Berdasarkan hasil analisis, perlakuan A kontrol dan perlakuan D menghasilkan jumlah populasi Daphnia sp. yang lebih tinggi daripada perlakuan
B dan C namun tidak berbeda nyata. Oleh karena itu, pemberian pakan tambahan berupa telur itik dan tepung jagung tidak memberikan perbedaan pada jumlah
akhir populasi Daphnia sp. yang nyata.
4.3 Faktor Fisik Kimia Media Kultur
Hasil pengamatan faktor fisik kimia media kultur seperti suhu, pH, oksigen terlarut dan amoniak rata-rata masih dalam kisaran yang baik untuk pertumbuhan
Daphnia sp. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Faktor Fisik Kimia Media Kultur Perlakuan
Faktor Fisik Kimia Media Kultur Suhu
o
C pH
DO mgL Amonia mgL
A 26,6
7,1 4,1
1,06 B
26,9 6,9
3,3 0,96
C 26,9
7,0 2,9
1,80 D
26,8 7,0
3,4 3,75
Suhu merupakan salah satu faktor fisik kimia yang mempengaruhi laju metabolisme organisme perairan, seperti pertumbuhan, reproduksi serta aktivitas
organisme dalam hal ini Daphnia sp.. Hasil pengamatan didapatkan nilai suhu masing-masing perlakuan secara umum baik untuk pertumbuhan Daphnia sp.
Pada perlakuan A, B, C dan D masing-masing berkisar 26,6
o
C hingga 26,9
o
C. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3. Menurut Mokoginta 2003, bahwa kisaran
suhu yang ditolerir Daphnia sp. bervariasi sesuai umur dan adaptasinya pada lingkungan tertentu. Suhu optimum yang digunakan umumnya 25-30 °C. Dan
menurut Mubarak et al. 2009, temperatur yang baik bagi pertumbuhan dan reproduksi Daphnia sp. berkisar antara 22-31
o
C. Nilai pH media kultur mempengaruhi jumlah ion H
+
pada media kultur yang mempengaruhi kadar CO
2
bebas dalam media sehingga bisa mengakibatkan media menjadi asam jika nilainya rendah. Kondisi asam ini akan mempengaruhi
kelangsungan hidup Daphnia sp. dalam media kultur. Berdasarkan Tabel 3.
Universitas Sumatera Utara
didapatkan nilai pH masing-masing perlakuan secara umum baik untuk pertumbuhan Daphnia sp. Pada perlakuan A, B, C dan D masing-masing berkisar
6,9 hingga 7,1. Utarini et al. 2012 menyatakan bahwa kisaran pH yang baik untuk pertumbuhan Daphnia sp. adalah 6
– 8. Oksigen terlarut dalam media kultur sangat berpengaruh untuk
pertumbuhan Daphnia sp. khususnya untuk proses respirasinya. Optimalnya kadar oksigen terlarut pada media kultur sangat mempengaruhi Daphnia sp. untuk
mendukung kehidupannya. Hasil pengamatan nilai oksigen terlarut DO didapatkan masing-masing perlakuan secara umum masih tergolong baik untuk
pertumbuhan Daphnia sp. Pada perlakuan A, B, C dan D masing-masing berkisar 2,9 - 4,1 mgL. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3. Menurut Rahmawati 2008,
dalam penelitiannya kandungan oksigen terlarut yang dibutuhkan Daphnia sp. untuk tumbuh harus lebih dari 2 ppm. Karena perkembangan Daphnia sp. sangat
didukung oleh oksigen terlarut yang cukup tinggi. Disamping kondisi suhu, pH dan kadar oksigen terlarut, maka kadar
amoniak dalam media kultur juga akan mempengaruhi kehidupan Daphnia sp.. Amoniak merupakan sisa metabolisme Daphnia sp., seperti feses dan urin serta
sisa-sisa bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna yang menumpuk pada dasar media. Kadar amoniak yang tinggi akan menyebabkan racun pada
media kultur jika jumlahnya meningkat pada media kultur Daphnia sp.. Berdasarkan Tabel 3. didapatkan hasil pengamatan nilai kadar amoniak masing-
masing perlakuan secara umum dalam kondisi kurang baik untuk pertumbuhan Daphnia sp. Kadar amoniak paling tinggi didapatkan pada rataan ulangan
perlakuan D yaitu sebesar 3,749 mgL. Hal ini diduga karena dosis menggunakan
telur itik lebih banyak yaitu 0,9 gL dibandingkan tepung jagung yang hanya 0,3 gL, kandungan persentase protein telur itik yang lebih tinggi mengakibatkan
penumpukan ion nitrogen yang lebih banyak dalam media kultur, sehingga menyebabkan kadar amoniak yang tinggi pada media kultur. Menurut Mubarak et
al. 2009, kadar amoniak yang baik untuk kultur Daphnia sp. yaitu berkisar dibawah 0,2 mgL. Hal ini mungkin dikarenakan pada masing-masing perlakuan
yang diberikan terlalu banyak zat sisa buangan yang terdekomposisi di dasar media dan juga kemungkinan pakan yang tidak termanfaatkan oleh Daphnia sp..
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN