Analisis Kinerja Jaringan local Area Network Menggunakan Cisco Packet Tracer pada Satuan Brimob Polisi Daerah Sumatera Utara

(1)

LAMPIRAN I

ILUSTRASI GEDUNG SAT BRIMOB POLDA SUMUT

Gambar 1. Ilustrasi Gedung SAT BRIMOB POLDA SUMUT Mesjid Lapangan Bola G edu ng C B anguna n 1 L ant ai G edu ng B Ka nt or S AT BRI M O B B anguna n 2 L ant ai G edu ng A B anguna n 1 L ant ai Lapangan volly

DEN-A Pos


(2)

LAMPIRAN II

KONFIGURASI ROUTING RIP

Router 1: Router>en Router#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. Router(config)#hostname R1

R1(config)#int fa0/0

R1(config-if)#ip addr 192.168.0.253 255.255.255.0 R1(config-if)#no sh

R1(config-if)#exit R1(config)#int s2/0

R1(config-if)#ip addr 202.91.9.1 255.255.255.252 R1(config-if)#no sh

R1(config-if)#clock rate 2000000 R1(config-if)#exit

R1(config)#router rip

R1(config-router)#net 192.168.0.0 R1(config-router)#net 192.168.3.0 R1(config-router)#net 192.168.5.0 R1(config-router)#net 192.168.10.0 R1(config-router)#net 202.91.9.0 R1(config-router)#exit


(3)

Router 2 : Router>en Router#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. Router(config)#hostname R2

R2(config)#int fa0/0

R2(config-if)#ip addr 192.168.3.253255.255.255.0 R2(config-if)#no sh

R2(config-if)#exit R2(config)#int fa1/0

R2(config-if)#ip addr 192.168.5.253255.255.255.0 R2(config-if)#no sh

R2(config-if)#exit R2(config)#int s2/0

R2(config-if)#ip addr 202.91.9.2 255.255.255.252 R2(config-if)#no sh

R2(config-if)#clock rate 2000000 R2(config-if)#exit

R2(config)#int s3/0

R2(config-if)#ip addr 202.91.9.5 255.255.255.252 R2(config-if)#no sh

R2(config-if)#clock rate 2000000 R2(config-if)#exit

R2(config)#router rip

R2(config-router)#net 192.168.0.0 R2(config-router)#net 192.168.3.0 R2(config-router)#net 192.168.5.0 R2(config-router)#net 192.168.10.0 R2(config-router)#net 202.91.9.0 R2(config-router)#exit


(4)

Router 3 : Router>en Router#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. Router(config)#hostname R3

R3(config)#int fa0/0

R3(config-if)#ip addr 192.168.10.253 255.255.255.0 R3(config-if)#no sh

R3(config-if)#exit R3(config)#int s2/0

R3(config-if)#ip addr 202.91.9.6 255.255.255.252 R3(config-if)#no sh

R3(config-if)#clock rate 2000000 R3(config-if)#exit

R3(config)#int s3/0

R3(config-if)#ip addr 202.91.9.10 255.255.255.252 R3(config-if)#no sh

R3(config-if)#clock rate 2000000 R3(config-if)#exit

R3(config)#router rip

R3(config-router)#net 192.168.0.0 R3(config-router)#net 192.168.3.0 R3(config-router)#net 192.168.5.0 R3(config-router)#net 192.168.10.0 R3(config-router)#net 202.91.9.0 R3(config-router)#exit


(5)

LAMPIRAN III

PRINT SCREEN HASIL SIMULASI RIP

Lampiran III menunjukkan contoh hasil pengujian protokol RIP yang dilakukan pada masing-masing jaringan untuk mendapat nilai parameter delay, packet loss dan throughput.

PAGI (08.00-12.00)

1. Gedung A ke Gedung C (192.168.0.1 ke 192.168.10.10 )

2. Gedung A ke Gedung B lantai 1 (192.168.0.4 ke 192.168.3.1 )

3. Gedung A ke Gedung B lantai 2 ( 192.168.0.5 ke 192.168.5.5 )


(6)

5. Gedung B lantai 1 ke Gedung B lantai 2 (192.168.3.4 ke 192.168.5.8 )

6. Gedung B lantai 2 ke Gedung A (192.168.5.6 ke 192.168.0.6 )

7. Gedung A ke Gedung C (192.168.0.7 ke 192.168.10.9 )

8. Gedung B lntai 1 ke Gedung B lantai 2 (192.168.3.5 ke 192.168.5.2 )


(7)

10.Gedung C ke Gedung B lantai 2 (192.168.10.2 ke 192.168.5.8 )

SIANG (12.00-17.00)

1. Gedung C ke Gedung B lantai 2 (192.168.10.6 ke 192.168.5.4 )

2. Gedung C ke Gedung B lantai 2 (192.168.10.7 ke 192.168.5.8 )

3. Gedung C ke Gedung B lantai 2 (192.168.10.8 ke 192.168.5.2 )


(8)

5. Gedung B lantai 1 ke Gedung A (192.168.5.1 ke 192.168.0.7 )

6. Gedung A ke Gedung B lantai 2 (192.168.0.6 ke 192.168.5.2 )

7. Gedung A ke Gedung B lantai 1 (192.168.0.4 ke 192.168.3.5 )

MALAM (17.00-21.00)


(9)

2. Gedung A ke Gedung C (192.168.5.5 ke 192.168.0.5)


(10)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Syafrizal, Melwin, 2005, Pengantar Jaringan Komputer, Jogja : Andi Offset [2] Hartono, Eddy, 2006, Konsep dan aplikasi pemograman client server dan

sistem terdistribusi. Yogyakarta: Andi Yogyakarta

[3] Anonim. 2008. “BAB II Local Area Network dan layanan”. Repository US pdf

[4] Saiful, Dian. 2013. “Perancangan Jaringan LAN Pada Gedung Perkantoran Dengan Menggunakan Software Cisco Packet Tracer”. Skripsi pada Jurusan TeknikElektro, Universitas Sumatera Utara

(diakses pada tanggal 12 Maret 2016)

[5] Gunawan, Dedi. 2010. Modul CCNA PLUS. Indonesia CCIE Factory. Hal 1-52.

[6] Kun, ahmad. 2009. “Protokol Routing Distance Vector” (diakses tanggal 10April 2016)

[7] Adhikari, J.P,. 2012. Performance Analysis of Protocols RIP and EIGRP. International Journal of Innovative Technology and Exploring Engineering 2(5): 107 - 111.

[8] Singh, J., & Mahajan, R., 2013. Simulation Based Comparative Study Of RIP, OSPF and EIGRP. International Journal of Advanced Research in Computer Science and Software Engineering 3(8): 285 - 288.

[9] Ryan, Nathan Gusti. 2011. “Step By Step Panduan Menggunakan Cisco Packet Tracer5”. (diakses tanggal 13 Mei 2016)

[10] European Telecomunication Standart Institute (ETSI). Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Network (TIPHON).“In General aspects of Quality of Service (QoS) (pp. 24-27)”. France, 1998.


(11)

BAB III

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI JARINGAN

3.1 Diagram Alir Metode Pengambilan Data

Perancangan jaringan dan pengambilan data dilakukan dengan menggunakan simulator Cisco Packet Tracerdan pengujian langsung di lapangan pada SAT BRIMOB POLDA SUMUT. Adapun diagram alir metode pengambilan data yakni seperti Gambar 3.1.

Mulai

Perancangan jaringan LAN SAT BRIMOB POLDA SUMUT dengan Cisco Packet Tracer

Melakukan setting interface setiap perangkat

Setiap interface sudah saling terhubung?

Konfigurasi RIP

Terkoneksi ke setiap PC?

Analisis perbandingan data jaringan LAN di SAT BRIMOB dan LAN menggunakan Cisco Packet Tracer dengan parameter yang sudah ditentukan

Selesai

Ya Melakukan pengujian jaringan pada

SAT BRIMOB POLDA SUMUT

Tampilkan hasil analisa

Ya

Tidak Tidak


(12)

3.2 Pengenalan Software Cisco Packet Tracer

Cisco Packet Traceradalah salah satu aplikasi yang dibuat dan dikembangkan oleh Cisco. Cisco Packet Tracermensimulasikan cara kerja suatu jaringan berdasarkan topologi dan konfigurasi yang diberlakukan oleh penggunanya persis seperti aslinya. Cara untuk mendapatkan software Packet Tracer hanya dengan mengakses website dan mendownload-nya lewat http://www.cisco.com/web/learning/netacad/course_catalog/PacketTracer.html.

