Analisis perbedaan kualitas spektrum soundcard bit depth 8 dan 16 dengan variasi sampling rate menggunakan spektrum analyzer

(1)

Analisis Perbedaan Kualitas Spektrum

Soundcard

Bit

Depth

8 dan 16 bit dengan Variasi

Sampling Rate

Menggunakan

Spektrum

Analyzer

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)

Oleh

DESTRI INDARSARI

107097003015

PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2011


(2)


(3)


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai skripsi atau karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun.

Jakarta, September 2011

Destri Indarsari 107097003015


(5)

ABSTRAK

DESTRI INDARSARI. Analisis Perbedaan Kualitas Spektrum Soundcard Bit Depth 8 dan 16 bit dengan Variasi Sampling Rate Menggunakan Spektrum Analyzer. Skripsi. Jakarta. Fakultas Sains Dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 2011. Kehidupan manusia tidak lepas dari berbagai peralatan elektronika yang dapat membantu berbagai kegiatan manusia terutama notebook. Notebook multimedia telah menjadi popular dan diminati khusunya bidang audio processing yang dijalankan oleh soundcard. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas spektrum perekaman pada 8 bit dan 16 bit dengan sampling rate yang berbeda dengan spektrum analyzer. Penelitian ini dilakukan sejak bulan April sampai bulan September 2011 di PUSARPEDAL laboratorium kebisingan getaran Serpong. Instrument yang digunakan untuk menganalisa spektrum ini adalah multifunction accoustic calibrator Bruel & Kjaer tipe 4226, pulse Bruel & Kjaer 3560-B-140, fluke 179 true RMS multimeter, dongle Bruel &Kjaer, notebook HP compaq 510 52PA, kabel ¼ inch, kabel ½ inch, kabel BNC, dan kabel coaxial. Perbedaan sampling rate dan bit depth sangat berpengaruh pada kualitas suara yang dihasilkan. Semakin tinggi sampling rate dan bit depth yang digunakan maka kualitas spektrum yang dihasilkan makin bagus sehingga menghasilkan kualitas suara yang baik. Maka soundcard 16 bit memiliki kualitas yang lebih baik daripada soundcard 8 bit dan sampling rate 44100 Hz dan 96000 Hz lebih baik daripada sampling rate 8000 Hz, 11025 Hz, dan 22050 Hz.

Kata kunci : Spektrum, notebook, soundcard, frekuensi, bit depth, sampling rate


(6)

ABSTRACT

Destri Indarsari. Difference Spectrum Analysis Quality Soundcard Bit Depth 8 and 16 bit Sampling Rate Variation Using a Spectrum Analyzer. Thesis. Jakarta. Faculty of Science and Technology. Syarif Hidayatullah State Islamic University. 2011.Human life can not be separated from a variety of electronic equipment that can help a variety of human activities, especially notebooks. Multimedia notebooks have become especially popular and desirable areas of audio processing executed by the soundcard. This study aims to determine the quality of the recording spectrum at 8 bits and 16 bits with a sampling rate that is different from the spectrum analyzer. The research was conducted from April to September 2011 in the laboratory PUSARPEDAL Serpong vibration noise. Instruments used to analyze the spectrum is the multifunction acoustic calibrator Bruel & Kjaer type 4226, pulse Bruel & Kjaer 3560-B-140, fluke 179 true RMS multimeter, dongle Bruel & Kjaer, notebook HP compaq 510 52PA, cable ¼ inch, wire ½ inch , BNC cable, and coaxial cable. Difference sampling rate and bit depth is very influential on the quality of sound produced. The higher the sampling rate and bit depth are used, the quality of the resulting spectrum the better the resulting sound quality is good. So 16 bit soundcards have better quality than the soundcard sampling rate of 8 bits and 44 100 Hz and 96,000 Hz sampling rate is better than 8000 Hz, 11,025 Hz and 22,050 Hz.

Keyword : Spectrum, notebook, soundcard, frequency, bit depth, sampling rate


(7)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, hingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir, untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains di Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa penyajian tugas akhir ini masih banyak kekurangan. Namun demikian penulis dapat menyelesaikan sesuai waktu yang direncanakan, tidak lain karena dorongan dari semua pihak, demikian juga berkat ridho-Nya.

Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Si, Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta.

2. Bapak Drs. Sutrisno, M.Si, Ketua Program Studi Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Elvan Yuniarti, M.Si sebagai Pembimbing I, yang telah memberi bimbingan dan pengarahan penulisan tugas akhir ini selesai.

4. Bapak Arif Tjahjono, M.Si sebagai Pembimbing II, yang telah memberi bimbingan dan pengarahan penulisan tugas akhir ini selesai.

5. Bapak Ir. Wisnu Eka Yulyanto sebagai kepala laboratorium Kebisingan Getaran, yang telah meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan pengarahan penulisan tugas akhir hingga selesai.


(8)

6. Bapak Zulfachmi, Bapak Budi, Bapak Pramana, Bapak Taufik dan Bapak Agus yang telah meluangkan waktu, memberikan keceriaan, dan membantu penulis selama melaksanakan tugas akhir.

7. Untuk teman-teman seperjuanganku di Fisika Instrumentasi Qolby, Fahrurozi, Hesti, Adam, Romi, Taufik, Ana, Badai, Pangky dan Dewi (Elektonika dan Instrumentasi UGM)

8. Seluruh teman-teman Fisika geofisika dan material angkatan 2007 yang telah menjadi motivator, memberikan keceriaan dan mengukir kenangan termanis dalam hidupku, dan seluruh teman-teman Fisika angkatan 2008 dan 2009, Ade Bahtiar dan Firman Setiawan yang telah memberikan do¶a, semangat dan menemaniku sampai tugas akhir ini selesai.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tuaku khususnya ibunda tercinta yang telah memberikan dorongan dengan penuh kesabaran. Demikian juga kepada kakak-kakakku dan keponakan-keponakanku yang telah mendukung dan mendampingiku selama pembuatan tugas akhir ini. Semoga jasa yang tidak ternilai harganya dari semua pihak diatas senantiasa mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Akhirnya dengan rendah hati penulis mengharapkan saran-saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini.

Jakarta, Senin, 19 September 2011

Destri Indarsari


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK«««««..««««««««««««««««««««««««... i

ABSTRACT «««««««««««««««««««««««««««««. ii

KATA PENGANTAR «««««««««««««««««««.«««««« iii

DAFTAR ISI ««««««««« ««««««««««...««...««««««. vii

DAFTAR TABEL «««««««««««««««««««.««..««««« x

DAFTAR GAMBAR ««««««««««««««««...«...«««««««. xi

DAFTAR LAMPIRAN««««««««««««««««««««««««« xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang««. «««««««««««««««.«««««... 1 1.2. Permasalahan Penelitian«««««««««««..««.«««««« 2 1.3. Tujuan Penelitian««««««««««««««««««...«««« 2 1.4. Pembatasan Masalah«««««««««««««««««««««. 2 1.5. Manfaat Penelitian««««««««««««««««««««««. 3 1.6. Sistematika Penyusunan«««««««««««««.««««««« 3

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Soundcard««««««««« ««««««««««««««««.. 5 2.2. Sinyal«««««««««««««««««««««««««««. 6 2.3. Bit Depth dan Sampling Rate«««««««««««««««««« 6 2.4. Frekuensi dan Amplitudo«««««««««««««««««««. 7 2.5. Teori Oktaf Band««««««««««««««««««««««... 8 2.6. Monoaural«««««««««««««««««««««««««. 9 2.7. Metode Pemulusan Spektrum (Hanning Windowing)««««««««.. 10 2.8. Harmonik«««««««««««««««««««««««««« 11 2.9. Noise«««««««««««««««««««««««««««« 11 2.10. Waveform Audio Format (.WAV)««««««««««««««««.. 12 2.11. Konversi Analog ke Digital A/D«««««««««««««««««. 13 2.12. Transformasi Fourier««««««««««« ««««««««««.. 15 2.13. Laju Pencuplikan««««««««««««««««««««««« 18


(10)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian«««««««««««««««««... 21 3.2. Metode Penelitian««««««««««««««««««««««. 21 3.3. Peralatan Penelitian«««««««««««««««««««««... 21 3.3.1. Multifunction Accoustic Callibrator Bruel & Kjaer Tipe 4226««.. 21 3.3.2. Pulse Bruel & Kjaer 3560-B-140«««««««««««««« 22 3.3.3. Fluke 179 RMS Multimeter«««««««««««««««« 23 3.3.4. Dongle Bruel & Kjaer««««««««««««««««««. 23 3.3.5. Notebook HP Compaq 510 52 PA«««««««««««««.. 23 3.3.6. Kabel ¼ Inch«««««««««««« «««««««««... 23 3.3.7. Kabel ½ Inch«««««««««««««««««««««... 24 3.3.8. Kabel BNC««««««««««««««««««««...«... 24 3.3.9. Kabel Coaxial«««««««««««««««««««««. 24 3.4. Teknik Analisis Penelitian««««««««««««««««««« 24 3.4.1. Teknik Pengambilan Data««««««««««««««««... 24 3.4.2. Teknik Pengolahan Data«««««««««««««««««. 27 3.5. Tahapan Penelitian«««««««««««««««««««««« 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengolahan Data Rekaman Berdasarkan Frekuensi Oktaf band Dengan Membedakan Sampling rate««««««««««««««. 29 4.1.1. Frekuensi 31,5 Hz««««««««««««««« ««««.. 29 4.1.2. Frekuensi 63 Hz««««««««««««««««««««. 30 4.1.3. Frekuensi 125 Hz«««««««««««««««««««... 31 4.1.4. Frekuensi 250 Hz«««««««««««««««««««... 31 4.1.5. Frekuensi 500 Hz«««««««««««««««««««... 32 4.1.6. Frekuensi 1000 Hz«««««««««««««««««««. 33 4.1.7. Frekuensi 2000 Hz«««««««««««««««« «««. 34 4.1.8. Frekuensi 4000 Hz«««««««««««««««««««. 34 4.1.9. Frekuensi 8000 Hz«««««««««««««««««««. 35 4.1.10.Frekuensi 12500 Hz««««««««««««««««««... 36


(11)

4.1.11.Frekuensi 16000 Hz««««««««««««««««««... 37 4.2. Hasil Pengolahan Data Rekaman Berdasarkan Frekuensi Oktaf Band

Dengan Perbedaan Bit Depth«««««««««««««««««.. 39 4.2.1. Frekuensi 31,5 Hz«««««««««««««««««««.. 39 4.2.2. Frekuensi 63 Hz««««««««««««««««««««. 40 4.2.3. Frekuensi 125 Hz«««««««««««««««««««... 42 4.2.4. Frekuensi 250 Hz«««««««««««««««««««... 43 4.2.5. Frekuensi 500 Hz«««««««««««««««««««... 44 4.2.6. Frekuensi 1000 Hz«««««««««««««««««««. 45 4.2.7. Frekuensi 2000 Hz«««««««««««««««««««. 47 4.2.8. Frekuensi 4000 Hz«««««««««««««««««««. 48 4.2.9. Frekuensi 8000 Hz«««««««««««««««««««. 49 4.2.10.Frekuensi 12500 Hz««««««««««««««««««... 51 4.2.11.Frekuensi 16000 Hz««««««««««««««««««... 52

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan«««««««««««««««««««««««... 54 5.2. Saran««««««««««««««««««««««««««« 54

DAFTAR PUSTAKA «««««««««««««««««««««««... 56

LAMPIRAN ««««««««««««««««««««««««««««. 57


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Hasil perekaman dan pengolahan data pada frekuensi 31,5Hz«.. 30 2 Hasil perekaman dan pengolahan data pada frekuensi 63Hz«... 30 3 Hasil perekaman dan pengolahan data pada frekuensi125 Hz«« 31 4 Hasil perekaman dan pengolahan data pada frekuensi 250 Hz«... 32 5 Hasil perekaman dan pengolahan data pada frekuensi 500 Hz«... 33 6 Hasil perekaman dan pengolahan data pada frekuensi 1000 Hz«. 33 7 Hasil perekaman dan pengolahan data pada frekuensi 2000 Hz«. 34 8 Hasil perekaman dan pengolahan data pada frekuensi 4000 Hz«. 35 9 Hasil perekaman dan pengolahan data pada frekuensi 8000 Hz«. 36 10 Hasil perekaman dan pengolahan data pada frekuensi 12500 Hz... 36 11 Hasil perekaman dan pengolahan data pada frekuensi 16000 Hz... 37


