Respon Penerima Bantuan Program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) oleh Lembaga Kesejahteraan Masyarakat (YAKMI) di Daerah Pinggiran Rel Gaperta Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan
KUESIONER PENELITIAN
No Responden : ... Petunjuk Pengisian.
1. Bacalah setiap pertanyaan dibawah ini dengan cermat sebelum saudara menjawab pertanyaan dengan benar.
2. Berilah tanda silang ( x) atau tanda kurung (O) untuk jawaban yang Saudara anggap benar.
3. Jika ada pertanyaan yang kurang dimengerti atau ragu, tanyakan langsung kepada yang menyebarkan kuesioner.
Dengan Hormat,
Saya yang bernama Paulus Kaka Surbakti, mahasiswa tingkat akhir Departemen
Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU sedang mengadakan penelitian, dalam
rangka menyelesaikan tugas akhir/skripsi. Dengan judul : Respon Penerima
Bantuan Program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) Oleh Lembaga Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Daerah Pinggir Rel Gaperta Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan.
Kuesioner ini merupakan alat pengumpul data yang diperlukan untuk melengkapi penelitian skripsi saya. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati saya mohon kesediaan Saudara/i untuk menjawab pertanyaan yang ada pada kuesioner ini dengan jelas dan lengkap. Atas kesediaannya, saya ucapkan terima kasih.
Salam Hormat,
Peneliti
(2)
2. Tempat Tanggal Lahir : 3. Umur :
4. Jenis Kelamin : 5. Agama :
a. Islam b. Kristen c. Katolik d. Hindu e.Budha 6. Suku :
a. Batak Toba b. Batak Simalungun c. Batak Karo d. Batak Pak-Pak e. Jawa f. Nias g. Lainnya
7. Pendidikan yang terakhir :
a.SD b. SMP c.SMA d.SMK e. S1
8. Anak No :...dari...bersaudara
9. Alasan mengikuti program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) ... ...
2. Respon Penerima Bantuan Program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) Oleh Lembaga Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Daerah Pinggir Rel Gaperta Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan.
(3)
Persepsi
10.Apakah saudara pernah mendengar program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)sebelumnya ?
a. Pernah b. Tidak pernah
11.Dari mana saudara pertama kali mengetahui tentang program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)?
a. YAKMI b. Tetangga
c. Lainnya……….
12.Apakah saudara mengetahui pelaksanaan program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di daerah pinggir rel Gaperta Kecamatan Medan Helvetia?
a. Tahu
b. Kurang tahu c. Tidak tahu
13.Apakah saudara paham akan program pelayanan kesejahteraan sosial anak (PKSA) yang dilaksanakan oleh YAKMI?
a. Paham
b. Kurang paham c. Tidak paham
14.Apakah saudara mengetahui tujuan diadakan program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak(PKSA)?
a. Tahu
b. Kurang tahu c. Tidak tahu
15.Apakah saudara mengetahui manfaat diadakan program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)?
a. tahu
b. kurang tahu c. Tidak tahu
(4)
a. Setuju
b. Kurang setuju c. Tidak setuju
17.Bagaimana tanggapan saudara terhadap pelaksanaan program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) secara umum?
a. Baik
b. Kurang baik c. Tidak baik
18.Apakah menurut saudara program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) membantu dalam peningkatan gizi anak di daerah pinggir rel Gaperta Kecamatan Medan Helvetia?
a. Membantu
b. Kurang membantu c. Tidak membantu
19.Apakah saudara mengharapakan program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak(PKSA) tetap berlanjut di daerah pinggir rel Gaperta Kecamatan Medan Helvetia?
a. Mengharapkan
b. Kurang mengharapkan c. Tidak mengharapkan
20. Menurut anda apakah program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
dalam meningkatkan gizi anak berpengaruh dalam peningkatan gizi anak? a. Berpengaruh
b. Kurang berpengaruh c. Tidak berpengaruh
21. Menurut anda apakah pelaksanaan program PKSA di derah rel kereta api gaperta sesuai dengan kebutuhan masyrakat?
a. sesuai
b. Kurang sesuai c. Tidak sesuai
22. Apakah anda menggunakan bantuan tersebut untuk konsumsi keluarga sendiri?
(5)
Partisipasi
23. Apakah pernah pihak YayasanKesejahteraan Masyarakat Indonesia(YAKMI) mengadakan sosialisasi berkaitan dengan program PKSA dalam meningkatkan gizi anak?
a. Pernah b. Tidak Pernah
24. Pernahkah anda mengikuti sosialisasi berkaitan dengan program PKSA dalam meningkatkan gizi anak?
a. Pernah b. Tidak Pernah
25. Jika pernah mengikuti acara sosialisasi program PKSA berapa kali anda mengikuti nya?
Jawaban: ……….Kali
26. Apakah anda menyediakan kartu tanda penduduk (KTP) anda untuk melengkapi berkas penerimaan bantuan PKSA?
a. Menyediakan b. Tidak menyediakan
27. Apakah anda berpartisipasi dalam pembukaan buku rekening dalam memenuhi syarat penerimaan bantuan PKSA?
a. Berpartisipasi
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Rukminto, Isbandi. 1994. Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan
Sosial : Dasar-dasar pemikiran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Astuti, Dwi. 2004. Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan. Surabaya:UNAIR.
Bungin, Burhan, 2005. Metodologi, Penelitian, Kuantitatif, Ekonomi, dan Kebijakan
Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Edisi Pertama, Cetakan Pertama,
Prenada Media, Jakarta.
Depsos RI. 2008. Pedoman Umum Penanganan Anak yang Memerlukan
Perlindungan Khusus. Jakarta:Depsos RI
Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak. 2011. Pedoman Operasional Kesejahteraan
Sosial Anak. Jakarta: Kementerian Kesejahteraan Sosial Rakyat Indonesia.
Nurdin, Fadhil. 1989. Metode Penelitian bidang Sosial. Bandung: PT. Angkasa
PKPA. 2011. Situasi Anak Jalanan Kota Medan: PKPA
Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Social: PT. Grasindo Monoratana.
Siagian, Matias & Suriadi, Agus. 2012. CRS Persfektif Pekerjaan Sosial. Medan: PT. Grasindo Monoratana.
Silalahi, UIber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung; PT. Refika Aditama.
Subhansyah, Aan Tdkk. Anak Jalanan Di Indonesia. Yogyakarta: YLPS Humana
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta
(7)
Susilowati, Ima dkk. 2003. Pengertian Konvensi Hak anak. Jakarta: PT.Enka Parahiyangan.
Taylor, dkk. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Wadong, Maulana Hasan, 2000. Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan
Anak. Jakarta: Grasindo
Wibhawa, Budhi dkk. 2010. Dasar Dasar Pekerjaan Sosial. Bandung: Widya Padjadjaran.
Sumber Lain:
http://www.fotokita.net/cerita/131964158300_00001181/potret-anak-jalanan oleh Arie Basuki
www.metro.sindonews.com/read/2013/07/25/31/765344/mensos-keselamatan-anak-jalanan- sangat-rentan
(8)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Adapun tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan obyek dan fenomena yang diteliti (Siagian, 2011;52). Dalam hal ini memberikan gambaran tentang bagaimana pelaksanaan Program Kesejahteraan Sosial Anak oleh Yakmi di pingiran rel kereta api Gaperta Kecamatan Medan Helvetia.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di pinggiran rel kereta api Gaperta yang terletak di Kecamatan Medan Helvetia. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian ini karena wilayah tersebut sedang aktif dalam pelaksanaan Program Kesejahteraan Sosial Anak.
3.3 Populasi
Populasi diartikan sebagai sekumpulan obyek, benda, peristiwa atau individu yang akan dikaji dalam suatu penelitian. Berdasarkan pengertian ini dapat dipahami bahwa mengenal populasi termasuk langkah awal dan penting dalam proses penelitian. Secara umum populasi merujuk pada sekumpulan individu atau obyek (Siagian, 2011: 115). Populasi tidak sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek
(9)
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek yang diteliti dari manusia, benda, hewan dan tumbuh-tumbuhan, gejala peristiwa, nilai-nilai atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakter dalam suatu peristiwa (Bungin, 2005 : 35). Secara ideal, satu penelitian harus menyelidiki seluruh elemen populasi jika peneliti bermaksud menggambarkan keseluruhan subjek yang diteliti. Meneliti populasi berarti memperoleh data dari semua elemen populasi (Silalahi 2009:253). Berdasarkan pendapat diatas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak jalanan yang berdomisili di pinggiran rel gaperta Kecamatan Medan Helvetia berjumlah 30 orang anak. Semua populasi diambil datanya, dengan kata lain penulis melakukan penelitian sensus.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Studi Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti melalui penelaah buku, jurnal dan karya tulis lainnya yang ada kaitannya terhadap masalah yang diteliti.
2. Studi Lapangan, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian dengan langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Instrumen penelitian yang digunakan dalam rangka studi lapangan dalam penelitian sosial, yaitu:
a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.
(10)
b. Penyebaran Kuesioner, yaitu kegiatan mengumpul data dengan cara menyebar daftar pertanyaan untuk dijawab responden sehingga peneliti memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian (Siagian, 2011: 206-207).
c. Dokumentasi, yaitu teknik untuk melengkapi data dan informasi yang telah diperoleh sebelumya dari wawancara, kuisioner dan observasi. Dengan teknik ini diperoleh data – data berupa foto – foto, absensi atau dokumen lainnya.
3.5. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian, untuk menganalisis data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan mentabulasi data yang didapat melalui keterangan responden, kemudian dicari frekuensi dan persentasenya. Setelah itu disusun dalam bentuk tabel tunggal dengan menggunakan Skala Likert.
A. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapatan, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Subjek penelitian dihadapkan pada pernyataan positif dan negatif dalam jumlah yang berimbang, dan mereka meminta untuk menyatakan apakah sangat setuju, kurang setuju, atau tidak setuju.
Adapun langkah-langkah analisis yang dilakukan adalah:
a. Pengkodingan, yaitu mengklasifikasi jawaban-jawaban menurut macamnya.
(11)
b. Memberi katagori untuk mengklasifikasikan jawaban sehingga mudah dianalisa serta disimpulkan untuk menjawab masalah yang dikemukakan dalam penelitian.
c. Tabulasi, yaitu menggunakan table tunggal untuk mengetahui jawaban dan skor dari masalah yang diteliti.