Dalam software ini komponen-komponen yang disediakan pada Cisco Packet Tracer sudah lengkap serta simulasi fungsional benar-benar mirip perangkat Cisco sebenarnya sehingga simulator ini sangat akurat sebagai pendekatan implementasi yang nyata. Software Packet Tracer juga berfungsi untuk mengetahui cara kerja pada tiap-tiap alat yang digunakan dalam proses simulasi. Ketika sudah berhasil mendapakan software tersebut, maka akan muncul tampilan jendela awal dari Packet Tracer yang diperlihatkan pada Gambar 3.2 [9].


(13)

Simulator Packet Tracer memiliki beberapa tampilan awal menu utama pada aplikasinya yang memiliki fungsi masing-masing seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.3 [9].

Gambar 3.3 Tampilan Menu Utama Simulator Packet Tracer

Berikut ini fungsi dari masing – masing item yang sudah diberi tanda pada tampilan awal Packet Tracer seperti Gambar 3.3[9]

1. Tampilan Menu

Kolom menu pada bagian atas sebelah kiri ini merupakan bagian yang setiap software-nya berguna sebagai pilihan menu dari sekelompok perintah, diantaranya adalah menu File, Edit, Options, View, Tools, Extensions dan Help. 2. Shortcut

Kolom shortcut memudahkan untuk menjalankan suatu perintah yang diinginkan dengan cepat. Pada bagian ini terdapat shortcut seperti New, Open,


(14)

Save, Print, Activity Wizard, Copy, Paste, Undo, Redo, Zoom In, Zoom Reset, Zoom Out, Drawing Palette dan Custom Device Dialog. Dan pada sisi kanan juga akan ditemukan shortcut Network Information dan Contents.

3. Alat Umum

Bagian ini menyediakan akses yang biasanya menggunakan peralatan workspace. Bagian ini merupakan sebuah perintah, antara lain : memilih (Select), memindahkan tata ruang (Move Layout), menempatkan catatan (Place Note), menghapus (Delete), memeriksa (Inspect), serta menambahkan PDU sederhana dan kompleks (Resize Shape).

4. Logical dan Physical Workspace

Pada bagian ini disediakan dua macam workspace, yaitu Logical dan Physical. Dimana Logical Workspace merupakan tempat untuk membuat sebuah simulasi jaringan komputer. Physical Workspace merupakan tempat untuk memberi suatu dimensi physical ke topologi jaringan komputer. Hal tersebut bisa memberikan pengertian skala dan penempatan suatu jaringan komputer pada suatu lingkungan.

5. Tempat/Area Kerja

Area ini merupakan sebuah tempat dimana akan merencanakan atau membuat sebuah jaringan, mengamati simulasi pada jaringan tersebut serta mengamati beberapa macam informasi dan statistik.

6. Realtime / Simulation

Pada bagian ini tersedia dua fitur yang diantaranya mode Realtime dan mode Simulation. Dimana dalam mode Realtime, jaringan seperti device yang nyata dengan respon yang real-time untuk semua aktivitas jaringan. Dalam mode Simulation, user dapat melihat dan mengendalikan waktu interval, transfer data, serta penyebaran data melalui jaringan yang telah dirancang.


(15)

7. Network Component Box

Bagian ini merupakan tempat dimana untuk memilih alat dan koneksi yang akan digunakan pada workspace untuk membuat sebuah jaringan komputer.Dalam bagian ini juga terdapat dua fitur yaitu pemilihan peralatan dan koneksi serta pemilihan jenis peralatan dan koneksi yang lebih spesifik contohnya jenis penghubung dan jenis kabel.

8. Pemilihan Jenis Alat / Koneksi

Bagian ini merupakan bagian dari kolom tujuh, dimana pada kolom tersebut digunakan untuk memilih sebuah alat yang digunakan dan ditempatkan pada workspace. Alat tersebut antara lain adalah Routers, Switches, Hubs, Wireless Device, Connections, End Devices, Wan Emulation, Custom Made Devices dan Multiuser Connection.

9. Pemilihan Jenis Alat / Koneksi Spesifik

Bagian ini merupakan lanjutan dari bagian diatas, dimana alat koneksi yang telah dipilih akan dibagikan menjadi beberapa jenis-jenisnya secara lebih rinci. Alat dan koneksi yang telah dispesifikasikan tersebutlah yang akan digunakan dalam rancangan atau pembuatan jaringan yang sesuai dengan keinginan.

10. Jendela Informasi Status

Bagian ini merupakan keterangan untuk melihat informasi status dari paket serta untuk mengatur skenario selama berlangsungnya simulasi jaringan yang telah dibuat.

3.3 Perancangan Jaringan

Langkah – langkah awal pengimplementasian dengan menggunakan software Packet Tracer adalah sebagai berikut [9]:

1. Membuat model jaringan dan memilih perangkat yang mendukung protokol yang akan dipakai dan menentukan penghubung antara perangkat.


(16)

2. Mengalokasikan IP untuk port-port perangkat pada jaringan. Setelah langkah-langkah awal dilakukan maka jaringan siap dikonfigurasi dengan routing protokol RIP.

3. Kemudian menganalisis kinerja RIP dengan menggunakan parameter delay, packet loss dan throughput.

3.3.1 Model Jaringan

Realisasi model jaringan yang akan disimulasikan diperlihatkan pada Gambar3.4. Dari gambar model jaringan SATUAN BRIMOB POLDA SUMUTdapat dilihat terdapat empat jaringan yakni gedung A 1lantai,gedung B 2lantai, gedung C 1 lantai, masing-masing membentuk jaringan komputer sendiri. Setiap jaringan memiliki IP address-nya masing-masing dengan kelas yang sama untuk dapat berkomunikasi dan menggunakan switch agar semua PC dapat terhubung.


(17)

3.3.2 Pengalokasian IP Address

Pengalokasian IP address diperlukan untuk mengidentifikasi suatu host pada suatu jaringan, Tabel 3.1 menunjukkan alokasi IP address pada masing-masing lokasi gedung SAT BRIMOB POLDA SUMUT disesuaikan dengan jumlah host yang ada. IP address dibuat dengan cara klik pada perangkat yang ingin diberi IP address, pilih desktop, pilih IP configuration, kemudian masukkan nomor IP address.

Tabel 3.1 Alokasi IP Address pada Gedung

NO Lokasi Jumlah Host Alokasi IP

1. Gedung A 7 192.168.0.1 - 192.168.0.7 2. Gedung B lt 1 7 192.168.3.1 - 192.168.3.7 3. Gedung B lt 2 8 192.168.5.1 - 192.168.0.8 4. Gedung C 10 192.168.10.1 - 192.168.10.10

Pengalokasian IP address selanjutnya dilakukan untuk masing-masing router yang digunakan. Tabel 3.2 menunjukkan alamat IP address untuk interface– interface yang ada pada router dimana setiap jaringan mengunakan. Alokasi IP address dipilih berdasarkan karakteristik dari router dimana pada koneksi interface suatu router ke router lain berada pada subnet mask 255.255.255.252. Pengalokasian IP address dilakukan pada menu yang ditunjukan Gambar 3.5


(18)

Perintah-perintah yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Untuk Fast Ethernet

1. enable

2. configure terminal

3. interface fa 0/0 Misal yang akan di setting adalah fast ethernet 0/0. 4. ip address 192.168.0.253

subnetmask 255.255.255.0 5. no shutdown

6. end

b. Untuk Serial 1. enable

2. configure terminal

3. interface serial 2/0 Misal yang akan di setting adalah serial 2/0 ip route 202.91.9.1

subnetmask 255.255.255.252 4. no shutdown

5. clock rate 2000000 6. end

Tabel 3.2 Alokasi IP Address Pada Interface Router

Router Interface IP Address

Gedung A

Fast Ethernet 0/0 192.168.0.253 Serial 2/0 202.91.9.1

Gedung B

Fast Ethernet 0/0 192.168.3.253 Fast Ethernet 1/0 192.168.5.253

Serial 2/0 202.91.9.2 Serial 3/0 202.91.9.5 Gedung C Fast Ethernet 0/0 192.168.10.253


(19)

3.3.3 Konfigurasi dengan Protokol RIP

Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu jaringan adalah mengkonfigurasi router-router dengan protokol yang telah ditentukan agar dapat berkomunikasi meskipun berada pada jaringan yang berbeda. Masing-masing router akan dikonfigurasi dengan menggunakan protokol RIP. Protokol RIP akan memanajemen tiga jaringan tersebut dan akan menunjukkan kinerjanya.