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Frekuensi pada sinyal«««««««««««««««««... 8 Gambar 2.2 Amplitudo pada sinyal«««««««««««««««««. 8 Gambar 2.3 Sketsa monoaural«««««««««««««««««««. 9 Gambar 2.4 Hanning windowing dalam waktu dan frekuensi domain«««« 10 Gambar 2.5 Contoh harmonik«««««««« «««««««««««.. 11 Gambar 2.6 Bagian dasar konverter analog ke digital««««««««««. 13 Gambar 2.7 Sinyal sinus dalam domain waktu dan domain frekuensi«««« 16 Gambar 2.8 Sinyal dalam domain waktu«««««««««««««««. 17 Gambar 3.9 Multifunction Accoustic Calibrator Bruel & Kjaer Type 4226«... 21 Gambar 3.10 Pulse Bruel & Kjaer 3560-B-140... 22 Gambar 3.11 Tampilan pada software FFT Properties v5 signal recorder... 24 Gambar 3.12 Perbedaan sampling frekuensi pada software FFT Properties v5

signal recorder... 25 Gambar 3.13 Perbedaan bit depth pada software FFT Properties v5 signal

recorder... 25 Gambar 3.14 Tampilan software FFT Properties v5 Signal Analyzer... 26 Gambar 3.15 Tampilan resolusi pada alat pulse Bruel & Kjaer 3560-B-140«« 27 Gambar 3.16 Diagram alir proses penelitian««««««««««««««. 28 Gambar 4.17 Sinyal perekaman 31,5 Hz dengan sampling rate 8000 Hz bit

depth 8 bit««««««««««««««««««««««. 38 Gambar 4.18 Sinyal perekaman 31,5 Hz dengan sampling rate 8000 Hz bit

depth 16 bit«««««««««««««««««««««.. 38 Gambar 4.19 Sinyal perekaman 31,5 Hz dengan sampling rate 96000 Hz bit

depth 8 bit««««««««««««««««««««««. 39 Gambar 4.20 Sinyal perekaman 31,5 Hz dengan sampling rate 96000 Hz bit

depth 16 bit«««««««««««««««««««««.. 39 Gambar 4.21 Sinyal perekaman 63 Hz dengan sampling rate 8000 Hz bit depth

8 bit««««««««««««««««««««««««... 39 Gambar 4.22 Sinyal perekaman 63 Hz dengan sampling rate 8000 Hz bit depth

16 bit««««««««««««««««««««««««. 40


(14)

Gambar 4.23 Sinyal perekaman 63 Hz dengan sampling rate 96000 Hz bit

depth 8 bit««««««««««««««««««««.«« 40 Gambar 4.24 Sinyal perekaman 63 Hz dengan sampling rate 96000 Hz bit

depth 16 bit«««««««««««««««««««««... 40 Gambar 4.25 Sinyal perekaman 125 Hz dengan sampling rate 8000 Hz bit

depth 8 bit«««««««««««««««««««««« 41 Gambar 4.26 Sinyal perekaman 125 Hz dengan sampling rate 8000 Hz bit

depth 16 bit«««««««««««««««««««««.. 41 Gambar 4.27 Sinyal perekaman 125 Hz dengan sampling rate 96000 Hz bit

depth 8 bit««««««««««««««««««««««. 41 Gambar 4.28 Sinyal perekaman 125 Hz dengan sampling rate 96000 Hz bit

depth 16 bit«««««««««««««««««««««... 41 Gambar 4.29 Sinyal perekaman 250 Hz dengan sampling rate 8000 Hz bit

depth 8 bit««««««««««««««««««««««. 42 Gambar 4.30 Sinyal perekaman 250 Hz dengan sampling rate 8000 Hz bit

depth 16 bit«« «««««««««««««««««««.. 42 Gambar 4.31 Sinyal perekaman 250 Hz dengan sampling rate 96000 Hz bit

depth 8 bit««««««««««««««««««««««. 42 Gambar 4.32 Sinyal perekaman 250 Hz dengan sampling rate 96000 Hz bit

depth 16 bit«««««««««««««««««««««.. 43 Gambar 4.33 Sinyal perekaman 500 Hz dengan sampling rate 8000 Hz bit

depth 8 bit««««««««««««««««««««««. 43 Gambar 4.34 Sinyal perekaman 500 Hz dengan sampling rate 8000 Hz bit

depth 16 bit«««««««««««««««««««««. 43 Gambar 4.35 Sinyal perekaman 500 Hz dengan sampling rate 96000 Hz bit

depth 8 bit««««««««««««««««««««««. 44 Gambar 4.36 Sinyal perekaman 500 Hz dengan sampling rate 96000 Hz bit

depth 16 bit«««««««««««««««««««««.. 44 Gambar 4.37 Sinyal perekaman 1000 Hz dengan sampling rate 8000 Hz bit

depth 8 bit««««««« «««««««««««««««. 44 Gambar 4.38 Sinyal perekaman 1000 Hz dengan sampling rate 8000 Hz bit

depth 16 bit««««««««««««««««««««..«. 45


(15)

Gambar 4.39 Sinyal perekaman 1000 Hz dengan sampling rate 96000 Hz bit

depth 8 bit««««««««««««««««««««««. 45 Gambar 4.40 Sinyal perekaman 1000 Hz dengan sampling rate 96000 Hz bit

depth 16 bit«««««««««««««««««««««.. 45 Gambar 4.41 Sinyal perekaman 2000 Hz dengan sampling rate 8000 Hz bit

depth 8 bit««««««««««««««««««««««. 46 Gambar 4.42 Sinyal perekaman 2000 Hz dengan sampling rate 8000 Hz bit

depth 16 bit«««««««««««««««««««««.. 46 Gambar 4.43 Sinyal perekaman 2000 Hz dengan sampling rate 96000 Hz bit

depth 8 bit««««««««««««««««««««««. 46 Gambar 4.44 Sinyal perekaman 2000 Hz dengan sampling rate 96000 Hz bit

depth 16 bit«««««««««««««««««««««.. 46 Gambar 4.45 Sinyal perekaman 4000 Hz dengan sampling rate 8000 Hz bit

depth 8 bit««««««««««««««««««««««. 47 Gambar 4.46 Sinyal perekaman 4000 Hz dengan sampling rate 8000 Hz bit

depth 16 bit«««««««««««««««««««««.. 47 Gambar 4.47 Sinyal perekaman 4000 Hz dengan sampling rate 96000 Hz bit

depth 8 bit««««««««««««««««««««««. 47 Gambar 4.48 Sinyal perekaman 4000 Hz dengan sampling rate 96000 Hz bit

depth 16 bit«««««««««««««««««««««.. 48 Gambar 4.49 Sinyal perekaman 8000 Hz dengan sampling rate 8000 Hz bit

depth 8 bit««««««««««««««««««««««. 48 Gambar 4.50 Sinyal perekaman 8000 Hz dengan sampling rate 8000 Hz bit

depth 16 bit«««««««««««««««««««««. 49 Gambar 4.51 Sinyal perekaman 8000 Hz dengan sampling rate 96000 Hz bit

depth 8 bit««««««««««««««««««««««. 49 Gambar 4.52 Sinyal perekaman 8000 Hz dengan sampling rate 96000 Hz bit

depth 16 bit««««««««««««««««««««« 49 Gambar 4.53 Sinyal perekaman 12500 Hz dengan sampling rate 8000 Hz bit

depth 8 bit««««««««««««««««««««««. 50 Gambar 4.54 Sinyal perekaman 12500 Hz dengan sampling rate 8000 Hz bit

depth 16 bit««««««««««««««««««««« 50


(16)