Untuk mengetahui apakah hasil dari efektivitas terhadap program tersebut, maka digunakan interval sebagai skala pengukuran.
i= i=
i= =0,66
Untuk mengetahui hasil dari efektivitas pelaksanaan program, maka dapat dilihat dari ketentuan interval sebagai berikut:
1. Nilai 1 sampai dengan 0,33 = positif, yang artinya program tersebut efektif. 2. Nilai 0,33 sampai dengan -0,33 = netral, yang artinya program tersebut netral. 3. Nilai -0,33 sampai dengan -1 = negatif, yang artinya program tersebut tidak
(12)
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Latar Belakang Berdiri Lembaga
Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (Yakmi) merupakan sebuah lembaga kemasyarakatan yang bergerak di bidang usaha
kesejahteraan sosial yang berdiri pada tahun 1997. Yakmi didirikan berdasarkan ide dan prakarsa murni dari pada pekerja sosial profesional sehingga pelayanan lembaga berorientasi pada metodologi profesi pekerja sosial.
Pada tahun 2000, Yakmi telah terdaftar secara hukum dengan akte notaries No.78 / tanggal 28 mei 2000 dan terdaftar pada kantor Dinas Sosial Sumatera Utara No.467.6/17 tanggal 11 januari 2001. Awalnya Yakmi memulai kegiatan yang secara khusus memusatkan perhatian pada pembinaan, pemberdayaan dan perlindungan terhadap anak jalanan melalui model rumah singgah. Selama melakukan kegiatan pendampingan terhadap anak, terutama anak jalanan, Yakmi mengmati bahwa dalam menangani permasalahan yang biasanya dialami anak, khususnya anak jalanan itu adalah permasalahan yang sulit untuk dituntaskan dan perlu melibatkan masyarakat luas untuk memahami permasalahan anak jalanan.
(13)
Sejak berdirinya tahun 1997, Lembaga Yakmi telah menjalankan program, diantaranya : 1. Program pembinaan anak jalanan
2. Program urban street children empowerment and support 3. Program pembinaan anak jalanan (beasiswa dan keterampilan) 4. Pendidikan luar sekolah (PLS) dan Life Skill
5. Program food security and nutrition in Medan Deli dan Medan Labuhan 6. Emergency respons in Aceh Tamiang
7. Child led inisiative for improving nutrition and hygiene practices in primary school (SHN)
8. Program urban street children empowerment and support 9. Save water system
10. Pembentukan lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga (LK3) 11. Asuransi kesejahteraan sosial
(14)
4.2 Struktur Kepengurusan Lembaga
4.3 Keterangan Uraian Kerja
Program Manajer :
1. Bertanggung jawab dalam setiap kegiatan program
2. Mengkoordinir dan memonitor staf dan koordinator dalam pelaksanaan kegiatan 3. Membuat draft dan rencana kerja bersama dengan coordinator dan staff
4. Menghadiri pertemuan yang diadakan lembaga
5. Mengadakan pertemuan bulanan dengan semua staff setiap bulan 6. Membuat kebijakan secara partisipasi dan berkoordinasi dengan atasan 7. Membuat laporan dan evaluasi kegiatan 1x3 bulan ke lembaga
8. Motivator dan membantu pendamping bila mengalami hambata dalam pelaksanaan di lapangan
9. Membuat dan mengajukan program yang inovatif ke lembaga 10. Menerima laporan pelaksanaan kegiatan dari setiap koordinator
Ester Hutabarat, A.KS Direktur
Tina Estheria, Amd Bendahara
Bob Marthias S.St Sekretaris
(15)
11. Mengadakan koordinasi program untuk tingkat kelurahan dan kecamatan 12. Melakukan evaluasi dan pengadaan staff.
Koordinator :
1. Mengkoordinir staff dalam melaksanakan kegiatan pendamping di lapangan 2. Membuat draft dan rencana kerja bersama staff
3. Bertanggung jawab dalam setiap kegiatan yang dilakukan staff
4. Membuat laporan kegiatan setiap satu kali sebulan yang diserahkan kepada program manager
5. Berkoordinasi dengan program manager stiap kegiatan pengembangan kegiatan yang dilakukan
6. Membuat staff mengkoordinir kegiatan
7. Memimpin pertemuan koordinasi denga staff secara berkala 8. Mengadakan koordinasi dengan instansi terkait
9. Mengkoordinir pengiriman atau pembuat laporan 10. Membuat rencana kerja (activity) selama sebulan.
Staff :
1. Membuat rincian dan jadwal pelaksanaan kegiatan selama setiap bulan dan menyerahkan kepada koordinator
2. Memobilisasi masyarakat pada setiap kegiatan 3. Memfasilitasi pertemuan dengan dampingan
(16)
Keuangan dan kasir :
1. Membuat rencana anggaran serta rencana penggunaannya untuk menunjang kelancaran lembaga
2. Menyelenggarakan dan mengkoordinir kegiatan pembukuan sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku
3. Menyusun dan merumuskan anggaran pembiayaan kesekretariatan, personalia, program kgiatan lainnya
4. Melakukan pencatatan penerimaan dan pengeluaran 5. Membuat laporan secara berkala
Administrasi :
1. Melakukan pengaturan, pengelolaan surat menyurat meliputi pemprosesan surat masuk dan surat keluar, penyusunan konsep surat keluar, pengetikan dan pengadaan surat, pengaturan dan administrasi arsip dan pengaturan distribusi surat
2. Melakukan pengumpulan, pencatatan, penyusunan dan pemeliharaan dokumen lembaga, bahan yang berkenaan dengan tata internal dan eksternal lembaga 3. Mengatur penyelenggaraan pendistribusian dokumen dan informasi yang perlu disampaikan kepada seluruh anggota
4. Mengatur pengelolaan perpustakaan Yakmi
5. Melakukan koordinasi dengan badan pelaksanaan lainnya untuk meningkatkan pengelolaan kesekretariatan dalam mengimplementasikan program dan kegiatan 6. Membantu badan pengurus dan direktur eksekutif dalam melakukan aktifitas kesekretariatan dalam rangka pelaksanaan program kegiatan
(17)
4.4 Visi dan Misi Lembaga Yakmi
Visi dari lembaga Yakmi adalah :
“Membangun masyarakat secara khusus perempuan dan anak yang berkualitas serta
berpandangan kedepan menuju kemandirian” Misi dari lembaga Yakmi adalah :
1. Membantu memperbaiki kualitas kesejahteraan perempuan, anak dan keluarganya
2. Meningkatkan sumber daya manusia yang bermutu dengan berbagai program pemberdayaan.
Beberapa program yang dilakukan dalam pendampingan, pembinaan dan pemberdayaan anak jalanan seperti :
a) Penyelenggaraan taman bacaaan di 3 tempat terletak di komunitas Setia Luhur, Komunitas PALMA, sanggar anak.
b) Meningkatkan pendidikan anak melalui tutorial belajar, pemberian beasiswa, membantu anak untuk mendapatkan akses terhadap pendidikan alternative.
(18)
c) Mempersiapkan kemandirian anak melalui program kewirausahaan dan program life skill.
d) Advokasi hak-hak anak (akses kesehatan, pendampingan anak jalanan korban kekerasan, fasilitas belajar anak, dll)
e) Pendampingan terhadap orang tua anak jalanan dengan membentuk kelompok simpan pinjam di komunitas PALMA.
(19)
BAB V ANALISIS DATA
Pada bab ini akan dibahas tentang analisis data dengan menggunakan analisis tabel tunggal dimana data tersebut diperoleh dari hasil penelitian melalui observasi, wawancara dan kuesioner. Dalam hal ini data hasil penelitian diperoleh langsung dari masyarakat di daerah pinggiran rel kereta api Gaperta Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan sebagai respondennya.
Dalam penelitian ini populasi diambil dari seluruh anak jalanan yang berdomisili di pinggiran rel gaperta Kecamatan Medan Helvetia berjumlah 30 orang anak. Semua populasi diambil datanya, dengan kata lain penulis melakukan penelitian sensus. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan cara:
a) Peneliti melakukan penelitian disaat para anak jalan menerima bantuan program peningkatan gizi dari YAKMI
b) Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatangannya. c) Memberikan pengarahan dan menjelaskan tujuan diadakan pengisian angket dan cara-cara pengisian angket tersebut.
d) Menyebarkan angket kepada anak jalanan penerima bantuan dan sekaligus menyampaikan batas waktu untuk pengisian angket selama 30 menit.
e) Peneliti menjelaskan butir-butir soal yang akan diisi oleh anak jalanan penerima bantuan sebagai sumber data.
f) Sesuai dengan waktu yang telah disepakati, peneliti menarik kembali angket yang telah diisi untuk dianalisa dan dipersiapkan untuk pengolahan data.
(20)
Pembahasan data dalam penelitian ini dilakukan penulis dengan membagi dua sub bab, agar penelitian tersebut tersusun secara sistematis, yaitu:
1. Analisis identitas responden, meliputi jenis kelamin, agama, umur, dan pendidikan responden.
2. Analisis data pembahasan, meliputi Respon Penerima Bantuan Program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) Oleh Lembaga Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) Di Daerah Pinggir Rel Gaperta Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan
5.1 Analisis Identitas Responden
Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat daerah pinggir rel Gaperta Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan yang berjumlah 30 orang. Peneliti mengambil seluruh responden yang mengetahui program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) yang berupa pemberian bantuan untuk peningkatan gizi, kemudian diberikan angket untuk mengukur respon masyarakat terhadap program tersebut.
Berikut ini adalah karakteristik umum dari responden yang diklasifikasikan bedasarkan jenis kelamin, agama, umur, dan pendidikan.
5.1.1 Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin tidak menjadi hal yang membedakan seluruh penerima bantuan peningkatan gizi oleh YAKMI. Data distribusi responden berdasarkan jenis kelamin disajikan dalam tabel 5.1 berikut ini:
(21)
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
1 2
Laki-Laki Perempuan
16 14
53 47
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2015
Dalam penelitian ini baik laki-laki atau perempuan dapat dijadikan sampel asalkan mereka menerima bantuan peningkatan gizi yang dilaksanakan oleh YAKMI. Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat kita lihat bahwa jumlah responden laki-laki lebih banyak dibandingkan responden perempuan. Hal ini bisa dilihat dari persentase diatas dimana jumlah persentase responden perempuan sebanyak 14 orang (47%), sedangkan jumlah persentase responden laki-laki sebanyak 16 orang (53%).
