Analisis tentang Marketing Mix (Bauran Pemasaran) terhadap Persaingan Usaha bagi Usaha Kecil di Pasar Tradisional (Studi Kasus Pedagang Sayur di Pasar Sei Sikambing)

(1)

SKRIPSI

ANALISIS TENTANG MARKETING MIX (BAURAN PEMASARAN) TERHADAP PERSAINGAN USAHA BAGI USAHA KECIL DI PASAR TRADISIONAL (STUDI KASUS PEDAGANG SAYUR DI PASAR SEI

SIKAMBING)

OLEH:

M.QAEDIMAS AKBAR 090502255

PROGRAM STUDI STARATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

ANALISIS TENTANG MARKETING MIX (BAURAN PEMASARAN) TERHADAP PERSAINGAN USAHA BAGI USAHA KECIL DI PASAR

TRADISIONAL

(Studi Kasus Pedagang Sayur Di Pasar Sei Sikambing)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang strategi marketing mix (lokasi, harga, dan produk) terhadap persaingan Pedagang Sayur di Pasar Tradisional Sei Sikambing.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dimana penelitian melakukan wawancara mendalam, guna untuk melakukan informasi data yang diperlukan dalam penelitian. Subjek penelitian ditujukan kepada para pedagang sayur di Pasar Sei Sikambing, yaitu orang yang melakukan proses persaingan di Pasar Sei Sikambing.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan wawancara terstruktur dengan pemilik usaha secara langsung. Sedangkan data sekunder hanya sebagai pertimbangan dan lebih bersifat historis.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa para pedagang sayur di Pasar Sei Sikambing menggunakan instrumen produk, harga, lokasi yang ada dalam marketing mix untuk melakukan persaingan dengan para pedagang sayur yang lain. Meskipun promosi tidak terlalu dijadikan pertimabangan utama bagi pedagang sayur.

Kata Kunci : Marketing mix, persaingan usaha, usaha kecil di pasar tradisional


(3)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE MARKETING MIX FOR SMALL BUSINESS COMPETITION IN THE MARKET FOR TRADITIONAL

( Case Study of Vegetable Traders Market Sikambing Sei )

This study aims to analyze the marketing mix strategy (location, price, and product) to competition Vegetable Traders in Traditional Markets Sikambing Sei.

Type of research is descriptive method using a qualitative approach, in which the study did in-depth interviews, in order to perform the necessary data information in the study. Research subjects addressed to the vegetable vendors in the Market Sei Sikambing, that is, those who perform the process of competition in the market Sikambing Sei.

The primary data in this study was obtained by structured interviews with business owners directly. While the data is only as a secondary consideration and more historical.

Based on the results of this research is that the vegetable vendors in the market using instruments Sei Sikambing product, the price, the location is in the marketing mix to competition from other vegetable vendors. Although the campaign was not too used to the main pertimabangan greengrocer.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur peneliti sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya sehingga peneliti mampu menyelesaikan pembuatan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Kepada kedua orang tua yang tercinta, Papa Jhonni Yusuf dan Mama tersayang yang selalu mendukung saya dalam proses pembuatan skripsi ini. Terimakasih atas cinta kasih dan pengorbanan Papa dan Umi yang tidak akan pernah dapat terbalas.

Skripsi ini berjudul “Analisis tentang Marketing Mix (Bauran Pemasaran) terhadap Persaingan Usaha bagi Usaha Kecil di Pasar Tradisional (Studi Kasus Pedagang Sayur di Pasar Sei Sikambing)”. Peneliti telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Univesitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran kepada peneliti. 6. Ibu Dra. Mulykata Sebayang, Msi selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah

banyak memberikan saran dalam penulisan dan perbaikan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama masa perkuliahan.

8. Para pedagang sayur di Pasar Sei Sikambing. Terimakasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada peneliti dalam penulisan skripsi ini. 9. Keluarga tercinta : Papa Jonny Yusuf, Umi Khairani, M. Qaedi Yuda Akbar,

Khaira Anissa, Khaira Safira, Ade Soraya Lubis dan semua keluarga terkasih yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terimakasih telah memberikan motivasi, perhatian, kasih sayang, dan dukungan bagi peneliti. 10. Sahabat-sahabat tersayang di organisasi HMI: Krisna, Ari, Hafis, Dayat,

Ghuffron, Anes, Yosico, Ivan, Prima Yudha, Lanni, Fanni, Opi, Dika, Ade Wicaksono, Ikhsan, dan Fahmi dan semua teman-teman di HMI yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan motivasi dan dukungan bagi peneliti. Terimakasih buat persahabatan kita yang tak lekang oleh waktu.

11. Sahabat-sahabat Manajemen 2009 di Fakultas Ekonomi : Suman, Anes, Poltak, Tigor, Astri, Nana, Siti, Sanjey, Reni, Rendi, Yunita, William, Juni


(5)

Eva, Dwigo, Guntur dan semua sahabat sahabat yang tidak dapat disebutkan satu persatu Terimakasih buat persahabatan, dukungan, dan kasih sayang yang telah diberikan. Terimakasih buat tahun-tahun yang telah kita lewati bersama selama masa perkuliahan ini.

Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya.

Medan, Januari 2014 Peneliti


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... . vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis... 7

2.1.1 Teori Permasalahan UKM... 7

2.1.2 Teori Pasar... 8

2.1.3 Pasar Tradisional... 10

2.1.4 Teori Persaingan... 10

2.1.5 Lokasi, Harga, dan Produk Terhadap Persaingan Pedagang Sayur di Pasar Tradisional... 11

2.1.5.1 Produk(Product)... 11

2.1.5.2 Harga (Price)... 11

2.1.5.3 Lokasi atau Tempat (Place)... 13

2.1.5.4 Promosi (Promotion)... 14

2.2 Kerangka Konseptual... 14

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pedekatan dan Jenis Penelitian... 17

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 17

3.3 Subjek Penelitian... 18

3.4 Batasan Operasional... 18

3.5 Definisi Operasional Variabel... 18

3.6 Populasi dan Sampel... 20

3.7 Jenis Data... 21

3.8 Metode Pengumpulan Data... 21

3.9 Teknik Analisis... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Umum Objek Penelitian... 25

4.1.1 Profil Singkat Pasar Sei Sikambing... 25

4.1.2 Visi dan Misi Pasar Sei Sikambing... 26

4.1.3 Tata Letak Penggunaan Lahan Pasar Sei Sikambing... 26


(7)

4.2 Hasil Analisis... 26

4.2.1 Hasil Observasi di Pasar Sei Sikambing... 26

4.2.2 Hasil Wawancara di Pasar Sei Sikambing... 28

4.3 Pembahasan... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 40

5.2 Saran... 41


(8)

DAFTAR TABEL

Judul Halaman


(9)

DAFTAR GAMBAR

Judul Halaman


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Judul Halaman

Lampiran I Panduan Wawancara... 44 Lampiran II Foto Pelaksana Kegiatan... 46


(11)

ABSTRAK

ANALISIS TENTANG MARKETING MIX (BAURAN PEMASARAN) TERHADAP PERSAINGAN USAHA BAGI USAHA KECIL DI PASAR

TRADISIONAL

(Studi Kasus Pedagang Sayur Di Pasar Sei Sikambing)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang strategi marketing mix (lokasi, harga, dan produk) terhadap persaingan Pedagang Sayur di Pasar Tradisional Sei Sikambing.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dimana penelitian melakukan wawancara mendalam, guna untuk melakukan informasi data yang diperlukan dalam penelitian. Subjek penelitian ditujukan kepada para pedagang sayur di Pasar Sei Sikambing, yaitu orang yang melakukan proses persaingan di Pasar Sei Sikambing.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan wawancara terstruktur dengan pemilik usaha secara langsung. Sedangkan data sekunder hanya sebagai pertimbangan dan lebih bersifat historis.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa para pedagang sayur di Pasar Sei Sikambing menggunakan instrumen produk, harga, lokasi yang ada dalam marketing mix untuk melakukan persaingan dengan para pedagang sayur yang lain. Meskipun promosi tidak terlalu dijadikan pertimabangan utama bagi pedagang sayur.

Kata Kunci : Marketing mix, persaingan usaha, usaha kecil di pasar tradisional


(12)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE MARKETING MIX FOR SMALL BUSINESS COMPETITION IN THE MARKET FOR TRADITIONAL

( Case Study of Vegetable Traders Market Sikambing Sei )

This study aims to analyze the marketing mix strategy (location, price, and product) to competition Vegetable Traders in Traditional Markets Sikambing Sei.

Type of research is descriptive method using a qualitative approach, in which the study did in-depth interviews, in order to perform the necessary data information in the study. Research subjects addressed to the vegetable vendors in the Market Sei Sikambing, that is, those who perform the process of competition in the market Sikambing Sei.

