Lokasi dan Waktu Penelitian Prosedur Karbonisasi Kulit Salak dengan Impregnasi Asam Fosfat H PENGARUH SUHU, KONSENTRASI DAN WAKTU PIROLISIS TERHADAP YIELD

16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, dan Laboratorium Baristand Industri Medan, Sumatra Utara.Penelitian ini dilakukan selama lebih kurang 6 bulan.

1.7 Bahan dan Peralatan 3.2.1 Bahan

Pada penelitian ini bahan yang digunakan antara lain: 1. Kulit salak di peroleh dari Kabupaten Tapanuli selatan 2. Iodine 3. Asam fosfat H 3 PO 4 4. Natrium tiosulfat Na 2 S 2 O 3 0,1 N 5. Metilen Blue 6. Indikator amilum 7. Aquadest

3.2.2 Peralatan Penelitian

Pada penelitian ini bahan yang digunakan adalah: 1. Tungku 2. Erlenmeyer 3. Buret 4. Beaker gelas 5. Blender 6. Pipet tetes 7. Gelas ukur 8. Corong gelas Universitas Sumatera Utara 17 9. Timbangan 10. Water Batch 11. Tabung gas 12. Kertas saring Whatmann 13. Statif dan klem

1.8 Prosedur Karbonisasi Kulit Salak dengan Impregnasi Asam Fosfat H

3 PO 4 1. Disiapkan bahan bakukulit salak 10 gram. 2. Kulit salak dihaluskan hingga berukuran 1-2 mm 3. Kulit salak direndam dalam larutan asam fosfat 10, diaduk dan dijaga dengan suhu larutan 85 o C selama 3 jam. 4. Kulit salak yang telah direndam diambil dengan cara disaring. 5. Kulit salak dikeringkan selama 24 jam 60 o C. 6. Prosedur diatas diulangi kembali dengan variasi konsentrasi aktivator 15 dan 20. 7. Furnace dihidupkan dengan kenaikan 8 o Cmenit sampai suhu mencapai 400 o C selama 1 jam. 8. Setelah itu, hasil pemanasan disimpan dalam desikator selama 30 menit. 9. Prosedur diatas diulangi kembali dengan variasi suhu pyrolisis : 450 500, 550dan 600 o C dan variasi lama pirolisis : 2 jam dan 3 jam [32]

1.9 Prosedur Analisa 3.4.1 Penentuan Luas Permukaan

1. Sebanyak 0,1 gram sampel serbuk kulit salak ditambahkan ke dalam 25 mL larutan metilen blue 200 ppm. 2. Larutan tersebut dishaker selama 24 jam. 3. Hasil pengadukan disaring dengan menggunakan kertas saring. 4. Diukur absorbansi filtratnya dengan menggunakan Spektrofotometer Ultra Violet-Tampak. 5. Hasil pengukuran akan berupa konsentrasi dari filtratnya. 6. Berat teradsorpsi maksimum dimasukkan ke dalam persaman: Universitas Sumatera Utara 18 S = X m .N.a Mr 3.1 Keterangan: S = luas permukaan adsorben m 2 g N = bilangan Avogrado 6,002 x 10 -2 mol -1 X m = berat adsorbat teradsorpsi gg a = luas penutupan oleh 1 molekul metilen biru 197 x 10 -20 m 2 Mr = massa molekul relatif metilen biru 320,5 gmol [11,9]

3.4.2 Prosedur Analisa Bilangan Iodin

1. Timbang 0,5 gram karbon aktif lalu masukkan ke dalam erlenmeyer. 2. Tambahkan 25 ml larutan Iodin standar. 3. Campuran diaduk selama 10 menit. 4. Dilakukan penyaringan 5. Sebanyak 10 ml filtrat dimasukkan ke dalam erlenmeyer lain. 6. Filtrat dititrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N hingga menjadi berwarna kuning pucat. 7. Tambahkan indikator larutan amilum 1 ke dalamnya dan teruskan titrasi hingga filtrat menjadi bening. 8. Catat jumlah larutan peniter yang terpakai. 9. Data yang diperoleh dihitung dengan rumus : DSI = V− Tx C 1 C 2 xW 1 xF p gr sampel 3.2 Keterangan; DSI = Daya serap iodin mgg V = filtrat yang dititrasi 10 mL T = Volume titrasi Na 2 SO 3 mL C 1 = Konsentrasi Na 2 SO 3 N C 2 = Konsentrasi iod N W 1 = Berat iod 12,69 mgL Universitas Sumatera Utara 19 Fp =faktor pengenceran mL [36]