Adapun cara mengkonfigurasi router dengan protokol RIP pada Packet Tracer yakni dengan mengklik router yang akan mulai dikonfigurasi setelah itu muncul tampilan menu pilih CLI (Command Line Interface). Pada CLI konfigurasi router siap untuk dilakukan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Tampilan Menu CLI

Konfigurasi tiap-tiap router RIP dapat dilihat pada Lampiran II. Berikut ini perintah-perintah yang digunakan pada menu CLI untuk mengkonfigurasi router dengan menggunakan protokol RIP.

Konfigurasi pada R1 : Router# configure terminal Router(config)# router rip


(20)

Router (config-router)# network 202.91.9.0 Router (config-router)# exit

Router#

Setelah masing-masing router telah selesai dikonfigurasi dengan protokol RIP maka untuk memastikan bawa router-router telah saling mengenali satu sama lain, verifikasi dilakukan dengan menggunakan perintah ‘show ip route’ pada IOS command line. Gambar 3.7 adalah hasil eksekusi yang dilakukan pada router R1.

Gambar 3.7 Tampilan Hasil Konfigurasi Protokol RIP

Dari hasil verifikasi yang telah dilakukan dengan perintah ‘show ip route’ kode “C” menunjukkan bahwa router R1 terhubung secara fisik dengan suatu network menggunakan interface tertentu. Sedangkan kode “R” menunjukkan router R1 terhubung ke suatu network dengan menggunakan protokol RIP.


(21)

3.3.4 Pengujian Jaringan

Setelah melewati proses – proses berupa pengaktifan interface, pengalokasian IP, dan pengkonfigurasian routing protokol dengan RIP, maka selanjutnya dilakukan pengujian jaringan dengan Ping test. Ping atau Packet Internet Groper adalah sebuah program utilitas yang digunakan untuk memeriksa konektivitas jaringan. Cara melakukan ping test sebagai berikut[9]:

• klik salah satu PC dari satu gedung

klik menu desktop kemudian pilih command prompt • ketik : ping [ip_address_tujuan]

3.4 Parameter Sistem

Berikut ini parameter yang dapat dihitung terkait dengan analisis kinerja RIP yaitu delay, packet loss, dan throughput.

3.4.1 Delay

Delay adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal ke tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik atau juga waktu proses yang lama.. Persamaan 1 adalah perhitungan delay[10] :

��������� − ���� = ����� �����

����� ����� ���� �������� (1)

Tabel 3.3 Kategori jaringan berdasarkan nilai delay (versi TIPHON) Kategori Besar Delay

Sangat Bagus <150 ms Bagus 150 s/d 300 ms Sedang 300 s/d 450 ms

Buruk >450 ms

3.4.2 Packet Loss

Packet Loss merupakan suatu parameter yang menggambarkan suatu kondisi yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang. Packet Loss dapat


(22)

terjadi karena sejumlah faktor, mencakup penurunan sinyal dalam media jaringan, melebihi batas saturasi jaringan, dan paket yang corrupt yang menolak untuk transit serta kesalahan hardware jaringan.Persamaan 2 perhitungan packet loss[10]:

����������= ����� ���� ������� −����� ������������

����� ���� ���� ������� × 100%(2)

Tabel 3.4 Kategori jaringan berdasarkan nilai packet loss(versi TIPHON) Kategori Packet Loss

Sangat Bagus 0%

Bagus 3%

Sedang 15%

Buruk 25%

3.4.3 Throughput

Throughput adalah kemampuan sebenarnya suatu jaringan dalam melakukan pengiriman data. Biasanya throughput selalu dikaitkan dengan bandwidth. Karena throughput memang bisa disebut juga dengan bandwidth dalam kondisi yang sebenarnya. Bandwidth lebih bersifat fix, sementara throughput sifatnya adalah dinamis tergantung trafik yang sedang terjadi. Persamaan 3 adalah perhitungan Throughput[10]:

�ℎ����ℎ���=����� ℎ����� ������������������ ����������� (���) (���) (3)


(23)

BAB IV

ANALISIS KINERJA

4.1 Umum

Kinerja suatu jaringan sangat bergantung dari routing protokol jaringan yang digunakan. Kebutuhan akan konektivitas yang cepat dapat menunjang terpenuhinya layanan sesuai dengan yang diharapkan pengguna. Sama juga halnya pada jaringan yang berbeda namun tetap ingin saling berbagi paket data dengan nilai waktu tundaan seminimal mungkin serta paket yang diterima sama persis dengan paket yang dikirim.

Pada bab IV dianalisis bagaimana kinerja dari RIP sebagai routing protokol yang diimplementasikan pada kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT dan jaringan ini dirancang menggunakan simulator Cisco Packet Tracer6.2.Parameter yang menjadi bahan analisis adalah delay, packet loss dan throughput. Kemudian untuk melihat seberapa meningkatnya kinerja darirouting protokol RIP pada simulasi Cisco Packet Tracer6.2maka dibandingkan dengan routing protokol RIP keadaan sebenarnya pada kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT

4.2 Hasil Pengujian Simulasi Cisco Packet Tracer

Pengujian pada jaringan dilakukan sebanyak tiga kali dimana dilakukan pada waktu pagi pukul 08.00 - 12.00 WIB , waktu siang pukul 12.00 – 17.00 WIB dan waktu malam pukul 17.00 – 21.00 WIB.

Dari hasil perancangan simulasi menggunakan simulator Cisco Packet Tracer 6.2 maka didapat masing-masing nilai dari parameter delay, packet loss dan throughput.

4.2.1 Delay

Hasil pengujian untuk delay dalam jaringan menggunakan routing protokol RIP dapat dilihat pada lampiran III. Nilai rata-rata delay menurut Cisco Packet Tracer 6.2 diperlihatkan pada Tabel 4.1, Tabel 4.2 dan Tabel 4.3.


(24)

Table 4.1 Pengujian delay pagi (08.00 – 12.00 WIB)

Uji ke- Pengujian Jaringan Total Delay (ms)

Total paket

Delay rata-rata (ms) 1. 192.168.0.1 ke 192.168.10.10 46 100 0,46 2. 192.168.0.4 ke 192.168.3.1 43 100 0,43 3. 192.168.0.5 ke 192.168.5.5 36 96 0,375 4. 192.168.10.1 ke 192.168.0.2 57 100 0,57 5. 192.168.3.4 ke 192.168.5.8 36 94 0,382 6. 192.168.5.6 ke 192.168.0.6 35 98 0,357 7. 192.168.0.7 ke 192.168.10.9 54 100 0,54 8. 192.168.3.5 ke 192.168.5.2 27 96 0,281 9. 192.168.3.3 ke 192.168.10.7 38 100 0,38 10. 192.168.10.2 ke 192.168.5.8 37 98 0,377

Delay rata-rata (ms) 0,415

Grafik 4.1 Pengujian delay pagi

Dari hasil pengujian delay yang secara keseluruhan diperlihatkan pada Tabel 4.1 maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata delay untuk kinerja dari RIP tergolong dalam kategori sangat bagus karena berada dalam kisaran <150 ms.


(25)

Uji ke- Pengujian Jaringan Total Delay (ms) paket Total Delay rata-rata (ms) 1. 192.168.10.6 ke 192.168.5.4 38 98 0,387 2. 192.168.10.7 ke 192.168.5.8 27 100 0,27 3. 192.168.10.8 ke 192.168.5.2 28 98 0,285 4. 192.168.10.10 ke 192.168.5.3 28 98 0,285 5. 192.168.9.1 ke 192.168.0.7 24 100 0,24 6. 192.168.0.6 ke 192.168.9.2 29 99 0,292 7. 192.168.0.4 ke 192.168.0.5 37 100 0,37

Delay rata-rata (ms) 0,30

Grafik 4.2 Pengujian delay siang

Dari hasil pengujian delay yang secara keseluruhan diperlihatkan pada Tabel 4.2 maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata delay untuk kinerja dari RIP tergolong dalam kategori sangat bagus karena berada dalam kisaran <150 ms.


(26)

Tabel 4.3 Pengujian delay malam (17.00 – 21.00 WIB)

Uji ke- Pengujian Jaringan Total Delay (ms)

Total paket

Delay rata-rata (ms) 1. 192.168.3.5 ke 192.168.0.1 28 100 0,28 2. 192.168.5.5 ke 192.168.0.5 24 100 0,24 3. 192.168.10.5 ke 192.168.3.3 37 100 0,37 Delay rata-rata (ms) 0,29

Grafik 4.3 Pengujian delay malam

Dari hasil pengujian delay yang secara keseluruhan diperlihatkan pada Tabel 4.3 maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata delay untuk kinerja dari RIP tergolong dalam kategori sangat bagus karena berada dalam kisaran <150 ms.

Dari hasil simulasi dan pengujian yang dilakukan maka didapat parameter delay keseluruhan yang diperlihatkan pada Tabel 4.4.

Table 4.4Hasil Pengujian Untuk Delay Waktu ( WIB ) Delay (ms)

08.00 – 12.00 0,415

12.00 – 17.00 0,30


(27)

Grafik 4.4 Hasil Pengujian Untuk Delay

Dari hasil pengujian delay yang secara keseluruhan diperlihatkan pada Tabel 4.4, delay yang paling lama terjadi pada pukul 08.00-12.00 WIB yaitu 0,415 ms karena trafik yang padat sedangkan delay pada pukul 12.00-17.00 WIB yaitu 0,30 ms karena trafik mulai renggang dan delay pada pukul 17.00-21.00 WIB yaitu 0,29 karena trafik yang rendah.

4.2.2 Packet Loss

Hasil pengujian packet loss dalam jaringan menggunakan routing RIP dapat dilihat pada lampiran III. Nilai rata-rata packet loss menurut Cisco Packet Tracer 6.2 diperlihatkan pada Tabel 4.5 , Tabel 4.6 dan Tabel 4.7

Tabel 4.5 Pengujian packet loss pagi (08.00 – 12.00 WIB) Uji

ke- Pengujian Jaringan

Jumlah paket dikirim

Jumlah paket diterima

Packet Loss (%) 1. 192.168.0.1 ke 192.168.10.10 100 100 0 2. 192.168.0.4 ke 192.168.3.1 100 100 0 3. 192.168.0.5ke 192.168.5.5 100 96 4 4. 192.168.10.1 ke 192.168.0.2 100 100 0 5. 192.168.3.4 ke 192.168.5.8 100 94 6


(28)

6. 192.168.5.6 ke 192.168.0.6 100 98 2 7. 192.168.0.7 ke 192.168.10.9 100 100 0 8. 192.168.3.5 ke 192.168.5.2 100 96 4 9. 192.168.3.3 ke 192.168.10.7 100 100 0 10. 192.168.10.2 ke 192.168.5.8 100 98 2 Packet Loss rata-rata (%) 1,8

Grafik 4.5 Pengujian packet loss pagi

Dari hasil pengujian packet loss secara keseluruhan diperlihatkan pada Tabel 4.5 maka disimpulkan bahwa rata-rata packet loss untuk kinerja dari RIP tergolong dalam kategori bagus karena berada diantara 0 % – 3 % .

Tabel 4.6 Pengujian packet loss siang (12.00 – 17.00 WIB) Uji

ke- Pengujian Jaringan

Jumlah paket dikirim

Jumlah paket diterima

Packet Loss (%) 1. 192.168.10.6 ke 192.168.5.4 100 98 2 2. 192.168.10.7 ke 192.168.5.8 100 100 0 3. 192.168.10.8 ke 192.168.5.2 100 98 2 4. 192.168.10.10 ke 192.168.5.3 100 98 2 5. 192.168.5.1 ke 192.168.0.7 100 100 0


(29)

6. 192.168.0.6 ke 192.168.5.2 100 99 1 7. 192.168.0.4 ke 192.168.3.5 100 100 0 Packet Loss rata-rata (%) 1

Grafik 4.6 Pengujian Packet Loss siang

Dari hasil pengujian packet loss secara keseluruhan diperlihatkan pada Tabel 4.6 maka disimpulkan bahwa rata-rata packet loss untuk kinerja dari RIP tergolong dalam kategori bagus karena berada diantara 0 % – 3 % .

Tabel 4.7 Pengujian packet loss malam (17.00 – 21.00 WIB) Uji

ke- Pengujian Jaringan

Jumlah paket dikirim

Jumlah paket diterima

Packet Loss (%) 1. 192.168.3.5 ke 192.168.0.1 100 100 0 2. 192.168.5.5 ke 192.168.0.5 100 100 0 3. 192.168.10.5 ke 192.168.3.3 100 100 0 Packet Loss rata-rata (%) 0


(30)

Grafik 4.7 Pengujian packet loss malam

Dari hasil pengujian packet loss secara keseluruhan diperlihatkan pada Tabel 4.7 maka disimpulkan bahwa rata-rata packet loss untuk kinerja dari RIP tergolong dalam kategori sangat bagus karena berada diantara 0%

Dari hasil simulasi dan pengujian yang dilakukan maka didapat parameter packet loss keseluruhan yang diperlihatkan pada Tabel 4.8.

Table 4.8 Hasil Pengujian Untuk Packet Loss

Grafik 4.8 Hasil Pengujian Untuk Packet Loss Waktu ( WIB ) Packet loss (%)

08.00 – 12.00 1,8

12.00 – 17.00 1


(31)

Dari hasil pengujian packet loss secara keseluruhan diperlihatkan pada Tabel 4.8 packet loss yang paling tinggi pada pukul 08.00-12.00 yaitu 1,8 % karena mengalami trafik yang padat sedangkan packet loss pada pukul 12.00-17.00 yaitu 1% karena trafik mulai renggang dan packet loss terendah pada pukul 17.00-21.00 yaitu 0% karena trafik yang rendah.

4.2.3 Throughput

Hasil pengujian untuk throughput menggunakan routing protokol RIP dapat dilihat pada lampiran III. Nilai rata-rata throughput menurut Cisco Packet Tracer 6.2 diperlihatkan pada Tabel 4.9 , Tabel 4.10 dan Tabel 4.11

Tabel 4.9 Pengujian Throughput pagi (08.00 – 12.00 WIB)

Uji

ke- Pengujian Jaringan

Besar data (byte)

Waktu max (ms)

Waktu min (ms)

Throughput (kbps) 1. 192.168.0.1 ke192.168.10.10 256 146 14 1939 2. 192.168.0.4 ke 192.168.3.1 256 173 13 1600 3. 192.168.0.5ke 192.168.5.5 256 143 2 1815 4. 192.168.10.1 ke 192.168.0.2 256 534 5 483 5. 192.168.3.4 ke 192.168.5.8 256 201 1 1200 6. 192.168.5.6 ke 192.168.0.6 256 117 12 2438 7. 192.168.0.7 ke 192.168.10.9 256 548 4 470 8. 192.168.3.5 ke 192.168.5.2 256 98 0 2612 9. 192.168.3.3 ke 192.168.10.7 256 99 5 2723 10. 192.168.10.2 ke 192.168.5.8 256 175 1 1471 Throughput rata- rata (kbps) 1475


(32)

Grafik 4.9 Pengujian Throughput pagi

Dari hasil pengujian throughput secara keseluruhan diperlihatkan pada Tabel 4.9 bahwa rata-rata throughputpada pagi hari diperoleh nilai 1475 kbps .

Tabel 4.10 Pengujian Throughput siang (12.00 – 17.00) Uji

ke- Pengujian Jaringan

Besar data (byte)

Waktu max (ms)

Waktu min (ms)

Throughput (kbps) 1. 192.168.10.6 ke 192.168.5.4 256 956 2 268,34 2. 192.168.10.7 ke 192.168.5.8 256 162 2 1561 3. 192.168.10.8 ke 192.168.5.2 256 98 13 3011,76 4. 192.168.10.10 ke 192.168.5.3 256 97 10 2942,5 5. 192.168.9.1 ke 192.168.0.7 256 82 12 3657,14 6. 192.168.0.6 ke 192.168.9.2 256 93 2 2813,18 7. 192.168.0.4 ke 192.168.0.5 256 141 15 2031,7


(33)

Grafik 4.10 Pengujian Throughput siang

Dari hasil pengujian throughput secara keseluruhan diperlihatkan pada Tabel 4.10 bahwa rata-rata throughputpada siang hari diperoleh nilai 2326,5 kbps.

Table 4.11 Pengujian Throughput malam (17.00 – 21.00) Uji

ke- Pengujian Jaringan

Besar data (byte)

Waktu max (ms)

Waktu min (ms)

Throughput (kbps)

1. 192.168.3.5 ke 192.168.0.1 256 86 15 3605,6

2. 192.168.5.5 ke 192.168.0.5 256 83 11 3555,5

3. 192.168.10.5 ke 192.168.3.3 256 107 14 2752,6

Throughput rata- rata (kbps) 3304,5

Grafik 4.11 Pengujian throughput malam

Dari hasil pengujian throughput secara keseluruhan diperlihatkan pada Tabel 4.11 bahwa rata-rata throughputpada malam hari diperoleh nilai 3304,5 kbps.


(34)

Dari hasil simulasi dan pengujian yang dilakukan maka didapat parameter throughputkeseluruhan yang diperlihatkan pada Tabel 4.12.

Table 4.12 Hasil Pengujian Untuk Throughput Waktu ( WIB ) Throughput (kbps)

08.00 – 12.00 1475

12.00 – 17.00 2326,5 17.00 – 21.00 3304,5

Grafik 4.12 Hasil Pengujian Untuk Throughput

Dari hasil pengujian throughput yang secara keseluruhan diperlihatkan pada Tabel 4.12 dapat dilihat kemampuan jaringan memiliki performa pukul 08.00-12.00 dengan nilai 1475 kbps hal ini disebabkan kepadatan trafik yang lebih sibuk, sedangkan pukul 12.00-17.00 kemampuan jaringan dengan nilai 2326,6 kbps karena trafiknya mulai renggang dan pukul 17.00-21.00 kemampuan jaringan sangat bagus dengan nilai 3304,5 kbps karena trafik yang rendah.

4.2.4 Hasil Analisa data di kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT

Adapun penulis mengambil data dari lapangan, yaitu dari kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT guna membandingkan hasilnya dengan penggunaan simulasi menggunakan Cisco packet tracer 6.2. Data yang diperoleh penulis lampirkan pada lampiran Tugas Akhir ini. Data percobaan pada kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT ditunjukan pada tabel 4.13


(35)

Table 4.13 Data Percobaan Pagi (08.00-12.00 WIB)

4.14 Data Percobaan Siang (12.00-17.00 WIB)

Table 4.15 Data Percobaan Malam (17.00-21.00 WIB)

No Pengujian Jaringan Delay

(ms)

Packet loss (%)

Throughput (kbps) 1. 192.168.1.220 ke 192.168.1.252 0 0 256.000

4.3 Hasil Analisa Data Perbandingan 4.3.1 Delay

Dari data yang diperoleh, dengan menggunakan simulasi Cisco Packet Tracer 6.2 dan pengambilan data langsung pada jaringan LAN di kantor SAT

No Pengujian Jaringan Delay

(ms)

Packet loss (%)

Throughput (kbps) 1. 192.168.1.103 ke 192.168.1.101 0 0 51.200 2. 192.168.1.103 ke 192.168.1.102 0 0 256.000 3. 192.168.1.103 ke 192.168.1.105 0 0 256.000 4. 192.168.1.103 ke 192.168.1.108 0 0 256.000 5. 192.168.1.103 ke 192.168.1.109 0 0 256.000 6. 192.168.1.103 ke 192.168.1.110 0,3 0 2.285,7

Rata rata 0,05 0 179.580,95

No Pengujian Jaringan Delay

(ms)

Packet loss (%)

Throughput (kbps) 1. 192.168.1.103 ke 192.168.1.111 0 0 256.000 2. 192.168.1.103 ke 192.168.1.114 0 0 256.000 3. 192.168.1.145 ke 192.168.1.151 0 0 256.000


(36)

BRIMOB POLDA SUMUT, maka diperoleh data perbandingan delay yang ditunjukan pada Tabel 4.15.

Tabel 4.16 Perbandingan delay pada Cisco Packet Tracer 6.2dan kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT

Waktu ( WIB )

Delay (ms)

Cisco Packet Tracer SAT BRIMOB

08.00 – 12.00 0,415 0,05

12.00 – 17.00 0,30 0

17.00 – 21.00 0,29 0

Rata-rata 0,33 0,016

Grafik 4.13 Perbandingan Delay pada Cisco Packet Tracer 6.2dan kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT

Dari hasil pengujian delay yang secara keseluruhan diperlihatkan pada Grafik 4.13, delay yang paling lama pada kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT terjadi padapukul 08.00-12.00 WIB yaitu 0,05 ms . Hal ini dikarenakan trafik yang padat. Nilai ini akan turun seiring dengan semakin rendahnya trafik jaringan yaitu 0 mspada pukul 12.00-17.00 WIB dan pukul 17.00-21.00 WIB. Begitu juga nilai Delay pada simulasi Ciso Packet Tracer 6.2yang sudah dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Dari hasil kedua percobaan diatas diperoleh nilai rata-rata untuk delay yang terjadi setiap harinya yaitu 0,33 ms untuk percobaan menggunakan


(37)

simulasi Cisco Packet Tracer6.2dan 0,016 ms untuk aplikasi langsung di kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT. Hal ini menunjukan kualitas jaringan LAN pada kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT sangat baik.

4.3.2 Packet Loss

Dari data yang diperoleh, dengan menggunakan simulasi Cisco Packet Tracer 6.2 dan pengambilan data langsung pada jaringan LAN di kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT , maka diperoleh data perbandingan packet loss yang ditunjukan pada Tabel 4.16.

Tabel 4.17 Perbandingan Packet Loss pada Cisco Packet Tracer 6.2dan kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT

Waktu ( WIB )

Packet Loss (%)

Cisco Packet Tracer SAT BRIMOB

08.00 – 12.00 1,8 0

12.00 – 17.00 1 0

17.00 – 21.00 0 0

Rata-rata 0,93 0

Grafik 4.14 Perbandingan Packet loss pada Cisco Packet Tracer 6.2dan kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT

Dari hasil pengujian packet loss secara keseluruhan diperlihatkan pada Grafik 4.14 packet loss untuk pengujian di kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT adalah 0% untuk keseluruhan waktu, berbeda dengan pengujian


(38)

menggunakan simulasi Cisco Packet Tracer 6.2 yang cenderung menurun dikarenakan trafik yang semakin rendah seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya.Dari hasil kedua percobaan diatas diperoleh nilai rata-rata packet loss yang terjadi setiap harinya yaitu 0,93% untuk percobaan menggunakan simulasi Cisco Packet Tracer6.2dan 0% untuk aplikasi langsung di kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT. Hal ini menunjukan bahwa kualitas jaringan LAN pada kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT tergolong sangat baik.

4.3.3 Throghput

Dari data yang diperoleh, dengan menggunakan simulasi Cisco Packet Tracer 6.2 dan pengambilan data langsung pada jaringan LAN di kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT , maka diperoleh data perbandingan throughput yang ditunjukan pada Tabel 4.17

Tabel 4.18 Perbandingan Throughput pada Cisco Packet Tracer 6.2dan kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT

Waktu ( WIB )

Throughput(kbps)

Cisco Packet Tracer SAT BRIMOB

08.00 – 12.00 1475 179.580

12.00 – 17.00 2326,5 256.000

17.00 – 21.00 3304,5 256.000


(39)

Grafik 4.15 Perbandingan Throughput pada Cisco Packet Tracer 6.2dan kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT

Dari hasil pengujian throughput yang secara keseluruhan diperlihatkan pada Grafik 4.15 dapat dilihat kemampuan jaringan kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT memiliki performa yang sangat baik yaitu dengan nilai 179. 580 kbps atau 179 Mbps pada pukul 08.00-12.00 WIB, hal ini disebabkan kepadatan trafik yang lebih sibuk. Sedangkan pukul 12.00-17.00 WIB kemampuan jaringan SAT BRIMOB POLDA SUMUT naik dengan nilai 256.000 kbps atau 256 Mbps diakrenakan trafiknya mulai renggang. Begitu juga pukul 17.00-21.00 WIB kemampuan jaringan sangat bagus dengan nilai 256.000 kbps atau 256 Mbps karena trafik yang rendah. Begitu juga untuk nilai throughput pada simulasi Cisco Packet Tracer 6.2 yang naik apabila trafik semakin rendah seperti yang ditunjukan pada sub bab sebelumnya, namun nilainya tidak sebagus pada kondisi asli dilapangan pada kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT. Dari hasil kedua percobaan diatas ,diperoleh nilai rata-rata throughput yang terjadi setiap hari yaitu 2368,6 kbps untuk percobaan menggunakan simulasi Cisco Packet Tracer dan 230.526,6 kbps untuk aplikasi langsung di kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT. Hal ini menunjukan bahwa kualitas jaringan LAN pada kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT tergolong sangat baik.


(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan simulasi jaringan dan aplikasi langsung di kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT yang telah dilakukan pada Tugas Akhir ini, maka dapat diambil kesimpulan yakni sebagai berikut :

1. Dari hasil pengujian secara keseluruhan diperoleh nilai rata-rata delay yang terjadi setiap hari yaitu 0,33 ms untuk percobaan menggunakan simulasi Cisco Packet Tracer dan 0,016 ms untuk aplikasi langsung di kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT. Hal ini menunjukan kualitas jaringan LAN pada kantor SAT BRIMOP POLDA SUMUT sangat baik.

2. Dari hasil pengujian secara keseluruhan diperoleh nilai rata-rata packet loss yang terjadi setiap hari yaitu 0,93% untuk percobaan menggunakan simulasi Cisco Packet Tracer dan 0% untuk aplikasi langsung di kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT. Hal ini menunjukan bahwa kualitas jaringan LAN pada kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT tergolong sangat baik.

3. Dari hasil pengujian secara keseluruhan diperoleh nilai rata-rata throughput yang terjadi setiap hari yaitu 2368,6 kbps untuk percobaan menggunakan simulasi Cisco Packet Tracer dan 230.526,6 kbps untuk aplikasi langsung di kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT. Hal ini menunjukan bahwa kualitas jaringan LAN pada kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT tergolong sangat baik.


(41)

5.2 Saran

Berdasarkan simulasi jaringan yang telah dilakukan pada Tugas Akhir ini, maka dapat diambil kesimpulan yakni sebagai berikut :

1. Untuk Tugas Akhir selanjutnya dapat dilakukan menggunakan beberapa jenis routing yang lain.


(42)

BAB II

TEORI DASAR

2.1 Pengertian Jaringan Komputer

Jaringan adalah kumpulan dari beberapa perangkat yang terkoneksi oleh sebuah media pengiriman data, mekanisme yang memungkinkan perangkat yang terdistribusi dan penggunanya untuk saling berkomunikasi dan berbagi sumber daya. Suatu perangkat dapat berupa komputer, smartphone, printer, scanner maupun perangkat keras lainnya yang dapat mengirim dan atau menerima data dari perangkat keras lainnya yang terhubung di dalam jaringan. Jaringan komputer bisa juga merupakan dua atau lebih komputer yang saling terkoneksi untuk dapat bisa melakukan suatu pekerjaan organisasi. Dua komputer dikatakan saling terkoneksi apabila keduanya dapat saling bertukar informasi atau data. Jaringan komputer saat ini terdapat beberapa kategori, dimana ada jaringan yang hanya digunakan di dalam satu ruangan sampai jaringan untuk saling bertukar informasi antar gedung ataupun antar kota. Biasanya jaringan-jaringan tersebut saling terkoneksi untuk membentuk jaringan komputer yang lebih besar, dan terhubung dengan internet yang merupakan contoh dari sebuah jaringan yang paling dikenal.

Kebanyakan jaringan sekarang menggunakan processing terdistribusi, dimana sebuah pekerjaan dilakukan dengan dibagi atas beberapa komputer. Di dalam terdapat sebuah mesin utama yang bertanggung jawab atas semua aspek dari sebuah proses, komputer lainnya akan menangani sebuah subnet. Sebuah jaringan bisa dikatakan efektif apabila memenuhi beberapa kriteria. Beberapa diantaranya yang dianggap paling penting adalah performance, reliability, dan security[3].

Performance di sini adalah waktu yang diperlukan sebuah pesan untuk sampai di tempat tujuan dari tempat asal pesan tersebut (transittime) dan waktu yang terpakai pada saat melakukan permintaan sampai permintaan tersebut direspon (response time). Performa dari sebuah jaringan tergantung dari beberapa faktor, diantaranya adalah jumlah pengguna dari jaringan tersebut, media transmisi yang digunakan pada jaringan, kapabilitas dari perangkat keras yang terkoneksi, dan efesiensi dari software jaringan digunakan. Reliability diperlukan agar tingkat


(43)

akurasi dari sebuah jaringan dapat lebih optimal, network reliability dapat diukur dengan frekuensi jaringan yang gagal, waktu yang terpakai oleh sebuah link yang rusak agar kembali bekerja dengan baik.

Sedangkan security (keamanan)diperlukan di dalam sebuah jaringan untuk menjaga data dari akses yang tidak dikenal, mengamankan data dari serangan dan manipulasi, menjaga implementing policies dan prosedur-prosedur untuk mengembalikan data yang hilang [3] .

2.2 Jenis-Jenis Jaringan Komputer

Jenis jaringan berdasarkan jarak terbagi tiga yaitu Local Area Network (LAN), Metropolitan Area Network (MAN) dan Wide Area Network (WAN) [4].

2.2.1Local Area Network(LAN)

Local Area Network (LAN) merupakan suatu jaringan komputer yang menghubungkan suatu komputer dengan komputer lain untuk pemakaian bersamaan dengan jarak yang terbatas. LAN memungkingkan user untuk berbagai akses file yang sama dan membentuk komunikasi internal serta pemakaian bersama perangkat elektronik seperti printer dan scan sehingga lebih efisien. Gambar 2.1 merupakan topologi jaringan LAN [4].


(44)

Setiap personal computer (PC) yang menggunakan LAN membutuhkan Network interface Card (NIC). Card ini berfungsi untuk memindahkan data dari PC ke jaringan dan jaringan ke PC. Ukuran LAN dapat ditentukan dengan pembatasan jumlah user per software, atu dengan pembatasan jumlah pengguna untuk mengakses sistem operasi. Selain ukuran, LAN dibedakan dari jenis jaringan lainnya oleh media transmisi dan topologi, secara umum, LAN tertentu akan menggunakan hanya satu media transmsi. Dan secara khusus, LAN memiliki jangkauan kecepatan data sebesar 4-16 Mbps, akan tetapi sangat umum untuk LAN untuk memilik kecepatan data sebesar 100 Mbps.

Biasanya, LAN menggunakan pendekatan jaringan broadcast lebih dari pada pendekatan switching. Dengan broadcast communication network, tidak ada node-node penengah padamasing-masing station terdapat sebuah transmiter/receiver yangmenghubungkan media dengan station lain. Sebuah transmisi dari suatu station disiarkan dan diterima oleh semua station-station lain.Data biasanya ditransmisikan dalam bentuk paket.

2.2.2 Metropolitan Area Network (MAN)

Metropoloitan Area Network (MAN) adalah jaringan dengan ukuran berada di antara LAN dan WAN. MAN dapat mencakup kantor-kantor perusahaan yang letaknya berdekatan atau juga antar kota dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan pribadi (swasta) atau umum.

MAN mampu menunjang data dan suara, bahkan dapat berhubungan dengan jaringan televisi kabel. MAN adalah suatu rangkaian geografi yang luas gabungan dari beberapa LAN dan WAN pada suatu lokasi kepada satu LAN dan WAN pada lokasi yang lain dengan penyambungakn kepada backbone yang dijalankan oleh standar telekomunikasi Jaringan MAN mampu mencapai antara 10 hingga 50 km.

Keunggulan dari MAN itu sendiri, MAN dapat mentransfer data dengan berkecepatan tinggi, yang dapat menghubungkan berbagai lokasi contoh seperti kampus, perkantoran, pemerintahan dan sebagai transaksi yang real time. Kerugian


(45)

dari MAN itu sendiri biaya operasi mahal, rumitnya jika terjadi trouble jaringan (network trouble shooting).Gambar 2.2 merupakan topologi jaringan MAN [4].

Gambar 2.2 Topologi jaringan MAN

2.2.3 Wide Area Network (WAN)

Wide Area Network (WAN) merupakan jaringan komputer jarak jauh untuk transmisi data, gambar, audio dan informasi video melalui area geografis yang besar yang mungkin terdiri dari suatu negara, sebuah benua, atau bahkan seluruh dunia. Gambar 2.3 merupakan topologi jaringan WAN [4].


(46)

Biasanya, WAN diimplementasikan menggunakan satu dari dua teknologi iniCircuit Switching dan Packet switching.Circuit Switching merupakan jalur komunikasi yang tepat di bangun diantara dua station melewati node atau persimpangan jaringan. Jalur yang dimaksud adalah suatu rangkain jaringan fisik yang terhubung diantara node. Pada masing-masing jaringan, suatu logical channel dimasukkan kedalam proses koneksi ini. Data yang dikirimkan oleh sumber station ditransmisikan sepanjang jalur yang tepat secara mungkin. Pada setiap node, data yang masuk diarahkan atau dialihkan ke channel keluar yang tepat tanpa mengalami penundaaan sama sekali. Contoh yang paling umum dalam hal circuit switching adalah jaringan telepon.

Untuk jaringan packet switching menggunakan pendekatan yang berbeda. Dalam hal ini, tidak perlu menggunakan kapasitas transmisi sepanjang jalur melewati jaringan. Cukup dengan data dikirim keluar dengan menggunakan rangkaian potongan-potongan kecil secara berurutan, yang disebut packet. Masing-masing packet melewati jaringan dari suatu node ke node yang lain sepanjang jalur yang membentang dari sumber ke tujuan pada setiap node, seluruh packet diterima, disimpan dengcan cepat, dan ditransimisikan kenode berikutnya. Jaringan packet switching umumnya dipergunakan untuk komunikasi dari terminal ke komputer dan komputer ke komputer [4].

2.3 TopologiJaringan

Topologi jaringan merupakan tampilan fisik jaringan yang menggambarkan penempatan komputer-komputer di dalam jaringan dan bagaimana kabel ditarik untuk menghubungkan komputer-komputer tersebut. Berikut adalah jenis-jenis topologi jaringan [4].

2.3.1 Topologi Bus

Topologi ini merupakan bentangan satu kabel yang kedua ujungnya ditutup, dimana sepanjang kabel terdapat node-node.Topologi bus menggunakan sebuah kabel backbone dan semua host terhubung langsung pada kabel tersebut [4]. Karakteristik topologi bus :


(47)

Node dihubungkan secara serial sepanjang kabel dan pada kedua ujung kabel ditutup dengan terminator.

• Sangat sederhana dalam instalasi dan biaya lebih murah.

Apabila salah satu node rusak, maka keseluruhan jaringan akan lambat, sehingga node tidak berkomunikasi dalam jaringan [4].

Topologi Bus ditunjukkan pada Gambar 2.4

Gambar 2.4 Topologi Bus 2.3.2 TopologiRing

Topologi jaringan yang berupa lingkaran tertutup yang berisi node-node. Signal mengalir dalam dua arah sehingga dapat menghindarkan terjadinya collision, sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan data yang sangat cepat. Topologi Ring ditunjukkan pada Gambar 2.5

Semua komputer saling tersambung membentuk lingkaran (seperti bus tetapi ujung-ujung bus disambung). Data yang dikirim diberi address tujuan sehingga dapat menuju komputer yang dituju. Tiap komputer dapat diberi repeater(transceiver) yang berfungsi sebagai:

Listen State

Tiap bit dikirim kembali dengan mengalami delay waktu.

Transmit State

Bila bit yang berasal dari paket lebih besar dari ring maka repeater akan mengembalikan ke pengirim. Bila terdapat beberapa paket dalam


(48)

ring,repeater yang tengah memancarkan, menerima bit dari paket yang tidak dikirimnya harus menampung dan memancarkan kembali.

Bypass State

Berfungsi untuk menghilangkan delay waktu dari stasiun yang tidak aktif. Karakteristik topologi ring:

Node dihubungkan secara serial disepanjang kabel dengan bentuk sepertilingkaran.

• Sangat sederhana

• Tipe kabel biasanya kabel UTP

• Paket data dapat mengalir dalam suatu arah (kiri atau kanan)

Penggunaan sambungan point to point membuat transmission error dapat diperkecil.

Jika salah satu node rusak maka seluruh node tidak bisa berkomunikasi dalam jaringan.

• Data yang dikirim bila melalui banyak komputer, transfer data menjadi lambat [4].

Gambar 2.5 Topologi Ring

2.3.3 Topologi Star

Topologi star menghubungkan semua komputer pada central atau kosentrator, Biasanya konsentrator adalah sebuah perangkat untuk menyatukan


(49)

kabel – kabel network dari tiap workstasion, server atau perangkat lainnya [4]. Karakterisitik topologi star :

Setiap node berkomunikasi langsung dengan hub

• Tipe kabel yang digunakan biasanya jenis UTP

User dapat lebih banyak dibanding topologi bus, maupun ring.

Akses ke station lain (client atau server) cepat.

Dapat menerima workstation baru selama port di centralnode (hub/switch) tersedia.

Bila setiap paket data yang masuk ke hub dibroadcast ke seluruh node yang terhubung sangat banyak (misalnya memakai hub 32 port), maka kinerja akan semakin turun.

Jika salah satu Ethernet card rusak, atau salah satu kabel pada terminal putus, maka keseluruhan jaringan masih tetap berkomunikasi tanpa adanya gangguan.

Topologi Star ditunjukkan pada Gambar 2.6

Gambar 2.6 Topologi Star

2.3.4 Topologi Mesh

Topologi Mesh menghubungkan setiap komputer secara point-to-point artinya semua komputer akan saling terhubung satu-satu sehingga tidak akan dijumpai link yang putus. Topologi ini juga biasanya digunakan pada lokasi yang kritis seperti instalasi nuklir [4]. Karakteristik topologi mesh :


(50)

Pada topologi mesh tiap komputer yang terhubung langsung dengan komputer lain (peer to peer).

• Setiap komputer mempunyai jalur sendiri-sendri dengan komputer lain.

Kerugian dari penggunaan topologi ini adalah menggunakan ethernet dan kabel yang banyak sehingga dibutuhkan biaya yang banyak.

• Dari pengguna topologi ini adalah apabila ada salah satu jalur pada komputer putus, makan komputer tersebut masih dapat berhubungan dengan jalur yang lain.

Topologi Mesh ditunjukkan pada Gambar 2.7

Gambar 2.7 Topologi Mesh

2.3.5 Topologi Tree

Topologi Tree merupakan kombinasi karakteristik antara topologi star dan topologi bus. Topologi terdiri atas kumpulan topologi star yang dihubungkan dalam satu topologi bus sebagai backbone, komputer-komputer dihubungkan ke hub, sedangkan hub lain dihubungkan sebagai jalur backbone yang mempunyai topogibus[4]. Topologi Tree ditunjukkan pada Gambar 2.8


(51)

Gambar 2.8 TopologiTree Karakteristik topologi tree :

• Lebih mudah dikembangkan

Jika terjadi kerusakan pada dalah satu node, maka hirarki di bawahnya juga akan mengalami kerusakan.

2.4 Perangkat Jaringan

Perangkat jaringan adalah semua komputer , peripheral, interface card dan perangakat tambahan yang terhubung ke dalam sutu sistem jaringan komputer untuk melakukan komunikasi data.

Membangun suatu jaringan, baik itu bersifat LAN (Local Area Network) maupun WAN (Wide Area Network), kita membutuhkan media baik hardware maupun software. Beberapa media hardware yang penting didalam membangun suatu jaringan, seperti: kabel atau perangkat Wi-Fi, ethernet card, hub atau switch, repeater, bridge atau router, dll. Berikut adalah penjelasan masing-masing perangkat [4].

2.4.1 Server

Server merupakan pusat kontrol dari jaringan komputer. Biasanyaberupa komputer berkecepatan tinggi dengan kapasitas RAM yang besar dan memiliki spacehardisk cukup besar pula. Sistemoperasi yang digunakan merupakan sistem operasi khusus yangdapat memberikan berbagai layanan bagi workstation[4].


(52)

2.4.2 Workstation

Semua komputer yang terhubung dengan jaringan dapat dikatansebagai workstation. Komputer ini yang melakukan akses ke serverguna mendapat layanan yang telah disediakan oleh server[4].

