maka itu perlu adanya tabungan

(http:.

2.3 Sistem Ekonomi Kerakyataan

Ekonomi rakyat adalah segala kegiatan dan upaya rakyat untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya yaitu sandang, pangan , papan, pendidikan dan kesehatan. Dengan perkata lain, ekonomi rakyat adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh rakyat dengan secara swadaya mengelola sumber daya apa saja


(46)

yang dapat dikuasainya setempat, dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya berserta keluarganya. Dalam konteks permasalahan yang sederhana, ekonomi rakyat adalah strategi bertahan hidup (survival) dari rakyat miskin.

1. Dilakukan oleh rakyat tanpa modal besar 2. Dikelola dengan cara-cara swadaya 3. Bersifat mandiri sebagai ciri khasnya 4. Tidak ada buruh dan tidak ada majikan 5. Tidak mengejar keuntungan.

Sebagian terbesar (lebih dari 60 persen) rakyat miskin di Indonesia hidup di daerah perdesaan dari kegiatan pertanian (dalam arti luas). Istilah ekonomi rakyat atau perekonomian rakyat timbul dan berasal dari istilah sektor ekonomi informal yang dibedakan dengan sektor ekonomi formal atau sektor ekonomi modern dikota-kota Dunia ketiga.

Begitu eratnya keterkaitan perekonomian desa-desa maka upaya pemberdayaan ekonomi rakyat harus dilakukan baik di pedesaan maupun di perkotaan. Hal ini berarti tidak mungkin membangun ekonomi perdesaan tanpa membangun ekonomi perkotaan atau sebaliknya (Cornelis dan Mias, 2005: 4-5).

Dalam teori ekonomi mikro terdapat suatu konsep yang semula dianggap sebagai konsep ekonomi normatif (Ferguson and Gould, 1975), yang sekarang berkembang menjadi teori ekonomi positif atau ekonomi terapan yang dikaitkan dengan teori kebijaksanaan ekonomi. (Hirshleifer, 1980). Konsep ekonomi yang dimaksud, adalah konsep ekonomi kesejahteraan (welfare economics). Bagaimana perkembangan konsep ekonomi kesejahteraan menjadi teori kebijaksanaan


(47)

ekonomi merupakan suatu yang menarik untuk dipahami dalam usaha membanding-bandingkan kondisi perekonomian apakah menjurus ke keadaan yang lebih baik atau sebaliknya. Beberapa konsep tentang kriteria kesejahteraan masyarakat bermanfaat bagi para pengambil keputusan dan kebijaksanaan ekonomi teruta dalam pemberdayaan ekonomi rakyat (Cornelis dan Miar, 2005: 13-14).

2.4 Pasar Dalam Konteks Pedagang Kecil 2.4.1 Pasar

Pasar adalah tempat orang berjual beli atau tempat penjual ingin menukar barang atau jasa dengan uang, atau tempat pembeli yang ingin menukar barang atau jasa dengan uang (KBBI, 2002: 833).

Menurut UU Nomor 5 Tahun 1999, Pasar adalah lembaga ekonomi dimana para pembeli dan penjual baik secara langsung maupun tidak langsung dapat melakukan transaksi perdagangan barang dan atau jasa (Widodo, 2008: 284).

Dalam pengertian sehari-hari, pasar selalu identik dengan suatu tempat tertentu di mana terdapat banyak penjual dan pembeli yang bertransaksi jual beli. Dengan kata lain, pasar seringkali diartikan sebagai tempat atau lokasi untuk jual beli barang. Dalam ilmu ekonomi, istilah pasar digunakan untuk menggambarkan pertemuan antara penawaran dan permintaan yang menentukan tingkat harga barang atau jasa yang di perjual belikan.


(48)

Oleh karena itu, apabila ada seorang penjual (produsen atau distributor) bertransaksi dengan seorang pembeli (konsumen), di manapun mereka berada, maka dapat dikatakan bahwa mereka telah membentuk suatu pasar. Selanjutnya, proses terjadinya pertemuan antara penjual dan pembeli tidak terikat oleh suatu tempat. Bahkan antara penjual dan pembeli tidak harus bertemu secara tatap muka. Seiring dengan perkembangan teknologi, untuk melakukan transaksi jual beli barang dan jasa, penjualan atau pembelian dapat dilakukan melalui surat-menyurat, telepon, atau bahkan dapat melalui tele-marketing.