Gambar 4.55 Sinyal perekaman 12500 Hz dengan sampling rate 96000 Hz bit

depth 8 bit««««««««««««««««««««««. 50 Gambar 4.56 Sinyal perekaman 12500 Hz dengan sampling rate 96000 Hz bit

depth 16 bit««««««««««««««««««««« 51 Gambar 4.57 Sinyal perekaman 16000 Hz dengan sampling rate 8000 Hz bit

depth 8 bit««««««««««««««««««««««. 51 Gambar 4.58 Sinyal perekaman 16000 Hz dengan sampling rate 8000 Hz bit

depth 16 bit««««««««««««««««««««« 51 Gambar 4.59 Sinyal perekaman 16000 Hz dengan sampling rate 96000 Hz bit

depth 8 bit««««««««««««««««««««««. 52 Gambar 4.60 Sinyal perekaman 16000 Hz dengan sampling rate 96000 Hz bit

depth 16 bit««««««««««««««««««««« 52


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Hasil spektrum dengan resolusi tinggi «««««.««.. 57

Lampiran 2 Spektrum sinyal keseluruhan«««««««««««... 68


(18)

NOTASI

X (n) = Sinyal digital ke n hasil cuplikan atau sinyal waktu diskrit

Xa (nT) = Sinyal analog yang dicuplik ke n dengan periode pencuplikan atau selang waktu T detik

n = Banyaknya pencuplikan Fmaks = Frekuensi maksimum

Fs = Frekuensi sampling (Hz) T = Periode (s)

f = Frekuensi sinyal digital atau dapat disebut frekuensi ternomalisasi atau frekuensi relatif sinusoida

̩ = Sudut fase

F = Frekuensi sinyal analog (Hz) Ȧ = Kecepatan sudut (rad/s2) Xa(t) = Sinyal analog

X(Ȧ) = Sinyal diskrit k = 0, 1, 2, 3«.N-1

X(k) = koefisien DFT untuk sinyal diskrit x(n) N = Banyaknya sampling

df = Rentang frekuensi saat resolusi fspan = Lebar frekuensi saat resolusi flines = Garis frekuensi saat resolusi


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di zaman seperti ini, kehidupan manusia tidak lepas dari berbagai peralatan elektronika yang dapat membantu berbagai kegiatan manusia. Salah satu peralatan yang sangat dibutuhkan saat ini adalah notebook. Sejumlah notebook baru terbaik muncul di pasar komputer dunia. Saat ini dari setiap merk notebook, fasilitas dan harga yang ditawarkan menjadi sorotan utama para pengguna notebook.

Notebook multimedia telah menjadi hal yang amat popular dan diminati oleh banyak orang, terutama untuk bidang audio processing. Hal ini berupa pengkonversian suara analog menjadi digital, atau dengan kata lain suara yang didengar oleh manusia dapat disimpan ke dalam media digital seperti hard disk dan Compact Disk atau CD.

Pada awalnya, soundcard hanyalah sebagai pelengkap dari notebook. Namun sekarang, soundcard merupakan perangkat wajib di setiap notebook. Nama soundcard belum ditemukan secara langsung, tetapi ada beberapa fungsi yang berhubungan dengan mixer, wave in/out, auxiliary output, dan midi input/output device yang bisa digunakan, karena pada dasarnya komponen tersebut berhubungan dengan kemampuan atau fasilitas dari soundcard yang terpasang.


(20)

Kualitas soundcard pada setiap notebook memiliki sensitivitas yang berbeda-beda. Umumnya dibedakan berdasarkan kualitas dari sampling rate dan bit depth yang digunakan dalam audio chipset pada motherboard notebook. Oleh karena itu, menjadi sangat menarik untuk melakukan penelitian tentang kualitas spektrum pada soundcard.

1.2. Permasalahan Penelitian

Seperti yang telah diketahui bahwa kualitas soundcard sangat ditentukan oleh spektrumnya. Maka permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kualitas spektrum soundcard dengan variasi bit depth 2. Bagaimana kualitas spektrum soundcard dengan variasi sampling rate

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perbandingan kualitas spektrum soundcard 8 dan 16 bit pada notebook dengan variasi sampling rate menggunakan spektrum analyzer dan dapat memberikan rekomendasi bagi konsumen kualitas spektrum yang bagus dan baik.

1.4. Pembatasan Masalah

1. Perekaman ini dilakukan pada soundcard yang terdapat di notebook Hp Compaq 510 52PA


(21)

2. Perekaman ini menggunakan oktaf band, yaitu : 31,5 Hz, 63 Hz, 125 Hz, 250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz, 4000 Hz, 8000 Hz, 12500 Hz dan 16000 Hz

3. Perekaman ini menggunakan sampling rate 8000 Hz, 11025 Hz, 22050 Hz, 44100 Hz, dan 96000 Hz

4. Perekaman ini menggunakan bit depth 8 bit dan 16 bit

5. Melakukan proses FFT pada spektrum yang langsung dikerjakan oleh FFT Analyzer B&K Pulse dengan pembatasan resolusi sehingga df-nya sesuai dan tampilan spektrum menggunakan metode hanning windowing

6. Lama proses perekaman data 100 sekon

7. Analisa spektrum ini tidak membahas adanya penurunan amplitudo

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang perbedaan kualitas spektrum perekaman pada soundcard dengan bit depth 8 bit dan 16 bit dan perbedaan kualitas spektrum perekaman pada soundcard dengan sampling rate yang berbeda-beda.

