Uji Normalitas Uji Asumsi Klasik

Hasil Uji Normalitas Unstandardized Residual N Normal Parameters a.b Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig 2-tailed Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative 140 .0000000 1.75082635 .080 .080 -.075 .949 .328 Sumber: data hasil olahan SPSS Tabel IV.10 terlihat bahwa Asymp. Sig 2-tailed atau nilai probabilitas memiliki nilai sebesar 0,328 0,05 dan hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara normal. 2. Uji Multikolinieritas Suatu model dikatakan bebas adanya multikolinieritas jika antar variabel x independen tidak boleh saling berkorelasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai VIF varian inflation factor yang tidak melebihi 10 dan mempunyai nilai tolerance berada disekitar angka 1. Pada tabel dibawah ini menunjukkan bahwa nilai VIF umumnya tidak melebihi 10 dan mempunyai angka tolerance berada di sekitar angka 1, sehingga model regresi dapat dikatakan bebas multikolinieritas. Adapun rangkuman uji multikolinieritas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Scatterplot Dependent Variable: Y 3 Tabel IV.11 Uji Multikolinieritas Collinierity Statistics Variabel Tolerance VIF Pengetahuan anggaran anggota dewan 0,895 1,117 Partisipasi masyarakat 0,824 1,214 Transparansi kebijakan publik 0,898 1,114 Sumber: data hasil olahan SPSS 3. Uji Heteroskedastisitas Deteksi ada tidaknya gejala tersebut dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Dasar pengambilan keputusan dalam analisis heteroskedastisitas adalah sebagai berikut: a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka sudah menunjukkan telah terjadinya gejala heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Secara detail, hasil uji heteroskedastisitas ini ditunjukkan dalam gambar grafik scatterplot di bawah ini. Gambar IV.1. Grafik Scatterplot Berdasarkan gambar IV.1. di atas, memperlihatkan tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui hubugan yang terjadi diantara variabel-variabel yang diteliti. Untuk mengetahui hal ini akan digunakan angka Durbin Watson dalam tabel derajat kebebasan dan tingkat signifikansi tertentu. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel IV.12 di bawah ini: Tabel IV.12 Hasil Uji Autokorelasi Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin - Square the Estimate Watson 1 .319a .102 .082 1.77684 2.064 Sumber: data hasil olahan SPSS Model regresi terjadi masalah autokorelasi atau tidak dilihat pada ketentuan berikut ini Gujarati, 2002. a. Nilai DW d L maka ada autokorelasi. b. Nilai DW terletak antara d L ≤ dw ≤ d U maka tidak ada kesimpulan. c. Nilai DW terletak antara d U dw 4 – d U maka tidak ada autokorelasi. d. Nilai DW terletak antara 4 – d U ≤ dw ≤ 4 – d L maka tidak dapat mengambil keputusan apapun. e. Nilai DW 4 – d L maka ada autokorelasi. Dari tabel IV.12 dapat dilihat nilai Durbin – Watson sebesar 2,064 akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan derajat kepercayaan 5, jumlah sampel 140 dan jumlah variabel bebas 3, maka di tabel Durbin-Watson akan didapat nilai d L 1,61 dan d U 1,74. Nilai DW 2,064 terletak di antara d U dan 4-d U atau 1,61 2,064 2,26 maka diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada model regresi. D. Analisis Data 1. Model Regresi dengan Moderasi Analisis regresi moderating adalah mengetahui variabel pemoderasi partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik dalam memperkuat pengaruh pengetahuan anggaran anggota dewan terhadap pengawasan keuangan daerah. Dari hasil pengolahan data menggunakan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel IV. 13 Rekapitulasi Hasil Regresi Moderating Variabel Dependen: Pengawasan Keuangan Daerah Y Unstandardize d Coefficients Standardized Coefficient b Variabel B Std. Error Beta t Sig. Konstanta 22.752 24,170 0,941 0,348 Pengetahuan anggaran anggota dewan -0,693 1,455 -0,664 -0,476 0,635 Partisipasi masyarakat PM -0,490 0,624 -0,842 -0,786 0,433 Transparansi kebijakan publik TKP 0,164 1,120 0,182 0,147 0,884 PDPM 0,038 0,038 1,502 1,008 0,315 PDTKP -0,003 0,067 -0,076 -0,040 0,968 F Ratio : 3,274 Sig. F : 0,008 R Square : 0,109 Adjusted R Square : 0,076 Sumber: data hasil olahan SPSS Keterangan: = signifikan pada tingkat kesalahan α = 1 Dari Tabel IV. 13 dapat dibuat persamaan regresi bertingkat hirarki yang digunakan adalah sebagai berikut: Y = 22,752 - 0,693PD – 0,490PM + 0,164TKP + 0,038PDPM - 0,003PDTKP Dari persamaan regresi hirarki tersebut tampak bahwa : a. Nilai koefisien regresi variabel interaksi pengetahuan anggaran anggota dewan dengan partisipasi masyarakat sebesar 0,038 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,315 0,05 sehingga variabel interaksi pengetahuan anggaran anggota dewan dengan partisipasi masyarakat tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah. b. Nilai koefisien regresi variabel interaksi pengetahuan anggaran anggota dewan dengan transparansi kebijakan publik sebesar -0,003 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,968 0,05 sehingga variabel interaksi pengetahuan anggaran anggota dewan dengan transparansi kebijakan publik tidak berpengaruh signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah. Berdasarkan analisis di atas dapat dinyatakan bahwa interaksi pengetahuan anggaran anggota dewan dengan partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik tidak berpengaruh signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah sehingga partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik tidak dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel pengetahuan anggaran anggota dewan terhadap pengawasan keuangan daerah. Hasil analisis ini tidak mendukung hipotesis 1 dan 2. 2. Model Regresi dengan Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik Sebagai Variabel Independen Analisis regresi untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel pengetahuan anggaran anggota dewan, partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik secara parsial dan simultan terhadap pengawasan keuangan daerah. Dari hasil pengolahan data menggunakan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel IV. 14 Rekapitulasi Hasil Regresi Linier Berganda Variabel Dependen: Pengawasan Keuangan Daerah Y Unstandardized Coefficients Standardized Coefficient b Variabel B Std. Error Beta t Sig. Konstanta 10,736 1,940 5,532 0,000 Pengetahuan anggaran anggota dewan 0,043 0,090 0,041 0,477 0,634 Partisipasi masyarakat PM 0,135 0,052 0,232 2,594 0,011 Transparansi kebijakan publik TKP 0,123 0,077 0,136 1,590 0,114 F test : 5,148 Sig. F : 0,000 R Square : 0,102 Adjusted R Square : 0,082 Sumber: data hasil olahan SPSS Persamaan regresi yang diperoleh adalah: Y = 10,736 + 0,043PD + 0,135PM + 0,123TKP a. Nilai koefisien regresi variabel pengetahuan anggaran anggota dewan sebesar 0,043 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,634 0,05 sehingga variabel pengetahuan anggaran anggota dewan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah. b. Nilai koefisien regresi variabel partisipasi masyarakat sebesar 0,135 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,011 0,05 sehingga variabel partisipasi masyarakat memiliki pengaruh yang positif secara signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah. c. Nilai koefisien regresi variabel transparansi kebijakan publik sebesar 0,123 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,114 0,05 sehingga variabel transparansi kebijakan publik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah. d. Hasil uji F menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 5,148 dengan signifikansi sebesar 0,002 a = 0,05 maka secara simultan variabel pengetahuan anggaran anggota dewan, partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik berpengaruh signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah. Berdasarkan pada Tabel IV.14 menunjukkan bahwa secara parsial dinyatakan bahwa pengetahuan anggaran anggota dewan dan transparansi kebijakan publik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah, sedangkan partisipasi masyarakat berpengaruh secara signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah.