Dengan demikian, pasar dapat terbentuk kapan saja, dimana saja, dan dengan siapa saja, selama ada penjual, pembeli, dan barang atau jasa yang diperjualbelikan. Berdasarkan pengertian pasar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terbentukannya suatu pasar memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Adanya Tempat Untuk Bertransaksi

Tempat untuk bertransaksi dalam pasar tradisional adalah tempat atau lokasi berdagang dan membeli.

2. Adanya penjual dan pembeli

Penjual dan pembeli merupakan syarat yang paling penting dan utama terhadap pembentukan pasar, karena penjual dan pembeli itulah subjek atau pelaku transaksi. Dengan demikian, tanpa keberadaan penjual atau pembeli, maka tidak akan terjadi suatu proses kegiatan jual atau beli (bertransaksi) sehingga pasar pun akan mustahil terbentuk.


(49)

3. Adanya transaksi jual beli

Interaksi di antara penjual dan pembeli di pasar akan melahirkan kegiatan transaksi. Pembeli akan berusaha mencari barang atau jasa yang dibutuhkannya dan sebaliknya penjual akan berusaha menarik pembeli agar barang atau jasanya terjual.

4. Adanya barang atau jasa yang diperjualbelikan

Barang atau jasa yang diperjualbelikan di pasar tidak hanya berupa barang konsumsi, tetapi juga berupa barang produksi, seperti bahan baku ataupun barang setengah jadi yang masih akan diolah lagi.

5. Terbentuknya harga

Apabila dalam suatu proses transaksi, kesepakatan di antara penjual dan pembeli telah terjadi, maka terbentuklah “harga” berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak tersebut, penjual harus menyerahkan barang pada konsumen dan konsumen harus membayar sesuai dengan harga yang telah disepakati.

Pasar memiliki peranan atau fungsi yang amat penting dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Jika tidak ada pasar, seseorang akan kesulitan (tidak efisien) memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ia perlukan. Jadi, keberadaan pasar berperan penting dan fungsi untuk produsen maupun konsumen. Fungsi-fungsi pasar dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Sarana Distribusi

Beberapa barang yang diperjualbelikan di pasar dapat berasal dari luar daerah, seperti baju-baju yang dijual di pasar berasal dari pabrik-pabrik tekstil yang


(50)

berada jauh dari sayur-sayuran yang berasal dari perkebunan yang berada jauh dari pasar. Oleh karena itu, tidak sedikit penjual yang berusaha untuk dapat sampai ke pasar dalam menjual barang-barangnya, menggunakan jasa transportasi. Hal ini disebabkan karena pasar mempermudah dan memperlancar penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Jadi, pembeli yang ingin memperoleh suatu barang dapat mencarinya di pasar. Sebaliknya dengan produsen yang ingin menjual barang-barang dagangannya, yaitu dengan memasarkan produknya di pasar.

2. Pembentuk harga

Untuk mendapatkan barang yang diinginkan, pembeli harus menyerahkan sejumlah uang yang seharga barang tersebut. Harga barang ini terbentuk atas dasar kesepakatan antara penjual dan pembeli. Di pasar tradisional, masih memungkinkan terjadinya transaksi yang menghasilkan tingkat harga yang disepakati oleh pembeli dan penjual melalui proses tawar-menawar, namun tidak demikian dengan harga barang-barang yang dijual di pasar swalayan. Oleh karena itu, dalam hal ini, fungsi pasar sebagai pembentuk harga.

3. Sarana promosi

Pasar adalah salah satu tempat penting dalam memperkenalkan suatu barang atau jasa, terutama barang atau jasa baru. Untuk menarik minat pembeli, banyak penjual atau produsen yang menggunakan pasar sebagai sarana promosi, seperti memasang spanduk promosi, poster, pamflet, dan sebagainya. Banyak atau sedikitnya orang yang tertarik untuk membeli barang atau jasa dapat dipengaruhi oleh kepandaian produsen dalam mempromosikan barang


(51)

atau jasa yang ditawarkannya tersebut, apalagi jika dikemas dalam bentuk potongan harga atau paket hemat.