1.6. Sistematika Penyusunan

Pada tugas akhir ini penulis menyertakan lima bab antara lain : BAB I Pendahuluan

Pada bab ini terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan


(22)

BAB II Dasar Teori

Pada bab ini terdiri dari teori pengertian soundcard, sinyal, bit depth dan sampling rate, frekuensi dan amplitudo, teori oktaf band, monoaural, metode pemulusan spektrum (hanning windowing), harmonik, noise, waveform audio format (.WAV), konversi analog ke Digital (A/D), transformasi Fourier, dan laju pencuplikan.

BAB III Metode Penelitian

Metode Studi pemikiran menggambarkan variabel yang menjadi fokus studi penelitian, hubungan antar variabel dan alur studi penelitian. Kerangka pemikiran ini penulis menyajikan sebuah gambar, bagan alir, atau sketsa yang menggambarkan rencana studi penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada hasil penelitian dan pembahasan ini, penulis menerangkan hasil perbandingan yang berkaitan dengan studi penelitian yang penulis kaji. Dari pemilihan judul, pengambilan konsep, menyesuaikan konsep kedalam simulasi, perancangan konsep ke dalam hasil perbandingan permasalahan.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan dan saran ini merupakan rangkuman utama dari uraian-uraian yang dijelaskan pada BAB sebelumnya.


(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. SOUNDCARD

Kartu suara (soundcard) adalah suatu perangkat keras komputer yang digunakan untuk mengeluarkan suara dan merekam suara. Dilihat dari cara pemasangannya, soundcard dibagi 3:

Soundcard Onboard, yaitu soundcard yang menempel langsung pada motherboard komputer.

Soundcard Offboard, yaitu soundcard yang pemasangannya di slot ISA/PCI pada motherboard. Rata-rata, sekarang sudah menggunakan PCI • Soundcard External, yaitu soundcard yang penggunaannya disambungkan

ke komputer melalui port eksternal, seperti USB atau FireWire

Salah satu komponen multimedia yang tentu saja berperan adalah soundcard atau kartu suara. Disebut demikian karena perangkat yang berbentuk sebuah lempengan PCB ini mampu mengolah dan menghasilkan suara. Sebuah soundcard memiliki output yang harus terhubung ke spiker.

Seperti halnya VGA card, soundcard pun memiliki beragam bentuk, macam dan jenis. Soundcard memiliki empat fungsi utama, yaitu sebagai


(24)

synthesizer, sebagai MIDI interface, pengonversi data analog ke digital (misalnya merekam suara dari mikrofon) dan pengonversi data digital ke bentuk analog (misalnya saat memproduksi suara dari spiker).

2.2. Sinyal

Sinyal adalah parameter variabel yang mengandung informasi dan yang meneruskan informasi dalam suatu sistem atau rangkaian elektronik. Sinyal diciptakan oleh pembangkit sinyal, yang sering kali berupa sumber tegangan yang amplitudo, frekuensi, dan bentuk gelombangnya dapat diubah-ubah.1

2.3. Bit Depth dan Sampling Rate

Dalam digital audio, bit depth menggambarkan nilai bit pada informasi perekaman dalam setiap sample. Pada umumnya, format audio digital yang digunakan dalam PCM biasanya 8 bit, 16 bit, atau 24 bit. Bit depth ini menyatakan tingginya resolusi yang digunakan. Untuk menyatakan tingkat resolusi setiap sample, maka dapat dihitung dengan 2n, dimana n adalah tingkat bit depth yang digunakan dalam sebuah perekaman. Bit depth dengan format 16 bit menyatakan resolusi yang bernilai 216 yaitu 65.536. Bit depth dengan format 24 bit yaitu 224 beresolusi 16.777.126. Pada umumnya, kualitas suara CD adalah 16 bit dan 24 bit untuk kualitas suara DVD.

Sampling frekuensi atau sampling rate didefinisikan sebagai suatu nilai sample per detik. Notasinya adalah hertz (Hz). Sampling frekuensi audio memiliki kapasitas masing-masing, yaitu

1

Alan Isaacs. 1997. Kamus Fisika Lengkap. Jakarta. Erlangga. h. 396


(25)

• 8,000 Hz - telepon, terutama untuk kulitas pembicaraan orang • 11,025 Hz ± MPEG audio

• 22,050 Hz ± radio

• 44,100 Hz - audio CD, biasanya menggunakan MPEG-1 audio (VCD, SVCD, MP3)

• 96,000 atau 192,400 Hz - DVD-Audio, beberapa LPCM DVD tracks, BD-ROM (Blu-ray Disc) audio tracks, dan HD-DVD (High-Definition DVD) audio tracks

2.4. Frekuensi dan Amplitudo

Frekuensi adalah rentang gerakan maju mundur tekanan gelombang atau gerakan kebawah dan ke atasnya gelombang.2 Untuk memperhitungkan frekuensi, seseorang menetapkan jarak waktu, menghitung jumlah kejadian peristiwa, dan membagi hitungan ini dengan panjang jarak waktu. Hasil perhitungan ini dinyatakan dalam satuan hertz (Hz) yaitu nama pakar fisika Jerman Heinrich Rudolf Hertz yang menemukan fenomena ini pertama kali. Frekuensi sebesar 1 Hz menyatakan peristiwa yang terjadi satu kali per detik. Manusia mendengar bunyi saat gelombang bunyi, yaitu getaran di udara atau medium lain, sampai ke gendang telinga manusia. Bunyi dapat ditemukan dalam range frekuensi yang besar.

Secara alternatif, seseorang bisa mengukur waktu antara dua buah kejadian/ peristiwa (dan menyebutnya sebagai periode), lalu memperhitungkan

2

Ben Harris. 2009. Home Studio Setup. United States of America. Focus Press. h. 5


(26)

frekuensi (f) sebagai hasil kebalikan dari periode (T), seperti nampak dari rumus di bawah ini :

(2.1)

Gambar 2.1. frekuensi pada sinyal

Amplitudo adalah jumlah variasi antara gerakan maju dan mundur, gerakan ke atas dan ke bawah, kompresi dan penghalusan. Amplitudo mendefinisikan keras lemahnya atau tinggi rendahnya suatu gelombang. Amplitude dibatasi oleh volume dan sound pressure level (SPL). Semakin tinggi suatu tekanan maka akan semakin halus keras suaranya. Level ini diibatasi oleh pengukuran logaritmik yang disebut decibel (dB).3

Gambar 2.2. Amplitudo pada sinyal sinusoidal

2.5. Teori Oktaf Band

3

Ben Harris. 2009. Home Studio Setup. United States of America. Focus Press. h. 5


(27)

Oktaf band adalah pemisahan spektrum menjadi 10 band hal ini dikarenakan adanya satu oktaf diantara bagian atas dan bawah masing-masing band. Frekuensi pusat untuk band-band biasanya 31,5Hz, 63Hz, 125Hz, 250Hz, 500Hz, 1kHz, 2kHz, 4kHz, 8kHz dan 16kHz. Frekuensi ini adalah frekuensi yang paling sensitif bagi telinga manusia.

