4.4 Tindakan Responden
Pada pertanyaan tindakan terdapat 19 pertanyaan. Pertanyaan 1, 18, dan 19 tidak masuk dalam perhitungan namun digunakan untuk menggambarkan pola
perilaku yang mungkin terjadi saat guru berada dalam kondisi tersebut dan alasan yang menyebabkan guru enggan atau tidak memberikan pendidikan kesehatan
reproduksi dalam upaya pencegahan kekerasan seksual pada anak didik. Pertanyaan untuk menanyakan hal yang akan dilakukan bila anak bertanya
tentang hal yang bersinggungan dengan kesehatan reproduksi, jawaban baik bila responden menjawab menjelaskan dengan terbuka dan dengan bahasa yang
mudah dimengerti. Sedangakan jawaban kurang bila tidak menjawab, menjawab pilihan lain atau tidak hanya memilih pernyataan yang baik. Pertanyaan lain untuk
menggambarkan alasan mengapa sulit atau tidak menyampaikan pendidikan kesehatan reproduksi pada siswa. Jawaban baik bila hanya 1 pernyataan, sedang
bila 2 pernyataan, dan 3 bila memilih lebih dari 2 pernyataan. Dari hasil pengumpulan sampai dengan analisis data di dapat distribusi
frekuensi uraian jawaban tindakan responden tentang pendidikan kesehatan reproduksiseks terhadap upaya pencegahan tindakan kekerasan seksual pada anak
sebagai berikut.
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Uraian Jawaban Tindakan Responden Dalam Hal
Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Pencegahan Kekerasan Seksual pada Anak Sekolah Dasar Harapan 1 dan 2 Medan Tahun 2016
No. Uraian Jawaban Tindakan
Baik Kurang
Jml
1. Yang dilakukan ketika anak
bertanya tentang reproduksiseks
40 74,1
14 25,9
54 100
Universitas Sumatera Utara
Dalam uraian jawaban pengetahuan pada Tabel 4.10 dapat dilihat pada pertanyaan yang dilakukan ketika anak bertanya tentang reproduksiseks sebanyak
40 orang 55,6 mendapat nilai baik dengan menjelaskan dengan terbuka
No. Uraian Jawaban Tindakan
Ya Tida
k Jlh
2. Mengajarkan anak mengenali bentuk
pelecehan seksual 32
59,3 22
40,7 54
100 3.
Menjelaskan tentang pubertas dan perubahan fisik serta tanggungjawab atas dirinya
24 44,4
30 55,6
54 100
4. Mengajarkan anak mengenali ciri orang yang
berpotensi menjadi pelaku kekerasan seksual 15
27,8 39
72,2 54
100 5.
Mengajarkan anak untuk tidak sembarangan membiarkan orang lain menyentuh dan
menyakiti organ tubuhnya 16
29,6 38
70,4 54
100 6.
Menjelaskan siapa yang boleh dan tidak boleh menyentuh tubuhnya, terutama yang sensitif
atau sangat pribadi 8
14,8 46
85,2 54
100 7.
Mengajar berteriak minta tolong saat merasa terancam
4 7,4
50 92,6
54 100
8. Mengajarkan untuk mengadukan kepada yang
dipercaya seperti orangtua atau guru bila mendapat perlakuan yang mengancam
5 9,3
49 90,7
54 100
9. Mengajarkan untuk tegas mengatakan tidak
saat orang lain melakukan sentuhan tidak aman unsave touch
6 11,1
48 88,9
54 100
10. Mengajarkan untuk menolak saat orang lain
menyuruh membuka baju dan memperlihatkan bagian tubuh pribadi tanpa ada keperluan
seperti pemeriksaan medis 11
20,4 43
79,6 54
100 11.
Mengajarkan untuk mengabaikan rayuan dan bujukan
19 35,2
35 64,8
54 100
12. Mengajarkan melakukan tindak perlawan
seperti menggigit, memukul, da menendang pelaku
54 100,0
54 100
13. Membangun komunikasi agar anak bersikap
terbuka 27
50,0 27
50,0 54
100 14.
Membangun komunikasi agar orangtua bekerjasama dalam menyampaikan
pendidikan kesehatan reproduksi 20
37,0 34
63,0 54
100 15.
Pernah mengikuti program penyuluhanpelatihan kesehatan reproduksi
54 100,0
54 100
16. Mencari sendiri informasi terkait pendidikan
kesehatan reproduksi bagi anak 16
29,6 38
70,4 54
100 17.
Memberikan pendidikan kesehatan reproduksi atas dasar tanggungjawab sebagai pendidik
19 35,2
35 64,8
54 100
No. Uraian Jawaban
Tindakan Baik
Sedang Kurang
Jml
18. Hal yang dilakukan untuk
memahamkan anak tentang pendidikan
kesehatan reproduksi 23
42,6 19
35,2 12
22,2 54
100
Universitas Sumatera Utara
dengan bahasa yang mudah dimengerti. Nilai kurang sebanyak 14 orang 25,9 karena memilih jawaban yg lain.
Sebanyak 32 orang 59,3 menjawab mengajarkan anak untuk mengenali berbagai bentuk pelecehan seksual mulai dari menyentuh, mencolek
hingga kekerasan seksual seperti tindak pencabulan dan yang tidak sebanyak 22 orang 40,7 . Pertanyaan apakah menjelaskan tentang pubertas dan perubahan
fisik dan emosi yang akan dialami dan bertanggungjawab atas dirinya dengan jawaban “ya” dijawab sebanyak 24 orang 44,4 dan yang tidak sebanyak 30
orang 55,6 . Sebanyak 15 orang 27,8 menjawab mengajarkan anak untuk
mengenali ciri-ciri orang yang berpotensi melakukan kekerasan seksual dan yang tidak sebanyak 39 orang 72,2 . Pertanyaan apakah mengajarkan anak untuk
tidak membiarkan orang lain sembarangan menyentuh bagian menyakiti organ tubuhnya
sebanyak 16 orang 29,6 menjawab “ya”. Sisanya menjawab tidak sebanyak 38 orang 70,4 .