4. Penyerap tenaga kerja

Di pasar, selain penjual dan pembeli, kamu dapat melihat banyak orang yang menawarkan berbagai jasa, kuli angkut barang, juru pakir yang sibuk mengatur kendaraan yang keluar atau masuk pasar, penjaga pasar, pertugas toilet umum, hingga petugas kebersihan. Keberadaan dan kegiatan dari orang-orang tersebut bergantung pada kegiatan pasar. Semakin besar dan ramai suatu pasar, maka semakin besar pula tenaga kerja yang dapat diserap atau terbentuk. Dengan demikian, pasar dapat berbentuk sebagai penyerap tenaga kerja.

5. Sumber penghasilan

Pasar mempengaruhi kehidupan ekonomi masyarakat, terutama hal yang terkait dengan penghasilan. Di pasar, terdapat penjual yang merupakan bagian dari suatu masyarakat. Mereka memperoleh penghasilan dari penjual di pasar. Jadi kegiatan berjualan atau kegiatan lain di pasar, baik itu penjual, juru pakir, kuli angkut, dan sebagainya, merupakan mata pencarian utama mereka. Selain itu, pemerintah pun mendapatkan penghasilan dari pajak dan retribusi pasar (Tim Abdi Guru 2007: 225-228).

2.4.2 Pedagang Kecil

Kegiatan perdagangan dapat menciptakan kesempatan kerja melalui dua cara. Pertama, secara langsung, yaitu dengan kapasitas penyerapan tenaga kerja yang benar. Kedua, secara tidak langsung, yaitu dengan perluasan pasar yang


(52)

diciptakan oleh kegiatan perdagangan disatu pihak dan pihak lain dengan mempelancarkan penyaluran dan pengadaan bahan baku (Kurniadi dan Tangkilisan, 2002: 21).

Pedagang adalah perantara yang kegiatannya membeli barang dan menjualnya kembali tanpa merubah bentuk atas inisiatif dan tanggungjawab sendiri dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan pedagang kecil adalah pedagang yang membeli barang dan menjualnya kembali langsung kepada konsumen untuk membeli dan menjualnya dalam partai kecil atau per satuan (Sugiharsono dkk, 2000: 45).

Pedagang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dibagi atas dua yaitu: pedagang besar dan pedagang kecil. Pedagang kecil adalah pedagang yang menjual barang dagangan dengan modal yang kecil (KBBI, 2002: 230).

Menurut UU Nomor 29 Tahun 1948, Pedagang adalah orang atau badan membeli, menerima atau menyimpan barang penting dengan maksud untuk dijual, diserahkan, atau dikirim kepada orang atau badan lain, baik yang masih berwujud barang penting asli, maupun yang sudah dijadikan barang lain (Widodo, 2008: 285-286).

2.5 Kerangka Pemikiran

Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios atau emperan, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh


(53)

pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, yang menjual kebutuhan sehari-hari, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, beras, daging, ikan, kue, telur, dan lainnya. Pasar tradisional ini pada umumnya banyak terdapat disekitar lokasi pemukiman penduduk.

Bila diamati sebenarnya, keberadaan pasar tradisional tidak mungkin ditiadakan karena sebagian besar masyarakat masih berada dalam kondisi ekonomi menengah ke bawah, sehingga tidak semua memiliki daya beli yang cukup besar untuk terus-menerus berbelanja di pasar-pasar modern. Menghadapi kondisi persaingan yang tidak seimbang antara pasar tradisional dan pasar modern, membuat Pemerintah Daerah berupaya memperbaiki penampilan pasar tradisional yang selama ini dicitrakan becek kumuh, jorok/kotor dan tidak ada kepastian harga. Upaya renovasi pasar tradisional pun menjadi salah satu program Pemerintah Kota Medan untuk merevitalisasi pasar-pasar tradisional yang hampir kehilangan pembeli, akibat persaingan yang terjadi pada pasar tradisional dan pasar modern.