2.6. Monoaural

Untuk setengah abad pertama rekaman suara, mono itu semua ada. Pada waktu itu keahlian, cukup dikembangkan dalam teknik mikrofon untuk menangkap suara dengan keseimbangan yang layak langsung dan ambien konten. Monoaural adalah channel tunggal. Tipe dari monoaural itu sendiri terdiri dari satu mikrofon, satu loudspeaker, atau bentuk channel dari sinyal yang umum.4

Contoh 2.3.Sketsa monoaural

2.7. Metode Pemulusan Spektrum ( Hanning Windowing )

Windowing adalah metode yang digunakan untuk menganalisa suatu sinyal yang panjang dengan cara mengambil satu bagian yang cukup mewakili. Analisa DFT/FFT dibuat data dalam domain waktu, setiap penghitungan

4 Thomas D. Rossing. 2007. Springer Handbook of Acoustics. United States of America. Springer.

h. 776


(28)

DFT/FFT ditransformasikan dalam domain waktu yang panjangnya terbatas. Dalam sinyal sebelumnya dan sesudahnya, pencuplikan waktu tidak diperhatikan dalam analyzer.5

0.5 1 cos 2

1 2.2

Jika sebuah gelombang periodik yang mengandung jendela merupakan contoh dalam penganalisis FFT untuk meningkatkan estimasi spektral, jendela yang paling umum digunakan adalah Hanning Window. Tidak ada standar nasional maupun Internasional untuk penampilan penganalisis FFT. Jendela Hanning mempunyai lebar inti sempit yang sama pada lobe.

Hanning Window adalah manipulasi digital dari sinyal sampel ke dalam FFT yang membutuhkan awal dan akhir catatan waktu ke nol amplitudo. Hal ini mengkompensasi kesalahan yang melekat dalam algoritma FFT akan menyebabkan energi dalam frekuensi tertentu yang akan diperluas untuk lebih baik didefinisikan frekuensi. Ketika pengolahan data kontinu, efek ini adalah kompensasi, tetapi ada kesalahan saat menggunakan Hanning Window untuk data sementara.

Hanning Window adalah jendela yang mempunyai fungsi umum untuk menganalisis sinyal kontinu dan digunakan pada macam-macam kasus karena memiliki karakterisitik filter yang terbaik secara keseluruhan.

5 Svend Gade dan Henrik Herlufsen. 1987. Technical Review Windows to FFT Analysis (Part 1).

Bruel & Kjaer. h. 7


(29)

Gambar 2.4. Hanning windowing dalam waktu dan frekuensi domain

2.8. Harmonik

Harmonik adalah gangguan yang terjadi pada sistem distribusi tenaga listrik akibat terjadinya distorsi gelombang arus dan tegangan. Pada dasarnya, harmonik adalah gejala pembentukan gelombang-gelombang dengan frekuensi berbeda yang merupakan perkalian bilangan bulat dengan frekuensi dasarnya. Hal ini disebut frekuensi harmonik yang timbul pada bentuk gelombang aslinya sedangkan bilangan bulat pengali frekuensi dasar disebut angka urutan harmonik. Misalnya, frekuensi dasar suatu sistem tenaga listrik adalah 50 Hz, maka harmonik keduanya adalah gelombang dengan frekuensi sebesar 100 Hz, harmonik ketiga adalah gelombang dengan frekuensi sebesar 150 Hz dan seterusnya. Gelombang-gelombang ini kemudian menumpang pada gelombang murni/aslinya sehingga terbentuk gelombang cacat yang merupakan jumlah antara gelombang murni sesaat dengan gelombang hormoniknya.


(30)

Gambar 2.5. contoh harmonik

2.9. Noise

Noise adalah suatu sinyal gangguan yang bersifat akustik (suara), elektris, maupun elektronis yang hadir dalam suatu sistem (rangkaian listrik/ elektronika) dalam bentuk gangguan yang bukan merupakan sinyal yang diinginkan.

Noise dapat memberikan efek gangguan pada sistem komunikasi dalam 3 area:

1. Noise menyebabkan pendengar tidak mengerti dengan sinyal asli yang disampaikan atau bahkan tidak mengerti dengan seluruh sinyal

2. Noise dapat menyebabkan kegagalan dalam sistem penerimaan sinyal. 3. Noise juga mengakibatkan sistem yang tidak efisien

Tujuan sistem komunikasi adalah untuk mengirimkan data sebanyak mungkin sesuai dengan waktu yang direncanakan, dengan menggunakan cukup bandwidth, power, dan channel yang tersedia. Jika derau memberi efek gangguan pada sistem, baik karena kesalahan pada sistem penerimaan sinyal maupun kegagalan sistem (malfungsi), perancang dan pengguna sistem harus mengganti sistem tersebut. Untuk mengatasi derau ini diperlukan filter untuk mengurangi gangguan noise supaya sinyal yang dikirim tidak tertekan oleh noise. Namun,


(31)

apapun cara yang digunakan, sistem komunikasi menjadi tidak efisien karena membuang banyak waktu dan tenaga untuk mengatasi noise.

2.10. Waveform Audio Format (.WAV)

Ada berbagai macam format file yang digunakan untuk suara digital. Beberapa software-software pada program hanya mengenal format file audio tertentu. File audio mempunyai ekstensi di belakang nama file yang menyatakan tipe format yang digunakan file tersebut.

WAV adalah singkatan dari istilah dalam bahasa Inggris waveform audio format merupakan standar format berkas audio yang dikembangkan oleh Microsoft dan IBM . WAV merupakan bentuk format file suara tanpa kompresi.

File Audio WAV mirip dengan PCM, namun bisa terkompresi maupun tidak terkompresi. File Wav juga mirip dengan file AIFF yaitu file Audio yang digunakan komputer Mac. Format WAV banyak digunakan oleh handphone, sehingga popularitas bisa menyamai file MP3.

