efisien. Pada akhirnya gambar yang memiliki kekuatan makna akan dijadikan sebagai objek penelitian tetap. Selain itu, peneliti juga akan melihat narasi dan
Jingle musik pada iklan yang mengiringi gambar, akan peneliti seleksi untuk
merepresentasikan sistem signifikasi iklan yang bersangkutan. Keseluruhan elemen yang ada akan diteliti menggunakan pendekatan Semiologi Barthes.
1.2 Fokus Masalah
Fokus masalah yang ditarik oleh peneliti berdasarkan latar belakang masalah diatas adalah :
1. “Bagaimanakah makna denotatif dari iklan Axis “Internet untuk Rakyat”
?” 2.
“Bagaimanakah makna konotatif dari iklan Axis “Internet untuk Rakyat” ?”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna denotatif yang terdapat dalam iklan Axis “Internet Untuk Rakyat”.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna konotasif yang
terdapat dalam iklan Axis “Internet Untuk Rakyat”.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah pengetahuan di bidang Ilmu Komunikasi khususnya studi analisis
semiotika. 2.
Secara praktis, hasil analisis ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca agar lebih kritis dan dapat memahami makna dan tanda yang
disampaikan dalam sebuah iklan televisi.
Universitas Sumatera Utara
3. Secara akademis, penelitian ini dapat disumbangkan kepada
Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, guna memperkaya bahan penelitian dan sebagai sumber bacaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Paradigma Penelitian
Guba dan Lincoln mendefinisikan paradigma sebagai serangkaian keyakinan-keyakinan dasar basic beliefs atau metafisika yang berhubungan
dengan prinsip-prinsip pokok. Paradigma in menggambarkan suatu pandangan dunia worldview yang menentukan, bagi penganutnya sifat dari “dunia” sebagai
tempat individu dan kemungkinan hubungan dengan dunia tersebut beserta bagian-bagiannya. Keyakinan-keyakinan ini bersifat dasar dalam penegertian
harus diterima secara sederhana semata-mata berdasarkan kepercayaan saja disebabkan tidak ada suatu cara untuk menentukakn suatu kebenaran akhir
Sunarto, 2011:4. Macam paradigma itu sendiri ternyata bervariasi. Guba dan Lincoln
menyebutkan empat macam paradigma, yaitu: positivisme, post positivism, konstruktivisme dan kritis. Neuman menegaskan tiga paradigma dalam ilmu
pengetahuan sosial: positivisme, interpretif dan kritis. Sedangkan Cresswel membedakan dua macam paradima, yaitu kuantitatif dan kualitatif Sunarto,
2011:9 Paradigma kritis yang sering menjadi landasan berpikir dalam analisis
semiotika berupaya mempertautkan hubungan antara media massa dan keberadaan struktur sosial. Ragam analisis kritis umumnya menguji kandungan-kandungan
makna ideologis media melalui pembongkaran terhadap isi media atau teks. Paradigma kritis mendasarkan penelitian pada penafsiran teks yang menjadi objek
penelitian ini yaitu foto-foto pada rubrik Exposure majalah Popular edisi Oktober 2011. Dengan penafsiran tersebut, peneliti menyelami teks dan menyingkap
makna yang ada dibaliknya. Ketika menafsirkan teks, pengalaman, latar belakang, keberpihakan bahkan perasaan peneliti dapat mempengaruhi hasil penelitian.
Penelitian paradigma kritis mempunyai beberapa karakteristik, yaitu: meyakini bahwa refleksi dan kritik metode untuk menghasilkan pengetahuan
bukan melalui observasi, lebih dari sekedar data kuantitatif dan kualitatif, ideologi
Universitas Sumatera Utara
dan kekuasaan ada dalam pengalaman sosial dan tujuan penelitian untuk perubahan sosial Sunarto, 2011:9.
Dikategorikan ke dalam penelitian kualitatif kritis karena sangat mengandalkan kemampuan peneliti dalam menafsirkan teks ataupun tanda yang
dikaitkan dengan konteks sosial, budaya, ekonomi dan historis. Selain itu teori pendukung dalam penelitian ini seperti feminisme eksistensialis merupakan
bagian dari aliran pemikiran kritis.
2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Komunikasi Massa