1.10 Flowchart Percobaan 3.5.1 Flowchart Pembuatan Adsorben Kulit salak

Mulai Tungkudihidupkan dengan kenaikan 8 o Cmenit sampai suhu mencapai 400-600 o C selama 1, 2, dan 3 jam jam. Hasil pemanasan disimpan dalam desikator selama 30 menit Selesai Disiapkan sampel kulit salak Sampel dihaluskan sehingga 1-2 mm Sampel sebanyak 10 gram direndam dalam larutan asam fosfat 10, 15, dan 20 dan diaduk dan dijaga pada suhu 85 o C Sampel disaring kemudian dikeringkan selama 24 jam pada suhu 60 o C Ditimbang Dilakukan analisa terhadap bilangan iodin dan luas permukaan Universitas Sumatera Utara 20 Gambar 3.1 Flowchart Pembuatan Adsorben Kulit salak yang Diimpregnasi dengan Asam Fosfat H 3 PO 4

3.5.2 Flowchart Penentuan Luas Permukaan

Gambar 3.2 Flowchart Penentuan Luas Permukaan Adsorben 25 ml larutan metilen blue 200 ppm dimasukkan ke dalam erlenmeyer Campuran dishaker selama 24 jam Campuran disaring dengan kertas saring Dihitung berat teradsorpsi maksimum Selesai Mulai Ditambahkan 0,1 gram karbon aktif kulit salak Filtrat diukur dengan Spektrofotometer Ultra Violet-Tampak Universitas Sumatera Utara 21

3.5.3 Flowchart Analisa Bilangan Iodin

Gambar 3.3 Flowchart Analisa Bilangan Iodin Tambahkan 25 ml larutan Iodin standar Dimasukkan 0,5 gram karbon aktif ke dalam erlenmeyer Mulai Diaduk selama 10 menit Dilakukan penyaringan Dimasukkan 10 mL filtrat ke dalam erlenmeyer Dicatat jumlah pentiter yang dipakai Ditrasi dengan natrium tiosulfat 0,1N hingga kuning pucat Ditambahkan amilum 1 dan dititrasi hingga Selesai Universitas Sumatera Utara 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 PENGARUH SUHU, KONSENTRASI DAN WAKTU PIROLISIS TERHADAP YIELD