5.1.2 Agama
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian mengenai agama responden yaitu seluruh responden menganut agama Kristen Protestan yaitu sejumlah 30 orang (100%). Daerah pinggri rel gaperta merupakan dearah yang masyarakatnya dominan beragama Kristen sehingga seluruh responden beragama keristen. Hasil pengamatan bahwa walaupun mayoritas masyarakat beragama Kristen Protestan, namun kerukunan antar umat beragama tetap terjalin dengan baik dan setiap responden tetap saling menghargai dan menghormati agama lain tanpa diskriminasi. Berdasarkan pengamatan peneliti, terdapat 4 gereja dan 1 mesjid di daerah pinggir rel gaperta.
(22)
usia responden yaitu berusia 0-18 tahun. Data distribusi responden berdasarkan usia/umur disajikan dalam tabel 5.2 berikut ini:
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Usia/Umur
No Usia/Umur Frekuensi Persentase(%)
1 0-6 Tahun 0 0
2 7-12 Tahun 12 40
3 13-18 Tahun 18 60
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2016
Berdasarkan mayoritas usia/umur responden dalam penelitian ini adalah 13-18 Tahun (60%), sedangkan responden yang berusia diantara 7-12 Tahun berjumlah 12 orang responden (40%). Persentase yang ada menunjukan usia responden sesuai dengan kriteria penerima bantuan. Dengan komposisi umur diatas responden diharapkan dapat atau mampu memberikan informasi lebih akurat seperti yang direncanakan dan diharapkan peneliti.
(23)
5.1.4 Pendidikan
Data distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan disajikan dalam tabel 5.3 berikut ini:
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sumber: Kuesioner 2016
Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden berada ditingkat pendidikan SMP sebanyak 17 orang (57%). Sebagian besar responden sudah memiliki tingkat pendidikan yang bisa dikatakan lumayan baik untuk tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan responden ini juga akan mempengaruhi respon mereka terhadap pelaksanaan program tersebut.
5.2 Analisis Kualitatif Responden Terhadap Program PKSA
Dari data yang dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara dapat diketahui respon masyarakat terhadap program PKSA. Analisa terhadap program ini terbagi atas tiga variabel, yaitu persepsi yang terdiri dari pengetahuan dan pemahaman tentang apa, bagaimana, dan manfaat program PKSA. Sikap terdiri dari penilaian dan tanggapan masyarakat tentang program PKSA, dan partisipasi masyarakat yang berisi keterlibatan masyarakat terhadap program PKSA.
No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1 SD 9 30
2 SMP 17 57
3 SMA/SMK 4 13
(24)
5.2.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program PKSA
Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi Masyarakat di daerah pinggir rel kereta api gaperta adalah suatu proses kognitif yang menghasilkan suatu pemahaman tentang program PKSA yang akan disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pernah atau Tidaknya Mendengar Program PKSA Sebelumnya
No Katagori Frekuensi Persentase (%)
1 Pernah 17 57
2 Tidak Pernah 13 43
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2015
Tabel 5.4 diatas menjelaskan pengetahuan responden berdasarkan pernah atau tidaknya mendengar program PKSA sebelumnya. Berdasarkan jawaban responden, sebanyak 17 orang responden (57%) mengetahui tentang adanya pelaksanaan program PKSA sebelumnya. Akan tetapi ada 13 responden (43%) yang menjawab tidak pernah mendengar program PKSA dan belum terlalu mengerti tentang pelaksanaan dan manfaat program PKSA. Adapun yang mengakibatkan responden tidak pernah mendengar tentang program ini diakibatkan oleh responden yang kerap bekerja sebagai pemulung dan jarang memperoleh informasi dari tetangga-tetangga.
”aku setiap pulang sekolah sampe sore bekerja sebagai pemulung, bang. Jadi ga pernah dengar program ini. UjarYabes (12 Tahun)
(25)
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Perolehan Informasi Program PKSA
No Katagori Frekuensi Persentase (%)
1 YAKMI 17 57
2 Tetangga 0 0
3 Tidak Tahu 13 43
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2016
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.5 dapat diketahui sumber informasi yang diperoleh oleh responden mengenai program PKSA. Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa informasi yang paling banyak didapat oleh responden adalah dari YAKMI, hal tersebut dapat dilihat dari 17 orang responden (57%) yang menjawab sumber informasinya adalah YAKMI. Responden banyak mengetahui informasi PKSA dari penyuluhan yang dilakukan oleh YAKMI di daerah pinggir rel kereta api gaperta. Selanjutnya, 13 orang responden (43%) menjawab tidak pernah mendengar program PKSA ini sebelumnya karena mereka sibuk bekerja mencari barang-barang bekas dan mereka juga jarang bersosialisasi dilingkungannya.
(26)
Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Program PKSA No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Tahu 16 53
2 Kurang Tahu 0 0
3 Tidak Tahu 14 47
Jumlah 22 100
Sumber: Kuesioner 2015
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden 16 orang (53%) sudah mengetahui adanya program PKSA. Responden yang mengetahui adanya program PKSA adalah responden yang memperoleh informasi yang cukup dengan rutin menghadiri pengenalan program yang dilakukan oleh YAKMI. Bedasarkan wawancara peneliti kepada salah satu responden yang bernama Daniel (12 Tahun) mengungkapkan bahwa ”saya tahu ada penerimaan bantuan gizi yang
berupa pembagian susu dari YAKMI yang dating kerumah kami”, dan 14 orang sisa dari responden (47%) tidak tahu mengenai program tersebut disebabkan oleh kesibukan pekerjaan memulung dan bersekolah yang membuat mereka tidak dapat mengikuti pengenalan program PKSA untuk pertama kalinya. Wawancara yang dilakukan peneliti kepada Monica Juniati Tarigan (17 Tahun) yang mengatakan bahwa “saya tidak datang ketika sosialisasi tentang program ini karena saya sibuk
(27)
Tabel 5.7
Distribusi Responden Tentang Tujuan Diadakan Program PKSA No Katagori Frekuensi Persentase (%)
1 Tahu 22 73
2 Kurang Tahu 6 20
3 Tidak Tahu 2 7
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2016
Tabel 5.7 diatas menggambarkan pengetahuan responden mengenai tujuan program PKSA. Sebagian besar dari jumlah responden sudah mengetahui apa tujuan dari program PKSA yang dilaksanakan oleh YAKMI. Responden yang tahu mengenai tujuan diadakannya program PKSA didaerah mereka kebanyakan sudah mendengar sosialisasi program tersebut. Sebanyak 22 orang responden (73%) menjawab mengerti akan tujuan dari program ini. 6 orang responden (20%) menjawab kurang tahu dan 2 orang responden (7%) menjawab tidak tahu untuk apa sebenarnya tujuan dari program PKSA dilaksanakan di daerah tempat tinggal mereka. Tujuan dari program PKSA adalah meningkatkan gizi supaya sehat dan
tidak sakit karena kami diberikan susu, bubur kacang hijau, gula merah dan gula putih dari YAKMI” jawab Roki (15 Tahun) mengenai tujuan program PKSA.
(28)
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Diadakan Program PKSA
No Katagori Frekuensi Persentase (%)
1 Tahu 23 77
2 Kurang Tahu 5 16
3 Tidak Tahu 2 7
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2016
Dari tabel 5.8 dapat dilihat bahwa responden sudah banyak yang mengerti apa manfaat program PKSA bagi mereka. Sebanyak 23 orang responden (77%) menjawab tahu apa manfaat diadakannya program PKSA didaerah pinggir rel kereta api gaperta. Menurut Ester Purba (15 Tahun), manfaat dari program PKSA adalah
“semenjak rutin dikasih susu,bubur kacang ijo,gula aku jadi makin sehat bang, jadi semangat belajar disekolah”. Sebanyak 5 orang responden (16%) menjawab kurang tahu akan manfaat diadakan program ini karena para responden jarang mengikuti sosialisasi dan penyuluhan mengenai program PKSA. Sisanya 2 orang responden (7%) menjawab tidak tahu sama sekali mengenai manfaat program ini karena tidak pernah menghadiri sosialisasi yang diadakan oleh YAKMI. Pengetahuan masyarakat mengenai manfaat program ini berpengaruh pula pada keikutsertaan mereka dalam pelaksanaan program. Jika masyarakat semakin tahu mengenai manfaat dari program yang diadakan oleh YAKMI maka masyarakat semakin aktif dan antusias untuk ambil bagian dalam setiap kegiatan program ini.
(29)
5.2.2 Sikap Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program PKSA
Pengukuran berikutnya yang berkenaan dengan respon masyarakat terhadap program PKSA di daerah pinggiran rel kereta api Gaperta adalah melalui sikap masyarakat. Sikap pada dasarnya adalah tendensi kita terhadap sesuatu. Sikap adalah rasa suka/tidak suka kita atas sesuatu. Sikap penting sekali karena ia mempengaruhi tindakan. Perilaku seseorang juga sering ditentukan oleh sikap mereka (Severin&Tankard, 2008:177). Pengukuran suatu program melalui sikap masyarakat dapat melalui beberapa bagian, seperti yang diuraikan pada hasil penelitian berikut.
Tabel 5.9
Distribusi Responden Tentang Setuju atau Tidak Program PKSA dilaksanakan No Katagori Frekuensi Persentase (%)
1 Setuju 27 90
2 Kurang Setuju 3 10
3 Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Kuisioner 2016
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, responden sebagian besar setuju ddiadakannya program PKSA di daerah mereka tinggal karena program ini membantu mereka dalam pemenuhan gizi anak. Sebanyak 27 orang responden (90%) menyatakan setuju dan sisanya sebanyak 3 orang responden (10%) mengatakan kurang setuju diadakan program tersebut. Sebagian besar responden antusias dengan program ini sehingga menjawab setuju diadakan program ini didaerah mereka. Ini merupakan pengungkapan sikap yang baik, yakni karena adanya penilaian warga terhadap suka atau ketidaksukaan serta setuju atau ketidaksetujuan warga terhadap
(30)
program yang dilakukan. Warga pada umumnya akan merasa senang dan terbuka apabila mendapatkan manfaat dari program ini.
