Respon masyarakat terhadap sanitasi melalui septictank ramah lingkungan dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan
Respon Masyarakat Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan Dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di
Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan (Kuesioner) No. Urut Responden : ____ I. Petunjuk Pengisian
a. Isilah dengan menuliskan keterangan yang diminta tentang data pribadi Saudara/Saudari pada identitas Responden.
b. Pilihlah jawaban dan beri tanda (X) pada jawaban yang paling sesuai menurut Saudara/Saudari.
c. Isilah pertanyaan-pertanyaan di dalam angket dan berilah jawaban secara tertulis. II. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Agama :
5. Suku Bangsa : 6. Pendidikan terakhir :
a. Tidak Sekolah b. SD
c. SMP d. SMA
e. Akademi/ perguruan tinggi 7. Status perkawinan : 8. Status anak : 9. Pekerjaan :
a. Petani b. Buruh
c. Pegawai Negeri d. Wiraswasta
(2)
III. Respon Masyarakat Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan dilihat melalui :
A. Persepsi
1. Apakah bapak/ibu mengetahui apa yang dimaksud dengan Sanitasi lingkungan?
a. Mengetahui
b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui
2. Apakah bapak/ibu mengetahuipentingnya sanitasi lingkungan bagi kehidupan? a. Mengetahui
b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui
3. Apakah bapak/ibu megetahui bahwa limbah buang air besar sembarangan (BAB) dapat mencemari air dan lingkungan sekitar?
a. Mengetahui
b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui
4. Apakah bapak/ibu setuju bila limbah buang air besar sembarangan (BAB) dapat menyebabkan penyakit diare/mencret karena limbah meresap ketanah, air bersih dan mengandung bakteri E- coli?
a. Setuju
b. Kurang setuju c. Tidak setuju
5. Apakah bapak/ibu mengetahui apa itu septictank? a. Mengetahui
b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui
6. Apakah bapak/ibu mengetahui fungsi dan manfaat septictank? a. Mengetahui
b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui
7. Apakah bapak/ibu mengetahui apa itu septictank ramah lingkungan ? a. Mengetahui
b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui
8. Apakah bapak/ibu mengetahui fungsi dan manfaat dari septictank ramah lingkungan ?
a. Mengetahui
b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui
(3)
9. Apakah bapak/ibu mengetahui perbedaan antara septictank biasa (resapan) dengan septictank ramah lingkungan?
a. Mengetahui
b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui
10. Apakah bapak/ibu mengetahui tujuan dari program bantuan pembangunan septictank ramah lingkungan oleh Lembaga YAKMI tersebut?
a. Mengetahui
b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui
11. Apakah bapak/ibu mengetahui resiko yang ditimbulkan apabila tidak menggunakan septictank ramah lingkungan?
a. Mengetahui
b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui
B. Sikap
12. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang bantuan pembangunan septictank ramah lingkungan dari Lembaga YAKMI?
a. Membantu b. Kurang membantu c. Tidak membantu
13. Apakah menurut bapak/ibu program bantuan pembangunan septictank ramah lingkungan dari Lembaga YAKMI tersebut bermanfaat?
a. Bermanfaat
b. Kurang bermanfaat c. Tidak bermanfaat
14. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang septictank ramah lingkungan ? a. Mengurangi tingkat pencemaran
b. Septictank biasa sudah cukup c. Keduanya A dan B tidak perlu
15. Apakah septictank ramah lingkungan penting untuk dibangun di daerah tempat bapak/ibu tinggal?
a. Penting b. Kurang penting c. Tidak penting
16. Apakah bapak/ibu mendukung adanya program septictank ramah lingkungan tersebut guna kelangsungan kesehatan lingkungan generasi mendatang? a. Mendukung
b. Kurang mendukung c. Tidak mendukung
(4)
17. Apakah dirumah bapak/ibu terdapat septictank sebagai tempat pembuangan kotoran tinja?
a. Ya b. Tidak
18. Apakah menurut bapak/ibu septictank biasa(resapan) saja sudah cukup tanpa harus membangun septictank ramah lingkungan?
a. Tidak cukup b. Kurang cukup c. Cukup
19. Apakah bapak/ibu berminat untuk menggunakan septictank ramah lingkungan tersebut ?
a. Berminat b. Belum berminat c. Tidak berminat
20. Apakah bapak/ibu yakin kesehatan bapak/ibu akan lebih terjamin jika menggunakan septictank ramah lingkungan?
a. Yakin b. Kurang yakin c. Tidak yakin
21. Bagaimana tanggapan bapak/ibu jika dikeluarakan peraturan melarang membuang limbah BAB sembarangan (parit, sungai)?
a. Setuju (karena tingkat pencemaran lingkungan sudah sangat parah) b. Kurang setuju (tingkat pencemaran belum tinggi/biasa saja) c. Tidak setuju (tidak perlu sampai dikeluarkan peraturan)
22. Apakah bapak/ibu setuju jika pemerintah menetapkan peraturan tentang keharusan membangun septictank yang ramah lingkungan di masing-masing rumah tangga?
a. Setuju (untuk mengurangi tingkat pencemaran, dan melestarikan lingkungan kedepannya)
b. Kurang setuju (septictank ramah lingkungan penting tapi tidak semua mampu membangunnya)
c. Tidak setuju (tidak penting dan tidak semua mampu membangunnya) C. Partisipasi
23. Apakah ada pertemuan/musyawarah antara warga dengan pihak Puskesmas mengenai kebersihan dan kesehatan lingkungan?
a. Ada b. Tidak ada
24. Jika ada, bagaimana partisipasi kehadiran bapak/ibu dalam pertemuan/ musyawarah tersebut?
a. Aktif (3 kali dalam sebulan atau lebih)
b. Kurang Aktif (2 kali dalam sebulan atau kurang) c. Tidak pernah
(5)
25. Bagaimana intensitas kehadiran bapak/ibu dalam sosialisasi/pemicuan dari Lembaga YAKMI tentang pentingnya sanitasi, septictank ramah lingkungan dan bahaya dari BAB sembarangan?
a. Aktif (1 kali dalam seminggu atau lebih) b. Kurang aktif (1 kali dalam dua minggu) c. Tidak Aktif (1 kali dalam sebulan)
26. Bagaimana partisipasi bapak/ibu dalam sosialisasi/pemicuan yang diadakan Lembaga YAKMI tersebut?
a. Aktif b. Kurang aktif c. Tidak aktif
27. Kepada siapa sajakah bapak/ibu menyampaikan tentang pentingnya sanitasi, septictank ramah lingkungan dan bahaya dari BAB sembarangan?
a. Kerabat, orang lain diluar daerah saya b. Keluarga
c. Tidak Pernah
28. Kapan sajakah bapak/ibu membersihkan lingkungan disekitar rumah bapak/ibu sendiri?
a. Setiap hari
b. Bila kelihatan kotor c. Tidak Pernah
29. Apakah bapak/ibu aktif mengikuti kegiatan bersama yang berhubungan dengan kebersihan lingkungan, seperti gotong royong membuang sampah, membersihkan parit?
a. Aktif (3 kali dalam sebulan atau lebih)
b. Kurang aktif ( 2 kali dalam sebulan atau kurang) c. Tidak pernah
30. Apakah bapak/ibu sering melibatkan keluarga dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kebersihan lingkungan?
a. Melibatkan setiap hari
b. Kurang melibatkan (seminggu sekali) c. Tidak melibatkan
31. Apakah bapak/ibu ikut berpartisipasi dalam pembuatan septictank ramah lingkungan di rumah anda?
a. Berpartisipasi
b. Kurang berpartisipasi c. Tidak berpartisipasi
32. Apakah bapak/ibu sudah menggunakan septictank ramah lingkungan di rumah?
a. Sudah menggunakan b. Belum/akan menggunakan c. Tidak akan menggunakan
(6)
Lampiran 1
Tabel Penskoran Respon Masyarakat Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan Dampingan Lembaga YAKMI di Kelurahan Kota Bangun
NO PERSEPSI JUMLAH SIKAP JUMLAH PARTISIPASI JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 18 19 20 21 22 24 25 26 27 28 29 30 31 32
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 -1 1 1 1 1 1 1 1 1 7
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 -1 1 1 1 9 -1 0 -1 -1 0 -1 -1 -1 0 -6
3 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 -1 2 0 0 0 -1 0 -1 -1 -1 0 -1 -5 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -1 -1 -6
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 -1 0 0 0 0 -1 -1 1 1 -1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 0 1 0 -1 1 5
6 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 6 1 1 0 1 1 -1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 1 1 1 -1 0 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 0 0 0 0 0 -1 -1 -1 0 -3
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 -1 1 0 1 1 0 1 -1 1 3
9 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 4 1 0 0 0 -1 -1 -1 1 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -1 -1 -6
10 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 5 1 1 1 -1 0 -1 -1 0 0 0 0 0 -1 -1 0 0 0 0 -1 -1 -4
11 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 -1 3 0 0 0 -1 0 -1 -1 -1 0 -1 -5 -1 -1 -1 0 0 -1 0 -1 -1 -6
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 0 -1 0 5
13 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 0 1 0 0 1 0 1 -1 0 2
14 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 4 1 0 0 0 -1 -1 -1 0 0 0 -2 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -1 -1 -6
15 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 4 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 0 -1 -1 -1 0 0 0 -1 0 -4
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 -1 1 1 1 1 1 -1 -1 1 3
17 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 0 1 0 1 1 0 0 -1 0 2
18 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 4 1 0 0 0 -1 -1 -1 1 0 0 -1 0 -1- 1 0 0 0 0 -1 -1 -4
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 -1 1 1 1 0 0 0 -1 0 1
20 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 -1 4 0 -1 0 -1 0 -1 -1 0 0 0 -4 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -1 -1 -6
21 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 0 1 0 1 1 0 0 -1 0 2
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 0 1 1 0 1 1 1 -1 1 5
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 -1 1 0 0 1 0 0 -1 0 1
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 -1 1 1 1 1 0 0 -1 0 2
25 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 -1 0 -1 -1 -1 0 -1 -5 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -1 -1 -6
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 -1 1 1 1 1 0 0 -1 1 3
27 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 -1 3 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 0 0 -4 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -1 -1 -6
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 -1 1 1 0 1 0 0 -1 0 1
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 -1 1 1 0 1 0 0 -1 0 1
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 0 1 1 1 1 0 1 -1 1 5
Total Jumlah Responden 242 160 -15
(7)
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. 1994. Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial : Dasar-Dasar Pemikiran. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta. PT Rineka Cipta
Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif (Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya). Jakarta. Kencana Prenada Media Group
Kusjuliadi, Danang. 2007. Septictank (Pengenalan, Persyaratan, Pembuatan, Renovasi & Pemeliharaan). Depok. Griya Kreasi
Mahmud, Dimyati. 1990. Psikologi Suatu Pengantar. Yogyakarta. BPFE Yogyakarta
Mulia, Ricki M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta. Graha Ilmu
Sarwono, Wirawan Sarlito. 1991.Teori-teori Psikologi Sosial.Jakarta. CVRajawali
Shadily, Hassan, 1993. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Pembangunan.
Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial (Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu-IlmuKesejahteraan Sosial dan Kesehatan). Medan. PT Grasindo Monoratama
Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik : Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial. Bandung : Alfabeta.
Sumodiningrat, Gunawan. 2009. Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa (Menanggulangi Kemiskinan Dengan Prinsip Pemberdayaan Masyarakat). Jakarta: PT.Elex Media Komputindo.
(8)
Wibowo, Adik. 2014. Kesehatan Masyarakat di Indonesia, Konsep, Aplikasi & Tantangan. Jakarta. Rajawali Pers
Wijoyo, Yosef. 2013. Diare Pahami Penyakit & Obatnya. Yogyakarta. PT Citra Aji Parama
Sumber lain :
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008
15:00
pukul 18.00
, diakses pada tanggal 11 Juni 2015 pukul 17.00
Diakses pada tanggal 11 Juni 2015 pukul 17.00
Diakses pada tanggal 18 Juni 2015 pukul 17.30
Diakses pada tanggal 18 Juni 2015 pukul 17.30
(9)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu merupakan penelitian yang dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan objek dan fenomena yang diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian 2011:52).
Melalui penelitian ini penulis akan menggambarkan secara menyeluruh tentang bagaimana respon masyarakat terhadap sanitasi melaui septictank ramah lingkungan dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi tersebut adalah karena masih banyaknya masyarakat setempat yang tidak memiliki septictank sehingga mengalirkan limbah kotoran tinja dan limbah rumah tangga nya langsung ke parit-parit dan kemudian dialirkan ke sungai yang berada disekitar tempat tinggal mereka yakni Sungai Deli. Sehingga septictank ramah lingkungan ini menjadi hal yang baru untuk masyarakat di Kelurahan Kota Bangun tersebut.
(10)
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Secara sederhana populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan objek, benda, peristiwa ataupun individu-individu yang akan dikaji dalam suatu penelitian. Berdasarkan pengertian ini maka dapat dipahami bahwa mengenal populasi termasuk langkah awal dan penting dalam proses penelitian (Siagian 2011:155).
Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap, hidup dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2009 : 99). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Bangun dampingan Lembaga YAKMI yang telah diberikan materi pemicuan atau sosialisasi mengenai sanitasi lingkungan dan septictank ramah lingkungan berjumlah 150 kepala keluarga.
3.3.2 Sampel
Secara sederhana sampel adalah contoh. Dalam kaitannya dengan penelitian, Roscoe (1998) mendefinisikan sampel sebagian dari obyek, kejadian atau individu yang terpilih dari populasi yang akan diambil datanya atau yang akan diteliti. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa sampel adalah bagian yang bersifat representatif dari populasi yang diambil datanya secara langsung. Hal ini berarti bahwa sampel bukan sekedar bagian dari
(11)
(Siagian, 2011 : 156). Apabila jumlah populasi lebih dari 100 maka diambil sampelnya sebesar 10% - 20% dari jumlah populasi (Silalahi, 2009 : 255). Berdasarkan ketentuan tersebut maka perhitungan nya adalah 20% x 150 = 30. Maka sampel yang akan diambil peneliti adalah berjumlah 30 kepala keluarga.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1) Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang akan diteliti melalui penelaah buku, jurnal, surat kabar dan bahan tulisan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2) Studi lapangan, yaitu pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Instrumen penelitian yang digunakan dalam rangka studi lapangan dalam penelitian sosial yaitu: a. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan pengamatan langsung
terhadap sejumlah acuan yang berkenaan dengan topik penelitiandi lokasi penelitian.
b. Kuesioner, yaitu teknik pengumulan data dengan cara menyebar daftar pertanyaan untuk dijawab atau diisi oleh responden sehingga peneliti memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian (Siagian, 2011).
(12)
c. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukandengan mengajukan pertanyaan secara langsung denganresponden yang dilakukan untuk memenuhi keleengkapan dari pengisian kuesioner. d. Dokumentasi, yaitu berupa hasil pengamatan langsung berupa
gambar/foto yang dimuat pada halaman lampiran.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, sehingga nantinya peneliti dapat menggambarkan informasi data yang diperoleh dalam penelitian. Pengolahan data secara umum dilaksanakan dengan melalui tahap memeriksa (editing), proses pemberian identitas (coding) dan proses pembeberan (tabulating).
1. Editing, adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai menghimpun data di lapangan. Kegiatan ini diperlukan karena data yang dihimpun kadangkala belum memenuhi harapan peneliti, diantaranya kurang atau terlewatkan, tumpang tindih, berlebihan dan bahkan terlupakan.
2. Pengkodean, adalah pemberian identitas pada data yang sudah di edit sehingga memiliki arti tertentu pada saat dianalisis.
3. Tabulasi, adalah bagian terakhir dari pengolahan data. Maksud tabulasi adalah memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dengan mengatur angka-angka serta menghitungnya (Bungin 2009:164-168).
(13)
Setelah itu akan disusun dalam bentuk tabel tunggal dan menggunakan pengukuran skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, persepsi, dan partisipasi seseorang atau sekelompok orang terhadap fenomena sosial.Sebelum menentukan klasifikasi persepsi, sikap, dan partisipasi, maka ditentukanlah interval kelas sebagai skala pengukuran, yaitu:
�������������= �������������� (�)− ������������ℎ (�) ����������� (�)
=
1
−
(
−
1)
3
=
2
3
= 0,66
Maka untuk menentukan kategori responden positif, respon netral atau respon negatif dapat dilihat dengan adanya nilai batasan sebagai berikut:
1. Respon dengan nilai -1 sampai dengan -0,33 = respon negatif 2. Respon dengan nilai -0,33 sampai dengan 0,33 = respon netral 3. Respon dengan nilai 0,33 sampai dengan 1 = respon positif
(14)
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Kelurahan Kota Bangun
Kelurahan Kota Bangun berada di Kecamatan Medan Deli dan merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota Medan. Kelurahan Kota Bangun berada pada ketinggian sekitar 1200 m di atas permukaan laut dan merupakan daerah dataran rendah. Sementara itu curah hujan mencapai rata-rata 2510-3000 MM per tahun dengan temperatur udara sekitar 30ºC-33ºC. Sedangkan PH tanah adalah 5,5-7. Udara di Kota Bangun sangat bau dan berdebu kondisi udara di kelurahan ini sangat tercemar berat, tiap hari kita akan melihat awan yang tertutup oleh awan jarang sekali langit terlihat biru dan jernih. Hal ini disebabkan banyaknya pabrik yang terdapat di daerah tersebut sehingga polusi yang dihasilkan pabrik tersebut berpengaruh terhadap kondisi udaranya. Akan tetapi masyarakat sudah terbiasa dengan kondisi tersebut dan tidak memperdulikannya. Kelurahan Kota Bangun mempunyai batas-batas wilayah yaitu:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Titipapan kec. Medan Deli 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Mabar kec. Medan Deli 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Manunggal Kabupaten Deli Serdang Kelurahan Kota Bangun ini terdiri dari 8 lingkungan yang masing-masing dipimpin oleh seorang kepala lingkungan. Sementara itu wilayah Kelurahan Kota Bangun sebagian besar dimanfaatkan sebagai areal pemukiman
(15)
dan yang lainnya adalah Luas industri dan Luas pertanian. Untuk lebih jelasnya luas Kelurahan Kota Bangun lihat pada tabel berikut:
TABEL 1
Luas Kelurahan Kota Bangun
No Pemanfaatan tanah Luas (km) Persentase (%) 1
2 3 4 5 6
Luas Pemukiman Luas Kuburan Luas Pekarangan
Luas Taman Perkantoran Prasarana Umum Lainnya
1,76 Km 0,03 Km 0,6 Km
- 0,01 Km
0,1 Km
70,4 1,2
24 - 0,4
4
Total Luas 2,50 Km 100
Data tahun 2014 dari profil kelurahan
4.2 Keadaan Demografis
Kelurahan Kota Bangun mempunyai jumlah penduduk sebanyak 12.355 jiwa yang terdiri dari 1899 Kepala Keluarga (KK). Jadi terdapat jumlah rata-rata per KK adalah 6,50 jiwa. Jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh adanya angka kelahiran dan adanya penduduk perantau yang datang ke daerah ini. Penduduk kelurahan ini terdiri dari berbagai suku bangsa namun mayoritas penduduknya adalah suku Melayu sebagai suku asli yang mendiami daerah ini. Selain itu terdapat juga penduduk dari suku Batak, Jawa, Cina, India, Nias dan lain-lain.
4.2.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Untuk mengetahui jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut.
(16)
TABEL 2
Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1 Laki-Laki 6048 49,71%
2 Perempuan 6226 50,29%
Jumlah 12274 100%
*Data tahun 2014 dari profil kelurahan
Dari tabel 1 di atas dapat dilihat adanya perbedaan jumlah penduduk perempuan yang lebih banyak sekitar 50,29 % bila dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki yang hanya sekitar 49,71 %.
4.2.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Lingkungan
Tabel berikut ini menggambarkan komposisi penduduk kelurahan Kota Bangun berdasarkan lingkungan.
TABEL 3
Komposisi Penduduk Berdasarkan Lingkungan
No Lingkungan Jumlah Jiwa
1. I 3450
2. II 1703
3. III 1538
4. IV 452
5. V 1742
6. VI 929
7. VII 1379
8. VIII 1081
Jumlah 12.274
(17)
Dari Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa Lingkungan I memiliki penduduk terbanyak dengan 3450 jiwa dan lingkungan IV yang paling sedikit hanya 452 jiwa dengan total penduduk sebanyak 12274 jiwa.
