ANALISA EKONOMI PEMBUATAN KARBON AKTIF

14 adalah 10 – 30. Proses karbonisasi dilakukan pada suhu 500 o C selama 2 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum karbon aktif mikropori dengan luas permukaan pori dan volume pori berada pada 20 larutan H 2 SO 4 pada 24 jam dan pada konsentrasi aktifator 30 H 3 PO 4 [19].

2.6 ANALISA EKONOMI PEMBUATAN KARBON AKTIF

Buah salakSalacca zalacca Reinw berasal dari Asia Tenggara. Indonesia merupakan penghasil buah salak terbesar yaitu 1.035.407 tontahun[1]. Konsumsi karbon aktif dunia semakin meningkat setiap tahunnya, misalkan pada tahun 2007 mencapai 300.000 tontahun. Sedangkan negara besar seperti Amerika kebutuhan perkapitanya mencapai 0,4 kg per tahun dan Jepang berkisar 0,2 kg per tahun[35]. Buangan industri merupakan sumber utama bermacam jenis polusi logam di dalam sungai.Ada berbagai metodeuntuk menghilangkanlogam berattermasukpresipitasikimia,filtrasimembran, ion exchanger, ekstraksicair atauelektrodialisis.Namun, metode initidak banyak digunakankarenabiaya yang tinggi dankelayakan yang rendah untukindustri skala kecil[9].Hal ini berdampak pada harga karbon aktif yang semakin kompetitif.Di pasaran dalam negeri harga karbon aktif antara Rp 6.500kg sampai Rp 15.000kg tergantung pada kualitasnya. Bahkan di pasaran internasional karbon aktif dengan bilangan iodine lebih besar 1.000 mgg dapat mencapai 20 dolar Amerika per kilonya[34]. Bilangan Iodin yang dihasilkan dari penelitian ini mencapai 888,3 mgg maka akan diambil contoh perhitungan estimasi biaya bahan baku adsorben karbon aktif sebagai berikut :  Kulit salak 12gram = Rp 200,00  Asam fosfat Rp 850mL = Rp 19.975,00  Nitrogen Rp 20.000 = Rp 20.000,00 + Total = Rp 40.175,00 Selain ditinjau dari segi bahan baku maka perlu juga ditinjau dari tempat dan peralatan. Bahan baku adsorben berupa limbah kulit salak, jadi tidak diperlukan biaya bahan baku.Luas ruangan yang dibutuhkan sekitar 50 m 2 maka berikut adalah estimasi biaya tempat : 50 m 2 X Rp 100.000,-m 2 = Rp 5.000.000,00 Universitas Sumatera Utara 15 Maka estimasi total biaya yang diperlukan untuk pembuatan adsorben karbon aktif adalah sebagai berikut: 1. Biaya Bahan Baku = Rp 40.175,00 2. Biaya Tempat = Rp 5.000.000,00 Total = Rp 5.040.175,00 Karbon aktif yang dihasilkan dalam proses ini sebesar 2,93 gram. Setelah dilihat analisis biaya pada masing-masing pembuatan adsorben karbon aktif dan kulit salak yang diaktivasi secara kimia lebih disukai daripada aktivasi fisik karena suhu yang lebih rendah dan waktu yang diperlukan lebih singkat untuk bahan pengaktifan [28].Berbagai keunggulan cara aktivasi kimiawi dibandingkan dengan aktivasi fisik diantaranya adalah pada proses aktivasi kimiawi, di dalam penyiapannya sudah terdapat zat kimia pengaktif sehingga proses karbonisasi sekaligus proses aktivasi karbon yang terbentuk sehingga metode ini sering disebut juga metode aktivasi satu langkah one-step activation. Luas permukaan yang dihasilkan dengan aktivasi kimia lebih bagus dibandingkan dengan aktivasi termal.Aktivasi kimiawi biasanya terjadi pada suhu lebih rendah dari pada metode aktivasi fisik.Efek dehydrating agent dapat memperbaiki pengembangan pori di dalam struktur karbon. Produk dengan menggunakan metode ini lebih banyak jika dibandingkan dengan aktivasi secara fisik[34]. Universitas Sumatera Utara 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, dan Laboratorium Baristand Industri Medan, Sumatra Utara.Penelitian ini dilakukan selama lebih kurang 6 bulan.

1.7 Bahan dan Peralatan 3.2.1 Bahan

Pada penelitian ini bahan yang digunakan antara lain: 1. Kulit salak di peroleh dari Kabupaten Tapanuli selatan 2. Iodine 3. Asam fosfat H 3 PO 4 4. Natrium tiosulfat Na 2 S 2 O 3 0,1 N 5. Metilen Blue 6. Indikator amilum 7. Aquadest

3.2.2 Peralatan Penelitian

Pada penelitian ini bahan yang digunakan adalah: 1. Tungku 2. Erlenmeyer 3. Buret 4. Beaker gelas 5. Blender 6. Pipet tetes 7. Gelas ukur 8. Corong gelas Universitas Sumatera Utara