Tabel 5.10
Distribusi Mengenai Tanggapan Responden Terhadap Pelaksanaan Program PKSA
No Katagori Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 25 83
2 Kurang Baik 5 17
3 Tidak Baik 0 0
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2016
Secara umum apabila masyarakat daerah pinggir rel kereta api bersikap positif terhadap pelaksanaan program PKSA, maka mereka akan menyukai program dan bersedia untuk terlibat aktif, tetapi jika masyarakat bersifat negatif terhadap program tersebut maka mereka tidak akan menyukai program dan mungkin tidak akan mau terlibat.
Seperti dapat dilihat pada tabel 5.10 diatas, sebanyak 25 orang responden (83%) menganggap pelaksanaan program PKSA sudah baik, seorang responden yaitu Mario Purba (15 Tahun) menjawab: ”Pelaksanaan program PKSA didaerah ini
sudah baik karena YAKMI fokus memberikan bantuan dalam peningkatan gizi”,
namun 5 orang responden (17 tahun) mengatakan bahwa pemberian bantuan dalam bentuk gizi kurang baik karena jumlah gizi yang diberikan(dalam bentuk susu,gula,kacang hijau)kurang banyak.
(31)
Tabel 5.11
Distribusi Responden Tentang Membantu atau Tidak Program PKSA Dalam Meningkatkan Gizi
No Katagori Frekuensi Persentase (%)
1 Membantu 27 90
2 Kurang Membantu 3 10
3 Tidak membantu 0 0
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2016
Tabel 5.11 diatas menjelaskan tentang membantu atau tidaknya program PKSA didaerah mereka, 3 orang responden (10%) menjawab kurang membantu dan
kurang menerima manfaat “kami juga butuh uang buat bantuan pendidikan
sebenarnya bang, engga cukup hanya susu dan gula saja”. Ujar Samuel (13 Tahun) Disisi lain ada juga 27 orang responden (90%) yang menganggap program
ini membantu bagi mereka, “bantuan yang diberikan sama YAKMI sangat membantu
buat kami, kalau ga dari YAKMI pasti kami ga minum susu dan makan makanan yang bergizi secara rutin”, Jelas Rio Rezky Op.Sungguh (13 Tahun) kepada peneliti.
Tabel 5.12
Distribusi Harapan Responden Mengenai Kelanjutan Program PKSA No Katagori Frekuensi Persentase (%)
1 Mengharapkan 26 87
2 Kurang Mengharapkan 3 10
3 Tidak Mengharapkan 1 3
(32)
Berdasarkan tabel 5.12 menyatakan bahwa 26 orang responden (87%) mengharapkan program PKSA tetap berlanjut di daerah mereka karena masyarakat berharap dengan adanya program ini dapat membantu dalam meningkatkan kebutuhan gizi bagi anak-anak didaerah pinggiran rel kereta api. Sebanyak 3 orang responden (10%) menjawab kurang mengharapkan dan 1 orang responden (3%) menjawab tidak mengharapkan program ini karena mereka juga membutuhkan bantuan berupa uang tetapi YAKMI hanya memberikan bantuan berupa susu, kacang hijau, gula merah dan gula putih saja.
Program PKSA merupakan program yang ditujukan kepada masyarakat yang kurang mampu dan bertujuan untuk meningkatkan gizi bagi anak-anak didaerah pinggiran rel kereta api Gaperta Kecamatan Helvetia Kota Medan. Harapan masyarakat agar program ini berlanjut dan masyarakat didaeah pinggiran rel dapat memproleh gizi yang sesuai dengan kebutuhan.
Tabel 5.13
Distribusi Pengaruh Program PKSA Dalam Peningkatan Gizi Anak No Katagori Frekuensi Persentase (%)
1 Berpengaruh 20 67
2 Kurang Berpengaruh 6 20
3 Tidak Berpengaruh 4 13
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2016
Dari hasil kuesioner diperoleh bahwa 20 orang responden (67%) menyatakan bprogram PKSA membawa pengaruh yang baik dalam peningkatan gizi bagi anak didaerah pinggiran rel kereta api. Dengan adanya bantuan yang rutin
(33)
Selain itu 6 orang responden (20%) mengatak program PKSA kurang berpengaruh dalam peningkatan gizi anak, bahkan ada 4 orang responden (13%) menyatakan program ini tidak berpengaruh sama sekali dalam peningkatan gizi.
Tabel 5.14
Distribusi Responden Terhadap Kesesuaian Program Dengan Kebutuhan Masyarakat
No Katagori Frekuensi Persentase (%)
1 Berpengaruh 24 80
2 Kurang Berpengaruh 3 10
3 Tidak Berpengaruh 3 10
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2016
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan mengatakan bahwa sebanyak 24 orang responden (80%) mengatakan bahwa program PKSA melalui peningkatan gizi anak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Faktor ekonomi dan kemiskinan menyebankan orangtua tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi anak-anak secara baik dan tercukupi. Dengan adanya bantuan ini setiap anak-anak memperoleh asupan gizi yang baik melalui pemberian batuan susu dan makanan bergizi lainnya secara teratur dan rutin. Sebanyak 3 orang responden (10%) menjawab program ini kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat bahkan ada 3 orang (10%) menjawab tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Responden mengatakan bahwa bantuan tersebut tidak cukup dan seharusnya ditambahi menjadi lebih banyak jumlahnya.
(34)
Tabel 5.15
Distribusi Pengaruh Program PKSA Dalam Peningkatan Gizi Anak No Katagori Frekuensi Persentase (%)
1 Iya 23 77
2 Tidak 7 23
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2016
Berdasarkan data tabel diatas dijabarkan bahwa sebanyak 23 orang responden (77%) mengatakan bahwa bantuan yang diberikan oleh YAKMI digunakan untuk konsusmsi sendiri. Mereka menjawab bahwa susu dan makanan bergizi lainnya langsung dikonsumsi oleh anak-anak. Sebelumnya anak-anak tidak pernah rutin mengkonsusmsi susu namun setelah ada bantuan ini anak-anak dapat rutin mengkonsumsi susu. namun pada kenyataannya ada sebanyak 7 orang responden (23%) menjawab bahwa bantuan tersebut dijual kepada tetangga dan tidak dikonsumsi secara pribadi. Mereka mengatakan bahwa kesulitan ekonomi yang menyebabkan mereka menjual bantuan tersebut dan mereka merasa tidak terlalu mebutuhkan asupan gizi melaui susu dan makanan lain yang melalui bantuan program dari YAKMI.
5.2.3 Partisipasi Masyarakat Terhadap Program PKSA
Partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses yang ada dalam masyarakat, pemilihan dan pengambilan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan keterlibatan masyarakat dalam
(35)
tersebut sama dengan peran serta. Peran serta merupakan proses komunikasi dua arah yang dilakukan terus menerus guna meningkatkan pengertian masyarakat atas suatu proses dimana masalah-masalah dan kebutuhan lingkungan sedang dianalisa oleh badan yang bertanggung jawab.
Partisipasi masyarakat terhadap program PKSA dapat dilihat dari keterlibatan responden dalam sosialisasi, intensitas menghadiri rapat, dan keterlibatan dalam pelaksanaan program. Hasil penelitian dari partisipasi responden terhadap program PKSA diuraikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.16
Distribusi Responden Tentang Pernah atau Tidaknya Dilaksanakan Sosialisasi Mengenai Program PKSA
No Katagori Frekuensi Persentase (%)
1 Pernah 23 77
2 Tidak Pernah 7 23
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2016
Sebelum program PKSA dilaksanakan di pinggiran rel kereta api Gaperta, Lembaga YAKMI yang telah dipercaya pemerintah melakukan sosialisasi di rumah warga yang sudah ditentukan sebelumnya. Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan gambaran dari program PKSA, seperti apa kegiatan-kegiatan dilaksanakan, dan tujuan dilaksanakannya PKSA itu sendiri. Hasil dari kuesioner menyatakan bahwa 23 orang responden (77%) menjawab YAKMI pernah melakukan sosalisasi di daerah mereka dan sebanyak 7 orang responden (23%) menjawab tidak pernah.
(36)
Tabel 5.17
Distribusi Keaktifan Responden Dalam Menghadiri Kegiatan Sosialisasi Program PKSA
No Katagori Frekuensi Persentase (%)
1 Pernah Hadir 24 80
2 Tidak Pernah Hadir 6 20
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2016
Data diatas merupakan keaktifan responden dalam kedatangan dan keikutsertaan dalam sosialisasi yang dilakukan oleh YAKMI. Dari tabel 5.15 diatas terlihat bahwa 24 orang responden (80%) pernah hadir pada setiap pertemuan sosialisasi tentang program PKSA yang dilakukan oleh YAKMI, sedangkan yang tidak pernah hadir pada setiap pertemuan sosialisasi program PKSA ada sebanyak 6 orang responden (20%). Masyarakat sekitar daerah pinggir rel umumnya bekerja sebagai pemulung, alasan inilah yang menyebabkan 6 orang responden menjawab tidak pernah menghadiri kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh YAKMI. Meskipun ada yang tidak menghadiri kegiatan sosialisasi namun mereka juga menerima bantuan berupa susu, kacang hijau, dan gula karena mereka sesuai criteria yang telah ditentukan oleh YAKMI.
(37)
Tabel 5.18
Distribusi Mengenai Banyaknya Kehadiran Responden Dalam Kegiatan Penyuluhan Program PKSA
No Kategori Frekuensi Persentase
1 Lebih Dari Satu Kali 15 50
2 Sekali 10 33
3 Tidak Hadir 5 17
Jumlah 22 100
Sumber: Kuesioner 2016
Dari hasil kuesioner yang telah disebarkan, tabel 5.14 mengungkapkan ada sebanyak 15 responden (50%) menjawab hadir lebih dari satu kali dalam kegiatan penyuluhan yang diadakan oleh pihak YAKMI. Sedangkan sebanyak 10 orang responden (33%) menyatakan hadir sekali saja dalam kegiatan penyuluhan program PKSA, responden yang hadir sekali saja disebabkan oleh kegiatan sekolah dan kegiatan memulung dijalanan. 5 orang responden (17%) menjawab tidak hadir ke dalam penyuluhan program tersebut karena lebih memilih bekerja dan tidak mau meninggalkan kegiatan memulung dijalanan. Kegiatan penyuluhan program PKSA ini bertujuan agar masyarakat mengetahui tujuan, manfaat dan bagaimana kegiatan ini dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat disekitaran daerah pinggir rel gaperta.
(38)
Tabel 5.19
Distribusi Responden Terhadap Penyediaan KTP No Kategori Frekuensi Persentase
1 Menyediakan 20 67
2 Tidak Menyediakan 10 33
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2016
Kartu Tanda Penduduk (KTP) merupakan salah satu syarat yang tentuk an oleh YAKMI bagi masyarakat sekitaran daerah pinggir rel gaperta agar dapat memperoleh bantuan PKSA. Masyarakat yang berpartisipasi dalam menyediakan KTP aada sebanyak 20 orang responden (67%) sedangkan yang tidak berpartisipasi dalam menyediakan KTP ada sebanyak 10 orang responden 33%). Dalam hasil wawancara mengatakan ada sebagian warga yang tidak mengurus KTP dan tidak memiliki KTP sehingga tidak dapat melengkapi berkas penerimaan bantuan PKSA.
(39)
Tabel 5.20
Distribusi Responden Terhadap Ketersediaan Dalam Pembukaan Rekening No Kategori Frekuensi Persentase
1 Menyediakan 25 83
2 Tidak Menyediakan 5 17
Jumlah 30 100
Sumber: Kuesioner 2016
Pembukaan buku rekening untuk tiap anak merupakan suatu syarat untuk pencairan dana bantuan yang akan dicairkan oleh YAKMI sebagai pelaksana program PKSA. Pembukaan buku rekening anak-anak peserta program dibantu dan dimbimbing oleh pekerja sosial. Setiap anak diwajibkan untuk memiliki buku rekening sebelum dana dicairkan pada sasaran program. Oleh karena itu, ketersediaan peserta program untuk membuka buku rekening sangat diperlukan agar program dapat terlaksana dengan baik.Masyarakat yang berpartisipasi dalam pembukaan buku rekening ada sebanyak 25 orang responden (83%) sedangkan yang tidak berpartisipasi dalam penyediaan buku rekening sebanyak 5 orang responden 17%). Dalam hasil wawancara mengatakan ada sebagian warga yang tidak berpartisipasi dalam pembukaan buku rekening sehingga tidak dapat melengkapi dengan tepat waktu.
(40)
5.3 Analisis Data Kuantitafif Terhadap Program PKSA
Setelah hasil respon penerima bantuan PKSA di daerah pinggir rel kereta api Gaperta terhadap program PKSA telah dianalisis dari kuesioner yang telah dibagikan, maka pada bagian ini variabel yang sama akan dianalisis secara kuantitatif melalui pemberian skor dengan menggunakan skala likert. Pemberian skor data dilakukan mulai dari respon negatif, respon netral, dan respon positif, yakni:
1. Skor Tidak Tahu (negatif) adalah -1 2. Skor Kurang Tahu (netral) adalah 0 3. Skor Tahu (positif) adalah 1
Untuk mendapatkan hasil respon terhadap program PKSA oleh YAKMI, dilakukan melalui pemberian skor berdasarkan tiga variabel yaitu persepsi, sikap, dan partisipasi. Dari jawaban responden yang telah dianalisis kemudian dapat diklasifikasikan apakah persepsi, sikap, dan partisipasinya negatif, netral atau positif dengan menentukan interval kelas seperti yang dijelaskan dibawah ini:
= 0,66
Menentukan katagori respon positif, netral maupun respon negatif dengan adanya nilai batasan sebagai berikut :
a. -1,00 sampai dengan 0,33 = respon negatif b. -0,33 sampai dengan 0,33 = respon netral c. 0,33 sampai dengan 1,00 = respon positif
(41)
5.3.1 Persepsi Penerima Bantuan Peningkatan Gizi Terhadap Program PKSA
Pemberian skor variabel persepsi terhadap program PKSA ini merupakan variabel awal dalam mengukur respon. Hasil skor variabel persepsi (V1) merupakan hasil rata-rata Σ skor variabel persepsi : (hasil jumlah sub variabel dikali jumlah responden). Jumlah sub variabel persepsi ada 5 sub variabel (lihat lampiran). Sehingga rata-rata V1 = Σ skor variabel : ( 5 x 30 ). Untuk mengetahui apakah persepsi masyarakat tersebut termasuk respon positif atau negatif, maka dilakukan analisa dengan memberikan nilai 1 pada respon positif, nilai 0 untuk respon netral, dan nilai -1 untuk respon negatif, lalu dibagi dengan jumlah total responden.
Hasil akhir dapat dilihat apakah persepsi positif atau negatif dengan adanya batasan nilai pada skala likert, yaitu sebagai berikut:
= 51 : (5 x 30 ) = 51 : 150 = 0,34 Keterangan :
Σ skor variabel persepsi = 51
Jumlah sub variabel persepsi = 5
Jumlah responden = 30
Hasil skor variabel persepsi (V1) = 0,34
(Persepsi positif yaitu 0,34 karena berada diantara 0,33 sampai 1)
Berdasarkan hasil skala likert tersebut, dapat diketahui bahwa responden memiliki persepsi positif karena responden telah mengerti
(42)
YAKMI kepada warga daerah pinggiran rel kereta api Gaperta Kecamatan Helvetia Kota Medan.
5.3.2 Sikap Penerima Bantuan Peningkatan Gizi Terhadap Program PKSA
Pemberian skor variabel sikap terhadap program ini merupakan variabel kedua dalam mengukur respon. Hasil skor variabel sikap (V2) merupakan hasil rata-rata Σ skor variabel sikap : (hasil sub variabel sikap dikali jumlah responden). Jumlah sub variabel sikap ada 7 sub variabel (lihat lampiran). Sehingga rata-rata V2 = Σ skor variabel : ( 7 x 30 ). Untuk mengetahui apakah sikap responden tersebut termasuk respon positif atau negatif, maka dilakukan analisa dengan memberikan nilai 1 pada respon positif, nilai 0 untuk respon netral, dan -1 untuk respon negatif, lalu dibagi dengan jumlah total responden.
Hasil akhir dapat dilihat apakah sikap positif atau negatif dengan adanya batasan nilai pada skala likert, yaitu sebagai berikut:
= 146 : ( 7 x 30 )
= 146 : 210
= 0,69
Keterangan:
Σ skor variabel sikap = 146
Jumlah sub variabel sikap = 7
Jumlah responden = 30
Hasil skor variabel sikap (V2) = 0,69
(43)
Berdasarkan hasil skala likert tersebut dapat diketahui bahwa responden memiliki sifat positif karena responden setuju dengan dilaksanakannya program PKSA dan mengharapkan program tersebut tetap berjalan dan bermafaat bagi mereka.
5.3.3 Partisipasi Penerima Bantuan Peningkatan Gizi Terhadap Program PKSA
Pemberian skor variabel partisipasi terhadap program ini merupakan variabel ketiga dalam mengukur respon. Hasil skor variabel partisipasi (V3) merupakan hasil rata-rata Σ skor variabel partisipasi : (hasil sub variabel partisipasi dikali jumlah responden). Jumlah sub variabel partisipasi ada 5 sub variabel (lihat lampiran). Sehingga rata-rata V3 = Σ skor variabel : ( 5 x 30 ). Untuk mengetahui apakah partisipasi responden tersebut termasuk respon positif atau negatif, maka dilakukan analisa dengan memberikan nilai 1 pada respon positif, nilai 0 untuk respon netral, dan -1 untuk respon negatif, lalu dibagi dengan jumlah total responden.
Hasil akhir dapat dilihat apakah partisipasi positif atau negatif dengan adanya batasan nilai pada skala likert, yaitu sebagai berikut:
= 74 : (5 x 30 ) = 74 : 150 = 0,49 Keterangan:
Σ skor variabel sikap = 74
Jumlah sub variabel sikap = 5
(44)
( Sikap positif yaitu 0,49 karena berada diantara 0,33 sampai 1)
Berdasarkan hasil skala likert tersebut dapat diketahui bahwa responden memiliki sifat positif karena responden ikut aktif dalam kegiatan penyuluhan terkait program PKSA di daerah mereka dan ikut berpartisipasi dalam mengumpulkan kelengkapan berkas seperti KTP dan membuka buku rekening.
Jika kuantitatif data dilakukan secara menyeluruh dengan menggunakan skala likert, maka dapat dilihat rata-rata respon secara keseluruhan dari penelitian respon penerima bantuan peningkatan gizi oleh YAKMI Jadi, hasil persepsi + hasil sikap + hasil partisipasi dibagi dengan banyak kelas yaitu:
=
=
= 0,50
Maka hasil keseluruhan antara persepsi, sikap, partisipasi yaitu 0,50. Karena berada diantara 0,33 sampai 1, maka respon penerima bantuan peningkatan gizi adalah positif.
(Jadi, Respon Penerima Bantuan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) adalah positif karena berada diantara diantara 0,33 sampai 1)
(45)
BAB V1 PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran, yang didapat dari hasil penelitian. Kesimpulan yang terdapat di bab ini adalah merupakan hasil yang dicapai dari analisis data dalam penelitian tentang Respon Penerima Bantuan Program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) Oleh Lembaga Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) Didaerah Pinggir Rel Gaperta Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Responden dalam penelitian ini adalah 30 orang yang menerima bantuan peningkatan gizi oleh yayasan YAKMI
6.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa data, dapat disimpulkan bahwa respon terhadap pelaksanaan program PKSA dapat dilihat dari tiga variabel yaitu:
1. Persepsi
Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa respon memiliki persepsi yang positif dengan nilai 0,34 Pengukuran persepsi dilihat dari pengetahuan dan pemahaman responden terhadap program PKSA yang diberikan oleh YAKMI di daerah pinggir rel kereta api gaperta.
2. Sikap
Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa respon memiliki sikap yang positif dengan nilai 0,69. Pengukuran sikap dilihat dari penilaian dan tanggapan responden terhadap program PKSA yang setuju dengan dilaksanakannya program PKSA dan mengharapakan program tersebut dapat tetap berjalan didaerah mereka.
(46)
3. Partisipasi
Berdasarkan hasil analisa data menunjukan responden memiliki partisipasi yang positif dengan nilai 0,49. Dilihat dari keterlibatan dan keaktifan responden yang baik dalam pelaksanaan program PKSA tersebut. Keterlibatan dan keaktifan responden yang baik disebabkan oleh responden yang menginginkan anak-anak didaerah pinggir rel kereta api memiliki asupan gizi yang baik melalui bantuan yang diberikan oleh YAKMI.
Maka hasil dari Respon Penerima Bantuan Program PKSA yang dapat dilihat nilai rata-rata respon masyarakatnya adalah positif dengan nilai 0,50 (berada diantara 0,33 sampai dengan 1)
Pada saat penelitian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa program PKSA oleh YAKMI yang diberikan kepada anak-anak jalanan dipinggiran rel kereta api gaperta bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anak khususnya dalam hal gizi anak. Hal ini sudah tercapai dengan baik dilihat dari respon positif dari masyarakat dalam mengikuti pelaksanaan program yang dibuat oleh YAKMI.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, penulis mengajukan saran yang kiranya dapat menjadi masukan bagi semua pihak yang membutuhkannya, antara lain:
1. Kepada Masyarakat supaya ikut berpartisipasi lebih aktif lagi dalam pelaksanaan program PKSA yang dilaksanakan oleh YAKMI di daerah pinggir rel kereta api Gaperta Kecamatan Helvetia Kota Medan.
(47)
3. Kepada YAKMI kiranya meningkatkan kegiatan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pelaksanaan program PKSA sehingga masyarakat bisa lebih aktif melibatkan diri dalam membantu pelaksanaan program.
(48)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Respon
Respon berasal dari kata response yang berarti jawaban, balasan, atau tanggapan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, respon adalah berupa tanggapan, reaksi, dan jawaban. Respon atau tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami ketika perangsang tidak ada. Respon juga diartikan sebagai tingkah laku atau sikap yang berwujud baik ,sebelum pemahaman mendetil,penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M.Caffe, respon dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Respon Kognitif
Yaitu respon yang berkaitan dengan pengetahuan keterampilan dan informasi dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Teori ini berusaha menjelaskan proses perubahan sikap dengan mencoba memahami pikiran seseorang dalam merespon komunikasi persuasif atau bujukan. Teori respon kognitif memperkirkan bahwa perubahan sikap akan bergantung pada seberapa besar dan apa jenis argumen yang berlawanan yang muncul. Jika pesan ini menimbulkan argumen kontra yang kuat dan efektif, maka kemungkinan besar tidak akan terjadi perubahan sikap. Sebaliknya persuasi dapat dilakukan dengan mengitervensi proses kontra argumen tersebut. Jika seseorang tidak menemukan argumen yang cukup kuat untuk menentang pesan dan dia tidak bisa fokus pada pesan saat mendengarkannya, maka kemungkinan besar dia akan menerima dan mendukung pesan itu (Taylor.Dkk, 2009).
(49)
2. Respon Afektif
Yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan yang disenangi oleh khalayak terhadap sesuatu.
3. Respon Konatif
Yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan atau perbuatan. Secara keseluruhan respon individu atau kelompok dapat dilihat dari tiga tingkatan yaitu persepsi, sikap, dan partisipasi. Jadi berbicara mengenai respon tidak terlepas dari pembahasan persepsi, sikap, dan partisipasi.
A. Persepsi merupakan tindakan penilaian terhadap baik buruknya objek berdasarkan faktor keuntungan dan kerugian yang akan diterima dari adanya objek tersebut. Menurut Morgan, King dan Robinson adalah suatu proses diterimanya suatu rangsangan dengan cara melihat dan mendengar dunia disekitar kita. Dengan kata lain persepsi dapat juga didefenisikan sebagai sesuatu yang dialami manusia (Adi, 2000:105).
B. Sikap merupakan ucapan secara lisan atau pendapat untuk menerima atau menolak objek yang dipersiapkan. Sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu jika ia menghadapi rangsangan. Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan lingkungan atas situasi lain. Sikap yang muncul dapat positif yakni cenderung menyenangi, mendekati, mengaharapkan suatu objek, atau muncul sikap negatif yakni menghindari, membenci suatu objek vb(Adi, 2000:178).
(50)
keterlibatan masyarakat secara aktif dan terorganisasikan dalam seluruh tahapan pembangunan, sejak tahap sosialisasi, persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemahaman, pengendalian, evaluasi. Pendekatan partisipasi bertumpu pada kekuatan masyarakat untuk secara aktif berperan serta dalam pembangunan secara menyeluruh. Partisipasi atau keikutsertaan para pelaku dalam masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan ini akan membawa manfaat dan menciptakan pertumbuhan ekonomi didaerah (Suprapto, 2007:8).
2.2 Anak
2.2.1 Pengertian Anak
Menurut Peraturan Perundang-Undangan tentang Perlindungan dan Kesejahteraan Anak dalam BAB I bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Konvensi Hak Anak (KHA) mendefenisikan “anak” secara umum sebagai manusia yang umurnya belum mencapai 18 tahun, namun diberikan juga pengakuan terhadap batasan umur yang berbeda yang mungkin diterapkan dalam perundangan sosial.
Dalam UUD 1945 pasal 34 ayat 1 dinyatakan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara. Ini merupakan suatu kebijaksanaan pemerintah dan Negara yang dirumuskan kedalam pengertian bahwa usaha mensejahterahkan anak didahulukan dari kebijaksanaan kesejahteraan masyarakat lain.Pengertian anak menurut UUD 1945 memiliki makna bahwa hak-hak yang harus diperoleh anak dari masyarakat bangsa dan Negara harus diprioritaskan karena kepentingan-kepentingan pembangunan bangsa dan Negara harus mendasarkan anak sebagai sumber aspirasi
(51)
bangsa yang kemudian dapat mensejahterahkan masyrakat Indonesia. Kedudukan pasal 34 ayat 1 UUD 1945 mengandung kekhususan bahwa pengelompokan anak-anak yang terkategori sebagai anak-anak terlantar dan kemudian dijadikan objek pembangunan, pembinaan, pemeliharaan dengan tujuan anak-anak Indonesia akan dapat menjalani kehidupan yang layak dari suatu kehidupan yang layak dari suatu kehidupan yang penuh dengan kesejahteraan (Wadong,2000:18).
2.2.2 Kebutuhan Anak
Sebagaimana manusia lainnya, setiap anak memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar yang menuntut untuk dipenuhi sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara sehat dan wajar. Menurut Katz bahwa kebutuhan dasar yang sagat penting bagi anak adalah adanya hubungan orang tua dan anak yang sehat dimana kebutuhan anak, seperti perhatian dan kasih sayang yang berkelanjutan, perlindungan, dorongan, dan pemeliharaaan harus dipenuhi oleh orang tua. Sedangkan Brown dan Swanson mengatakan bahwa kebutuhan umum anak adalah perlindungan (keamanan), kasih saying, pendekatan/perhatian dan kesempatan untuk terlibat dalam pengalaman positif yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan kehidupan mental yang sehat. Sementara itu, Huttman dalam Muhifin(Huraera,2003:3) merinci kebutuhan anak adalah :
1. Kasih sayang orang tua 2. Stabilitas emosional 3. Pengertian dan perhatian 4. Pertumbuhan da kepribadian 5. Dorongan kreatif
(52)
8. Pemenuhan kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal yang sehat dan memadai
9. Aktivitas rekreasional yang konstruktif dan positif 10.Pemeliharaan, perawatan, dan perlindungan
Untuk menjamin pertumbuhan fisiknya, anak membutuhkan makanan yang bergizi, pakaian, sanitasi, dan perawatan kesehatan. Semasa kecil, mereka memerlukan pemeliharaan dan perlindungan dari orang tua sebagai perantara dengan dunia nyata. Untuk menjamin perkembangan psikis dan sosialnya, anak memerlukan kasih sayang, pemahaman, suasana kreatif, stimulasi kreatif, aktualisasi diri, dan pengembangan intelektual. Sejak dini, mereka perlu pendidikan dan sosialisasi dasar, pengajaran tanggung jawab sosial, peran-peran sosial, dan keterampilan dasar agar menjadi warga masyarakat yang bermanfaat.
Kegagalan dalam proses pemenuhan kebutuhan dasar tersebut akan berdampak negative pada pertumbuhan fisik dan perkembangan intelektual, mental, dan sosial anak. Anak bukan saja akan mengalami kerentanan fisik akibat gizi dan kualitas kesehatan yang buruk, melainkan juga mengalami hambatan mental, lemah daya nalar, dan bahkan perilaku-perilaku maladaptive, seperti : autis, nakal, sukar diatur, yang kelak mendorong mereka menjadi manusia”tidak normal, dan perilaku kriminal. Pertumbuhan dan kesejateraan fisik, intelektual, emosional, dan sosial anak akan mengalami hambatan jika :
1. Kekurangan gizi dan tanpa perumahan yang layak 2. Tanpa bimbingan dan asuhan
3. Sakit dan tanpa perawatan medis yang tepat 4. Diperlakukan salah secara fisik
(53)
6. Tidak memperoleh pengalaman normal yang menumbuhkan perasaan dicintai, diinginkan, aman, dan bermartabat
7. Terganggu secara emosional karena pertengkaran keluarga yang terus menerus, perceraian dan mempunyai orang tua yang menderita gangguan/sakit jiwa.
8. Dieksploitasi, bekerja berlebihan, terpengaruh oleh kondisi yang tidak sehat dan demoralisasi.
2.2.3 Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Anak
Model kesejahteraan sosial bagi anak secara umun meliputi tiga bagian : mikro, messo, dan makro. Pada model pelayanan mikro anak dijadikan sasaran utama pelayanan. Anak-anak yang mengalami luka-luka fisik dan psikis segera diberikan pertolongan yang bersifat segera, seperti perawatan medis, konseling atau dalam keadaaan yang sangat membahayakan, anak dipisahkan dari keluarga dari lingkungan yag mengancam kehidupannya.
Sistem pelayanan yang diberikan, baik pada mikro, messo da makro dapat berbentuk pelayanan kelembagaan di mana anak mengalami masalah ditempatkan dalam lembaga (panti). Pelayanan konseling, pendidikan atau rehabilitasi sosial diberikan secara menetap dalam kurun waktu tertentu. Jika pelayanan bersifat non kelembagaan, maka beragam jenis pelayanan diberikan di keluarga atau komunitas dimana anak menetap.