3. Pembahasan

a. Pengujian Hipotesis Pertama dan Pembahasannya

Untuk menguji hipotesis ini yang menyatakan bahwa partisipasi masyarakat berpengaruh positif signifikan terhadap hubungan antara pengetahuan anggaran anggota dewan dengan pengawasan keuangan daerah dilakukan dengan uji t dengan hasil pengolahan data sebagimana ada dalam tabel IV.13. Dari hasil uji hipotesis secara parsial dengan menggunakan uji t diketahui nilai t hitung variabel interaksi pengetahuan anggaran anggota dewan dengan partisipasi masyarakat PDPM sebesar 1,008 dengan tingkat signifikansi yang diperoleh sebesar 0,315 α = 0,05 sehingga variabel interaksi pengetahuan anggaran anggota dewan dengan partisipasi masyarakat PDPM menunjukkan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah. Hasil ini mengindikasikan bahwa pengaruh pengetahuan anggaran anggota dewan terhadap penyusunan anggaran tidak diperkuat dengan adanya partisipasi masyarakat sehingga keterlibatan masyarakat dalam memberikan masukan saat penyusunan arah dan kebijakan umum APBD, kritik dan saran masyarakat dapat menentukan strategi dan prioritas APBD, partisipasi publik menjadi dasar dalam menyusun APBD, saran dan kritik dari masyarakat dijadikan pertimbangan untuk merevisi anggaran serta jika terjadi perubahan kebijakan dalam hal APBD biasanya dewan mensosialisasikan dan masyarakat mendapatkan informasi tidak berdampak pada pengaruh pengetahuan anggaran anggota dewan terhadap pengawasan keuangan daerah artinya adanya partisipasi masyarakat tidak serta merta dapat meningkatkan pengetahuan anggaran anggota dewan dalam melakukan pengawasan keuangan daerah. Dari pengujian di atas, hasil penelitian ini tidak mendukung terhadap hipotesis pertama yang menyatakan partisipasi masyarakat berpengaruh positif signifikan terhadap hubungan antara pengetahuan anggaran anggota dewan dengan pengawasan keuangan daerah. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Achmadi 2002 yang menyebutkan bahwa partisipasi merupakan kunci sukses dari pelaksanaan otonomi daerah karena dalam partisipasi menyangkut aspek pengawasan dan aspirasi. Pengawasan yang dimaksud disini termasuk pengawasan terhadap pihak eksekutif melalui pihak legislatif . Partisipasi masyarakat rendah dan terkesan tidak menyalurkan sesuai aspirasi

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN VARIABEL MODERATOR PARTISIPASI MASYARAKAT DAN TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK DI P

0 3 13

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah Dengan Variabel Pemoderasi Partisipasi Masyarakat Dan Transparansi Kebijakan Publik (St

0 5 19

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah Dengan Variabel Pemoderasi Partisipasi Masyarakat Dan Transparansi Kebijakan Publik (St

0 5 17

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah Dengan Partisipasi Masyarakat Dan Transparansi Kebijakan Publik Sebagai Variabel Modera

0 10 22

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah Dengan Partisipasi Masyarakat Dan Transparansi Kebijakan Publik Sebagai Variabel Modera

1 5 14

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah Dengan Variabel Pemoderasi Partisipasi Masyarakat Dan Transparansi Kebijakan Publik (St

0 2 17

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah Dengan Variabel Pemoderasi Partisipasi Masyarakat Dan Transparansi Kebijakan Publik (St

0 1 14

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN VARIABEL MODERATOR PARTISIPASI MASYARAKAT DAN TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK (Stu

0 0 14

PENGARUH PENGETAHUAN ANGGOTA DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN PENGARUH PENGETAHUAN ANGGOTA DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT DAN TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI VARIABEL MODE

0 1 15

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANGANGGARANTERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH(APBD), Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah (APBD), dengan Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik Sebagai Variabel M

0 2 16