Disisi lain pedagang kecil di pasar tradisonal berusaha kerja keras agar dagangannya laku, sebagian memanfaatkan keuangan dimana keuntungan yang diperoleh dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan dapat menyisikan sebagian hasil dari keuntungan dalam kebutuhannya. Maka untuk memperjelas alur pemikiran diatas dapat digambarkan secara skematis dalam bagan alur pikir sebagai berikut:


(54)

Gambar 2.1 Bagan Alur Pikir

2.6Definisi Konsep dan Operasional 2.6.1 Definisi Konsep

Suatu konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal lain-lain yang sejenis. Konsep diciptakan dengan mengelompokan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009: 112).

Pedagang

Sosial Ekonomi Keluarga - Pendapatan

- Perumahan/tempat tinggal - Pangan

- sandang - Pendidikan - Kesehatan - Rekreasi

- Tabungan/investasi Pasar

Kesejahteraan keluarga pedagang kecil


(55)

Untuk lebih mengetahui pengertian konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Keluarga adalah suatu unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang masih tanggungan orang tua.

2. Kesejahteraaan Keluarga adalah terpenuhnya kebutuhan keluarga yaitu kebutuhan sandang, pangan, tempat tinggal, kesehatan dan relasi-relasi sosial. 3. Kebutuhan manusia adalah segala yang diperlukan untuk melangsungkan

kehidupan keluarga, dalam hal ini kebutuhan keluarga pedagang kecil di pasar petisah medan.

4. Pedagang kecil adalah usaha orang yang melakukan usaha dagang yang dilakukan secara kecil-kecilan dengan modal yang relatif kecil dalam partai atau eceran per satuan kepada konsumen.

5. Pasar adalah tempat orang berjual beli atau tempat penjual yang ingin menukar barang atau jasa dengan uang atau tempat pembeli yang ingin menukar barang atau jasa dengan uang.

2.6.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan penelitian dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Maka perlu operasionalisasi dari konsep-konsep yang menggambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi, 2009: 120).


(56)

Dalam penelitian ini, Tinjauan Tentang Kesejahteraan Keluarga Pedagang Kecil di Pasar Petisah Medan dapat dilihat dari indikator sebagai berikut:

1. Kesejahteraan adalah sesuatu yang dimiliki oleh keluarga pedagang kecil dengan indikator-indikatornya:

a. Pendapatan adalah jumlah uang yang diperoleh pedagng kecil setiap hari dari hasil berjualan

b. Perumahan adalah tempat tinggal pedagang pasar dengan indikator: - Tersedianya sistem pengadaan air dirumah

- Tersedianya fasilitas untuk makan

- Adanya sistem pembuangan air kotor (comberan/parit)

- Adanya sistem pembuangan tinja (pipa saluran/tempat pembuangan) - Luas rumah dengan jumlah penghuni harus seimbang

- Adanya ventilasi - Kekuatan bagunan

c. Pangan adalah jenis makanan yang dikomsumsi oleh pedagang kecil yang mengandung:

- Unsur gizi pemberi tenaga yaitu hidrat arang, protein, lemak

- Unsur gizi pembangun sel-sel jaringan yaitu protein, mineral, vitamin, air - Unsur gizi pengatur pekerjaan jaringan tubuh kita yaitu vitamin-vitamin

dan mineral

d. Sandang adalah terpenuhinya kebutuhan akan pakaian, setidaknya satu tahun membeli pakaian


(57)

e. Pendidikan adalah kemampuan pedagang dengan usahanya untuk melanjutkan pendidikan anaknya

f. Kesehatan adalah suatu keadaan bebas dari sakit atau penyakit g. Rekreasi adalah kebutuhan untuk rileks

h. Tabungan adalah sebagian dari keuntungan yang bisa disimpan untuk ditabung.


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu keadaan subjek atau objek. Penelitian deskriptif dalam pelaksanaannya lebih terstruktur, sistematis dan terkontrol, peneliti memulai dengan subjek yang telah jelas dan mengadakan penelitian atas populasi atau sempel dari subjek tersebut untuk menggambarkannya secara akurat (Silalahi, 2009: 28).