2.11. Konversi Analog ke Digital A/D

Sebagian besar sinyal-sinyal untuk maksud praktis, seperti suara, sinyal biologis, sinyal seismik, sinyal radar, sinyal sonar, dan berbagi sinyal komunikasi seperti sinyal audio dan video, adalah sinyal analog. Untuk memproses sinyal analog dengan alat digital, pertama-tama perlu mengkonversinya menjadi bentuk


(32)

digital, yaitu, mengkonversi menjadi suatu deret angka yang mempunyai presisi terbatas. Prosedur ini dinamakan konversi analog ke digital (A/D) dan alat yang sesuai dinamakan pengkonversi A/D (ADCS).6 Proses konversi analog ke digital diilustrasikan pada gambar 2.6

Gambar 2.6. Bagian dasar konverter analog ke digital

• Pencuplikan. Ini adalah konversi suatu sinyal waktu-kontinu menjadi suatu sinyal waktu-diskrit yang diperoleh dengan mengambil ³cuplikan´ sinyal waktu-kontinu pada saat waktu-diskrit. Jadi, jika xa(t) adalah masukan

terhadap pencuplikan, keluaran adalah xa(nT) Ł x(n), dengan T dinamakan

selang pencuplikan.

• Kuantisasi adalah konversi sinyal yang bernilai kontinu, waktu ±diskrit menjadi sinyal digital bernilai diskrit. Selisih antara cuplikan x(n) yang tidak terkuantisasi dan keluaran yang terkuantisasi dinamakan galat kuantisasi (quantization error).

6

John G. Proakis. 1995. Pemrosesan Spektrum Digital. Jakarta. PT. Prenhallindo. h. 19


(33)

• Pengkodean adalah setiap nilai diskrit digambarkan dengan suatu barisan biner.

Walaupun kita memodelkan pengkonversian A/D sebagai suatu pencuplikan yang diikuti oleh pengkuantisasian dan pengkodean, secara praktis pengkonversian A/D dilakukan oleh suatu alat tunggal yang mengambil xa(t) dan menghasilkan kode biner. Operasi pencuplikan dan kuantisasi dapat dilakukakan dalam salah satu tingkat tetapi, secara praktis, pencuplikan selalu dilakukan sebelum kuantisasi.7

2.12. Transformasi Fourier

Analisa frekuensi sinyal waktu-diskrit biasanya dan paling cocok dilakukan pada suatu pemrosesan sinyal digital, yang mungkin suatu tujuan umum komputer digital atau terutama desain perangkat keras digital. Untuk melakukan analisa frekuensi pada suatu sinyal diskrit {x(n)}, kita mengkonversi deret domain waktu ke suatu tampilan domain frekuensi ekivalen.

(2.3) Kita mengetahui bahwa penggambaran seperti itu diberikan dengan transformasi Fourier X( ) dari deret x(n). Penggambaran domain frekuensi mengarahkan ke transformasi Fourier diskrit, yang merupakan suatu alat yang digunakan untuk melakukan analisa frekuensi sinyal waktu diskrit.8

7 John G. Proakis. 1995. Pemrosesan Spektrum Digital. Jakarta. PT. Prenhallindo. h. 20 8

John G. Proakis. 1995. Pemrosesan Spektrum Digital. Jakarta. PT. Prenhallindo. h. 242


(34)

Penscuplikan sinyal energi berhingga aperiodik mempunyai spektrum kontinu. Suatu sinyal waktu diskrit aperiodik x(n) disimpulkan dengan transformasi Fourier :

’

’

2.4

Secara fisis, X( digunakan untuk frekuansi sinyal x(n). Dengan kata lain, X( adalah suatu dekomposi x(n) menjadi komponen-komponen frekuensinya. Persamaan ini merupakan bentuk transformasi Fourier yang siap dikomputasi secara langsung dari bentuk sinyal x(t). Sehingga pemrosesan sinyal digital diubah menjadi diskrit. Analisis frekuensi dari sinyal waktu diskrit x(n) dapat menggunakan transformasi fourier diskrit (DFT).9

Untuk mendapatkan persamaan 2.3 dengan mengalikan kedua ruas dengan ejȦm dan mengintegralkan melalui selang (-π, π) jadi persamaan tersebut menjadi

’

’

2.5

Integral pada ruas kanan persamaan (2.4) dapat dievaluasi jika dapat mempertukarkan orde penjumlahan dan integrasi. Pertukaran ini dapat dibuat jika deret

2.6

Secara merata konvergen untuk X(Ȧ) dengan Nĺ ∞. konvergen secara merata berarti bahwa, untuk setiap ω, XN (ω)ĺX(ω), dengan Xĺ∞. Dapat disimpulkan

9

John G. Proakis. 1995. Pemrosesan Spektrum Digital. Jakarta. PT. Prenhallindo. h. 244


(35)

bahwa deret konvergen seragam sehingga dapat mempertukarkan orde penjumlahan dan integrasi. Maka,

2 ,

0, 2.7

Konsekuensi,

’

’

2 ,

0, 2.8

Dengan mengkombinasikan (2.12.5) dan (2.12.6), didapatkan hasil

2.9

Gambar 2.7. Sinyal sinus dalam domain waktu dan domain frekuensi

2.13. Laju Pencuplikan

Ada beberapa cara untuk mencuplik sinyal analog, tetapi pencuplikan periodik atau pencuplikan seragam merupakan tipe pencuplikan yang sering digunakan dalam praktik. Hal ini didiskripsikan dengan hubungan :

x n x nT , ? ? 2.10


(36)

Notasi x(n) adalah sinyal waktu diskrit yang diperoleh dengan mengambil cuplikan-cuplikan sinyal analog xa (t) setiap T detik. Prosedur ini disajikan pada Gambar2.8. Pada gambar tersebut memiliki selang waktu T antara cuplikan yang berurutan dinamakan periode pencuplikan atau selang cuplikan. Adapun kebalikan 1/T = Fs dinamakan laju pencuplikan (cuplikan per sekon) atau frekuensi pencuplikan (Hertz).10

Pencuplikan periodik menetapkan suatu hubungan antara variabel waktu t

dan n dari sinyal waktu kontinu dan sinyal waktu diskrit. Sesungguhnya, variabel-variabel ini berhubungan secara linear melalu periode pencuplikan T atau, ekuivalennya melalui laju pencuplikan Fs = 1/T, sebagai :

2.11

Gambar 2.8. Sinyal dalam domain waktu

10

John G. Proakis. 1995. Pemrosesan Spektrum Digital. Jakarta. PT. Prenhallindo. h. 21


(1)

[Hz]

Sinyal perekaman dengan sampling rate 44100 Hz dengan bit depth 8 bit

0 2k 4k 6k 8k 10k 12k 14k 16k 18k 20k

[Hz] 1u

100u 10m 1 [V]

Autospectrum(analisa fft) - Input (Real) \ FFT

Sinyal perekaman dengan sampling rate 44100 Hz dengan bit depth 16 bit

H.