4.2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Per Lingkungan Untuk melihat komposisi penduduk kelurahan Kota Bangun berdasarkan jenis kelamin di setiap lingkungannya akan digambarkan di tabel berikut ini.
TABEL 4
Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Per Lingkungan
No Jenis Kelamin
Lk. I
Lk. II
Lk. III
Lk. IV
Lk. V
Lk. VI
Lk. VII
Lk.
VIII Jumlah
Persent ase(%) 1. Laki-laki 1724 841 715 224 866 459 685 534 6.048 49,71% 2. Perempuan 1726 862 823 228 876 470 694 547 6.226 50,29%
Jumlah 12.274 100%
*Data tahun 2014 dari profil kelurahan
Lingkungan I menjadi daerah yang paling banyak dengan komposisi laki-laki sebanyak 1724 jiwa dan perempuan dengan 1726 jiwa, sedangkan IV menjadi yang paling sedikit dengan komposisi laki-laki hanya 224 jiwa dan perempuan dengan 228 jiwa, dan secara jumlah perempuan lebih banyak dengan 6226 jiwa sedangkan laki-laki berjumlah 6048 jiwa.
4.2.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia
Penduduk kelurahan Kota Bangun terdiri dari beberapa kelompok usia dan komposisi nya akan digambarkan dalam tabel berikut.
(18)
TABEL 5
Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia
No Golongan Usia Jumlah Persentase (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 0-12 Bulan 1 -4 tahun 5 – 6 tahun 7 – 12 tahun 13 – 15 tahun 16 – 18 tahun 19 – 25 tahun 26 – 35 tahun 36 – 45 tahun 46 – 50 tahun 51 – 58 tahun Lebih dari 59 tahun
235 682 405 712 1082 1379 1604 1976 1963 978 734 524 1,9 5,5 3,4 5,8 8,8 11,3 13,0 16,1 15,9 7,9 6,0 4,4
Jumlah 12274 100
Data tahun 2014 dari profil kelurahan
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur penduduk di Kelurahan Kota Bangun menunjukkan bahwa penduduk di daerah ini di dominasi oleh penduduk yang berusia 19-45 tahun yaitu sekitar 45,0 %. Golongan umur 0-18 tahun sekitar 36,7 % sedangkan umur 46 tahun ke-atas ada sekitar 18,3 %. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa tingkat kelahiran di daerah ini jumlahnya relative rendah. Hal ini disebabkan kesadaran penduduk dan tekanan ekonomi yang ada sehingga muncul kesadaran mengikuti gerakan Keluarga Berencana yang semakin meningkat dengan demikian tingkat kelahiran penduduk dapat ditekan jumlahnya sehingga pertumbuhan penduduk dapat
(19)
dikendalikan. Ini dapat terlihat dari rata-rata jumlah anggota keluarga di kelurahan ini adalah 4,57 jiwa per rumah tangga.
4.2.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
Menurut kriteria agama di daerah ini menganut berbagai macam agama yang dapat dilihat dari tabel berikut.
TABEL 6
Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama Jumlah Persentase (%)
1 2 3 4 5
Islam Protestan
Katholik Budha Hindu
7364 3042 244 1624
-
60,0 24,7 2,0 13,3
-
Jumlah 12274 100
Data tahun 2014 dari profil kelurahan
Menurut kriteria agama yang dianut, pada umumnya penduduk Kelurahan Kota Bangun mayoritas beragama Islam yaitu sebanyak 60,0 %, dan sebagian penduduk beragama Kristen Protestan 24,7%, agama Budha 13,3 % dan Kristen Katholik 2,0 %. Tingkat toleransi beragama didaerah ini sangat tinggi itu terbukti dengan tidak pernah ada konflik antar agama yang terjadi di daerah ini yang memancing perilaku anarkis. Masing-masing pemeluk agama melaksanakan ibadah serta perayaan-perayaan hari besar keagamaannya sesuai ajaran di rumah ibadah masing-masing, di Kelurahan Kota Bangun ini terdapat 3 buah Mesjid, mushola 4 buah, gereja ada 2 buah, wihara ada 2 buah ( sumber kantor kelurahan 2014)
(20)
4.2.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penduduk Untuk melihat komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kelurahan Kota Bangun dapat dilihat dari tabel berikut ini
TABEL 7
Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penduduk
No Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 2 3 4 5 6
Belum Sekolah Tidak tamat SD
Tamat SD TamatSMP Tamat SMA
Tamat Perguruan Tinggi/Akademi
927 621 2955 2799 1681 104
10,21 6,83 32,52 30,81 18,49 1,14
Jumlah 9087 100
Data tahun 2014 dari profil kelurahan
Perkembangan pendidikan di daerah ini masih stagnan yang ditandai dengan peningkatan jumlah lulusan dari SD ke jenjang yang lebih tinggi tidak mengalami peningkatan yang drastis hal ini dapat kita lihat dari tabel diatas bahwa jumlah tamatan SD dari yang paling banyak kemudian menurun menjadi 30,81 % dan lulusan SMA menurun menjadi 18, 49 demikian juga halnya masyarakat yang mengenyam pendidikan perguruan tinggi. Hal ini mungkin disebabkan karena kondisi perekonomian masyarakat yang menengah kebawah sehingga tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya.
4.2.7 Komposisi Pekerjaan Penduduk Usia Produktif 15-55
Pengelompokan penduduk usia produktif berdasarkan pekerjaannya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
(21)
TABEL 8
Komposisi Pekerjaan Penduduk Usia Produktif 15-55 No Angkatan Kerja Jumlah Persentase (%)
1 2 3 4 5
Sekolah Ibu Rumah Tangga
Bekerja Penuh bekerja tidak penuh
Pengangguran
794 1875 2020 965 3725
8,45 20,01 21,54 10,28 39,72
Jumlah 9379 100
Data tahun 2014 dari profil kelurahan
Berdasarkan tabel 7 diatas jumlah pengangguran merupakan yang paling tinggi mencapai 39,72 % hal ini disebabkan karena krisis global yang melanda indonesia dan Kawasan Industri Medan juga merupakan salah satu yang terkena dampak dari krisis global tersebut, sehingga banyak perusahaan yang gulung tikar dan memPHK karyawannnya.
4.2.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Komposisi penduduk kelurahan Kota Bangun berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini, dimana Berdasarkan Tabel diatas mata pencaharian penduduk Kelurahan Kota Bangun yang telah bekerja tercatat berjumlah 4723 dan yang paling banyak adalah buruh. Hal ini dikarenakan Kawasan Industri Medan (KIM) berada di Kelurahan Kota Bangun sehingga kebanyakan mata pencaharian penduduknya adalah sebagai buruh.
(22)
TABEL 9
Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Buruh PNS/TNI/Polri Pengrajin, Penjahit Pedagang, Pengusaha
Tukang batu, T.kayu Peternak, Nelayan Montir, dokter Sopir, Ojek Petani 4226 121 16 149 2 12 5 47 145 89,48 2,57 0,33 3,15 0,04 0,25 0.10 0,98 3,10
Jumlah 4723 100
Data tahun 2014 dari profil kelurahan
Berdasarkan Tabel diatas mata pencaharian penduduk Kelurahan Kota Bangun yang telah bekerja tercatat berjumlah 4723 dan yang paling banyak adalah buruh. Hal ini dikarenakan Kawasan Industri Medan (KIM) berada di Kelurahan Kota Bangun sehingga kebanyakan mata pencaharian penduduknya adalah sebagai buruh.
4.3 Sarana dan Prasarana 4.3.1 Sarana Jalan
Kondisi jalan di Kelurahan Kota Bangun sebagian besar sudah diaspal disamping terdapat pula jalan batu dan tanah. Setiap harinya jalan tersebut menjadi lintasan berbagai kendaraan umum. Sementara jalan besar yakni Jalan
(23)
dan terdapat dua jalur yang dipisah dengan kondisi aspal yang bagus. Jalan ini adalah jalan lintas truk – truk pengangkut hasil dari pabrik yang ada di Kelurahan Kota Bangun dan jalan ini juga sebagai jalan lintas yang menghubungkan Belawan dengan pusat kota Medan.
4.3.2 Sarana Air bersih
TABEL 10 Sarana Air bersih
No Prasarana Air Bersih Jumlah 1
2 3 4
Jumlah Hidran Jumlah Sumur Gali Jumlah Sumur Pompa PAM
5 1365 - 359
Jumlah 1729
Data tahun 2014 dari profil kelurahan
Sarana Air Bersih yang paling banyak digunakan di Kelurahan ini adalah menggunakan Sumur gali sedangkan yang menggunakan PAM hanya 359 keluarga yang lainnya masih ada yang menggunakan air sungai untuk keperluan sehari – hari misalnya untuk menyuci dll.
4.3.3 Sarana Kesehatan
Faktor kesehatan merupakan hal yang penting bagi manusia karena dalam keadaan sehatlah manusia akan dapat melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Namun untuk mencapai kesehatan yang baik harus didukung oleh sarana kesehatan yang memadai pula. Sarana kesehatan di Kelurahan Kota Bangun belum memenuhi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di kelurahan ini. Kelurahan ini juga mempunyai masyarakat yang rentan terkena resiko keselamatan kerja ini disebabkan karena kebanyakan penduduknya bekerja
(24)
sebagai buruh di pabrik yang menggunakan alat berat dan resiko pencemaran limbah pabrik, misalnya udara dan bahan kimia. Adapun sarana kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
TABEL 11 Sarana Kesehatan
No Sarana Kesehatan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7
Rumah Sakit Umum Klinik Bersalin Puskesmas Posyandu Apotek Poliklinik Dokter praktek - - 1 6 - 3 -
Jumlah 10
Data tahun 2014 dari profil kelurahan 4.3.4 Sarana Peribadatan
Untuk melaksanakan ibadah masing-masing agama yang dianut oleh penduduk di Kelurahan Kota Bangun terdapat berbagai jenis peribadatan yaitu:
TABEL 12 Sarana Peribadatan
No Sarana Peribadatan Jumlah
1 2 3 4 Masjid Mushola Gereja Vihara 3 4 2 2
Jumlah 11
(25)
4.3.5 Sarana Pendidikan
Untuk menampung penduduk yang ingin mengikuti pendidikan formal dan non formal, pemerintah dan pihak swasta membangun sarana pendidikan di Kelurahan Kota Bangun. Sarana pendidikan yang telah tersedia di kelurahan ini adalah
TABEL 13 Sarana Pendidikan
No Srana Pendidikan Jumlah
1 2 3 4
Taman Kanak-Kanak SD
SMP SMA
2 5 1 -
Jumlah 7
Data tahun 2014 dari profil kelurahan
Di samping pendidikan formal seperti yang disebutkan di atas terdapat juga tempat-tempat kursus atau latihan yang bersifat non formal seperti kursus menjahit dan mengetik.