Penelitian ini menggunakan tipe deskriptif, yaitu berusaha menggambarkan secara jelas mengenai kondisi secara menyeluruh tentang kesejahteraan keluarga pedagang kecil di pasar Petisah Medan.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Jl. Razak Baru No.1-A Pasar Petisah Medan, di Desa/Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah. Adapun alasan peneliti memilih lokasi ini sebagai objek penelitian karena Pasar Pertisah Medan dan sedikit banyak dari gambaran maupun kondisi pedagang yang berjualan sudah dipahami. Selain itu Pasar Petisah merupakan salah satu pasar tradisional yang cukup terkenal di kota Medan, dimana selalu ramai dikunjungi oleh para pembeli dan pedagang kecilnya juga lumayan banyak.


(59)

3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit atau elemen dimana penyelidik tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang atau kelompok orang, masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa, atau laporan yang semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara spesifik dan tidak secara mendua (Silalahi, 2009: 253). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah pedagang kecil yang ada di lantai bawah (basement) yang terdiri dari pedagang stand informal sebanyak 71 orang pedagang.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sempel adalah satu subset atau tiap bagian dari populasi berdasarkan apakah itu representatif atau tidak. Sampel merupakan bagian tertentu yang dipilih dari populasi (Silalahi, 2009: 254). Gay berpendapat bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada metode penelitian yang diinginkan, yaitu metode deskriptif minimal 10% populasi (Iqbal, 2002: 60). Karena jumlah populasi kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua. Sehingga jumlah sempel sama dengan besarnya jumlah populasi yaitu 71 orang pedagang.

N = n Populasi = sempel

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan penelitian menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:


(60)

1. Studi Kepustakaan

Teknik pengumpulan data ini menyangkut permasalahan yang diangkat untuk diteliti dengan melihat serta mempelajari dan menelaah buku-buku yang representatif terhadap masalah yang dipilih.

2. Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan untuk memperoleh data dan memperoleh gambaran tempat dan permasalahan sementara dan untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang diangkat. Pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung turun kelokasi penelitian untuk mencari faktor yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, melalui:

a. Quesioner, mengumpulkan data dan informasi dengan cara menyebarkan suatu daftar pertanyaan tertulis untuk dijawab oleh responden.

b. Observasi, mengumpulkan tentang segala kejadian dengan cara mengamati, melihat, mendengar dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran penelitian. c. Wawancara, yaitu kegiatan dengan mengajukan pertanyaan secara tatap muka

langsung untuk mendapatkan data tambahan.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam analisa data, langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Editing yaitu meneliti kembali catatan yang diperoleh dari penelitian.

2. Prakoding yaitu untuk mengetahui kategori-katagori jawaban apa yang ada untuk mengklasifikasikan ragam jawaban kedalam struktur klasifikasi.


(61)

3. Koding yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya.

4. Membuat katagori untuk mengklasifikasikan jawabannya. Hal ini berguna untuk dapat dipakai sebagai data, sehingga data mudah di analisa, serta disimpulkan untuk menjawab masalah yang dikemukakan dalam penelitian sehingga jawaban yang beraneka ragam itu perlu ditingkatkan.

5. Menghitung frekwensi data pada masing-masing katagori.

6. Tabulasi, disini data dalam keadaan tersusun dalam suatu table yang baik, data dapat dibaca dengan mudah dan maknanya akan segera dipahami.


(62)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Berdiri PD Pasar Kodati II Medan

Sebelum perusahaan daerah pasar kota Medan terbentuk, penanganan pasar-pasar yang berada di Kotamadya Medan ditangani oleh Dinas Pasar Kotamadya Tingkat II Medan. Pada tanggal 7 juni 1993 sesuai dengan Perda No.15 tahun 1992 yang disahkan oleh Gubenur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara dengan SK No. 188.342-09/tahun 1995 tanggal 15 Februari 1993 dan telah diundangkan dalam lembaran daerah Kodati II Medan No.9 seri D No.6 tanggal 13 Maret 1993, terbentuklah Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan. Setelah perusahaan daerah pasar terbentuk, maka Dinas Pasar yang sebelumnya mengelola pasar-pasar tersebut dilebur menjadi Perusahaan Daerah Pasar. Perusahan Daerah Pasar merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan sudah berjalan sampai sekarang.

