5.1.5 Dampak Kekerasan Seksual Pada Anak
Pemahaman responden terhadap dampak kekerasan seksual pada anak terdapat 75, 9 baik dengan nilai 3. Dampak kekerasan seksual sendiri dalam
jangka panjang ketika dewasa nanti anak dapat mengalami fobia pada hubungan seks atau bahkan yang parahnya lagi dia akan terbiasa dengan kekerasan sebelum
melakukan hubungan seksual. Selain itu muncul gangguan-gangguan psikologis seperti pasca-trauma stress disorder, kecemasan, penyakit jiwa lain termasuk
gangguan kepribadian dan gangguan identitas disosiatif, kecenderungan untuk reviktimisasi di masa dewasa, bulimia nervosa, dan cedera fisik kepada anak
Pertiwi, 2012. Bisa juga setelah menjadi dewasa, anak tesebut akan mengikuti apa yang
dilakukan kepadanya semasa kecilnya atau menjadi pelaku kekerasan seksual. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Probosiwi 2015 bahwa jika dilihat dalam
beberapa kasus, korban anak-anak cenderung menutupi peristiwa yang mereka alami dengan berbagai alasan antara lain malu atapun takut kepada pelaku.
Adanya kecenderungan muncul emosi negatif akibat kekerasan seksual misalnya kondisi tidak berdaya dan tersiksa ketika mengungkapkan peristiwa pelecehan
seksual bahkan pada beberapa kasus dampak fisik seperti gemetar, kejang otot, dan sakit kepala ditemui pada korban kekerasan seksual. Dalam jangka panjang
trauma ini tentu dapat mengganggu kualitas hidup si anak atau bahkan mengakibatkan anak menjadi pelaku dikemudian hari.
Universitas Sumatera Utara
5.1.6 Peran Guru Dalam Dalam Upaya Pencegahan Kekerasan Seksual
Dalam upaya pencegahan kekerasan seksual melalui pedidikan kesehatan reproduksi dengan mengajarkan agar anak memilikikemampuan mengenali ciri-
ciri orang yang berpotensi melakukan kekerasan seksual; kemampuan anak bertahan dari tindakan kekerasan seksual, misalnya berteriak minta tolong,
memberitahu orang lain dan kemampuan anak melaporkan perilaku kurang menyenangkan secara seksual yang diterimanya, jawaban dengan nilai 3 sebanyak
21 orang 38,9 . Nilai 2 sebanyak 26 orang 48,1 . Selanjutnya 5 orang 9,3 dengan nilai 1.
Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat katagori tingkat pengetahuan responden dalam hal pendidikan kesehatan reproduksi terhadap upaya pencegahan kekerasan
seksual pada anak berada pada tingkat baik dengan total nilai 75-100 sebanyak 48 responden
88,9
dan tingkat sedang dengan total nilai 65-74 sebanyak 6 responden
11,1
serta dengan total nilai kurang dari 65 tidak ada 0 pada katagori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah jumlah
responden berpengetahuan baik dalam hal pendidikan kesehatan reproduksi maupun pencegahan kekerasan seksual pada anak. Pengetahuan responden
terdapat pada tingkat “tahu” yangdiartikansebagaimengingatsuatumateri yang
telahdipelajarisebelumnya. Tingkat iniadalahmengingatkembalisesuatu yang spesifikdariseluruhbahan yang dipelajariNotoadmojo, 2007.Hal ini dikarenakan
responden dapat menjawab pertanyaan ynag diajukan. Namun demikian tidak adanya kebijakan atau regulasi khusus yang
mendukungterkait pendidikan kesehatan reproduksi pada anak dalam upaya
Universitas Sumatera Utara
pencegahan kekerasan seksual pada anak yang tidak dicanangkan sekolah maupun pemerintah secara khusus karena masih banyak responden yang menjawab tidak
sebanyak 29 orang 53,7 . Sisanya yakin bahwa ada kebijakan namun tidak dapat menjelaskan bentuk kebijakan tersebut.
5.2 Sikap Terhadap Pendidikan Kesehatan Reproduksi