(26)
BAB V
ANALISIS DATA
5.1 Pengantar
Bab ini peneliti menyajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan melalui penyebaran angket. Kuesioner diisi oleh warga dampingan Lembaga YAKMI yang telah diberikan materi pemicuan/sosialisasi mengenai sanitasi lingkungan, dimana responden pada penelitian ini berjumlah 30 orang. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa responden untuk melengkapi hasil yang didapat dari angket. Pembahasan data dalam penelitian ini dilakukan peneliti dengan membagi dalam dua sub bab agar penelitian tersusun secara sistematis, yaitu
a. Analisis Identitas Responden meliputi, usia, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan terakhir dan pekerjaan.
b. Respon masyarakat dampingan Lembaga YAKMI terhadap sanitasi melalui septictank ramah lingkungan di Kelurahan Kota Bangun.
5.2 Analisis Identitas Responden
Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah sebanyak 30 kepala keluarga dengan demikian satu orang responden mewakili satu keluarga (rumah tangga). Untuk lebih mengetahui distribusi responden berdasarkan jenis kelamin maka dapat dilihat melelaui tabel 14 dibawah ini.
(27)
Tabel 14
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
1 2
Laki-laki Perempuan
4 26
13 87
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan hasil data tabel 5.1 menunjukkan bahwa distribusi responden berjenis kelamin perempuan 26 (87%) jauh lebih banyak daripada jumlah responden berjenis kelamin laki-laki yang hanya 4 (13%) hal tersebut dikarenakan perempuan lebih banyak yang mengikuti kegiatan sosialisasi/pemicuan mengenai sanitasi lingkungan dari Lembaga YAKMI tersebut. Hal ini dikarenakan agenda sosialisasi biasanya dilakukan setelah acara perwiritan ibu-ibu atau kegiatan cek kesehatan anak dan kesehatan ibu mengandung dan menyusui yang didakan pihak puskesmas Kota Bangun dimana kaum perempuanlah yang menjadi pesertanya. Sedangkan peserta laki-laki biasanya mengikuti kegiatan sosialisasi/pemicuan tersebut dikarenakan sedang membawa istrinya untuk mengikuti kegiatan cek kesehatan tersebut sehingga dengan tidak sengaja mereka juga ikut menjadi peserta kegiatan pemicuan tersebut.
Berdasarkan pengamatan peneliti didalam kegiatan sosialisasi/pemicuan mengenai sanitasi lingkungan oleh lembaga YAKMI tersebut biasanya adalah orang yang sudah berumah tangga sehingga sudah memiliki rumah/tempat tinggal sendiri maka biasanya dari mereka sudah berusia diatas 25 tahun, dimana usia tersebut sudah menjadi usia yang ideal untuk menikah. Hal tersebut memang dikarenakan sasaran program tersebut adalah mereka yang sudah berumah tangga
(28)
dan sudah memiliki tempat tinggal sehingga nantinya bisa membangun septictank ramah lingkungan tersebut pada masing-masing rumahnya. Untuk lebih jelasnya mengenai distribusi responden maka dapat dilihat pada tabel 15 dibawah ini.
Tabel 15
Distribusi Responden Berdasarkan Usia
No Usia Frekuensi Persentase (%)
1 2 3 4
20-30 31-40 41-50 51 Keatas
2 14
8 6
7 46 27 20
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan tabel 15 jumlah responden berusia 31-40 adalah yang paling banyak yakni 14 orang (46%). Usia 31-40 masih tergolong usia produktif dan energik sehingga mereka masih bisa dan antusias untuk mengikuti sosialisasi/pemicuan tersebut dan juga kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan kebersihan lingkungan.sedangkan paling sedikit berusia antar 20-30 yakni hanya 2 orang (2%), hal tersebut dikarenakan para responden adalah mereka yang sudah berumah tangga sehingga mereka yang berada pada golongan usia tersebut sangat sedikit dikarenakan masih banyak yang belum menikah/berumah tangga pada golongan usia tersebut.
Untuk melihat distribusi responden berdasarkan agama dapat dilihat melalui tabel 16 dibawah ini.
(29)
Tabel 16
Distribusi Responden Berdasarkan Agama
No Usia Frekuensi Persentase (%)
1 2 Islam Kristen 30 - 100 -
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan tabel 16 menunjukkan bahwa semua responden berjumlah 30 orang adalah beragama Islam, hal ini dikarenakan mayoritas penduduk di kelurahan Kota Bangun adalah beragama Islam dan kegiatan sosialisasi/pemicuan biasa dilakukan setelah selaesainya kegiatan perwiritan ataupun pengajian ibu-ibu sehingga mereka yang mengikuti kegiatan tersebut adalah warga dampingan yang beragama Islam.
Tabel 17
Distribusi Responden Berdasarkan Suku
No Suku Frekuensi Persentase (%)
1 2 3 4 5 Melayu Jawa Mandailing Aceh Batak Toba 8 16 3 2 1 27 53 10 7 3
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan tabel 18 dapat dilihat bahwa responden yang paling banyak adalah suku Jawa dengan 16 orang (53%) kemudian suku Melayu 8 orang (27%) dan yang paling sedikit adalah suku Batak Toba hanya 1 orang (3%), hal ini
(30)
dikarenakan mayoritas penduduk kelurahan Kota Bangun adalah suku Jawa dan suku Melayu. Suku Melayu merupakan suku asli dari kelurahan Kota Bangun dimana Kota Medan bagian utara merupakan daerah yang mayoritas penduduknya adalah suku Melayu. Dengan Kondisi suku yang terbilang beragam, membuat warga sehari-hari berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Perbedaan suku tidak menjadi kendala mereka berkomunikasi dan berinteraksi karena bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia
Tabel 18
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir No Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
SD SMP SMA
15 8 7
50 27 23
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan tabel 18 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden sangat rendah, setengah dari responden hanya mampu menyelesaikan sekolahnya pada tingkat Sekolah Dasar yakni 15 orang (50%), kemudian untuk tingkat pendidikan SMP berjumlah 8 orang (27%) dan SMA berjumlah 7 orang (23%). Rendahnya tingkat pendidikan tersebut terjadi dikarenakan kondisi ekonomi yang tidak mendukung sehingga memaksa untuk memberhentikan pendidikan sang anak dan juga masyarakat di kelurahan Kota Bangun banyak yang melakukan pernikahan dini. Mereka memilih untuk memutuskan pendidikannya dan lebih memilih untuk membina rumah tangga di usianya yang masih sangat belia.
(31)
Tabel 19
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
1 2 3 4
Ibu Rumah Tangga Wiraswasta
Buruh Petani
14 8 5 3
47 27 16 10
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan tabel 19 menunjukkan bahwa responden sebagian besar adalah ibu rumah tangga yakni berjumlah 14 orang (47%), mereka tidak berkerja dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah sehingga sulit untuk mendapatkan pekerjaan dan juga dikarenakan suami yang sudah bekerja sehingga mereka lebih memilih untuk mengerjakan pekerjaan rumah saja. Kemudian 8 orang (27%) berprofesi sebagai wiraswasta dimana sebagain besar dari mereka bekerja sebagai pedagang yang memiliki tempat usaha sendiri. Selanjutnya 5 orang (16%) responden bekerja sebagai buruh, mereka bekerja pada pabrik-pabrik yang termasuk dalam Kawasan Industri Medan (KIM) yang berada pada kelurahan Mabar yang bersebelahan dengan Kelurahan Kota Bangun sehingga pabrik tersebut dekat dengan tempat tinggal mereka, dan 3 orang (10%) berprofesi sebagai petani, mereka bekerja sebagai penggarap lahan milik orang lain.
5.3 Respon Masyarakat Dampingan Lembaga YAKMI Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan Di Kelurahan Kota Bangun
Data yang dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara dapat diketahui respon masyarakat terhadap sanitasi melalui septictank ramah
(32)
lingkungan di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan, analisis terhadap respon ini dapat dilihat melalui persepsi, sikap, dan partisipasi.
5.3.1 Persepsi Responden Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan
Salah satu indikator untuk menilai respon dalam penelitian ini adalah dengan melihat persepsi responden terhadap sanitasi melalui septictank ramah lingkunganpada tabel di bawah ini.
Tabel 20
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Sanitasi Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
Mengetahui Kurang mengetahui
Tidak mengetahui
21 9
-
70 30 -
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Sanitasi lingkungan adalah suatu cara untuk menyehatkan lingkungan hidup manusia terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air dan udara. Yang menjadi indikator dari sanitasi lingkungan ini adalah pengelolaan limbah rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga, Saluran air parit yang baik dan lancar dan pengelolaan aliran pembuangan air hujan. Berdasarkan tabel 20 dapat dilihat sebagian besar responden mengetahui apa yang dimaksud dengan sanitasi lingkungan yakni berjumlah 21 orang (70%) dan yang kurang mengetahui sebanyak 9 orang responden (30%), banyaknya responden yang mengetahui
(33)
sosialisasi/pemicuan mengenai sanitasi lingkungan yang rutin dilakukan setiap minggunya. Berdasarkan pengamatan peneliti mereka cukup antusias dan aktif selama kegiatan, hal ini dikarenakan adanya bantuan pemberian uang kepada masyarakat yang akan membangun septictank sehingga mereka cukup antusias dengan kegiatan sosialisasi dan pemicuan tersebut.
Sanitasi lingkungan sangat berguna bagi kehidupan manusia, banyak manfaat yang didapatkan jika kita mampu menjaga sanitasi lingkungan dengan baik. Utnuk melihat jawaban responden mengenai manfaat sanitasi lingkungan bagi kesehatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 21
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Pentingnya Sanitasi Lingungan Bagi Kehidupan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
Mengetahui Kurang mengetahui
Tidak mengetahui
17 13 -
56 44 -
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan tabel 21 dapat dilihat bahwa 17 orang responden (56%) mengetahui pentingnya sanitasi lingkungan bagi kehidupan, banyak responden yang mengetahui dikarenakan mereka aktif pada kegitan sosialisasi dan pemicuan mengenai sanitasi lingkungan sehingga dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan baik. Responden yang kurang mengetahui berjumlah 13 orang (44%) mereka mampu menjawab pertanyaan tersebut tetapi tidak memberikan jawaban
(34)
dengan Ibu Sulastri (32thn) mengatakan “supaya menghindarkan kita dari penyakit agar tubuh kita jadi lebih sehat”. Tidak ada satupun dari responden yang tidak mengetahui manfaat dari sanitasi lingkungan bagi kesehatan. Seperti kita ketahui sanitasi lingkungan sangat berpengaruh terhadap kehidupan seseorang, banyak manfaat yang didapatkan apabila sanitasi lingkungan dapat dijaga dengan baik, diantaranya adalah mengurangi resiko terkena penyakit, terhindar dari penyakit diare/mencret, terciptanya hidup yang sehat dan berkualitas, meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan produktivitas masyarakat. Kelima hal tersebut juga menjadi komponen indikator bagi penulis untuk mengklasifikasikan jawaban dari responden mengenai pentingnya sanitasi lingkungan bagi kehidupan.
Tabel 22
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Limbah BAB Sembarangan Dapat Mencemari Air dan Lingkungan Sekitar
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
Mengetahui Kurang mengetahui
Tidak mengetahui
26 4
-
86 14 -
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Sebagian besar responden sudah mengetahui bahwa limbah buang air besar sembarangan (BAB) dapat mencemari air dan lingkungan sekitar yakni berjumlah 26 orang (86%) pnegetahuan ini mereka dapatkan dari penyuluhan yang pernah diadakan pihak Puskesmas mengenai STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
(35)
dimana poin dari STBM tersebut adalah cuci tangan pakai sabun, tidak buang air besar sembarangan, pengelolaan samapah rumah tangga dan pengelolaan limbah rumah tangga. Sementara 4 orang responden (14%) dari masih kurang mengetahui dikarenaka kurangnya informasi yang didapat dikarenakan kurang aktif dan kurang berpartisipasi dalam kegiatan-pkegiatan mengenai sanitasi lingkungan. Limbah BAB sembarangan dapat mencemari lingkungan dimana ketika meresap ketanah maka tanah akan tercemar dengan tercemarnya tanah secara terus menerus maka ini akan menyebabkan tercemarnya sumur sebagai sumber air bersih dimana masyarakat kota bangun masih banyak menggunakan sumur bor sebagai sumber air bersihnya.
Tabel 23
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Limbah BAB Sembarangan Dapat Menyebabkan Penyakit Diare/Mencret Karena Limbah Meresap Ketanah, Air Bersih dan Mengandung Bakteri E-Coli
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
Setuju Kurang setuju
Tidak setuju
29 1 -
96 4 -
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Hampir semua responden setuju bahwa limbah buang air besar sembarangan (BAB) dapat mencemari lingkungan kemudian akan menyebabkan penyakit diare/mencret dikarenakan limbah meresap ketanah, air bersih dan mengandung bakteri penyebab diare yakni bakteri E-coli. Sebanyak 29 responden (96%) setuju
(36)
mencemari lingkungan merusak tanah dan air bersih diketiarnya juga mengandung bakteri E-coli penyebab penyakit diare, mereka mengetahui hal tersebut dari buku atau media informasi lainnya tentang kesehatan yang mereka baca dan juga dari kegiatan pemicuan dari lembaga YAKMI. Sementara 1 orang responden (4%) kurang setuju karena tidak dapat menjelaskan proses pencemaran limbah BAB sehingga kurang yakin jika limbah kotoran tinja bisa meresap ketanah dan mencemari sumber air bersih, hal ini dikarenakan kurangnya informasi yang didapatkan dan juga tidak aktif nya dalam kegiatan pemicuan.
Tabel 24
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Septictank
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
Mengetahui Kurang mengetahui
Tidak mengetahui
30 - -
100 - -
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan tabel 24 dapat dilihat bahwa keseluruhan responden yakni 30 orang mengetahui apa yang dimaksud dengan septictank, semua responden mengetahui dan mampu menjelaskan dengan baik apa yang dimaksud dengan septictank dikarenakan semua responden memiliki septictank dirumahnya sebagai wadah penampungan kotoran/limbah tinja. Septictank merupakan bangunan penampung kotoran tinja yang biasanya berukuran diatas 1x1 meter dan terbuat dari batu bata yang biasanya tidak kedap air sehingga limbah kotoran tinja dibiarkan meresap ketanah.
(37)
Tabel 25
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Fungsi dan Manfaat Septictank
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3 Mengetahui Kurang mengetahui Tidak mengetahui 30 - - 100 - -
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan tabel 24 dapat dilihat bahwa keseluruhan responden yakni 30 orang mengetahui apa fungsi dan manfaat septictank, semua responden mengetahui karena mereka semua memiliki septictank dirumahnya sebagai wadah penampungan kotoran/limbah tinja. Fungsi septictank adalah menampung kotoran tinja/limbah rumah tangga dan manfaatnya yakni agar limbah BAB tidak berbau karena berada didalam sebuah wadah yang tertutup sehingga tidak mencemari udara, akan tetapi manfaat septictank biasa tidak maksimal dikarenakan mencemari lingkungan karena meresap dengan tanah sehingga dapat merusak tanah dan sumber air bersih.
Tabel 26
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Septictank Ramah Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3 Mengetahui Kurang mengetahui Tidak mengetahui 19 11 - 63 37 -
Jumlah 30 100
(38)
Berdasarkan tabel 26 bisa dilihat bahwa responden sebagian besar sudah mengetahui apa yang dimaksud dengan septictank ramah lingkungan yakni sebanyak 19 orang (63%), pengetahuan ini mereka dapatkan melalui sosialiasi/pemicuan mengenai septictank ramah lingkungan dari lembaga YAKMI dengan intensitas kehadiran yang aktif dan partisipasi yang juga aktif maka septictank ramah lingkungan ini sering mereka dengar dan mereka lihat sehingga dapat menyampaikan dengan baik pengertian dari septictank ramah lingkungan tersebut. Sementara 11 orang responden (37%) lainnya masih kurang mengetahui karena belum bisa menjelaskan secara baik mengenai septictank ramah lingkungan, hal ini dikarenakan intensitas kehadiran mereka yang kurang dalam sosialisasi tersebut sehingga tidak maksimal informasi yang mereka didapatkan.
Septictank ramah lingkungan merupakan bangunan berdiameter 1,2 meter dan tinggi 1,6 meter memiliki dua tabung, tabung pertama sebagai wadah untuk menampung kotoran tinja dan tabung kedua untuk menampung limbah rumah tangga seperti air cucian mandi dan cuci piring. Kemudian pada tabung kedua di biakkan bakteri untuk mengolah air buangan menjadi air yang steril dan tidak berbahaya ketika dilepaskan ke parit-parit rumah.
Tabel 27
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Fungsi dan Manfaat Septictank Ramah Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
Mengetahui Kurang mengetahui
Tidak mengetahui
19 11 -
63 37 -
(39)
Berdasarkan tabel 27 dapat dilihat bahwa responden sebagian besar sudah mengetahui fungsi dan manfaat septictank ramah lingkungan yakni sebanyak 19 orang (63%), pengetahuan ini juga mereka dapatkan melalui sosialiasi/pemicuan mengenai septictank ramah lingkungan dari lembaga YAKMI dengpartisipasi yang aktif didalam kegiatan tersebut sehingga pengetahuan dan informasi yang didapatkan maksimal. Selanjutnya 11 orang (37%) dari responden masih kurang mengetahui karena belum bisa menjelaskan secara baik mengenai septictank ramah lingkungan, hal ini juga dikarenakan intensitas kehadiran mereka yang kurang dalam sosialisasi tersebut sehingga tidak maksimal informasi yang didapatkan.
Fungsi dari septictank ramah lingkungan ini adalah menampung dan mengolah kotoran tinja dan limbah rumah tangga menjadi limbah yang tidak mencemari lingkungan, kemudian manfaatnya adalah tidak mencemari tanah dan sumber air bersih dan menghindarkan/meminimalisir resiko untuk terkontaminasi bakteri penyebab penyakit diare.
Tabel 28
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Perbedaan Septictank Biasa(Resapan) Dengan Septictank Ramah Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
Mengetahui Kurang mengetahui
Tidak mengetahui
19 11 -
63 37 -
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
(40)
lingkungan yakni sebanyak 19 orang responden (63%) mereka dapat membedakan keduanya dikarenakan sudah melihat langsung septictank tersebut dan proses pembangunannya sehingga bisa membandingkan dengan septictank resapan yang mereka miliki. Sementara 11 orang (37%) dari responden masih kurang mengetahui karena belum bisa menjelaskan secara baik mengenai perbedaannya. Hal ini dikarenakan belum melihat langsung proses pembuatan septictank ramah lingkungan tersebut dengan demikian pengetahuan akan septictank ramah lingkungan tersebut kurang sehingga tidak mampu membedakan kedua model septictank tersebut dengan baik. Perbedaanya yakni terletak pada struktur bangunan dimana septictank biasa memakai batu bata yang bahannya bisa meresap ketanah sedangkan septictank ramah lingkungan dibuat dengan percampuran 1 pasir berbanding 2 semen tanpa batu bata sehingga bangunan kokoh dan kedap air, kemudian bentuknya juga berbeda memiliki 2 tabung dan fungsinya yang tidak hanya menampung tapi juga mengolah air buangan limbah rumah tangga menjadi steril dan tidak mencemari lingkungan.
Tabel 29
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Tujuan Program Pembangunan Septictank Ramah Lingkungan Oleh Lembaga
YAKMI
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
Mengetahui Kurang mengetahui
Tidak mengetahui
18 12 -
60 40 -
Jumlah 30 100
(41)
Berdasarkan hasil data pada tabel 29 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yakni 18 orang (60%) mengetahui tujuan program bantuan pembangunan septictank ramah lingkungan dari Lembaga YAKMI mereka mengetahui tujuan program tersebut karena pernah disampaikan didalam kegiatan pemicuan tersebut. Sementara 12 orang responden (40%) dari responden masih kurang mengetahui tujuan program tersebut dikarenakan partisipasi yang kurang aktif dalam sosialisasi sehingga pemahaman mengenai septictank ramah lingkungan dan sanitasi lingkungan tidak maksimal dengan demikian tujuan dari program tersebut juga kurang mereka pahami.
Tujuan program bantuan pembangunan septictank ramah lingkungan oleh Lembaga YAKMI adalah agar masyarakat sadar dan peduli terhadap kebersihan lingkungan, sehingga merubah pola perilaku mereka akan sanitasi lingkungan. mencegah tercemarnya sumber air bersih akibat perilaku manusia untuk mengurangi/ meminimalisir penyakit mencret/diare didalam masyarakat.
Tabel 30
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Resiko Yang Ditimbulkan Jika Tidak Menggunakan Septictank Ramah
Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%) 1
2 3
Mengetahui Kurang mengetahui
Tidak mengetahui
18 7 5
60 23 17
Jumlah 30 100
(42)
responden yakni 18 orang (60%) mengetahui resiko yang ditimbulkan apabila tidak menggunakan septictank ramah lingkungan, mereka mengetahui resiko yang ditimbulkan melalui kegiatan pemicuan dan juga berdasarkan apa yang mereka alami ketika menggunakan septictank resapan tersebut. Sementara 7 orang responden (23%) masih kurang mengetahui resikonya dikarenakan belum bisa menjawab dengan baik dikarenakan partisipasi yang kurang aktif dalam kegiatan pemicuan sehingga informasi yang didapat juga tidak maksimal dan 5 orang responden (17%) tidak mengetahui resiko yang ditimbulkan apabila tidak menggunakan septictank ramah lingkungan. Hal tersebut karena mereka merasa septictank resapan yang mereka gunakan tidak pernah bermasalah sehingga mereka yakin septictank biasa saja sudah cukup utnuk digunakan sehingga mereka tidak mengetahui resiko yang akan ditimbulkan apabila tidak menggunakan septictank ramah lingkungan.
Resiko yang ditimbulkan apabila tidak menggunakan septictank ramah lingkungan seperti sumber air bersih yang akan tercemar kemudian akan sulit untuk mendapatkan sumber air bersih, terkena penyakit diare/mencret akibat tercemar bakteri E-coli.
5.3.2 Sikap Responden Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan
Salah satu indikator untuk menilai respon dalam penelitian ini adalahdengan melihat sikap responden terhadap sanitasi melalui septictank ramah lingkunganpada tabel di bawah ini.
(43)
Tabel 31
Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Program Pembangunan Septictank Ramah Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3 Membantu Kurang membantu Tidak membantu 25 5 - 83 17 -
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan hasil data pada tabel 31 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yakni 25 orang (83%) beranggapan bahwa program bantuan pembangunan septictank tersebut membantu dikarenakan adanya subsidi sebesar 2,5 juta dalam setiap pembangunan septictank. Responden yang lain sebanyak 5 orang (17%) menganggap bahwa program bantuan tersebut kurang membantu, mereka yang menganggap program tersebut kurang membantu yakni karena hanya disubsidi sebagian tidak sepenuhnya, sehingga mereka menganggap jumlah 1,5 juta Rupiah yang dikeluarkan masih tetap saja terasa berat bagi mereka.
Tabel 32
Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Program Pembangunan Septictank Ramah Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3 Bermanfaat Kurang bermanfaat Tidak bermanfaat 22 7 1 73 23 4
Jumlah 30 100
(44)
responden yakni 22 orang (73%) beranggapan bahwa program bantuan pembangunan septictank ramah lingkungan tersebut bermanfaat bagi mereka dengan alasan adanya pengetahuan yang mereka dapatkan dari kegiatan pemicuan/sosialisasi tersebut dan mengatakan program tersebut bermanfaat untuk mengurangi tingkat pencemaran di daerah mereka, 7 orang responden (23%) menganggap bahwa program bantuan tersebut kurang bermanfaat dikarenakan masyarakat lebih membutuhkan hal yang lain. Ada 1 orang responden (4%) yang menganggap bantuan tersebut tidak bermanfaat, seperti jawaban dari hasil wawancara dengan Ibu Muhadinah (55thn) “maunya gak usah bantuan bangun septictank tapi kasih macam sembako gratis atau kasih pinjaman untuk modal usaha saja lebih bermanfaat”.
Tabel 33
Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Terhadap Septictank Ramah Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
Mengurangi tingkat pencemaran Septictank biasa sudah cukup Keduanya tidak perlu
21 9
-
70 30 -
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan hasil data pada tabel 33 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yakni 21 orang responden (70%) beranggapan bahwa septictank ramah lingkungan membantu mengurangi tingkat pencemaran dikarenakan fungsinya yang mampu mengelola dan mensterilkan buangan limbah dan 9 orang responden
(45)
(30%) berpendapat bahwa septictank biasa saja sudah cukup untuk digunakan tanpa harus menggunakan septictank ramah lingkungan. Mereka menganggap septictank biasa sudah cukup untuk digunakan karena tidak pernah bermasalah selama memekai septictank tersebut.
Tabel 34
Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Pentingnya dibangun septictank ramah lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
Penting
Kurang penting Tidak penting
21 4 5
70 13 17
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan hasil data pada tabel 34 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yakni 21 orang (70%) beranggapan bahwa septictank ramah lingkungan penting untuk dibangun didaerah tempat mereka tinggal, hal ini dikarenakan tingkat pencemaran lingkungan yang sudah sangat tinggi di lingkungan tempat mereka tinggal dan septictank resapan tidak layak untuk digunakan. Kemudian 4 orang responden (13%) mengatakan kurang penting karena menganggap tingkat pencemaran belum terlalu tinggi tetapi tetap menganggap septictank ramah lingkungan bermanfaat untuk digunakan dan 5 orang (17%) mengatakan tidak penting, karena menganggap pencemaran lingkungan belum tinggi masih biasa-biasa saja dan septictank resapan sudah cukup untuk digunakan.
(46)
Tabel 35
Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Program Septictank Ramah Lingkungan Demi Kelangsungan Kesehatan Lingkungan
Generasi Mendatang
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
Mendukung
Kurang Mendukung Tidak Mendukung
21 5 4
70 17 13
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan hasil data pada tabel 35 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yakni 21 orang (70%) mendukung pembangunan septictank ramah lingkungan tersebut guna kelangsungan generasi mendatang, bentuk dukungan tersebut adalah dengan mendukung program tersebut dibuat didaerah lainnya di seluruh Indonesia dan menyampaikan akan manfaat septictank ramah lingkungan tersebut kepada masyarakat luas. Mereka mendukung program tersebut karena menganggap lingkungan harus dijaga untuk masa depan anak cucu mereka, kemudian 5 orang responden (17%) kurang mendukung mereka menganggap program tersebut perlu untuk diterapkan didaerah lain akan tetapi partisipasinya dalam menyampaikan manfaat program tersebut kepada orang lain tidak ada. Selanjutnya 4 orang responden (13%) tidak mendukung adanya program tersebut ini terlihat dari tidak adanya usaha mereka untuk menyampaikan manfaat akan program sanitasi lingkungan tersebut kepada orang lain.
Pada tabel 36 dibawah ini dapat dilihat bagaimana tanggapan responden mengenai apakah cukup menggunakan septictank resapan tanpa harus
(47)
Tabel 36
Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Septictank Biasa Sudah Cukup Tanpa Harus Membangun Septictank Ramah Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
Tidak cukup Kurang cukup Cukup
21 - 9
70 - 30
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan hasil data pada tabel 36 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yakni 21 orang (70%) beranggapan bahwa septictank biasa (resapan) tidak cukup untuk digunakan dan harus menggantinya dengan septictank ramah lingkungan,hal ini berdasarkan kondisi yang mereka alami ketika menggunakan septictank ramah lingkungan dan juga informasi yang mereka dapatkan dalam kegiatan pemicuan mengenai septictank ramah lingkungan. Seperti hasil wawancara peneliti dengan salah satu responden yakni Ibu Kheriah (33thn) yang mengatakan “ septictank biasa tidak cukup, banyak kurangnya seperti baunya yang sering menguap, tidak kedap air jadi kotoran tinja meresap ketanah bisa mencemari sumur kita”.
Sementara 9 orang responden lainnya (30%) berpendapat bahwa septictank biasa saja sudah cukup tanpa harus menggantinya dengan septictank yang ramah lingkungan, salah satu pendapat responden yakni Ibu Nur Aini (52thn) mengatakan “septictank yang lama aja udah cukup, selama ini gak ada masalah udah 3 tahun pakai”.
(48)
Tabel 37
Distribusi Responden Berdasarkan Minat Menggunakan Septictank Ramah Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
Berminat Belum berminat Tidak beminat
8 13
9
27 43 30
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan hasil data pada tabel 37 dapat dilihat bahwa 8 orang responden (30%) berminat untuk menggunakan septictank ramah lingkungan, dimana 8 orang tersebut sudah membangun septictank ramah lingkungan di rumahnya. Mereka membangun karena sadar akan kebersihan lingkungan dan karena mengetahui manfaat dari septictank ramah lingkungan tersebut. Kemudian 12 orang responden (40%) belum berminat untuk menggunakan septictank ramah lingkungan dikarenakan belum memiliki uang yang cukup untuk membangun tetapi tetap memiliki keinginan untuk menggantinya dan 9 orang responden (30%) tidak berminat untuk membangunnya dikarenakan harga yang dianggap tetap memberatkan dan pengetahuan yang minim akan manfaat septictank ramah lingkungan.
Pengetahuan yang didapatkan oleh masyarakat mengenai sanitasi lingkungan akan lenbih mempengaruhi pola pikir dan pola perilaku masyakarakat akan lingkungan sehingga masyarakat akan lebih yakin jika hidupnya dapat terhindar dari penyakit apabila mampu menerapkan hal-hal yang ada dalam pengetahuan tersebut. untuk melihat doistribusi responden berdasarkan keyakinan
(49)
dapat dilihat pada tabel dibwah ini.
Tabel 38
Distribusi Responden Berdasarkan Keyakinan Kesehatan Akan Lebih Terjamin Jika Menggunakan Septictank Ramah Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
Yakin
Kurang yakin Tidak yakin
22 4 4
74 13 13
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan hasil data pada tabel 38 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yakni 22 orang (74%) meyakini bahwa kesehatan mereka akan lebih terjamin apabila menggunakan septictank ramah lingkungan dengan menganggap bahwa septictank ramah lingkungan mampu mengurangi tingkat pencemaran di lingkungan mereka, dimana air buangannya sudah steril sehingga tidak mencemari tanah dan sumber air minum sehingga mereka yakin kesehatan mereka akan lebih terjaga.
Sementara 4 orang responden (13%) kurang meyakini karena menganggap belum bisa menjawab apabila belum memakainya langsung, dan 4 orang lainnya (13%) tidak meyakini bahwa kesehatan mereka akan lebih terjamin jika menggunakan septictank ramah lingkungan dikarenakan mereka menganggap septictank tersebut sama saja dengan septictank yang mereka miliki sekarang, jika sudah terlalu lama dipakai maka akan rusak juga dan menimbulkan masalah. pendapat ini tentunya didasari oleh pengetahuan yang mereka dapat tentang septictank ramah lingkungan dari sosialisasi/pemicuan yang dilakukan, semakin
(50)
bagus pengetahuan yang mereka dapatkan maka semakin meyakini manfaat dari septictank ramah lingkungan tersebut.
Tabel 39
Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Jika Dikeluarkan Peraturan Melarang Pembuangan Limbah BAB Sembarangan Oleh Pemerintah
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
Setuju
Kurang setuju Tidak setuju
21 9
-
70 30 -
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan hasil data pada tabel 32 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yakni 21 orang (67%) setuju apabila pemerintah mengeluarkan larangan buang air besar (BAB) sembarangan dengan alasan tingkat pencemaran yang sudah tinggi dan masyarakat yang sudah tidak malu untuk membuang sembarangan limbah BAB nya. Dengan dikeluarkannya peraturan tersebut mereka menganggap akan sangat membantu menjaga kebersihan lingkungan mereka dan mengurangi tingkat pencemaran lingkungan didaerah tempat mereka tinggal. Kemudian 9 orang responden (30%) menjawab kurang setuju dikarenakan menganggap belum tingginya tingkat pencemaran lingkungan yang terjadi didaerah tempat mereka tinggal.
Pada tabel 40 dibawah ini dapat dilihat sikap para responden apabila pemerintah mengeluarkan peraturan mengenai keharusan membangun septictank ramah lingkungan di masing-masing rumah tempat tinggal baik rumah yang sudah terbangun maupun yang baru akan dibangun.
(51)
Tabel 40
Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Pemerintah Menetapkan Peraturan Tentang Keharusan Membangun Septictank
Ramah Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
Setuju
Kurang setuju Tidak Setuju
14 13 3
47 43 10
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan hasil data pada tabel 40 dapat dilihat bahwa 14 orang responden (47%) setuju apabila pemerintah mengeluarkan peraturan tentang keharusan membangun septictank yang ramah lingkungan di masing-masing rumah baik yang sudah terbangun maupun pada rumah yang akan dibangun, hal ini dikarenakan pencemaran lingkungan yang mereka rasakan sudah parah di lingkungan mereka tinggal sehingga mereka setuju karena hal tersebut dianggap akan mengurangi tingkat pencemaran lingkungan dan agar melestarikan lingkungan kedepannya. Kemudian 13 responden (43%) kurang setuju dengan hal tersebut dengan alasan walaupun septictank ramah lingkungan penting keberadaannya tetapi tidak semua mampu untuk membangunnya dikarenakan biaya yang mahal dan 3 orang responden (10%) menganggap hal tersebut tidak pentig dengan alasan septictank ramah lingkungan tidak penting dan tidak semua mampu membangunnya.
(52)
5.3.3 Partisipasi Masyarakat Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan
Salah satu indikator untuk menilai respon dalam penelitian ini adalah dengan melihat persepsi responden terhadap sanitasi melalui septictank ramah lingkunganpada tabel di bawah ini
Tabel 41
Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Kehadiran Dalam Pertemuan Dengan Pihak Puskesmas Mengenai Kebersihan
Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
Aktif
Kurang aktif Tidak pernah
2 9 19
7 30 63
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan hasil data pada tabel 41 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yakni 19 orang (63%) tidak pernah mengikuti pertemuan dengan pihak puskesmas mengenai kebersihan lingkungan, dikarenakan mereka sama sekali tidak mengetahui dan tidak pernah mendengar informasi mengenai kegiatan tersebut, kurangnya sosialisasi dari pihak puskesamas merupakan kendala utamanya. Sedangkan 9 orang (30%) kurang aktif dalam pertemuan tersebut dikarenakan kehadiran yang hanya 2 kali dalam sebulan atau kurang, mereka mengetahui adanya kegiatan tersebut akan tetapi kurang aktif karena merasa kegiatan tersebut kurang bermanfaat dan 2 orang (7%) responden aktif mengikuti
(53)
pertemuan tersebut dengan intensitas 3 kali dalam sebulan atau lebih karena mereka merupakan pengelola dari kegiatan bank sampah tersebut. Kegiatan pertemuan ini berupa kegiatan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) salah satunya seperti kegiatan bank sampah atau pengelolaan sampah masyarakat menjadi sesuatu produk yang berguna.
Tabel 42
Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Kehadiran Dalam Sosialisasi/Pemicuan Oleh Lembaga YAKMI
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
Aktif
Kurang Aktif Tidak Aktif
17 3 10
56 10 34
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan hasil data pada tabel 42 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yakni 17 orang (56%) aktif dalam mengikuti kegiatan sosialisasi/pemicuan mengenai sanitasi lingkungan dan septictank ramah lingkungan, sosialisasi ini diadakan 6 kali dalam sebulan dan intensitas kehadiran 1 kali dalam seminggu atau lebih maka akan dimasukkan dalam kategori aktif. Mereka aktif dan antusias mengikuti kegitan tersebut karena merasa kegiatan ini penting untuk mengubah pola perilaku mereka dan masyarakat lainnya dalam hal kesehatan lingkungan disamping juga aktif karena ingin mendapatkan bantuan yang cukup membantu bagi mereka. Sedangkan 3 responden (10%) kurang aktif dalam mengikuti sosialisasi karena kehadiran yang hanya dibawah 1 kali dalam seminggu dikarenakan mereka tidak memiliki waktu luang yang cukup untuk
(54)
mengikutinya dan 10 orang responden (34%) tidak aktif dalam mengikuti kegiatan tersebut dengan intensitas yang hanya 1 kali dalam sebulan disamping juga tidak memiliki waktu sebagian dari mereka juga menganggap kegiatan ini tidak terlalu penting dikarenakan tidak tertarik dengan penggunaan septictank ramah lignkungan tersebut.
Tabel 43
Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Keaktifan Dalam Sosialisasi/Pemicuan Oleh Lembaga YAKMI
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
Aktif
Kurang aktif Tidak aktif
11 8 11
37 26 37
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan tabel 43 dapat dilihat bahwa 11 orang responden (37%) memiliki partisipasi yang aktif dalam sosialisasi/pemicuan oleh lembaga YAKMI, partisipasi ini berupa ikut bertanya, memberikan pendapat dan memberikan saran atau masukan dalam forum kegiatan. Mereka ikut aktif karena merasa tertarik dengan pengetahuan baru yang mereka dapatkan tersebut sehingga antusias selama mengikuti kegiatan tersebut. Selanjutnya 8 orang responden (26%) responden kurang aktif dalam kegitan dimana mereka hanya bertanya atau hanya memberikan pendapat saja dan 11 orang (37%) responden tidak aktif dalam kegiatan sosialisasi tersebut, dikarenakan antusias yang kurang dikarenakan ikut tapi bukan karena kemauan sendiri seperti hasil wawancara dengan salah satu warga yakni Ibu Sarifah (50thn) mengatakan “ kemarin diajak teman jadi segan
(55)
Tabel 44
Distribusi Responden Berdasarkan Kepada Siapa Saja Penyampaian Tentang Pentingnya Sanitasi, Septictank Ramah Lingkungan dan Bahaya
BAB Sembarangan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
Kerabat, orang lain diluar daerah Keluarga
Tidak Pernah
11 11 8
37 37 26
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan tabel 44 dapat dilihat bahwa 11 orang (37%) responden menyampaikan kembali tentang materi mengenai pentingnya sanitasi, septictank ramah lingkungan dan bahaya dari buang air besar sembarangan (BAB) dari hasil kegiatan sosialisasi kepada kerabat, orang lain diluar daerah (masyarakat luas). Mereka merasa kegiatan ini bermanfaat sehingga perlu untuk menyampaikan kembali pengetahuan yang mereka dapatkan dalam kegiatan tersebut kepada masyarakat luas. Sementara 11 orang (37%) responden menyampaikan kembali tentang materi tersebut kepada lingkungan terdekatnya saja yakni keluarga dikarenakan pengetahuan ini dianggap penting untuk kesehatan keluarga mereka. Selanjutnya 8 orang responden (26%) tidak pernah menyampaikan kembali dikarenakan kurangnya pengetahuan yang didapat sehingga mereka tidak pernah menyampaikan kembali materi sosialisasi tersebut, dikarenakan tidak maksimalnya informasi yang didapat dalam kegiatan tersebut.
Berdasarkan hasil data pada tabel 43 dibawah ini dapat dilihat bahwa sebanyak 15 orang (50%) responden membersihkan lingkungan disekitar rumah/
(56)
pekarangan rumah setiap hari baik ketika kotor maupun ketika belum kotor hal ini dikarenakan demi menjaga kebersihan lingkungan di sekitar rumahnya dan 15 orang responden lainnya (50%) membersihkan lingkungan disekitar rumahnya hanya ketika lingkungan/pekarangan rumahnya tersebut terlihat kotor saja.
Tabel 45
Distribusi Responden Berdasarkan Membersihkan Lingkungan Disekitar Rumah
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
Setiap Hari
Bila Kelihatan Kotor Tidak Pernah 15 15 - 50 50 -
Jumlah 30 100
Para reesponden menganggap banyak pekerjaan rumah yang perlu dilakukan sehingga apabila tidak kotor lebih baik mengerjakan kegiatan yang lain. Tidak ada responden yang menjawab tidak pernah membersihkan lingkungan disekitar rumahnya hal ini menunjukkan kesadaran yang tinggi masyarakat akan kebrsihan lingkungan.
Tabel 46
Distribusi Responden Berdasarkan Mengikuti Kegiatan Bersama/ Gotong Royong yang Berhubungan dengan Kebersihan Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3 Aktif Kurang Aktif Tidak Pernah 6 20 4 20 67 13
Jumlah 30 100
(57)
memiliki partisipasi yang aktif dalam kegiatan bersama gotong royong dan yang berhubungan dengan kebersihan lingkungan seperti membuang sampah, membersihkan parit, kategori aktif apabila responden mengikuti kegiatan gotong royong 3 kali dalam sebulan atau lebih karena gotong royong dilakukan setiap minggunya pada hari minggu pagi. Mereka aktif dalam gotong royong karena menganggap kegiatan ini penting bagi kebersihan lingkungannya dan akan bermanfaat bagi kesehatan mereka. Selanjutnya 20 orang (67%) responden kurang aktif dalam kegitan gotong royong tersebut dengan intensitas yang hanya 2 kali dalam sebulan atau kurang mereka kurang aktif karena adanya jadwal yang berbenturan dengan kegiatan gotong royong tersebut sehingga mengikutinya ketika ada waktu luang saja. Kemudian 4 orang responden (13%) tidak pernah mengikuti kegiatan gotong royong dengan alasan hari minggu adalah waktunya berlibur atau bersantai dirumah setelah rutinitas yang mereka lakukan seminggu penuh, hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran terhadap kebersihan lingkungan.
Tabel 47
Distribusi Responden Berdasarkan Keterlibatan Keluarga Dalam Kegiatan Kebersihan Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
Melibatkan setiap hari Kurang melibatkan Tidak melibatkan
7 20
3
23 67 10
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan tabel 47 dapat dilihat bahwa 7 orang responden (23%) selalu melibatkan keluarga atau orang terdekatnya dalam kegiatan kebersihan
(58)
lingkungan setiap hari dikarenakan mereka menganggap hal ini perlu dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran akan kebersihan lingkungan dalam keluarga dan 20 orang (67%) kurang melibatkan keluarga dalam membersihkan lingkungan sekitarnya dimana mereka lebih memilih untuk membersihkan/ melakukannya sendiri selagi mereka bisa dan sanggup melakukannya sendiri. Sedangkan 3 orang (10%) tidak melibatkan keluarga dalam membersihkan lingkungan sekitarnya dikarenakan responden sudah terbiasa melakukan sendiri karena keluarga memiliki kesibukan diluar masing-masing
Tabel 48
Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Dalam Pembuatan Septictank Ramah Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
Berpartisipasi
Kurang Berpartisipasi Tidak Berpartisipasi
3 0 27
10 0 90
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan tabel 49 dapat dilihat bahwa hanya 3 orang responden (10%) yang berpartisipasi dalam pembuatan/ pembangunan septictank ramah lingkungan dirumahnya, partisipasi disini berupa ikut menggali tanah, ikut membuat campuran semen atau mengecor dan ikut memasang mal dan cetakannya. Dari 3 orang responden tersebut adalah laki-laki dan berprofesi sebagai tukang bangunan dan sudah mahir dalam kegiatan seperti ini sehingga mereka memilih untuk mengerjakannya sendiri karena dapat meminimalisir harga yang dikeluarkan karena sebagian pekerjaan sudah mereka kerjakan sendiri. Kemudian 27 orang
(59)
(90%) responden tidak berpartisipasi dalam pembangunan septictank dirumahnya, dikarenakan memang sebagian besar belum membangun septictank dan sebagian lagi memilih untuk tidak berpartisipasi karena sudah ada tukang bangunan yang dibayar dan bertugas untuk membuat septictank ramah lingkungan tersebut.
Tabel 49
Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Septictank Ramah Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
Sudah menggunakan Belum/akan menggunakan Tidak akan menggunakan
8 13
9
27 43 30
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan tabel 43 dapat dilihat bahwa 8 orang responden (27%) sudah membangun dan memiliki septictank ramah lingkungan dirumahnya, mereka membangun dikarenakan memiliki kesadaran akan kebersihan lingkungan dan juga faktor adanya pemberian bantuan juga menjadi hal yang mendasari keinginan mereka tersebut. Sedangkan 13 orang responden (43%) responden belum/akan menggunakan septictank ramah lingkungan tersebut, mereka sadar akan manfaatnya dan memiliki keinginan untuk membangun tetapi masih terkendala dengan uang yang belum cukup dan 9 orang responden (30%) menjawab tidak akan menggunakan, hal ini dikarenakan kesadaran yang kurang akan sanitasi lingkungan dan partisipasi yang kurang dalam kegiatan sosialisasi sehingga tidak mendapatkan pengetahuan dengan maksimal dan juga masalah materi yang menjadi halangan utama karena tidak memiliki uang yang cukup.
(1)
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Luas Kelurahan Kota Bangun ... 47
Tabel 2 : Komposisi Penduduk Berdasakan Jenis Kelamin ... 48
Tabel 3 : Komposisi Penduduk Berdasakan Lingkungan ... 48
Tabel 4 : Komposisi Penduduk Berdasakan Jenis Kelamin Per Lingkungan ... 49
Tabel 5 : Komposisi Penduduk Berdasakan Usia ... 50
Tabel 6 : Komposisi Penduduk Berdasakan Agama ... 51
Tabel 7 : Komposisi Penduduk Berdasakan Tingkat Pendidikan Penduduk .... 52
Tabel 8 : Komposisi Pekerjaan Penduduk Usia Produktif 15-55 ... 53
Tabel 9 : Komposisi Penduduk Berdasakan Mata Pencaharian ... 54
Tabel 10 : Sarana Air Bersih ... 55
Tabel 11 : Sarana Kesehatan ... 56
Tabel 12 : Sarana Peribadatan ... 56
Tabel 13 : Sarana Pendidikan ... 57
Tabel 14 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59
Tabel 15 : Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 60
Tabel 16 : Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 61
Tabel 17 : Distribusi Responden Berdasarkan Suku ... 61
Tabel 18 : Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 62
Tabel 19 : Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 63 Tabel 20 :Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Sanitasi
(2)
Tabel 21 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Pentingnya Sanitasi Lingkungan Bagi Kehidupan ... 65 Tabel 22 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Limbah
BABSembarangan Dapat Mencemari Air dan Lingkungan Sekitar ... 66 Tabel 23 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Limbah
BABSembarangan Dapat Menyebabkan Penyakit Diare/Mencret
KarenaLimbah Meresap Ketanah, Air Bersih dan Mengandung Bakteri E-Coli ... ... 67 Tabel 24 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan terhadap septictank 68 Tabel 25 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Fungsi dan Manfaat
septictank ... 69 Tabel 26 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Septictank
Ramah Lingkungan ... 69 Tabel 27 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Fungsi dan
Manfaat Septictank Ramah Lingkungan ... 70 Tabel 28 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap
PerbedaanSeptictank Biasa(Resapan) Dengan Septictank Ramah
Lingkungan ... 71 Tabel 29 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap TujuanProgram
Pembangunan Septictank Ramah Lingkungan Oleh Lembaga YAKMI72 Tabel 30 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Resiko Yang
Ditimbulkan Jika Tidak Menggunakan Septictank Ramah Lingkungan ... ... 73 Tabel 31 : Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Program Pembangunan
(3)
Tabel 32 : Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Program Pembangunan Septictank Ramah Lingkungan ... 76 Tabel 33 : Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Terhadap Septictank
Ramah Lingkungan ... 76 Tabel 34 : Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Pentingnya dibangun
septictank ramah lingkungan ... 77 Tabel 35 : Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Program Septictank Ramah
Lingkungan Demi Kelangsungan Kesehatan Lingkungan Generasi Mendatang ... 78 Tabel 36 : Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Septictank Biasa
SudahCukup Tanpa Harus Membangun Septictank Ramah Lingkungan79 Tabel 37 : Distribusi Responden Berdasarkan Minat Menggunakan Septictank
Ramah Lingkungan ... 80 Tabel 38 : Distribusi Responden Berdasarkan Keyakinan Kesehatan Akan
LebihTerjamin Jika Menggunakan Septictank Ramah Lingkungan ... 81 Tabel 39 : Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Jika Dikeluarkan
PeraturanMelarang Pembuangan Limbah BAB Sembarangan Oleh Pemerintah ... ... 82 Tabel 40 : Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan PemerintahMenetapkan
Peraturan Tentang Keharusan Membangun Septictank Ramah Lingkungan ... 83 Tabel 41 : Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Kehadiran Dalam
Pertemuan Dengan Pihak Puskesmas Mengenai Kebersihan Lingkungan ... 84 Tabel 40 : Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Kehadiran Dalam
(4)
Tabel 43 : Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Keaktifan Dalam
Sosialisasi/Pemicuan Oleh Lembaga YAKMI ... 86 Tabel 44 : Distribusi Responden Berdasarkan Kepada Siapa Saja Penyampaian
Tentang Pentingnya Sanitasi, Septictank Ramah Lingkungan dan Bahaya BAB Sembarangan ... Tabel 45 : Distribusi Responden Berdasarkan Membersihkan Lingkungan Disekitar
Rumah ... Tabel 46 : Distribusi Responden Berdasarkan Mengikuti Kegiatan Bersama/Gotong
Royong yang Berhubungan dengan Kebersihan Lingkungan ... Tabel 47 : Distribusi Responden Berdasarkan Keterlibatan Keluarga Dalam Kegiatan
Kebersihan Lingkungan ... Tabel 48 : Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Dalam Pembuatan
Septictank Ramah Lingkungan ... Tabel 49 : Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Septictank Ramah
(5)
DAFTAR BAGAN
(6)
DAFTAR LAMPIRAN 1. Kuesioner Penelitian
2. Tabel Tunggal
3. Surat Pengajuan Judul Skripsi 4. Surat Izin Penelitian
5. Surat Balasan Izin Penelitian dari Kelurahan Kota Bangun 6. Dokumentasi Penelitian