Tujuan Didirikannya PD. Pasar Kondati II Medan adalah:

1. Mewujudkan dan meningkatkan pelayanan umum kepada masyarakat di bidang sarana pasar.


(63)

Adapun tugas pokok PD.Pasar adalah:

1. Mengelolah pasar-pasar di Kotamadya sebagai sumber pendapatan daerah. 2. Melaksanakan kombinasi kerja dengan instansi terkait untuk menciptakan

pasar tersebut menjadi bersih, tertib, dan rapi sehingga menyenangkan bagi konsumen yang berbelanja.

3. Melaksanakan tugas-tugas yang diserahkan oleh kepala daerah sesuai dengan bidang tugasnya.

4. Melaksanakan pengutipan retribusi pasar.

Dalam melaksanakan tugas-tugas pokoknya PD. Pasar mempunyai beberapa fungsi yaitu:

1. Menyediakan fasilitas umum, berupa sarana pembelanjaan Kotamadya Medan II Medan.

2. Mempertemukan penjual dengan pembeli sehingga perekonomian daerah dapat berjalan lancar di Kotamadya Tingkat II Medan.

Perusahaan Daerah Pasar (PD) Kota merupakan salah satu Badan Usaha Milik Daerah yang dikelolah oleh pemerintah kota Medan sesuai dengan Perda No. 8 tahun 2001 tentang pembentukan daerah pasar kota Medan yang bergerak dibidang penataan pasar. Perusahaan daerah pasar kota Medan mempunyai pasar di kota Medan sebanyak 56 pasar yang berada di 22 kecamatan. Melihat pontensi yang cukup besar, tentu perlu penataan pasar secara teratur yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana tempat penjualan. Maka PD. Pasar Kota Medan merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi dan sebagai fasilitator bagi para pedagang. Mengingat perkembangan ekonomi yang sangat dinamis para era


(64)

globalisasi ini, maka pelaku setiap bisnis harus benar-benar profesional dalam menjalankan roda organisasi perusahaan.

Sampai pada saat ini PD. Pasar kota medan mengadakan kerjasama yang saling menguntungkan/Mitra kerja yang ada sebagai berikut:

a. Developer b. Rekanan c. PT. PLN d. PT. TELKOM e. PDAM Tirtanadi f. Aparat Keamanan g. Instansi Pemerintah h. Organisasi Masyarakat

4.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pasar Petisah didirikan pada Tahun 1996 yang terletak di Jalan Rajak Baru No.1-A. Pasar Petisah ini terletak dikelurahan Petisah Tengah, kecamatan Medan Petisah, daerah tingkat II Kotamadya Medan, daerah tingkat I Propinsi Sumatera Utara.

Pasar Petisah ini mempunyai batas-batas wilayah pasar sebagai berikut: 1. Di sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Rajak Baru III Medan

2. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Dharma Wanita Medan 3. Di sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Rota Medan


(65)

Ditinjau dari keadaan demografis, luas lahan 24.256,00 m² yang terdiri dari bagunan 34.651,11 m², jumlah kios 1712 dan 639 stand, terdapat 1291 pedagang terdaftar.

Kepemimpinan di dalam Kantor Pasar Petisah dipimpin seorang Kepala Pasar dibantu oleh 11 orang karyawan pasar yang terdiri dari: 3 orang staf, dan 2 orang teknisi dan 6 orang pengutip yang langsung berhubungan dengan para pedagang yang berjualan di Pasar Petisah.

Pasar Petisah memiliki dua tingkat, dimana pada para pengunjung dapat menemukan berbagai macam dagangan, mulai dari sayur-mayur, ikan asin, buah-buahan dan kebutuhan sehari-hari, sampai busana dan perlengkapan elektronik. Barang-barang elektronik, pakaian jadi, dan furniture berada di lantai atas, sedangkan para penjual sayur-mayur, ikan asin buah-buahan dan kebutuhan sehari-hari berada di lantai bawah. Di pasar ini juga banyak yang menjual hasil kerajinan tangan khas Sumatra Utara seperti patung kayu, gelang, kalung, tas anyaman, cincin, dan tikar anyaman. Untuk kerajinan bordir dan kebaya menempati lokasi di lantai satu dan beberapa berada di luar pasar dekat tempat parkir, dan disana ada yang menjual kebaya, dengan beraneka model dan warna yang banyak tersedia dan bisa didesain sendiri, juga tersedia para penjahit yang siap membuatkan kebaya yang sesuai dengan keinginan pembeli dan disini juga ada penjual berbagai manisan buah, seperti manisan buah mangga, kedondong, salak, rambutan, dan jambu biji. Sehingga Pasar Petisah cukup mudah dijangkau dengan tempatnya yang ideal bagi konsumennya dan lengkapnya macam-macam barang dagangan yang dijual-belikan.