Belakang ini cukup populer sistem pelayanan semi panti yang lebih terbuka dan tidak kaku. Para pekerja sosial menentukan program kegiatan, pendampingan, dan berbagai pelayanan dalam rumah singgah, seperti : rumah terbuka untuk berbagai aktivitas, rumah belajar, rumah persinggahan, rumah keluarga pengganti
(54)
dan pekerja anak terdapat sistem pelayanan yang dikenal dengan nama locational
based services. Pekerja sosial mendatangi pabrik atau lokasi dimana anak berada dan
memanfaatkan sarana yang ada di sekitarnya sebagai media dan sarana pertolongannya. Terdapat tujuh strategi pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak, yaitu :
1. Child Based Services(Layanan berbasis anak).
Strategi ini menempatkan anak sebagai basis penerimaan pelayanan. Anak-anak yang mengalami luka-luka fisik dan psikis perlu segera diberikan pertolongan yang bersifat krisis, baik perawatan medis, konseling, atau dalam keadaan tertentu anak dipisahkan dari keluarga yang mengancam dan membahayakan kehidupannya.
2. Institusional Based Services(Layanan berbasis lembaga)
Anak yang mengalami masalah ditempatkan dalam lembaga/panti. Pelayanan yang diberikan meliputi fasilitas tinggal menetap, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pendidikan dan pelatihan keterampilan, serta program rehabilitasi sosial lainnya.
3. Family Based Services(Layanan berbasis keluarga)
Keluarga dijadikan sasaran dan medium utama pelayanan. Pelayanan ini diarahkan pada pembentukan dan pembinaan keluarga agar memiliki kemampuan ekonomi, psikologis, dan sosial dalam menumbuhkembangkan anak, sehingga mampu memecahkan masalahnya sendiri dan menolak pengaruh negatif yang merugikan dan membahayakan anak. Keluarga sebagai satu kesatuan diperkuat secara utuh dan harmonis dalam memenuhi kebutuhan anak.
(55)
4. Community Based Service(Layanan berbasis masyarakat)
Strategi yang menggunakan masyarakat sebagai pusat penanganan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat agar ikut aktif dalam menangani permasalahan anak. Para pekerja sosial datang secara periodik ke masyarakat untuk merancang da melaksanakan program pengembangan masyarakat, bimbingan dan penyuluhan, terapi sosial, kampanye sosial, aksi sosial, serta penyediaan sarana rekreatif dan pengisian waktu luang.
5. Location Based Services(layanan berbasis lokasi)
Pelayanan yang diberikan di lokasi anak mengalami masalah. Strategi ini biasanya diterapkan pada anak jalanan, anak yang bekerja di jalan dan pekerja anak. Para pekerja sosial mendatangi pabrik atau tempat-tempat dimana anak berada, dan memanfaatkan sarana yang ada disekitarnya sebagai fasilitas da media pertolongan. Untuk anak jalanan dan anak yang bekerja di jalan, strategi ini sering disebut sebagai street based servces (Pelayanan berbasiskan jalanan).
6. Half Way House Services.(layanan semi panti)
Strategi ini disebut juga strategi semi panti yang lebih terbuka dan tidak kaku. Strategi ini dapat berbentuk rumah singgah, rumah terbuka untuk berbagai akivitas, rumah belajar, rumah persinggahan anak dengan keluarganya, rumah keluarga pengganti, atau tempat anak yang mengembangkan subkultur tertentu. Para pekerja sosial menentukan program kegiatan, pendampingan, dan berbagai pelayanan dalam rumah singgah.
(56)
7. State Based Services.(layanan berbasis Negara)
Pelayanan dalam strategi ini bersifat makro dan tidak langsung (macro and indirect services). Para pekerja social mengusahakan situasi dan kondisi yang kondusif bagi terselenggaranya usaha kesejahteraan sosial bagi anak. Perumusan kebijakan kesejahteraan social dan perangkat hukum untuk perlindungan merupakan bentuk program dalam strategi ini.
2.2.4 Anak Jalanan
Defenisi anak jalanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah anak yang berusia 5-18 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan maupun di tempat-tempat umum. Sebagian besar dari anak jalanan bertempat tinggal di pinggiran jalan, dan kolong jembatan, karena tidak mampu menyewa tempat tinggal. Bagitu juga banyak yang membangun rumah kumuh di pinggiran kota untuk dijadikan tempat pemukiman bagi mereka namun tetap mencari penghasilan dari jalanan.
Departemen Sosial Republik Indonesia mendefenisikan, anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan dan ditempat-tempat umum lainnya. Anak jalanan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Berusia antara 5-18 tahun.
2. Melakukan kegiatan atau berkliaran di jalanan. 3. Penampilannya kebanyakan kusam.
4. Pakaiannya tidak terurus. 5. Mobilitasnya tinggi
(57)
street. Pada perkembangannya ada penambahan kategori, yaitu children in the street
atau sering pula disebut dengan children from families of the street.
1. Children on the street yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan yang kuat
dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka dijalanan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti di tanggung tidak dapat diselesaikan oleh kedua orang tuanya.
2. Children of the street yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh dijalanan,
baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi petemuan mereka tidak menentu. Banyak diantara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab, biasanya kekerasan lari atau pergi dari rumah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak-anak pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosial, emosional, fisik maupun seksual. 3. Children in the street atau children from the families of the street yakni
anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Meskipun anak-anak-anak-anak ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing dari satu tempat ke tempat yang lain dengan segala resikonya (http://rumahsinggah-ku.blogspot.com/diakses pada tanggal 04 Februari 2016 pukul 09.00 WIB).
Berdasarkan hasil survei dari Departemen Sosial anak jalanan dikelompokkan kedalam 3 kategori yakni :
1. Anak jalanan yang hidup di jalan dengan kriteria :
(58)
b. Berada di jalan seharian dan meluangkan 8-10 jam untuk bekerja. Sisanya untuk menggelandang dan tidur.
c. Tidak bersekolah lagi.
d. Rata-rata berusia dibawah 14 tahun.
2. Anak jalanan yang bekerja di jalanan dengan kriteria : a. Berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya. b. Berada di jalan 8-16 jam.
c. Bertempat tinggal dengan cara mengontrak sendiri atau bersama teman, orangtua/saudaranya, umunya tinggal didaerah kumuh.
d. Tidak bersekolah lagi.
e. Pekerjaan, penjual koran, pemulung sampah, penyemir sepatu, dan lain-lain. f. Rata-rata usianya di bawah 16 tahun.
3. Anak yang rentan menjadi anak jalanan dengan kriteria : a. Setiap hari bertemu dengan orang tuanya.
b. Berada di jalan 4-6 jam.
c. Tinggal dan tidur bersama orang tua/wali. d. Masih bersekolah.
e. Usianya rata-rata dibawah 14 tahun.
2.2.5 Indikator Anak Jalanan
Adapun Indikator anak jalanan yakni :
1. Usia berkisar antara 6 sampai dengan 18 tahun. 2. Intensitas hubungan dengan keluarga yaitu:
a. berhubungan secara teratur minimal bertemu sekali setiap hari. b. Frekuensi berkomunikasi dengan keluarga sangat kurang
(59)
3. Waktu yang dihabiskan dijalanan lebih dari 4 jam setiap hari. 4. Tempat tinggal :
a. Tinggal bersama orang tua
b. Tinggal berkelompok dengan teman-temannya c. Tidak mempunyai tempat tinggal
5. Tempat anak jalanan sering dijumpai di : pasar, terminal bus, stasiun kereta api, taman-taman kota, daerah lokalisasi WTS, perempatan jalan atau jalan raya, pusat perbelanjaan atau mall, kendaraan umum (pengamen), tempat pembuangan sampah.
6. Aktifitas anak jalanan : menyemir sepatu, mengasong, menjadi calo, menjajakan koran / majalah, mengelap mobil, mencuci kendaraan, menjadi pemulung, pengamen, menjadi kuli angkut, menyewakan payung, menjadi penghubung atau penjual jasa.
7. Sumber dana dalam melakukan kegiatan : modal sendiri, modal kelompok, modal majikan / patron, stimulant / bantuan.
8. Permasalahan : korban eksploitasi seks, rawan kecelakaan lalu lintas, ditangkap petugas, konflik dengan anak lain, terlibat tindakan kriminal, ditolak masyarakat lingkungannya.
9. Kebutuhan anak jalanan : aman dalam keluarga, kasih sayang, bantuan usaha, pendidikan, bimbingan keterampilan, gizi dan kesehatan,hubungan harmonis dengan orang tua keluarga dan masyarakat (Nurdin: 1989).
2.2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Munculnya Anak Jalanan
Secara umum ada 3 penyebab munculnya anak jalanan yaitu : 1. Tingkat Mikro (Immediate Causes)
(60)
Faktor pada tingkat mikro ini yaitu faktor yang berhubungan dengan anak dan keluarganya. Departemen Sosial (2001: 25-26) menjelaskan pula bahwa pada tingkat mikro sebab yang bias diidentifikasi dari anak dan keluarga yang berkaitan tetapi juga berdiri sendiri, yakni:
a. Lari dari keluarga, disuruh bekerja baik karena masih sekolah atau sudah putus, berpetualangan, bermain-main atau diajak teman. b. Sebab dari keluarga adalah terlantar, ketidakmampuan orang tua
menyediakan kebutuhan dasar, ditolak orang tua, salah perawatan atau kekerasan di rumah, kesulitan berhubungan dengan keluarga atau tetangga, terpisah dengan orang tua, sikap-sikap yang salah terhadap anak, keterbatasan merawat anak yang mengakibatkan anak menghadapi masalah fisik, psikologis dan sosial. Hal ini dipengaruhi pula oleh meningkatnya masalah keluarga yang disebabkan oleh kemiskinan pengangguran, perceraian, kawin muda, maupun kekerasan dalam keluarga.
c. Melemahnya keluarga besar, dimana keluarga besar tidak mampu lagi membantu terhadap keluarga-keluarga inti, hal ini diakibatkan oleh pergeseran nilai, kondisi ekonomi, dan kebijakan pembangunan pemerintah.
d. Kesenjangan komunikasi antara orang tua dan anak, dimana orang tua sudah tidak mampu lagi memahami kondisi serta harapan anak-anak, telah menyebabkan anak-anak mencari kebebasan
2. Tingkat Messo (Underlying Causes)
(61)
dapat diidentifikasi meliputi:
a. Pada masyarakat miskin, anak-anak adalah aset untuk membantu peningkatan pendapatan keluarga, anak-anak diajarkan bekerja yang menyebabkan drop
out dari sekolah.
b. Pada masyarakat lain, urbanisasi menjadi menjadi kebiasaan dan anak-anak mengikuti kebiasaan itu.
c. Penolakan masyarakat dan anggapan anak jalanan sebagai calon kriminal. 3. Tingkat Makro (Basic Causes)
Faktor-faktor pen yebab munculnya anak jalanan pada tingkat makro yaitu faktor yang berhubungan dengan struktur makro. Pada tingkat makro (struktur masyarakat), sebab yang dapat diidentifikasi adalah:
a. Ekonomi adalah adanya peluang pekerjaan sektor informal yang tidak terlalu membutuhkan modal keahlian, mereka harus lama di jalanan dan meninggalkan bangku sekolah, ketimpangan desa dan kota yang mendorong urbanisasi. Migrasi dari desa ke kota mencari kerja, yang diakibatkan kesenjangan pembangunan desakota, kemudahan transportasi dan ajakan kerabat, membuat banyak keluarga dari desa pindah ke kota dan sebagian dari mereka terlantar, hal ini mengakibatkan anak-anak mereka terlempar ke jalanan.
b. Penggusuran dan pengusiran keluarga miskin dari tanah/rumah mereka dengan alasan “demi pembangunan”, mereka semakin tidak berdaya dengan kebijakan ekonomi makro pemerintah yang lebih memguntungkan segelintir orang.