Pada pertanyaan mengenai mengajarkan bagaimana mereka menentukan siapa yang boleh dan tidak boleh menyentuh bagian tubuhnya, terutama yang
sensitif atau yang sangat pribadi sebanyak 8 orang 14,8 menjawab “ya “ dan
yang tidak 46 orang 85,2 . Sebanyak 4 orang 7,4 mengajarkan untuk berteriak minta pertolongan pada orang sekitar saat merasa tidak aman dan yang
tidak sebanyak 40 orang 92,6 . Pertanyaan mengenai mengajarkan untuk mengadukan kepada orang yang
dipercaya seperti orang tua atau guru bila mendapat perlakuan yang mengancam
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 5 orang 9,3 menjawab “ya “ dan yang tidak sebanyak 49 orang
90,7 . Kemudian yang mengajarkan untuk tegas mengatakan tidak saat orang lain melakukan sentuhan tidak aman sebanyak 6 orang 11,1 dan yang tidak
sebanyak 48 orang 88,9 . Yang mengajarkan untuk mengatakan tidak saat orang lain menyuruh
membuka baju atau memperlihatkan bagian tubuh pribadi sebanyak 11 orang 20,4 dan yang tidak sebanyak 43 orang 79.6 . Yang mengajarkan anak
untuk dapat mengabaikan rayuan dan bujukan dari orang yang berpotensi melakukan kekerasan seksual sebanyak 19 orang 35,2 dan yang tidak
sebanyak 35 orang 64,8 . Pertanyaan selanjutnya mengenai membangun komunikasi agar anak
bersikap terbuka dan berani melaporkan hal yang dialami sebanyak 27 orang 50,0 menjawab “ya “ dan yang tidak sebanyak 27 orang 50,0 . Kemudian
pertanyaan mengenai membangun komunikasi dengan orangtua agar bekejasama dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi sebanyak 27 orang 50,0
menjawab “ya “ dan yang tidak sebanyak 27 orang 50,0 . Sebanyak 34 orang 63,0 menjawab tidak mencari sendiri informasi
terkait pendidikan kesehatan reproduksi bagi anak dan sisanya menjawab “ya”
sebanyak 20 orang 27,0 . Hanya sebanyak 19 orang 35,2 yang memberikan pendidikan kesehatan repeoduksi atas dasar tanggungjawab sebagai
pendidik dan yang tidak sebanyak 35 orang 64,8 . Tapi pada pertanyaan apakah guru mengajarkan untuk melakukan tindakan
perlawanan seperti memukul, menggigit, menendang pelaku kekerasan seksual
Universitas Sumatera Utara
dan melarikan diri serta pertanyaan apakah anda pernah ikut program penyuluhansosialisasi kesehatan reproduksi bagi anak didik di sekolah bagi anak
didik seluruhnya menjawab tidak. Dari hasil di atas, tingkat tindakan guru dalam hal kesehatan
reproduksipendidikan seks terhadap upaya pencegahan kekerasan pada anak di Sekolah Dasar Harapan 1 dan 2 tahun 2016 dapat dikatagorikan sebagai berikut:
Tabel 4.11 Katagori Tingkat Tindakan Responden Dalam Hal Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Pencegahan Kekerasan
Seksual pada Anak Sekolah Dasar Harapan 1 dan 2 Medan Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 4.11 terlihat katagori tindakan responden tentang pendidikan kesehatan reproduksi terkait dalam upaya pencegahan kekerasan
seksual pada anak berada pada tingkat baik dengan total nilai 75-100 tidak ada 0 , tingkat sedang dengan total nilai 65-74 sebanyak 13 responden 24,1
dan tingkat kurang dengan total nilai kurang dari 65 sebanyak 41 responden 75,9 . Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden memiliki
tindakan yang kurang dalam pendidikan kesehatan reproduksi maupun pencegahan kekerasan seksual pada anak.
No. Katagori
Jumlah Persentase
1. Baik
2. Sedang
13 24,1
3. Kurang
41 75,9
Jumlah 54
100,0
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengetahuan Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya. Penginderaan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sedangkan pengetahuan kesehatan reproduksi adalah pengetahuan yang
menyangkut perubahan biologis, psikologis, dan psikososial sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia. Intinya, pendidikan seks merupakan
upaya untuk memberikan pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral etika serta komitmen agama agar tidak terjadi
penyalahgunaan organ reproduksi tersebut Pertiwi, 2007.Pemahaman yang baik tentang pendidikan kesehatan reproduksi ini berdasarkan interpretasi dari
beberapa jawaban responden. Secara keseluruhan pengetahuan responden dalam katagori baik dalam hal
pendidikan kesehatan reproduksi maupun pencegahan kekerasan seksual pada anak cukup baik, dengan pembahasan sebagai berikut.
5.1.1 Kapan Dan Darimana Sebaiknya Anak Diberikan Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Pada Tabel 4.6 pertanyaan kapan sebaiknya anak menerima pendidikan kesehatan reproduksi masih terdapat nilai 1 karena sebanyak 32 orang 59,3
menganggap sebaiknya pemberian pendidikan kesehatan reproduksi diberikan
Universitas Sumatera Utara