The primary data in this study was obtained by structured interviews with business owners directly. While the data is only as a secondary consideration and more historical.

Based on the results of this research is that the vegetable vendors in the market using instruments Sei Sikambing product, the price, the location is in the marketing mix to competition from other vegetable vendors. Although the campaign was not too used to the main pertimabangan greengrocer.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Peranan usaha kecil di Indonesia memang diakui sangat penting dalam perekonomian nasional, terutama dalam aspek-aspek seperti: peningkatan kesempatan kerja; pemerataan pendapatan; pembangunan ekonomi pedesaan; dan peningkatan ekspor non migas. Selama ini telah banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk membentuk program pengembangan atau pembinaan usaha kecil termasuk diantaranya adalah program kemitraan antara usaha makro, menengah, dan usaha kecil atau mikro.

Ada tiga jenis usaha yang dilakukan UKM untuk mengembangkan perekonomian nasional antara lain usaha manufaktur, usaha dagang, dan usaha jasa. Dari ketiga jenis usaha tersebut, yang memiliki peran paling penting dalam meningkatkan perekonomian nasional adalah usaha dagang. Usaha dagang adalah usaha yang menjual produk kepada konsumen. Usaha dagang ini berupa toko kelontong, grosiran, dan pasar tradisional yang menjual semua kebutuhan sehari-hari.

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual ataupun pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar. Bangunan pasar tradisional biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los, dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. (id.wikipedia.org/pasar, 2013)


(14)

Permasalahan serius yang hingga kini masih dihadapi pasar tradisional Indonesia adalah masalah infrastruktur. Pada umumnya pasar tradisional yang saat ini beroperasi terlihat tidak nyaman, terkesan semrawut, kotor, dan bau. Hal ini sangat mungkin terjadi mengingat kebanyakan pasar tradisional menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa, dan lain-lain.

Kegiatan ekonomi dalam bentuk pasar tradisional menjadi pilihan utama masyarakat di Sumatera Utara untuk membeli kebutuhannya akan pangan. Pada umumnya masalah yang dihadapi pasar tradisional di Sumatera Utara juga menyangkut pada masalah ketidak nyamanan tempat yang terkesan semrawut, kotor, menimbulkan aroma yang tidak sedap ataupun bau, dan becek.

Keunggulan pasar tradisional juga dapat dilihat dari lokasi, masyarakat akan lebih suka berbelanja ke pasar-pasar yang lokasinya lebih dekat dengan tempat tinggalnya. Letak pasar tradisional yang selalu didirikan di sekitar permukiman padat penduduk menjadi keunggulan yang membuat keberadaan pasar tradisional masih dipertahankan sampai saat ini, karena sebagian besar UKM rakyat hidup di pasar tradisional.

Menurut Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 2 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, usaha perdagangan ini berupa pasar tradisional, dimana instansi pemerintah tersebut berkerja sama dengan swasta untuk menyediakan lokasi dan menyewakan tempat penjualan berupa los, kios, toko, dan tenda yang dikelola oleh pedagang kecil, swadaya masyarakat, maupun


(15)

koperasi usaha kecil yang bergerak dengan modal kecil dan dengan proses jual beli melalui tawar menawar.

Pasar tradisional Sei Sikambing merupakan tempat usaha kecil yang mengumpulkan para pedagang yang menjual segala jenis kebutuhan masyarakat, seperti: pedagang sayur-sayuran; pedagang daging; pedagang ikan; serta pedagang yang menjual sembako. Dari jumlah kuantitas, ternyata yang lebih dominan menguasai pasar tradisional Sei Sikambing adalah pedagang sayur.

Pedagang sayur yang mendominasi para pedagang lain yang ada di pasar tradisional Sei Sikambing menciptakan situasi persaingan dalam menjalankan usaha antara pedagang sayur. Persaingan yang akan dihadapi oleh pedagang sayur akan menimbulkan kompetisi antara pedagang sayur untuk mendapatkan perhatian dari calon konsumen. Kegiatan penjualan merupakan salah satu dari kegiatan persaingan untuk meningkatkan minat beli konsumen, sedangkan persaingan menimbulkan strategi bauran pemasaran yang disebut marketing mix.

Menurut Armstrong dan Kotler (2007:52) marketing mix adalah seperangkat alat taktis pemasaran yang dapat dikendalikan dan dikombinasikan oleh perusahaan dengan tujuan agar dapat menghasilkan tanggapan yang baik dari pasar sasarannya. Sedangkan menurut Kotler dan keller (2006:19) Bauran Pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Adapun yang mempengaruhi persaingan di pasar tradisional seperti harga, lokasi, produk, promosi yang disebut dengan marketing mix.


(16)

Seperangkat instrumen yang telah disebutkan diatas terdiri dari empat atau yang lebih dikenal dengan istilah 4P (product, price, place, promotion). Komponen 4P menggambarkan pandangan para penjual tentang alat-alat pemasaran untuk bersaing dan dapat digunakan untuk mempengaruhi pembeli.

Menurut Kotler dan keller (2006:19) Komponen 4P yang ada dalam persaingan di pasar tradisional berupa: produk merupakan semua yang dapat ditawarkan untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, serta dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan pemakainya. Harga merupakan jumlah semua nilai yang konsumen tukarkan dalam rangka mendapatkan manfaat pada barang yang diperoleh atau dikonsumsi, dalam arti luas jumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan.

Tempat merupakan aktivitas untuk penyadiaan produk bagi konsumen, atau bisa diartikan sebagai lokasi dimana produk bisa didapat. Promosi adalah aktivitas yang mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya, bisa dengan menggunakan media atau iklan.

Promosi biasanya tidak menjadi pertimbangan penting bagi pengusaha mikro kecil seperti pedagang sayur, hal ini diketehui dari survei awal peneliti pada dua puluh tujuh pedagang sayur. Oleh karena itu, peneliti hanya menyempitkan ruang lingkup penelitian terhadap harga, tempat, dan produk pedagang sayur di pasar tradisional Sei Sikambing.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Tentang Marketing Mix (Bauran


(17)

Pemasaran) Terhadap Persaingan Usaha Bagi Usaha Kecil di Pasar Tradisional (Studi Kasus Pedagang Sayur Pasar Sei Kambing)”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka penulis merumuskan permasalahan yang mendasari penelitian ini sebagai berikut: “Apakah strategi marketing mix (bauran pemasaran) menentukan bentuk dan efektivitas persaingan para pedagang sayur di pasar tradisional Sei Kambing?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah menganalisis tentang strategi marketing mix (lokasi, harga, dan produk) terhadap persaingan Pedagang Sayur di Pasar Tradisional Sei Sikambing.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: a. Bagi Pedagang sayur

Sebagai sumber informasi, sumbangan pemikiran, serta bahan pertimbangan, bagi para wirausahawan atau pedagang sayur dalam menyesuaikan strategi yang akan diterapkan di masa depan dalam menghadapi persaingan yang ada di pasar tradisional.

b. Bagi Peneliti

Memberikan kontribusi bagi pemikiran untuk memperluas cakrawala berpikir ilmiah dalam bidang kewirausahaan, khususnya yang berkaitan dengan persaingan di pasar tradisional.


(18)

c. Bagi pihak lain.

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian terhadap objek atau masalah yang sama dimasa yang akan datang.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori UKM

Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut: Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar Rupiah). Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar serta berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum maupun badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Menurut Pandji Anoraga (2009:230) Usaha kecil yang dimaksud meliputi usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Usaha kecil informal adalah berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan belum berbadan hukum, antara lain petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, dan pedagang kaki lima.


(20)

Sedangkan usaha kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun-temurun, dan berkaitan dengan seni dan budaya. Usaha Kecil dan Menengah memegang peranan penting dalam memajukan perekonomian suatu negara. Ada tiga alasan utama suatu negara harus mendorong usaha kecil yang ada untuk terus berkembang.

(a) Pada umumnya cenderung memiliki kinerja yang lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif.

(b) Peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi. Hal ini merupakan bagian dari dinamika usahanya yang terus menyesuaikan perkembangan jaman.

(c) Memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas dibandingkan dengan perusahaan besar.

Usaha kecil yang ada memiliki peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan mendukung pendapatan rumah tangga. Perkembangan suatu usaha dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik itu faktor internal maupun eksternal.

2.1.2 Teori Pasar

Menurut J.W. Stanton (2003:167) Pasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk berbelanja dan kemauan untuk membelanjakannya. Pasar atau konsumen dapat dibedakan menjadi dua golongan, yakni konsumen akhir (pasar konsumen) dan pasar bisnis (pasar industri).

Pasar konsumen adalah sekelompok pembeli yang membeli barang-barang untuk dikonsumsi dan bukan untuk diproses lebih lanjut. Sedangkan pasar bisnis


(21)

adalah pasar yang terdiri dari individu-individu atau organisasi yang membeli barang untuk diproses lagi menjadi barang lain dan kemudian dijual.

Menurut Umar (dalam www.smeru.or.id/newslet/news22, 2007) Pasar merupakan suatu lapangan atau pelataran yang sebagian beratap atau sebagian terbuka, seluruhnya terbuka atau tertutup yang sesuai berdasarkan peraturan dan ketentuan pemerintah setempat. Oleh karena itu pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga.

Secara fisik pasar merupakan pemusatan beberapa pedagang tetap yang selanjutnya para pedagang tersebut menempati bangunan-bangunan. Sedangkan secara fungsional, pasar adalah suatu tempat dimana terjadi proses tukar menukar dan proses itu berlangsung bila sejumlah penjual dan pembeli bertemu satu sama lainnya yang kemudian sepakat untuk memindah tangankan barang-barang yang diperjualbelikan kepada pembeli yang dinyatakan dengan bentuk transaksi.

Pasar tradisional merupakan sebagai pusat sosial ekonomi suatu lingkungan, penduduk dapat memenuhi kebutuhannya terutama kebutuhan barang-barang pokok sehari-hari atau kebutuhan jasa-jasa dalam bentuk eceran. Sedangkan pengertian dari sudut pelayanannya pasar merupakan sarana umum yang ditempatkan oleh pemerintah sebagai tempat transaksi jual beli umum dimana pedagang secara teratur dan langsung memperdagangkan barang dan jasa dengan mengutamakan adanya barang-barang kebutuhan sehari-hari.


(22)

2.1.3 Pasar Tradisional

Pasar tradisonal merupankan tempat bertemunya calon penjual dan pembeli, dimana calon penjual dan pembeli yang melakukan suatu transaksi yaitu suatu kesepakatan dalam kegiatan jual-beli. Barang yang diperjual belikan di pasar tradisional biasanya adalah barang-barang kebutuhan sehari-hari.

Pasar tradisional menyediakan barang atau komoditas yang beraneka jenis seperti beras, sayur, ikan, daging, dan lain sebagainya. Kebanyakan bentuk pasar tradisional secara keleluasaan distribusi dapat dikategorikan sebagai pasar lokal, karena hanya menjangkau daerah tertentu yang luas cakupannya sangat sempit. (yogas09.student.blog, 2009)

Menurut Perpres No 112 Tahun 2007, pasal 1 ayat 2 pasar Tradisional merupakan pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.

2.1.4 Teori Persaingan Usaha

Menurut Arie Siswanto (2002:14), persaingan usaha dapat didefinisikan sebagai persaingan usaha antara para penjual didalam merebut pembeli dan pangsa pasar. Persaingan yang dilakukan para pedagang sayur dipasar tradisional berdasarkan 4p dalam komponen bauran pemasaran, tetapi hanya 3p yang paling


(23)

di utamakan dalam persaingan para pedagang sayur yaitu: produk; harga; dan tempat.

Persaingan atau kompetisi dalam suatu komunitas dapat dikelompokkan menjadi dua jika dilihat dari asalnya yakni persaingan yang berasal dari dalam populasi jenis itu sendiri yang disebut intraspesifik dan persaingan yang berasal dari luar populasi tersebut yang disebut ekstraspesifik.

2.1.5 Lokasi, Harga, dan Produk Terhadap Persaingan Pedagang Sayur di Pasar Tradisional

2.1.5.1 Produk (Product)

Menurut Kotler & Keller (2009:182) Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan, termasuk barang fisik, jasa, pengalaman, acara, orang, tempat, properti, organisasi, informasi, dan ide. Konsep produk berpendapat bahwa para konsumen akan menyukai produk-produk yang memberikan kualitas, penampilan dan ciri-ciri yang terbaik.

Sasarannya adalah bagaimana pengadaan usaha penyempurnaan dan perubahan produk ke arah yang lebih baik sehingga dapat mempengaruhi daya guna dan daya pemuas serta daya tarik dalam keputusan pembelian konsumen yang lebih besar. (http://luchiferian.blogspot.com,2011)

Produk sayur yang dijual harus memiliki kualitas yang baik atau sesuai dengan manfaat yang didapat. Karena peningkatan kualitas produk sayur dapat membuat konsumen merasa puas terhadap produk sayur yang mereka beli, dan akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian ulang.


(24)

2.1.5.2 Harga (Price)

Harga produk sayur yang dipasarkan merupakan faktor yang sangat penting dan harga sangat menentukan atau mempengaruhi permintaan pasar. Didalam persaingan usaha terutama usaha perdagangan sayur di pasar tradisional yang semakin ketat sekarang ini. Karena semakin banyaknya usaha-usaha baru yang bergerak di bidang yang sama atau hampir sama dipasar tradisional, menuntut para pedagang sayur dapat menentukan harga terhadap produk sayur yang mereka jual dengan tepat. Persaingan harga sangat mempengaruhi bertahan atau tidaknya para pedagang sayur dalam menghadapi pesaingnya.

Menurut Kotler & Keller (2009:183), harga merupakan sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki maupun menggunakan produk atau jasa tersebut.

Menurut Fandy Tjiptono (2008:465) harga adalah satu- satunya unsur bauran pemasaran yang mendatangkan pemasukan yang pada gilirannya berpengaruh pada besar kecilnya laba dan pangsa pasar yang diperoleh. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat harga tertentu, bila manfaat yang dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya juga akan meningkat.

Harga merupakan salah satu faktor penentu konsumen dalam menentukan suatu pembelian terhadap suatu produk maupun jasa. Apabila produk atau jasa yang akan dibeli tersebut merupakan kebutuhan sehari-hari seperti makanan, minuman dan kebutuhan pokok lainnya, konsumen akan sangat memperhatikan harganya.


(25)

Pengusaha perlu untuk memperhatikan hal ini, karena dalam persaingan usaha, harga yang ditawarkan oleh pesaing bisa lebih rendah dengan kualitas yang sama atau bahkan dengan kualitas yang lebih baik. Sehingga dalam penentuan harga produk atau jasa yang dijual, usaha kecil sekalipun harus memperhatikan konsumen dan para pesaingnya.

2.1.5.3 Lokasi atau Tempat (Place)

Menurut Kotler & Keller (2009:184), tempat adalah lokasi yang digunakan untuk proses penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Variabel tempat mencakup lokasi yang strategis, akses ke lokasi yang mudah dijangkau, penempatan layout produk yang rapi dan teratur, keluasan areal dan kenyamanan suasana belanja, dan keluasan areal dan keamanan parkir kendaraan.

Lokasi adalah tempat toko yang paling menggantungkan yang dapat di lihat dari jumlah rata-rata dari khalayak yang melewati toko itu setiap harinya. Persentasi khalayak yang melewati toko atau swalayan tersebut,persentasi mampir

dan kemudian membeli serta nilai pembelian.

Pemilihan lokasi yang baik, merupakan keputusan yang sangat penting dalam persaingan. Pertama, karena keputusan lokasi mempunyai pengaruh yang permanen dan jangka panjang, apa lokasi tersebut telah dibeli atau hanya disewa. Kedua, lokasi akan mempengaruhi pertumbuhan usaha dimasa mendatang.

Lokasi yang dipilih haruslah mampu mengalami pertumbuhan ekonomi sehingga usahanya dapat bertahan. Dan yang terakhir, nilai lokasi memburuk


(26)

akibat perubahan lingkungan yang dapat terjadi setiap waktu, mungkin saja usaha tersebut harus dipindahkan atau ditutup.

2.1.5.4 Promosi (Promotion)

Menurut Kotler dan Keller (2008:269) Promosi adalah semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran. Promosi merupakan semua kegiatan yang ditujukan untuk memacu tingkat permintaan terhadap produk yang dipasarkan dengan komunikasi antara produsen dan konsumen.

Komunikasi pemasaran perlu dilakukan guna memberitahukan produk yang akan dipasarkan dari 4P yang merupakan instrumen marketing mix. Promosi tidak menjadi masalah yang utama bagi persaingan pedagang sayur di pasar tradisional. Hasil observasi langsung kepada 27 (dua puluh tujuh) pedagang sayur di pasar tradisional Sei Sikambing promosi tidak menjadi masalah yang penting dalam persaingan karena bagi para pedagang promosi tidak dapat dilakukan di pasar tradisional, hal ini terjadi karena produk yang mereka jual merupakan kebutuhan utama yang pasti dicari oleh konsumen.

2.2 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual bertujuan untuk mengemukakan secara umum mengenai objek penelitian yang dilakukan pada kerangka variabel yang akan diteliti. Maka peneliti berasumsi bahwa produk, harga, dan lokasi dapat menimbulkan persaingan pedagang sayur di pasar tradisional Sai Kambing.

Menurut Kotler & Keller (2009:182) Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan,


(27)

termasuk barang fisik, jasa, pengalaman, acara, orang, tempat, properti, organisasi, informasi, dan ide. Produk sayur yang dijual harus memiliki kualitas yang baik atau sesuai dengan harga yang ditawarkan, sehingga para pedagang sayur dapat bertahan dalam menghadapi persaingan, terutama persaingan dari segi kualitas. Karena peningkatan kualitas produk sayur dapat membuat konsumen merasa puas terhadap produk sayur yang mereka beli, dan akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian ulang.

Menurut Kotler & Keller (2009: 183), harga merupakan sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki maupun menggunakan produk atau jasa tersebut. Harga produk sayur yang dipasarkan juga merupakan faktor yang sangat penting dan harga juga sangat menentukan atau mempengaruhi permintaan pasar didalam persaingan antara pedagang sayur di pasar tradisional yang semakin ketat. Karena keunggulan harga yang lebih murah ditawarkan bisa menjadi daya tarik untuk mempengaruhi keunggulan persaingan.

Menurut Kotler & Keller (2009:184), tempat adalah lokasi yang digunakan untuk proses penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Pemilihan lokasi yang baik merupakan keputusan yang sangat penting karena keputusan lokasi memiliki pengaruh yang permanen dan jangka panjang.

Tempat atau lokasi yang dipilih haruslah mampu mengalami pertumbuhan ekonomi sehingga usahanya dapat bertahan dan mampu menghadapin pesaingan. Di pasar tradisional Sai Kambing Medan, penempatan lokasi yang strategis


(28)

menjadi penentu pedagang sayur untuk dapat menarik lebih banyak pelanggan melakukan pembelian atau transaksi.

Sumber:Menurut Kotler & Keller (2009)

Gambar 2.2: Kerangka Konseptual

Persaingan usaha 1. Product

2. Price 3. Place


(29)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, memo dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku menggunakan metode deskriptif.

Penelitian deskriptif (descriptive research) sendiri, bertujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat suatu populasi atau daerah tertentu dengan cara sistematik, faktual, dan teliti. (Ginting dan Syafrizal, 2008)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Tradisional Sei Sikambing yang terletak di jalan Gatot Subroto, Medan. Penelitian ini dimulai dari Agustus 2013 sampai dengan Januari 2013.


(30)

3.3 Subjek Penelitian

Peneliti dalam penelitian ini akan mewawancarai subjek penelitian yaitu para pedagang sayur.

3.4 Batasan Operasional

Peniliti mengantisipasi kesalahpahaman dan kesimpang siuran dalam menganalisis permasalahan, maka penelitian ini dibatasi pada lokasi, harga, produk terhadap persaingan pedagang sayur di pasar tradisional Sei Sikambing.

3.5 Definisi Operasional Variabel

Penguraian definisi operasional variabel-variabel yang akan diteliti merupakan suatu cara untuk mempermudah pengukuran variabel penelitian. Selain itu juga memberi batasan-batasan pada obyek yang akan diteliti, yaitu:

1. Produk (product)

Produk merupakan segala sesuatu yang diberikan kepada seseorang guna memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan. Konsep produk berpendapat bahwa para konsumen akan menyukai produk-produk yang memberikan kualitas, penampilan dan ciri-ciri yang terbaik. Manajemen dalam organisasi yang berorientasi pada produk demikian memusatkan energi mereka untuk membuat produk yang baik dan terus-menerus meningkatkan mutu produk tersebut. Persepsi konsumen terhadap kualitas produk, dapat dipengaruhi oleh harga produk. Konsumen memiliki persepsi, apabila semakin tinggi harga suatu produk maka semakin tinggi


(31)

pula kualitas dari produk tersebut. Konsumen dapat mempunyai persepsi seperti itu ketika mereka tidak memiliki petunjuk atau acuanlain dari kualitas produk, selain harga produk. Namun sebenarnya persepsi kualitas suatu produk dapat dipengaruhi pula oleh reputasi toko, iklan, dan variabel-variabel lainnya.

2. Harga (Price)

Harga merupakan sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa atau jumlah dari nilai yang ditukarkonsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Harga produk atau jasa yang dipasarkan merupakan faktor yang sangat penting. Harga sangat menentukan atau mempengaruhi permintaan pasar. Didalam persaingan usaha yang semakin ketat sekarang ini dan semakin banyaknya usaha-usaha baru yang bergerak di bidang yang sama atau hampir sama, menuntut perusahaan dapat menentukan harga terhadap produk atau jasa yang mereka jual dengan tepat. Persaingan harga sangat mempengaruhi bertahan atau tidaknya suatu perusahaan menghadapi para pesaingnya.

3. Lokasi atau Tempat (Place)

Lokasi merupakan keputusan yang sangat penting. Pertama, karena keputusan lokasi mempunyai dampak yang permanen dan jangka panjang, apakah lokasi tersebuh telah dibeli atau hanya disewa. Kedua, lokasi akan mempengaruhi pertumbuhan usaha dimasa mendatang. Lokasi yang dipilih haruslah mampu mengalami pertumbuhan ekonomi sehingga usahanya


(32)

dapat bertahan. Dan yang terakhir, apabila nilai lokasi memburuk akibat perubahan lingkungan yang dapat terjadi setiap waktu,mungkin saja usaha tersebut harus dipindahkan atau ditutup.

3.6 Populasi dan Sampel a. Populasi

Menurut Bungin (2006:99) populasi berasal dari bahasa inggris, yaitu “population” yang berarti jumlah penduduk. Dalam metode penelitian, kata populasi sangat populer dipakai untuk menyebutkan serumpun ataupun kelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Jenis populasi terbagi dua, yaitu:

1. Populasi finit, artinya jumlah individu ditentukan.

2. Populasi infinit, artinya jumlah individu tidak terhingga atau tidak diketahui dengan pasti.

Populasi pada penelitian ini adalah populasi fisit karena menetukan jumlah pedagang sayur yang berjualan pada jam-jam aktif berjumlah 67 pedagang sayur eceran yang berjualan di pasar tradisional Sei Kambing. b. Sampel

Sampel adalah suatu prosedur pengambilan data, dimana hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi. Pengambilan sampel dari populasi tersebut berjumlah 27 pedangan sayur yang di tentukan secara purposive sapling yaitu pedagang sayur yang berjualan lebih dari


(33)

3.7 Jenis Data

Peneliti menggunakan dua jenis data untuk membantu memecahkan masalah, yaitu:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden terpilih pada lokasi penelitian. Data primer juga diperoleh dengan wawancara terstruktur dengan pemilik usaha secara langsung.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui studi dokumen yang ada terdahulu dengan mempelajari berbagai tulisan melalui buku, jurnal, majalah, dan situs internet untuk mendukung penelitian

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk proses pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan proses tringulasi yaitu:

a. Pengamatan (Observation)

Observasi merupakan pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung pada subjek yang akan diteliti di lokasi penelitian, dalam hal ini pengamatan dilakukan pada pedagang sayur yang terletak di Jalan Sei Kambing, Medan. Untuk melengkapi catatan penelitian yang diperlukan.


(34)

b. Wawancara mendalam (in-dapth interview)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam terhadap lokasi, harga, dan kualitas produk. Dalam hal ini wawancara langsung dilakukan dengan para pedagang sayur yang berjualan di Pasar Tradisional Sei Kambing dengan menggunakan questionnaire, serta para pelanggan yang berbelanja di pasar tersebut.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan cara pengumpulan data melalui peninggalan arsip-arsip termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lain berhubungan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data yang utama karena pembuktian hipotesisnya yang diajukan secara logis dan rasional melalui pendapat, teori, atau hukum-hukum, baik mendukung maupun menolak hipotesis tersebut.

3.9 Teknik Analisis

Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam (Depth Interview), maka analisis data dilakukan setelah terlebih dahulu editing data, mengorganisasi data sesuai dengan teori persaingan (marketing mix). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.


(35)

Analisis data adalah mengatur urutan data kedalam suatu pola, katagori dan satuan uraian dasar. Sedangkan metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari pelaku yang diamati.

Metode ini digunakan untuk menggambarkan data yang sudah diperoleh melalui proses analitik yang mendalam dan selanjutnya diakomodasikan dalam bentuk bahasa secara runtut atau dalam bentuk naratif. Analisis data dilakukan secara induktif, yaitu dimulai dari lapangan atau fakta empiris dengan cara terjun ke lapangan, mempelajari fenomena yang ada dalam lapangan.