(62)
mengalahkan kesempatan belajar. Meningkatnya angka anak putus sekolah karena alasan ekonomi, telah mendorong sebagian anak untuk menjadi pencari kerja dan jalanan mereka jadikan salah satu tempat untuk mendapatkan uang.
d. Belum beragamnya unsur-unsur pemerintah memandang anak jalanan antara sebagai kelompok yang memerlukan perawatan (pendekatan kesejahteraan) dam pendekatan yang menganggap anak jalanan sebagai trouble maker atau pembuat masalah (security approach / pendekatan keamanan).
e. Adanya kesenjangan sistem jaring pengamanan sosial sehingga jaring pengamanan sosial tidak ada ketika keluarga dan anakmenghadapi kesulitan. f. Pembangunan telah mengorbankan ruang bermain bagi anak (lapangan,
taman, dan lahan-lahan kosong). Dampaknya sangat terasa pada daerah-daerah kumuh perkotaan, dimana anak-anak menjadikan jalanan sebagai ajang bermain dan bekerja.
2.2.7 Penanggulangan Anak Jalanan dalam Perspektif Pekerjaan Sosial
Salah satu pemecahan masalah anak jalanan yang logis untuk diterapkan ketika pemerintah dalam kesulitan secara ekonomi, sosial maupun politik, adalah dengan pendekatan masyarakat kesejahteraan (welfare society) yang dikembangkan
di dalam suatu jaringan “social safety net”. Pendekatan ini merupakan pilihan yang
paling tepat.
Pendekatan masyarakat kesejahteraan menganggap bahwa sumber utama pelayanan bagi anggota masyarakat adalah masyarakat itu sendiri di mana mereka hidup. Kekuatan “self-help” adalah unsur utama dalam pendekatan ini. Program diarahkan terutama pada kelompok-kelompok keluarga yang memiliki hubungan
(63)
kegotongroyongan untuk menolong diri mereka sendiri, pada setiap unit kelompok keluarga diperkuat dengan cara meningkatkan “coping capacities” (kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi masalah) dari masing-masing anggota, memperkuat relasi social di antara keluarga, dan memperkuat sumber yang dimiliki. Memperkuat akses mereka terhadap sumber-sumber kesempatan yang dimiliki dan memperkuat akses mereka terhadap kesempatan sumber-sumber serta sumber pelayanan yang ada di dalam masyarakat (khususnya yang di masyarakat lokal). Struktur ekonomi “self-subsistem” menjadi perhatian utama bagi model pengembangan masyarakat dengan pendekatan ini. Program ini dilakukan dengan mengutamakan teknik PRA (Participatory Rural Appraisal). Pendekatan ini dilaksanakan di dalam model penanganan yang dikenal dengan model penanganan
“community based” (penanganan berbasis masyarakat) atau “home based treatment” (penanganan yang dilakukan di rumah/keluarga masing-masing).
Walaupun demikian, pendekatan-pendekatan klinis pun tidak bisa di tinggalkan karena selain persoalan mikro, juga banyak persoalan-persoalan yang perlu ditangani secara khusus. Karenanya, pelayanan-pelayanan kelompok dan perorangan juga masih perlu mendapatkan porsi yang seimbang. Pendekatan klinis seperti ini diterapkan dalam model-model penanganan “street based” yang dilaksanakan di jalanan, pendampingan anak, dan sebagainya. Model “halfway houses” yang kemudian banyak dikenal dengan istilah pelayanan rumah singgah, dan model penanganan “institusional based/center based” atau lebih dikenal dengan pelayanan panti.
Pada model penanganan yang bersifat street based, biasanya lebih banyak diarahkan pada pelayanan advokasi dan pendampingan anak. Sedangkan model
(1)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan kasih-Nya lah saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Respon Penerima Bantuan Program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
oleh Lembaga Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Daerah Pinggir Rel
Gaperta Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan” hingga akhir.
Selama penyusunan skripsi ini, Penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan sehingga mengurangi nilai kesempurnaannya, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman penulis. Maka dengan kerendahan hati, Penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan di masa akan datang.
Banyak elemen yang sangat membantu di dalam penyusunan skripsi saya ini, dan dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Muriyanto Amin, S.sos.,M.si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Hairani Siregar, M.Sp selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Edward, M.S.P., selaku dosen pembimbing yang telah bersedia menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis serta memberi dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan, bimbingan, dan jasa-jasanya hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.
(2)
5. Kak Ester Hutabarat A.ks yang telah mengizinkan peneliti untuk penelitian dan memberikan bantuan selama proses penelitian berlangsung.
6. Kedua Orangtua saya dan kedua saudara saya, yang yang telah mendidik, memberikan motivasi, bantuan moril dan materil selama perkuliahan hingga ke tahap penyelesaian skripsi ini.
7. Sahabat saya dari kecil dan teman teman di kos pasar 6 pelleray yang selalu menemani saya di setiap waktu terima kasih buat Haga, Agi, Ekin, Nikro, Michael,Monta,Elo, Jimmy, bg Steven.
8. Buat Agnes M Panjaitan S.sos, Octavia P D S.sos dan Bomer Farida P S.sos terima kasih buat arahan, bantuan, waktu, tenaga dan pemikirannya selama pembuatan skripsi saya.
9. Thanks buat saudara kandung lain bapak mamak dan lain dunia Oscar yang selalu membantu dalam segala bidang.
10.Kepada teman teman dekat saya dari semester 1 hingga semester akhir ini. Terima kasih buat Rony, Oscar, Wiwik, Astry, Liza, Ruth, Columbus, Randa, Eko, Simon, Nando.
11.Dua teman seperdopinganku Oscar dan Shalita baper yang dari seminar hingga sidang selalu bersama dan selalu memberi semangat .
12.Teman-teman Kessos 2012 yang ga bisa disebutkan satu persatu namanya makasih ya untuk semua informasi nya, bantuanya, semangantnya, dukungannya dalam penyelesaian skripsiku ini. Semangat terus ya dan semoga kita semua sukses kedepannya Amin.
13.Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan, kerja sama dan doanya.
(3)
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan berkat dan rahmat karunianya serta membalas segala kebaikan dengan yang lebih baik lagi. Sungguh penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun, untuk itu sangat diharapkan masukannya. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama bagi kemajuan Ilmu Kesejahteraan Sosial Kedepannya.
Medan, Juni 2016 Penulis,
(4)
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 10
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 10
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 10
1.4 Sistematika Penulisan ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon ... 12
2.2 Anak ... 14
2.2.1 Pengertian Anak ... 14
2.2.2 Kebutuhan Anak ... 15
2.2.3 Pelayanan Kesejahteraan Bagi Anak ... 17
2.2.4 Anak Jalanan ... 20
2.2.5 Indikator Anak Jalanan ... 22
2.2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Munculnya Anak Jalanan ... 23
2.2.7 Penanggulangan Anak Jalanan dalam Perspektif Pekerja Sosial ... 26
2.3 Program Kesejahteraan Sosial Anak ... 28
2.3.1 Pengertian Program ... 28
2.3.2 Pengertian Program Kesejahteraan Sosial Anak ... 28
2.3.3 Tujuan Program Kesejahteraan Sosial Anak ... 29
2.3.4 Sasaran Program Kesejahteraan Sosial Anak ... 29
2.3.5 Kebijakan Program Kesejahteraan Sosial Anak ... 30
(5)
2.3.7 Pendamping Program Kesejahteraan Sosial Anak ... 31
2.4 Kesejahteraan Sosial ... 33
2.5 Kerangka Pemikiran ... 35
2.6 Definisi Konsep dan Definisi Operasional ... 37
2.6.1 Definisi Konsep ... 37
2.6.2 Definisi Operasional ... 38
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 39
3.2 Lokasi Penelitian ... 39
3.3 Populasi ... 39
3.4 Teknik Pengambilan Data... 40
3.5 Teknik Analisa Data ... 41
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Latar Belakang Berdiri Lembaga... 43
4.2 Struktur Kepengurusan Lembaga ... 45
4.3 Keterangan Uraian Kerja... 45
4.4 Visi dan Misi Lembaga Yakmi ... 48
BAB V ANALISIS DATA 5.1 Analisis Identitas Responden ... 51
5.1.1 Jenis Kelamin ... 51
5.1.2 Agama ... 52
5.1.3 Usia/Umur ... 53
5.1.4 Pendidikan ... 54
(6)
5.2.1 Persepsi Masyarakat terhadap Program Pelaksanaan Program PKSA
... 55
5.2.2 Sikap Masyarakat terhadap Pelaksanaan Program PKSA ... 59
5.2.3 Partisipasi Masyarakat terhadap Program PKSA ... 65
5.3 Analisis Data Kuantitatif terhadap Program PKSA ... 71
5.3.1 Persepsi Penerima Bantuan Peningkatan Gizi terhadap Program PKSA ... 72
5.3.2 Sikap Penerima Bantuan Peningkatan Gizi terhadap Program PKSA ... 73
5.3.3 Partisipasi Penerima Bantuan Peningkatan Gizi terhadap Program PKSA... 74
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 76
6.2 Saran ... 77
Daftar Pustaka