(66)

Mengenai pemungutan retribusi dilakukan oleh PD Pasar terhadap pedagang sayur-mayur, ikan asin, buah-buahan dan kebutuhan sehari-hari. Para pedagang membayar sewa perbulan. Pembayaran perbualan ini berbeda antara pedang satu dengan yang lain, karena dilihat jenis jualannya dan ukuran luas meja yang ditempati pedagang.

4.3 Struktur Organisasi Perusahaan Daerah Kota Medan

Organisasi adalah bentuk atau susunan orang-orang atau badan-badan dengan tugas-tugas pokok dan fungsi masing-masing dan diatur prosedurnya, sehingga terdapat hubungan serta kerja sama antar beberapa orang guna mencapai suatu tujuan dari organisasi/perusahan tersebut. Suatu organisasi biasanya mempunyai tugas-tugas pokok dan fungsi. Apabila terlaksana dengan baik maka tujuan yang digariskan akan dapat segera tercapai dengan hasil yang maksimal.

Pada umumnya struktur organisasi dibuat bertujuan untuk mempermudah pelaksanaan tugas-tugas yaitu:

1. Meningkatkan efisiensi kerja 2. Mempermudah pengawasan 3. Menghindari duplikasi kerja

4. Menentukan skill personil yang akan dibutuhkan organisasi/perusahaan 5. Supaya mempertanggung jawabkan pekerjaannya.

Agar tujuan organisasi tercapai dengan baik, maka dalam pelaksanaan kerja sama tersebut perlu adanya koordinasi yaitu kontak dan keselarasan antar


(67)

personil yang melakukan aktivitasnya sehingga pekerjaan berlangsung secara baik dan tercapainya keinginan bersama atau menujuh kearah tercapainya tujuan yang sebelumnya telah disepakati.

Adapun struktur organisasi PD. Pasar Kota Medan ditetapkan melalui Keputusan Walikotamadya Kepada Daerah Tingkat II Medan No. 539 2367/ SK/1997 tentang Organisasi dan Tata Kerja PD. Pasar Kodati II Medan. Struktur organisasi PD. Pasar Kodati II Medan adalah berbentuk garis. Struktur organisasi garis adalah garis adalah tipe yang paling sederhana dimana dalam organisasi garis, tugas-tugas perencanaan, pengendalian, dan pengawasan berada di satu tangan garis kewenangan langsung dari pimpinan kepada bawahan. Garis dalam hal ini diartikan sebagai garis atau jalan pelaporan tanggung jawab sedangkan kebawah adalah sebagai pendelegasian tugas atau wewenang. Berikut Struktur Organisasi Perusahaan Daerah Daerah Pasar Kota Medan yang dapat dilihat pada bagan 4.1.


(68)

Bagan 4.1

Struktur Organisasi Tata Kerja Perusahaan Daerah Kota Medan

4.4 Fasilitas Yang Tersedia di Pasar Petisah:

1. Tempat beribadah

Fasilitas tempat beribadah ada di pasar Petisah. Tempat beribadah yang tersedia hanya satu, yaitu berbentuk musollah (tempat beribadat umat islam). 2. Penerangan


(1)

14. Berapa modal anda perlukan untuk berjualan: a. < Rp. 3.000.000,00

b. Rp. 3.500.000,00 c. Rp. 4.000.000,00 d. < Rp. 5.000.000,00

15. Apakah alasan yang paling mendorong anda untuk berjualan: a. Alasan keuangan

b. Karena pekerjaan tersebut memuaskan dan menarik c. Adanya kesempatan bergaul atau bermasyarakat

16. Berapakah penghasilan anda selama satu bulan dari penjualan: a. < Rp. 1.000.000,00

b. Rp. 3.000.000,00 – 5.000.000,00 c. > Rp.5.000.000,00

C. Perumahan

17. Bagaimana status rumah tinggal anda:

a. Milik sendiri c. Menyewa/kontrakan b. Milik orang tua

18. Bagaimana bentuk rumah anda yang di tempati sekarang: a. Pemanen (batu keseluruhan)

b. Semi pemenen (setengah batu dan setengah kayu) c. Sederhana


(2)