Penelitian akan mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis secara deskriptif-kualitatif. Setelah data dari lapangan terkumpul maka digunakan metode pengumpulan data.

Analisis Deskriptif Kualitatif merupakan suatu teknik yang menggambarkan dan menginterprestasikan arti data-data yang terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti. Metode analisis ini mencari hubungan secara menyeluruh dan teliti dari suatu keadaan. Dalam hal ini data aktual dikumpulkan, disusun, diklasifikasikan, dan dianalisis untuk kemudian diinterpretasikan yang memungkinkan dilakukan pemecahan masalah yang diselidiki, sehingga memberikan gambaran dan informasi mengenai masalah tersebut.


(36)

Penelitian deskriptif dibuat berdasarkan fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subjek berupa individu, organisasional, industri atau perspektif yang lain. Penelitian deskriptif dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang: apa; siapa; kapan; dimana; dan bagaimana; yang berkaitan dengan karakteristik populasi atau fenomena tersebut. Pendekatan yang dilakukan pendekatan kualitatif dengan menganalisis data dan kesimpulan data dengan perhitungan non numerik, situasional deskriptif, interview mendalam kepada subjek untuk menerima atau menolak teori.


(37)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Umum Objek Penelitian

4.1.1 Profil Singkat Pasar Sei Sikambing

Pasar tradisional Sei Sikambing berdiri sejak akhir tahun 70-an. Di medan, Sei diartikan sebagai sungai, jadi Sei Sikambing dapat diartikan sungai sikambing yang diambil sebagai nama kelurahan didaerah tersebut.

Di Medan pasar Sei Sikambing merupakan salah satu pasar tradisional yang terkenal sebagai tempat perbelanjaan segala kebutuhan bahan pokok. Letak pasar tradisional sei sikambing yang strategis dan dekat dengan pemukiman padat penduduk menjadi keunggulan pasar tradisional Sei Sikambing tersebut.

Pasar tradisional Sei Sikambing tepatnya berada di Jl. Gatot Subroto –Medan, berada tepat di depan Taman Tomang Elok dan berada di samping Jl. Kapten Muslim- medan daerah Medan Barat. Pasar tradisional Sei Sikambing adalah pasar resmi yang dibangun Pemerintah yang dikelola oleh perusahaan Daerah (PD) kota Medan dan memiliki luas 50 x 70 meter dan sisanya dikelola oleh kelurahan, pada saat ini memliki 750 pedagang yang didominasi oleh pedagang sayur.


(38)

4.1.2 Visi dan Misi Pasar Sei Sikambing 1. Visi

Untuk meningkatkan pelayanan, kenyamanan, keamanan dan pendapatan di Pasar Sei Sikambing.

2. Misi

Ingin memajukan pasar Sei Sikambing agar konsumen tidak beralih ke pasar modern.

4.1.3 Tata Letak Penggunaan Lahan Pasar Sei Sikambing

Penggunaan lahan di pasar Sei Sikambing oleh kegiatan perdagangan seperti: pedagang sayur; pedagang buah; pedagang daging sapi; pedagang ikan; pedagang ayam; toko emas dan lain sebagainya.

Tabel 4.1 Bentuk dan Luas Bangunan Berjualan no Bentuk Bangunan

Berjualan

Luas Bangunan Berjualan (Meter) 1

2

Kios

Stan atau Pelataran

2 x 2,5

1,8 x 2

Sumber: Kantor Pasar Sei Sikambing, 2013 4.2 Hasil Analisis

4.2.1 Hasil Observasi di Pasar Sei Sikambing

Ragam produk yang dijual dipasar tradisional adalah kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan pokok, seperti; sayur-sayuran; daging; bumbu; buah-buahan; dan


(39)

lain-lain. Sayur-sayuran organik yang selalu jadi pilihan utama yang sering dibeli oleh masyarakat walaupun banyak pilihan yang bisa di temukan di pasar sei sikambing tersebut.

Produk sayur yang diperoleh para pedagang sayur di pasar Sei Sikambing kebanyakan berasal dari brastagi dan sisanya dari hasil kebun. Produk sayur yang dijual berupa sayur bayam, kangkung, tomat, wortel, terong, kacang panjang, kol, timun, dan berbagai jenis lainya. Selain itu sayur yang diperoleh dari bratagi termasuk produk yang memiliki kualitas yang baik dan harga yang murah sehingga para pedagang selalu mendapat produk sayur yang segar serta memiliki kualitas yang baik.

Harga merupakan sejumlah uang yang harus dibayar konsumen untuk mendapatkan barang yang diinginkan. Sedangkan, harga produk sayur yang ditawarkan termasuk jenis harga yang sesuai dengan manfaat yang diterima oleh masyarakat, harga jual rata-rata produk sayur antara lain sebagai berikut: sayur bayam Rp.2.500 per ikat, kangkung Rp.2.100, tomat Rp 4.500 s/d Rp 5.000/ Kg, wortel Rp. 3.900/Kg, kol Rp. 3.000, dan hampir semua rata-rata harga sayuran di pasar Sei Sikambing Rp. 2.000 s/d Rp. 5.000.

Strategi harga sayur yang di tawarakan oleh pedagang sayur agar dapat memenangkan pesaingan adalah dengan menurunkan harga sampai sekecil mungkin untuk mendapat keuntungan dari Rp. 1.000 sampai dengan Rp. 700. Hal ini dilakukan karena perbandingan harga pasar dalam dengan pasar luar, konsumen yang selalu tidak ingin mendapatkan harga mahal dari sebuah sayur


(40)

dipastikan akan mencari produk yang lebih murah agar dapat membeli lebih banyak dan pedagang menginginkan produk yang mereka jual habis karena tidak dapat dijual kembali keesokkan harinya.

Perbandingan harga pasar dalam dengan pasar luar adalah Rp.500 sampai dengan Rp.300. Harga pasar luar yang semakin turun akan membuat para pedagang yang berada di pasar dalam menurunkan harga agar dapat menarik konsumen untuk membeli produk mereka.

Tata letak tempat berjualan di pasar Sei Sikambing medan memiliki dua jenis yaitu pasar dalam yang berada di dalam pasar dan pasar luar yang berada di bagian luar pasar. Pasar bagian dalam adalah pedagang yang langsung memiliki tempat yang resmi dikelola oleh kantor pasar Sei Sikambing.

Pasar dalam terdiri dari pedagang yang memiliki kios atau pelataran yang tercatat oleh kantor pasar Sei Sikambing, sedangkan tempat berjualan di bagian luar pasar yang dikelola oleh kelurahan setempat selalu di rasakan oleh para pedagang tidak nyaman. Kenyamanan letak berjualan dikarenakan lokasi tempat berjualan dapat mengganggu jalanan umum, sehingga para pedagang yang berada di bagian luar pasar selalu diusir oleh para satpol PP untuk kenyaman jalan.

4.2.2 Hasil Wawancara di Pasar Sei Sikambing

Wawancara dilakukan pada tanggal 24 Desember 2013 di Pasar Sei Sikambing. Wawancara tersebut ditujukan kepada pedagang sayur dan para pembeli sayur untuk mengetahui dan menganalisis tentang marketing mix strategi


(41)

(lokasi, harga, dan produk) terhadap persaingan pedagang sayur di Pasar Tradisional Sei Sikambing.

Wawancara dilakukan kepada pedagang sayur dan pembeli agar terbukti apakah pedagang menerapkan strategi bersaing yang dilakukan oleh pedagang sayur, dan kepada pembeli agar dapat memperkuat analisis tentang marketing mix (bauran pemasaran) terhadap persaingan pedagang Sayur di pasar Sei Sikambing.

Hasil wawancara yang telah dilakukan kepada dua puluh tujuh pedagang sayur di Pasar Sei Sikambing.

Pedagang sayur pertama, bapak Joko saputra (28 tahun)

“... saya berjualan di Pajak Sei Sikambing sudah 4 tahun, sebelumnya saya mengikuti orang dulu baru mulai berjualan dan buka sendiri. Saya dalam menghadapi persaingan dengan pedagang lain susah-susah gampang, karena sayur ini bukan barang yang gampang dijual walaupun ini termasuk bahan pokok. Terkadang saya melihat orang juga kalau orang lagi senang makan sayur maka laku jualan saya, tetapi kalau orang lagi malas makan sayur maka susah untuk laku sayur yang saya jual. Strategi saya disini dengan memainkan harga kalau harga dipajak dalam Rp. 3.000 maka saya jual Rp. 2.700 begitu juga yang lain biasanya seperti itu, supaya orang tahu saya jual murah biasa saya berteriak saja. Saya biasanya dapat keuntungan menjual sayur Rp. 200.000 sampai dengan Rp 300.000 semua tergantung dengan cara saya menjual dan cepat atau tidak saya mulai berjualan.”