Kriteria pemilihan kandungan karbon bahan mentah karbon aktif mengikuti pertimbangan yaitu potensial kualitas tinggi karbon yang diperoleh, kandungan anorganik, volume dan biaya, waktu simpan, investasi yang rendah dan yield yang tinggi [37]. Pengaruh perbedaan kondisi pada preparasi berpengaruh pada yield dan luas permukaan telah banyak diuji oleh para peneliti sebelumnya[38]. Disamping suhu, waktu pirolisis merupakan parameter yang sangat penting pada pengaruh kualitas karbon aktif.Para peneliti telah banyak melakukan pembuatan karbon aktif terhadap waktu pirolisis. Beberapa bahan aktivasi telah banyak digunakan dalam proses aktivasi kimia. Diantaranya adalah H 3 PO 4 dan KOH yang paling banyak digunakan dalam aktivasi produksi karbon aktif karena biaya dan energi yang rendah, hasilkarbon yang tinggiserta mudahdalam regenarasinya. Yield karbon aktif merupakan parameter dalam pirolisis[39]. Yield merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pembuatan karbon aktif karena yield dapat menentukan layak atau tidaknya untuk memproduksi karbon aktif secara industri. Jika karbon yang dihasilkan sedikit maka karbon tersebut tidak layak didirikan dalam skala pabrik karena akan berdampak pada analisa ekonomi pabrik. Yield karbon aktif dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: � = � 1 � 2 �100 4.1 Keterangan; Y = yield karbon aktif M 1 = massa karbon aktif M 2 = massa sampel kering tanpa aktivator Universitas Sumatera Utara 23 Pengaruh suhu, konsentrasi dan waktu pirolisis terhadap persentase yield karbon aktif yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 4.1. Universitas Sumatera Utara 24 Gambar 4.1 Pengaruh Suhu, Konsentrasi dan Waktu Pirolisis Selama a 1 jam, b 2 jam dan c 3 jam Terhadap Yield Pada grafik a, b, dan c dengan suhu pirolisis 400-600 °C selama 1, 2, dan 3 jam menghasilkan persentase yield secara berturut-turut yaitu pada konsentrasi aktivator 10 dengan range antara 71,70 – 50,82 ; 68,27 – 47,94,; dan 65,52 – 41,76. Pada konsentrasi aktivator 15 dengan range antara 82,27 – 52,05, 76,19 – 51,72, dan 73,72 – 51,39. Sedangkan pada konsentrasi 20 menghasilkan persentase yield dengan range antara 88,29 – 54,44, 81,66 – 52,47, dan 79,33 – 51,58. Hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian ini pada grafik a, b, dan c dengan suhu pirolisis 400-600 °C dipirolisis selama 1- 3 jam, menghasilkan persentase yield semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu pirolisis maka yield yang dihasilkan semakin menurun, sedangkan semakin tinggi konsentrasi maka yield yang dihasilkan semakin meningkat. Pada penelitian Legrouri, et all 2008aktivasi menggunankan H 3 PO 4 pada kulit kelapa agra dengan konsentrasi 80 yang di pirolisis dengan suhu 200-500 °C dengan perbedaan suhu 50 menghasilkan yield dengan range 49,94 – 17, 43 . Suhu dapat memberikan pengaruh aktivasi yang lebih besar terhadap yield karbon dan adsorpsi[39]. Pada suhu aktivasi yang lebih tinggi, pengurangan zat volatil menjadi lebih besar sehingga hasil padatan yang diperoleh lebih sedikit[41]. Hal ini dimungkinkan karena semakin lama waktu pirolisis maka zat volatil yang terkandung di dalam kulit salak akan semakin banyak yang berkurang dan pada suhu yang lebih tinggi kulit salak akan terabukan. Pada waktu aktivasi yang lama meningkatkan dehidrasi dan reaksi eliminasi volatil bertambah dalam system yang menghasilkan penambahan kadar abu[42]. Sahu, dkk 2010 mengamati bahwa yield karbon aktif akan berkurang dengan bertambahnya waktu karbonisasi yang disebabkan semakin banyak volatil sampel yang teruapkan[43]. Semakin tinggi konsentrasi maka yield yang dihasilkan semakin besar. Hal inidapat dijelaskan denganreaksioksidasibahan organikyang dapatterjadidalam lingkunganoksigendan jumlahasam fosfatyangcukup untukmelakukan perannyadalam menyilangkanrantai karbondan akibatnyakerangkakarbonpada prekursorterlindungdari oksidasi[44].Dengan adanya kandungan konsentrasi asam Universitas Sumatera Utara 25 yang tinggi pada waktu aktivasi dapat menaikkan depolimerisasi, dehidrasi, dan redistribusi pada unsur pokok biopolimer dan juga menyokong konversi pada senyawa alifatik menjadi senyawa aromatik ini mengurangi yield pada karbon aktif [44]. Pertambahan konsentrasi asam, reaksi kondensasi senyawa aromatik juga akan berlangsung antara molekul yang berdekatan yang dapat menghasilkan produk gas dari struktur hidroaromatik pada karbonisasi char mengarah kepada penambahan yield pada karbon [32]. Pada penelitian ini, menghasilkan Yield tertinggi yang dihasilkan pada penelitian ini yaitu 88,29 pada suhu 400 °C selama 1 jam dengan konsentrasi 20, sedangkan yield terendah yaitu 41,76 pada suhu 600 selama 3 jam pada konsentrasi 10.Jadi, penelitian ini telah sesuai dengan teori yang ada.

4.2 PENGARUH SUHU, KONSENTRASI DAN WAKTU PIROLISIS TERHADAP BILANGAN IODIN