19. Bagaimna pertukaran udara dalam rumah anda: a. Melalui ventilasi, pintu dan jendela

b. Melalui pintu dan jendela c. Melalui Pintu

20. Terbuat dari apakah atap rumah yang anda tempati sekarang:

a. Genteng c. Rumbia/nipah

b. Seng

21. Terbuat dari apakah lantai rumah anda:

a. Keramik c. Lantai semen

b. Tegel

22. Berapa jumlah kamar yang terdapat di rumah anda: a. 2 - 3 kamar c. Diatas 5 kamar b. 4 -5 kamar

23. Bagaimana cara anda untuk memeuhi kebutuhan akan air: a. Air sungai c. Air leding

b. Air sumur

24. Apakah di rumah anda tersedia fasilitas kamar mandi, tempat mencuci, kakus:

a. Ya b. Tidak

25. Kalau sumber air anda dari sumur, berapakah jarak antara sumur dengan WC: a. Kurang dari 10 meter b. Diatas 10 meter

26. Bagaimanakah cara pembuangan air bekas dari rumah anda:


(3)

27. Bagaimana cara anda untuk memperoleh penerangan: a. Lampu listrik b. Lampu teplok

D. Pangan

28. Dalam satu hari berapa kalikah keluarga anda makan:

a. 1 kali c. 3 kali

b. 2 kali

32. Apakah makanan yang anda makan keluarga sesuai dengan 4 sehat 5 sempurna:

a. Selalu c. Tidak pernah

b. Tidak menentu

33. Apakah setelah serapan keluarga anda minum susu:

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Tidak pernah

34. Apakah di rumah anda tersedia makanan selingan: a. Selalu c. Jarang tersedia b. Tidak pernah

E. Sandang

35. Dalam setahun berapa kali anda sekeluarga membeli pakaian baru: a. Setahun sekali c. lebih dari 2 kali dalam setahun b. Setahun 2 kali


(4)

36. Dalam rangka apa keluarga anda membeli baju baru: a. Hari besar c. Acara keluarga b. Keperluan sekolah, hari besar, acara keluarga

37. Pakaian yang anda kenakan (pakai) dalam berjualan kepasar sama dengan yang anda gunakan keacara lain:

a. Sama c. Kadang-kadang sama

b. Tidak sama

38. Dimanakah anda membeli baju baru:

a. Plaza b. Pajak tradisional

F. Pendidikan

39. Apakah anak anda ada yang masih bersekolah:

a. Ya b. Tidak

40. Jika ada, berapakah anak anda yang sekolah: a. 1 orang c. > 3 b. 2 orang

41. Jika tidak ada, kenapa anak Bapak/Ibu tidak bersekolah: a. Masih dibawah umur c. Malas dan sudah berkerja b. Tidak ada biaya untuk pendidikan

G. Kesehatan


(5)

b. Tidak pernah

44. Jika anda sakit penyakit apa yang sering diderita:

a. Influensa/pening c. Lambung, pening dan batuk-batuk b. Penyajit tulang

45. Kalau anda sakit apakah pergi berobat/periksa:

a. Ya c. Tidak

H. Rekreasi

46. Dalam setahun berapa kali anda melakukan rekreasi:

a. 1 kali dalam setahun c. Tidak menentu dalam setahun b. 2 kali dalam setahun

47. Kemana anda biasanya berekreasi:

a. Pantai c. Kekampung dan tempat saudara b. Berastagi/panorama indah

48. Naik kendaran apakah anda bila berkreasi:

a. Cater angkot c. Naik bus dan numpang sama keluarga b. Naik kendaraan sendiri

I. Tabungan

49. Apakah anda menyisakan uang yang berlebih dari keuntungan berjualan dan biaya kehidupan untuk ditabung:


(6)

50. Jika ya, dimanakah anda menabungnya:

a. Di bank b. Di celengan

51. Bagaimanakah hubungan anda dengan sesama pedagang:

a. Baik c. Tidak baik