Frekuensi 4000 Hz

0 2k 4k 6k 8k 10k 12k 14k 16k 18k 20k

[Hz] 1u

100u 10m 1 [V]

Autospectrum(analisa fft) - Input (Real) \ FFT

Sinyal perekaman dengan sampling rate 11025 Hz dengan bit depth 8 bit

0 2k 4k 6k 8k 10k 12k 14k 16k 18k 20k

[Hz] 1u

100u 10m 1 [V]

Autospectrum(analisa fft) - Input (Real) \ FFT

Sinyal perekaman dengan sampling rate 11025 Hz dengan bit depth 16 bit

0 2k 4k 6k 8k 10k 12k 14k 16k 18k 20k

[Hz] 1u

100u 10m 1

[V] Autospectrum(analisa fft) - Input (Real) \ FFT

Sinyal perekaman dengan sampling rate 22050 Hz dengan bit depth 8 bit


(2)

[Hz] Sinyal perekaman dengan sampling rate 22050 Hz dengan bit depth 16 bit

0 2k 4k 6k 8k 10k 12k 14k 16k 18k 20k

[Hz] 1u

100u 10m 1 [V]

Autospectrum(analisa fft) - Input (Real) \ FFT

Sinyal perekaman dengan sampling rate 44100 Hz dengan bit depth 8 bit

0 2k 4k 6k 8k 10k 12k 14k 16k 18k 20k

[Hz] 1u

100u 10m1 [V]

Autospectrum(sinyal generator) - Input (Real) \ FFT

Sinyal perekaman dengan sampling rate 44100 Hz dengan bit depth 16 bit

I.

Frekuensi 8000 Hz

0 2k 4k 6k 8k 10k 12k 14k 16k 18k 20k

[Hz] 1u

100u 10m 1

[V] Autospectrum(analisa fft) - Input (Real) \ FFT

Sinyal perekaman dengan sampling rate 11025 Hz dengan bit depth 8 bit

0 2k 4k 6k 8k 10k 12k 14k 16k 18k 20k

[Hz] 1u

100u 10m1 [V]

Autospectrum(analisa fft) - Input (Real) \ FFT

Sinyal perekaman dengan sampling rate 11025 Hz dengan bit depth 16 bit


(3)

[Hz] Sinyal perekaman dengan sampling rate 22050 Hz dengan bit depth 8 bit

0 2k 4k 6k 8k 10k 12k 14k 16k 18k 20k

[Hz] 1u

100u 10m 1 [V]

Autospectrum(analisa fft) - Input (Real) \ FFT

Sinyal perekaman dengan sampling rate 22050 Hz dengan bit depth 16 bit

0 2k 4k 6k 8k 10k 12k 14k 16k 18k 20k

[Hz] 1u

100u 10m 1 [V]

Autospectrum(analisa fft) - Input (Real) \ FFT

Sinyal perekaman dengan sampling rate 44100 Hz dengan bit depth 8 bit

0 2k 4k 6k 8k 10k 12k 14k 16k 18k 20k

[Hz] 1u

100u 10m 1 [V]

Autospectrum(analisa fft) - Input (Real) \ FFT

Sinyal perekaman dengan sampling rate 44100 Hz dengan bit depth 16 bit

J.

Frekuensi 12500 Hz

0 2k 4k 6k 8k 10k 12k 14k 16k 18k 20k

[Hz] 1u

100u 10m 1 [V]

Autospectrum(analisa fft) - Input (Real) \ FFT

Sinyal perekaman dengan sampling rate 11025 Hz dengan bit depth 8 bit


(4)

[Hz] Sinyal perekaman dengan sampling rate 11025 Hz dengan bit depth 16 bit

0 2k 4k 6k 8k 10k 12k 14k 16k 18k 20k

[Hz] 1u

100u 10m 1 [V]

Autospectrum(analisa fft) - Input (Real) \ FFT

Sinyal perekaman dengan sampling rate 22050 Hz dengan bit depth 8 bit

0 2k 4k 6k 8k 10k 12k 14k 16k 18k 20k

[Hz] 1u

100u 10m 1

[V] Autospectrum(analisa fft) - Input (Real) \ FFT

Sinyal perekaman dengan sampling rate 22050 Hz dengan bit depth 16 bit

0 2k 4k 6k 8k 10k 12k 14k 16k 18k 20k

[Hz] 1u

100u 10m 1

[V] Cursor values

X: 11.775k Hz Y: 69.004u V Autospectrum(analisa fft) - Input (Real) \ FFT

Sinyal perekaman dengan sampling rate 44100 Hz dengan bit depth 8 bit

0 2k 4k 6k 8k 10k 12k 14k 16k 18k 20k

[Hz] 1u

100u 10m 1 [V]

Autospectrum(analisa fft) - Input (Real) \ FFT

Sinyal perekaman dengan sampling rate 44100 Hz dengan bit depth 16 bit

K.

Frekuensi 16000 Hz


(5)

[Hz] Sinyal perekaman dengan sampling rate 11025 Hz dengan bit depth 8 bit

0 2k 4k 6k 8k 10k 12k 14k 16k 18k 20k

[Hz] 1u

100u 10m 1 [V]

Autospectrum(analisa fft) - Input (Real) \ FFT

Sinyal perekaman dengan sampling rate 11025 Hz dengan bit depth 16 bit

0 2k 4k 6k 8k 10k 12k 14k 16k 18k 20k

[Hz] 1u

100u 10m 1

[V] Autospectrum(analisa fft) - Input (Real) \ FFT

Sinyal perekaman dengan sampling rate 22050 Hz dengan bit depth 8 bit

0 2k 4k 6k 8k 10k 12k 14k 16k 18k 20k

[Hz] 1u

100u 10m 1

[V] Autospectrum(analisa fft) - Input (Real) \ FFT

Sinyal perekaman dengan sampling rate 22050 Hz dengan bit depth 16 bit

0 2k 4k 6k 8k 10k 12k 14k 16k 18k 20k

[Hz] 1u

100u 10m 1 [V]

Autospectrum(analisa fft) - Input (Real) \ FFT

Sinyal perekaman dengan sampling rate 44100 Hz dengan bit depth 8 bit


(6)

[Hz]

Sinyal perekaman dengan sampling rate 44100 Hz dengan bit depth 16 bit