(42)

Pedagang sayur kedua, Bapak agus (43 tahun)

“... saya sudah berdagang disini selama belasan tahun. Saya menghadapi persaingan disini dengan cara memainkan harga semurah mungkin yang penting ada untung. Omset saya per hari Rp. 350.000 tergantung hari juga dan cara saya jualan. Tempat saya berjualan masih belum nyaman dan saya rasa tidak layak karena saya berjualan di trotoar jalan kalau ada petugas biasanya sering kejar- kejaran.”

Pedagang sayur ketiga, Bapak Sihombing (45 tahun)

“... saya berjualan sudah 10 tahun. Saya dalam mengahadapi persaingan dengan pedagang lain caranya dengan membuat dagangan saya tertata rapi, agar terlihat segar dan enak dilihat. Saya juga sudah memiliki pelanggan tetap jadi tidak terlalu takut dagangan saya tidak habis.”

Pedagang sayur keempat, Ibu Listiana (56 tahun)

“... saya sudah dari muda bejualan sayur. Saya kalau bersaing dengan yang lain tidak terlalu saya pikirkan, sebab sudah banyak yang sering belanja dan kenal sama saya, bisa dikatakan saya memiliki langganan tetap.”

Pedagang sayur kelima, ibu Nur (60 tahun)

“... dalam menghadapi persaingan saya menempatkan lapak saya di tempat yang strategis, karena lokasi tempat kami yang selalu berubah-ubah dan harus cepat-cepatan datang berjualan agar tidak diambil orang lapak saya.”


(43)

Pedagang sayur keenam, Ibu ester (54 tahun)

“... saya berjualan dari awal pajak dibangun, cara berjualan saya lebih menggunakan pengalaman saya saja dan daya tarik jualan saya dengan mengurangi harga penting saya dapat untung walaupn sedikit saya kasih, karena sayuran inikan tidak tahan lama jadi kalau dari pagi saya jual siang harus sudah habis kalau tidak sayur jadi layu jadi harga yang mau org ambil saja kalau begitu, tidak laku saya bawa pulang makan di rumah. Saya jualan didalam pasar tetapi subuh saya buka lapak didepan atau bagian luar pasar karena kalau didalam jual subuh kurang rame orang membeli.”

Pedagang sayur ketujuh, Bapak Supri (34 tahun)

“... saya berjualan baru 3 tahunan, karena saya jualan skala banyak jadi biasa pedagang ngambilnya dengan saya. Kalau ada sisa baru saya jual sesuai pasaran, jadi kalau didalam Rp. 3.000 saya jual Rp. 2.700, jadi tidak ada saingan”

Pedagang sayur kedelapan, Ibu nelly (38 tahun)

“... strategi saya dengan berteriak saja. Saya bejualan punya dua tempat pagi saya diluar siang saya masuk kedalam.”

Pedagang sayur kesembilan, Agus (18 tahun)

“... saya bejualan 3 tahun, saya tidak bergantung dengan sayur juga saya berjualan cabe, bawang, dan bumbu dapur yang lain juga, strategi saya jualan dengan berteriak dan juga murah-murahan harga dengan pedagang lain. Dan


(44)

saya paling menjaga kebersihan dan kesegaran sayuran saya jadi pelanggan datang sendiri.”

Pedagang sayur kesepuluh, Bapak Suni (47 tahun)

“... saya berjualan hampir satu tahun. saya menjual sayur yang masih segar saja itu strategi saya. Sayur yang sudah layu tidak saya jual pokoknya saya jaga kualitas saja jadi orang tahu.”

Pedagang sayur kesebelas, Bapak syadan (53 tahun)

“... saya berjualan 8 tahun. strategi saya dengan melihat harga di pasaran saja, apabila orang menjual Rp. 2.500 saya turunkan dagangan saya jadi Rp.2.100 yang penting laku. Tempat dagang saya kurang layak karena saya harus bayar sama petugas agar tidak diusir.”

Pedagang sayur keduabelas, Mamak Aswat (40 tahun)

“... saya berjualan dari saya muda. Cara saya berjualan jaga kebersihan tempat saya, karena kalau kotor orang sedikit ketempat saya sebab saya berjualan di sebelah tukang ayam. Orang beli ayam sayur saya juga dibeli, kalau harga sudah pasti saya melakukan strategi itu karena hampir semua pedagang seperti itu.”

Pedagang sayur ketigabelas, Bapak amat (53 tahun)

“... strategi saya lihat harga dalam berapa dulu, karena saya dagang diluar pajak jadi pastinya jual lebih murah dengan harga yang didalam pajak.”


(45)

Pedagang sayur keempatbelas, Putra (20 tahun)

“... saya berjualan ikut orang tua sekitar 2 tahun. Cara saya melakukan dagangan saya dengan menjual sayur-sayuran segar yang sudah layu saya bawa pulang saya makan sendiri, agar pembeli tahu saya jual sayur yang segar serta ditata dengan rapi dan disortir sayur yang jelek tidak saya masukin dimeja dagangan saya. Lokasi saya sangat amat dan strategis karena saya menyawa.”

Pedagang sayur kelimabelas, Bunda Vipa (32 tahun)

“... saya bejualan dari 4 tahun yang lalu membantu suami. saya menjual sayuran dengan melihat harga dipasaran, siang sedikit agar dagangan saya habis dengan menurunkan harga Rp.3.500 menjadi Rp. 3.000. Saya titipkan dengan pedagang yang ada diluar pasar juga bisa karena pembeli lebih suka membeli dibagian luar pasar dikarenakan dekat dan tidak perlu masuk kedalam pasar.”

Pedagang sayur keenambelas, Ibu Murni (40 tahun)

“... saya bejualan kurang lebih 10 tahun. Saya berjualan selalu dipagi hari dari jam 3 pagi sampai jam 10 pagi, sebab kalau lewat jam itu maka sayur-sayur saya pasti sudah layu jadi saya lebih menjaga kualitas produk saya.”

Pedagang sayur ketujuh belas, Bapak Sitompul (60 tahun)

“... saya bejualan sudah 20 tahun lebih. Saya bejualan dengan memaikan harga kalau pasar dalam Rp.4000 saya turunkan Rp. 300 sampai Rp.5000. saya liat cuaca juga kalau berjualan, apabila cuaca jelek meski sayuran saya segar


(46)

pembeli belum tentu datang jadi harga saya tekan seminim mungkin walaupun hanya pulang modal.”

Pedagang sayur kedelapanbelas, Iwan (24 tahun)

“... saya belum ada setahun berjualan. Berjualan sayur disini karena saya memiliki ladang jadi langsung saya jual sendiri dipasar ini. Sayuran yang saya jual dipastikan segar semua karena langsung saya petik sendiri di ladang. Strategi saya dalam berjualan dipasar dengan membanting harga dengan yang lain tetapi sesuai pasaran yang ada,dan memperbanyak pelanggan tetap. omset yang saya miliki Rp.300.000 sampai Rp. 500.000 tergantung hari.”

Pedagang sayur kesembilanbelas, Boris (18 tahun)

“... saya berjualan 1 tahun, menggantikan ayah saya yang sedang sakit. Cara saya berjualan dengan berteriak agar pembeli mendengar, karena tempat jualan saya terlalu berhimpitan dan paling sudut dengan pedagang yang lain.

Pedagang sayur keduapuluh, Ibu Jeni (33tahun)

“... strategi saya berjualan dengan menjaga kebersihan meja jualan saya dan menata rapi sayur-sayuran agar terlihat enak dipandang.”

Pedagang sayur kedua puluh satu, Ibu Rini (40 tahun)

“... strategi bersaing dengan menurunkan harga semurah mungkin, walaupn saya tidak mendapat untung yang penting balik modal. Kesamasan dari sayur juga saya buat agar terlihat segar dan menarik.”


(47)

Pedagang sayur kedua puluh dua, Opung (72 tahun)

“... cara bersaing dengan yang lain biasanya dengan berkeliling menggunakan grobak sorong yang saya, kemudian saya datangin pembeli satu persatu.”

Pedagang sayur kedua puluh tiga, Ibu Minah (42 tahun)

“... kelebihan saya dalam berjualan saya memilah-milih sayur yang segar dengan sayur yang kurang segar kemudian saya tetapkan harga yang berbeda dan pembeli yang membedakan sendiri mana yang mereka mau beli, sebagian sayur juga ada yang saya beri harga paket.”

Pedagang sayur kedua puluh empat, Bapak Rosidi (51 tahun)

“... saya berjualan dan bersaing dengan yang lain dengan cara berteriak memberikan harga yang murah kepada pembeli, karena sayur ini menjualnya tidak mudah dan memiliki resiko yang tinggi.”

Pedagang sayur kedua puluh lima, Bapak Anton (51 tahun)

“... strategi saya dalam bersaing adalah berkeliling pasar dan saya yang mendatangi pembeli, karena cara yang seperti ini lebih efektif menurut saya agar sayur yang saya jual laku.”

Pedagang sayur kedua puluh enam, Ibu siti (40 tahun)

“... saya berjualan dengan menata letak sayuran yang saya jual dengan rapih, sehingga pembeli mudah dalam membeli sayuran saya. Tempat berjualan saya juga saya bersihkan agar tidak banyak dihinggapi lalat dan sayuran yang saya


(48)

jual hasil kebun sendiri jadi pelanggan senang membeli sayur dengan saya dan kembali untuk pembelian uang.”

Pedagang sayur kedua puluh tujuh, Ibu Lia (40 tahun)

“... saya berjualan baru 2 tahun,strategi saya berjualan dengan cara berteriak sayur segar murah, dan sayuran yang dapat dimasak menjadi satu jenis masakan saya satukan seperti untuk membuat sop, sayur-sayuran yang bisa dimasak menjadi sop saya paketkan dengan menggunakan plastik gula.”

Wawancara kepada pembeli sayur agar dapat memperkuat bukti analisis tentang marketing mix (bauran pemasaran) terhadap persaingan pedagang sayur di pasar Sei Sikambing.

Pembeli pertama di pasar Sei Sikambing, Ibu Nining (43 tahun)

“... saya berbelanja ke pasar Sei sikambing untuk membeli kebutuhan pokok seperti; cabe; wartel; kentang; ikan; ayam; daging; kelapa parut;dan sekarang saya lagi membeli sayur. Setiap belanja tentu sayur tidak tertinggal dari daftar belanjaan saya, karena dirumah saya selalu memasak sayur-sayuran selain lauk pauk yang lain. Saya senang berbelanja ke pasar sei sikambing karena harganya terjangkau. Kreteria saya dalam berbelanja melihat jenis sayurnya saja kalau terlihat segar ya saya beli, maka dari itu saya selalu berbelanja di pagi hari.

Pembeli sayur kedua di pasar Sei Sikambing, Soraya (20 tahun)

“... saya berbelanja disini karena harga yng terjangkau dan bisa tawar menawar, saya selalu membeli sayur di pasar sei sikambing tetapi tidak setiap


(49)

hari karena tergantung saya ingin masak apa dirumah. Saya tidak selalu berbelanja di pasar sei sikambing karena rumah saya yang dekat dengan pasar helvetia, tetapi kurang memadai kalau saya berbelanja di pasar hervetia maka dari itu alasan saya berbelanja di pasar sei sikambing. Kreteria tempat saya berbelanja yang pastinya melihat produk sayur yang segar, dan melihat penjual yang menawarkan harga yang pasti-pasti saja karena kalau kita jarang belanja di pasar harga selalu di naik-naikkan tidak jelas oleh pedagang.”

Pembeli sayur ketiga di pasar Sei Sikambing, Ibu Tiur (42 tahun)

“... saya selalu berbelanja di bagian luar pasar karena saya selalu berbelanja disaat pulang dari kerjaan saya sebagai PNS. Masalah harga saya tidak terlalu ambil pusing karena sayur selalu memiliki harga yang normal tidak terlalu mahal.”

Pembeli sayur keempat di pasar Sei Sikambing, Ayu ( 25 tahun )

“... saya selalu berbelanja di pasar sei sikambing dan saya selalu membeli sayur karena saya membuka warung nasi padang. Kreteria saya dalam berbelanja dengan melihat dari segi harga yang murah karena untuk saya jual lagi, tempat tidak terlalu masalah bagi saya yang terpenting menjual sayuran murah saja, sayur yang selalu saya pilih adalah sayur yang segar yang makanya saya selalu berbelanja di pagi hari.”


(50)

“... saya berbelanja dipasar sei sikambing karena saya memiliki kede sampah dan menjual sayur juga. Kreteria saya kalau berbelanja melihat harga yang murah agar dapat saya jual kembali, tempat saya membeli salalu dibagian luar pasar karena banyak yang jual sayur di bagian luar, sayur yang dijual selalu segar juga.”

4.3 Pembahasan

Berdasarkan penelitian dan hasil observasi dari 27 pedagang sayur maka persaingan usaha dapat didefinisikan sebagai persaingan usaha antara para penjual didalam merebut pembeli dan pangsa pasar. Persaingan yang dilakukan para pedagang sayur dipasar tradisional Sei Sikambing berdasarkan 4p dalam komponen bauran pemasaran, tetapi hanya 3p yang paling di utamakan dalam persaingan para pedagang sayur yaitu: produk; harga; lokasi.

Produk merupakan segala sesuatu yang diberikan kepada seseorang guna memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan. Konsep produk berpendapat bahwa para konsumen akan menyukai produk-produk yang memberikan kualitas, penampilan dan ciri-ciri yang terbaik.

Produk sayur yang dijual harus memiliki kualitas yang baik atau sesuai dengan manfaat yang didapat. Karena peningkatan kualitas produk sayur dapat membuat konsumen merasa puas terhadap produk sayur yang mereka beli, dan akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian ulang.

Berdasarkan harga merupakan salah satu faktor penentu konsumen dalam menentukan pembelian terhadap suatu produk. Pedagang sayur perlu untuk


(51)

memperhatikan hal ini, karena dalam persaingan usaha, hargalah yang menentukan produk tersebut dibeli atau tidak.

Harga yang murah juga dapat mebuat para konsumen tertarik tetapi tidak dapat mengenyampingkan kualitas dari produk tersebut. Dalam pasar Sei Sikambing penentuan harga yang baik menjadi acuan utama dalam menghadapi persaingan dari segi harga yang akan di pilih oleh konsumen.

Lokasi juga merupakan faktor penting dalam persaingan yang dihadapi oleh pedagang sayur. Letak lokasi yang strategi dan mudah dijangkau akan menjadi pilihan yang mempengaruhi pembelian konsumen.

Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan kepada pedagang sayur dan pembeli sayur di pasar Sei Sikambing memperlihatkan bahwa marketing mix (bauran pemasaran) menentukan bentuk dan efektivitas persaingan para pedagang sayur di pasar tradisional Sei Kambing. Oleh karena itu para pedagang sayur seharusnya mempunyai pengetahuan tentang bauran pemasaran terhadap produk yang memiliki kualitas baik, harga yang murah serta lokasi yang mudah dijangkau.


(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Persaingan yang semakin ketat antara sesama pedagang sayur membuat para pedagang sayur perlu melakukan strategi marketing mix. Melalui analisis tentang Marketing Mix (bauran pemasaran) terhadap persaingan pedagang sayur di pasar tradisional Sei Sikambing yang dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Persaingan dari segi produk yang diutamakan menjadi pertimbangan penting oleh para pedagang sayur, karena produk sayur yang bersifat tidak lama atau cepat layu harus dijaga sebaik mungkin agar dapat dijual dan dirasakan manfaatnya oleh para pembeli sayur.

2. Harga yang ditawarkan juga menjadi pertimbang penting dalam persaingan para pedagang sayur, karena harga murah menjadi daya tarik pembeli untuk melakukan pembelian tetapi tidak mengenyampingkan kualitas produk sayur tersebut. Harga yang berbeda antar pasar bagian dalam dan bagian luar merupakan kunci keberhasilan dalam memenangkan persaingan yang dianggap para pedagang untuk menarik para pembeli sayur agar melakukan pembelian.

3. Persaingan dalam menentukan lokasi menjadi pertimbangan yang penting oleh para pedagang sayur di pasar Sei Sikambing untuk berjualan, hal ini yang akan menentukan intensitas banyaknya para pembeli yang melewati tempat tersebut maka kemungkinan terjadinya transaksi jual beli akan


(53)

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas ada beberapa saran yang dapat diberikan untuk diperhatikan oleh pedagang sayur di pasar Sei Sikambing medan:

1. Sebaiknya pedagang sayur menjual sayur yang segar saja dan menjaga kualitas dari sayuran yang dijual, hal ini dapat menentukan pedagang sayur dalam menghadapi persaingan yang ketat dengan pedagang sayur yang lain.

2. Harga yang ditawarkan harus seimbang dengan produk yang dijual dan tidak melakukan kecurangan agar dapat menghindari keluhan pelanggan yang merasa kurang puas terhadap produk yang mereka peroleh sehingga mendapatkan kepercayaan dari pembeli.

3. sebaiknya dalam menentukan tempat berjualan harus tepat dan tidak mengganggu badan jalan karena sangat merugikan bagi pengguna jalan, dan pengurus pasar juga harus menentukan lokasi atau letak lapak pedagang dengan tegas. Melihat banyak sekali para pedagang yang berjualan di badan jalan dapat menimbulkan kemacetan. Penjagaan oleh petugas harus dipertegas dan ketat, dan perlu diberikan sangsi atau hukuman kepada para pedagang yang melanggar, sehingga pedagang dan pembeli merasa nyaman dan aman.


(54)

DAFTAR PUSTAKA BUKU :

Anoraga, Pandji SE, M.M. 2009. Manajemen Bisnis Edisi Sorf Cover Usaha Kecil, Penerbit Renika Cipta.

Bugin, Burhan, 2008. Penelitian Kualitatif, Komunikasi Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Penerbit Prenade Media

Group, Jakarta.

Ginting, Paham & Syafrizal Helmi Situmorang, 2008. Filsafat Ilmu dan Metode Riset, USU Press, Medan.

Ibid, Arie Siswanto, 2002. Hukum Persaingan Usaha, Ghalia Indonesia, Jakarta Kotler, Philip & Garry, Amstrong, 2007. Marketing an Introduction,Eight

Edition, Peason Prentice, New Jersey

Kotler, Philip & Kevin Lane Keller, 2006. Marketing Management,Twelfh Edition, Pearson Kotler, Philip, 2001. Manajemen Pemasaran, Edisi Bahasa Indonesia, PT. Salemba Empat, Jakarta

Kotler, Philip & Kevin Lane Keller , 2008. Manajemen Pemasaran, Jilid I, Edisi 12, PT. Indeks, Jakarta

Kotler, Philip & Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran, Jilid II, Edisi 13, Erlangga, Jakarta.

Stanton, William, J. 2003, Prinsip Pemasaran, Jilid 1, terjemahan Y. Lamarto, Edisi 10, Erlangga, Jakarta.

Tjiptono, Fandi, 2008. Strategi Pemasaran, Edisi 3, Andi, Yogyakarta.

http://www.smeru.or.id/newslet/2007/news22 INTERENET:


(55)

http://www.zoeldhan-infomanajemen.com, 2013

http://luchiferian.blogspot.com/2011/11/marketing-mix-4p pengimplementasian.html


(56)

LAMPIRAN I

Wawancara

ANALISIS TENTANG MARKETING MIX (BAURAN PEMASARAN) TERHADAP PERSAINGAN USAHA BAGI USAHA KECIL DI PASAR

TRADISIONAL

(Studi Kasus Pedagang Sayur Pasar Sei Sikambing Medan)

IDENTITAS RESPONDEN

Nama : Umur :

Jenis Kelamin : Lama Berjualan :


(57)

PANDUAN WAWANCARA

1. Pedagang Sayur Pasar Sei Sikambing A. OBJEK WAWANCARA

2. Pembeli Sayur Pasar Sei Sikambing

1. Pedagang Sayur Pasar Sei Sikambing B. BENTUK PERTANYAAN

a. Berapa lama anda sudah berjualan sayur di pasar sei sikambing? b. Apakah menjual sayur menjadi sumber pendapatan utama anda? c. Apakah anda berjualan setiap hari? Jelaskan?

d. Apa saja jenis sayur yang anda jual? e. Apakah hanya sayur yang anda jual?

f. Apakah sayur yang anda jual habis setiap harinya? g. Sumber sayur yang anda peroleh untuk dijual? h. Apakah sayur yang anda jual adalah sayuran segar? i. Berapakah omset anda menjual sayur perhari?

j. Berapakah keuntungan anda perhari dari menjual sayur

k. Bagaimana pendapat anda mengenai lokasi tempat anda berjualan? l. Apakah tempat anda berjualan resmi?

m. Apakah tempat berjualan anda sudah termasuk aman dan layak? n. Apa strategi bersaing anda dengan para pedang sayur yang lain?

2. Pembeli yang belanja di pasar Sei Sikambing

a. Apakah alasan anda berbelanja di pasar Sei Sikambing?

b. Apakah setiap berbelanja di pasar tradisional anda selalu membeli sayur?, Jelaskan?

c. Jenis sayur seperti apa yang selalu anda beli?

d. Bagaimana pendapat anda dengan harga sayur yang ditawarkan?, jelaskan?

e. Harga yang seperti apa yang anda pilih untuk membeli sayur? f. Lokasi yang sering didatangi di pasar Sei Sikambing?

g. Bagaimana pendapat anda mengenai lokasi di pasar Sei Sikambing? h. Apakah anda sering berbelanja di pasar tradisional?


(58)

LAMPIRAN II

FOTO PELAKSANA KEGIATAN


(59)

(1)

DAFTAR PUSTAKA BUKU :

Anoraga, Pandji SE, M.M. 2009. Manajemen Bisnis Edisi Sorf Cover Usaha Kecil, Penerbit Renika Cipta.

Bugin, Burhan, 2008. Penelitian Kualitatif, Komunikasi Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Penerbit Prenade Media

Group, Jakarta.

Ginting, Paham & Syafrizal Helmi Situmorang, 2008. Filsafat Ilmu dan Metode Riset, USU Press, Medan.

Ibid, Arie Siswanto, 2002. Hukum Persaingan Usaha, Ghalia Indonesia, Jakarta Kotler, Philip & Garry, Amstrong, 2007. Marketing an Introduction,Eight

Edition, Peason Prentice, New Jersey

Kotler, Philip & Kevin Lane Keller, 2006. Marketing Management,Twelfh Edition, Pearson Kotler, Philip, 2001. Manajemen Pemasaran, Edisi Bahasa Indonesia, PT. Salemba Empat, Jakarta

Kotler, Philip & Kevin Lane Keller , 2008. Manajemen Pemasaran, Jilid I, Edisi 12, PT. Indeks, Jakarta

Kotler, Philip & Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran, Jilid II, Edisi 13, Erlangga, Jakarta.

Stanton, William, J. 2003, Prinsip Pemasaran, Jilid 1, terjemahan Y. Lamarto, Edisi 10, Erlangga, Jakarta.

Tjiptono, Fandi, 2008. Strategi Pemasaran, Edisi 3, Andi, Yogyakarta.

http://www.smeru.or.id/newslet/2007/news22 INTERENET:


(2)

http://www.zoeldhan-infomanajemen.com, 2013

http://luchiferian.blogspot.com/2011/11/marketing-mix-4p pengimplementasian.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar, 2013


(3)

LAMPIRAN I

Wawancara

ANALISIS TENTANG MARKETING MIX (BAURAN PEMASARAN) TERHADAP PERSAINGAN USAHA BAGI USAHA KECIL DI PASAR

TRADISIONAL

(Studi Kasus Pedagang Sayur Pasar Sei Sikambing Medan)

IDENTITAS RESPONDEN

Nama : Umur :

Jenis Kelamin : Lama Berjualan :


(4)

PANDUAN WAWANCARA

1. Pedagang Sayur Pasar Sei Sikambing A. OBJEK WAWANCARA

2. Pembeli Sayur Pasar Sei Sikambing

1. Pedagang Sayur Pasar Sei Sikambing B. BENTUK PERTANYAAN

a. Berapa lama anda sudah berjualan sayur di pasar sei sikambing? b. Apakah menjual sayur menjadi sumber pendapatan utama anda? c. Apakah anda berjualan setiap hari? Jelaskan?

d. Apa saja jenis sayur yang anda jual? e. Apakah hanya sayur yang anda jual?

f. Apakah sayur yang anda jual habis setiap harinya? g. Sumber sayur yang anda peroleh untuk dijual? h. Apakah sayur yang anda jual adalah sayuran segar? i. Berapakah omset anda menjual sayur perhari?

j. Berapakah keuntungan anda perhari dari menjual sayur

k. Bagaimana pendapat anda mengenai lokasi tempat anda berjualan? l. Apakah tempat anda berjualan resmi?

m. Apakah tempat berjualan anda sudah termasuk aman dan layak? n. Apa strategi bersaing anda dengan para pedang sayur yang lain?

2. Pembeli yang belanja di pasar Sei Sikambing

a. Apakah alasan anda berbelanja di pasar Sei Sikambing?

b. Apakah setiap berbelanja di pasar tradisional anda selalu membeli sayur?, Jelaskan?

c. Jenis sayur seperti apa yang selalu anda beli?

d. Bagaimana pendapat anda dengan harga sayur yang ditawarkan?, jelaskan?

e. Harga yang seperti apa yang anda pilih untuk membeli sayur? f. Lokasi yang sering didatangi di pasar Sei Sikambing?

g. Bagaimana pendapat anda mengenai lokasi di pasar Sei Sikambing? h. Apakah anda sering berbelanja di pasar tradisional?

i. Kreteria pedagang yang paling sering didatangi?


(5)

LAMPIRAN II

FOTO PELAKSANA KEGIATAN


(6)

Penjual Sayur Bagian Luar Pasar Sei Sikambing