2.4.3 Network Interface Card (NIC)

NIC sering disebut Ethernet Card, digunakan untuk menghubungkan sebuah komputer ke jaringannya. NIC memberikan suatu koneksi fisik antara kabel jaringan dengan bus internal komputer [4].Modul Network Interface Card (NIC) ditunjukkan pada Gambar 2.9

Gambar 2.9 Modul Network Interface Card (NIC)

2.4.4 HUB

Alat ini disebut juga reapeater hub merupakan komponen jaringan yang digunakan di dalam jaringan 10Mbps tradisional untuk menghubungkan komputer-komputer dalam jaringan skala kecil (LAN). Pada perangkat hub, semua anggota jaringan yang terhubung dengan perangakat ini melakukan transmisi data pada jaringan (collision domain). Ini berarti, jika lebih dari satu komputer mengirim data ke jaringan secara bersamaan, maka tidak satupun komputer yang dapat memanfaatkan 100% bandwidth jaringan yang tersedia [4]. HUB ditunjukan pada Gambar 2.10


(53)

Gambar 2.10 HUB 2.4.5 Switch

Switch adalah device sederhana yang juga berfungsi untukmenghubungkan multiple komputer. Switch memang identikdengan hub, tetapi switch lebih cerdas dan memiliki performatinggi dibanding hub.Secara tipikal berikut kelebihan dari switch :

• Mampu menginspeksi paket-paket data yang mereka terima

• Mampu menentukan sumber dan tujuan paket yang melaluinya

Mampu mem-forward paket-paket dengan tepat.

Switch terbagi menjadi dua tipe utama; switch layer-2 dan layer-3.Switch layer-2 bekerja pada layer datalink model OSI danberdasarkan teknologi bridging.Switch tipe ini membangun koneksilogika antar port berdasarkan pada alamar MAC.Switch layer-3 beroperasi pada layer-3 dari OSI model danberdasarkan teknologi routing. Switch seperti ini membangunkoneksi logika antar port berdasarkan alamat jaringan. Switch-switch ini dapat digunakan untuk menghubungkan jaringan-jaringan yang berbeda dalam suatu internetwork. Switch ini kadang disebut switch routing atau switch multilayer[4].Switch ditunjukkan pada Gambar 2.11


(54)

Gambar 2.11 Switch 2.4.6 Router

Router adalah perangkat jaringan yang digunakan untuk menghubungkan satu jaringan dengan jaringan lainnya untuk mendapatkan route (jalur) terbaik. Router dapat memperkuat sinyal, mengkonsentrasikan beberapa koneksi, melakukan konversi format transmisi data, dan mengatur transfer data. Selain itu router juga bisa melakukan koneksi ke WAN sehingga dapat menghubungkan LAN yang terpisah jauh. Router bekerja pada layer network dari model OSI untuk memindahkan paket-paket antar jaringan menggunakan alamat logikanya. Router memliki table routing yang melakukan pencatatan terhadap semua alamat jaringan yang diketahui dan lintasan yang mungkin dilalui serta waktu tempuhnya.

Router bertugas melakukan routing paket data dari souce ke destination pada LAN, dan menyediakan koneksi ke WAN. Dalam lingkungan LAN, router membatasi broadcast domain, menyediakan layanan Local address resolution seperti ARP (Address Resolution Protocol) dan RARP (Reverse Address Resolution Protocol). Dan membagi network dengan menggunakan struktur subnetwork[4].Router ditunjukkan pada Gambar 2.12


(55)

2.5 Internet Protokol Versi 4 (IPv4)

IP Address merupakan pengenal yang digunakan untuk memberi alamat pada tiap-tiap komputerdalam jaringan. Format IP address adalah bilangan 32 bit yang tiap 8 bit-nya dipisahkan oleh tandatitik. Adapun format IP Address dapat berupa bentuk‘biner’ (xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx dengan x merupakan bilangan biner 0 atau 1). Ataudengan bentuk empat bilangan desimal yang masing-masing dipisahkan oleh titik, bentuk ini dikenaldengan ‘dotted decimal’ (xxx.xxx.xxx.xxx adapun xxx merupakan nilai dari 1 oktet yang berasal dari8 bit).Dikenal dua cara pembagian IP Address, yakni: classfull dan classless addressing[5].

2.5.1 Classfull Addressing

Classfullmerupakan metode pembagian IP address berdasarkan kelas, dimana IP address (yangberjumlah sekitar 4 milyar) dibagi kedalam lima kelas yaitu [5] :

Kelas A

Format : 0nnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh.hhhhhhhh Bit pertama : 0

Panjang NetID : 8 bit Panjang HostID: 24 bit Byte pertama : 0-127

Jumlah : 126 Kelas A (0 dan 127 dicadangkan) Range IP : 1.xxx.xxx.xxx sampai 126.xxx.xxx.xxx Jumlah IP : 16.777.214 IP Address disetiap Kelas A

Dekripsi : Diberikan untuk jaringan dengan jumlah host yangbesar

Kelas B

Format : 10nnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh Bit pertama : 10


(56)

Panjang NetID : 16 bit Panjang HostID: 16 bit Byte pertama : 128-191 Jumlah : 16.384 Kelas B

Range IP : 128.0.xxx.xxx sampai 191.255.xxx.xxx Jumlah IP : 65.532 IP Address pada setiap Kelas B Deskripsi : Dialokasikan untuk jaringan besar dan sedang

Kelas C

Format : 110nnnnn.nnnnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh Bit pertama : 110

Panjang NetID : 24 bit Panjang HostID : 8 bit Byte pertama : 192-223 Jumlah : 2.097.152 Kelas C

Range IP : 192.xxx.xxx.xxx s/d 223.255.255.xxx Jumlah IP : 254 IP Address pada setiap Kelas C Deskripsi : Digunakan untuk jaringan berukuran kecil

Kelas D

Format : 1110mmmm.mmmmmmm.mmmmmmm.mmmmmmm Bit pertama : 1110

Bit multicast : 28 bit Byte inisial : 224-247

Deskripsi : Kelas D digunakan untuk keperluan IPmulticasting

Kelas E

Format : 1111rrrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr Bit pertama : 1111

Bit cadangan : 28 bit Byte inisial : 248-255


(57)

Deskripsi : Kelas E dicadangkan untuk keperluan eksperimen.

2.5.2 Classless Addressing

Metode classless addressing(pengalamatan tanpa kelas) saat ini mulai banyak diterapkan, yaknidengan pengalokasian IP Address dalam notasi Classless Inter Domain Routing (CIDR). Istilah lainyang digunakan untuk menyebut bagian IP address yang menunjuk suatu jaringan secara lebihspesifik, disebut juga dengan Network Prefix.

Biasanya dalam menuliskan network prefix suatu kelas IP Address digunakan tanda garis miring(Slash) “/”, diikuti dengan angka yang menunjukan panjang network prefix ini dalam bit.

Misalnya, ketika menuliskan network kelas A dengan alokasi IP 12.xxx.xxx.xxx, network prefixnyadituliskan sebagai 12/8. Angka /8 menunjukan notasi CIDR yang merupakan jumlah bit yangdigunakan oleh network prefix, yangberarti netmask-nya 255.0.0.0 dengan jumlah maksimum hostpada jaringan sebanyak 16.777.214 node.

Contoh lain untuk menunjukan suatu network kelas B 167.205.xxx.xxx digunakan: 167.205/18.Angka /18 merupakan notasi CIDR, yang berarti netmask yang digunakan pada jaringan ini adalah255.255.192.0 dengan jumlah maksimum host pada jaringan sebanyak 16.382 node[5].

2.5.3 Pengalokasian IP address

IP Address terdiri atas dua bagian yaitu network ID dan host ID. Network ID menunjukkan nomornetwork, sedangkan hostID meng-identifkasi-kan host dalam satu network. Pengalokasian IP addresspada dasarnya ialah proses memilih network ID dan host ID yang tepat untuk suatu jaringan. Tepat atau tidaknya konfigurasi ini tergantung dari tujuan yang hendak dicapai, yaitu mengalokasikan IP address se-efisien mungkin [5].

Terdapat beberapa aturan dasar dalam menentukan network ID dan host ID yang hendak digunakan.Aturan tersebut adalah :


(58)

Network ID 127.0.0.1 tidak dapat digunakan karena ia secara default digunakan dalam keperluan‘loop-back’. (‘Loop-Back’ adalah IP address yang digunakan komputer untuk menunjuk dirinyasendiri).

Host ID tidak boleh semua bitnya diset 1 (contoh klas A: 126.255.255.255), karena akandiartikan sebagai alamat broadcast. ID broadcast merupakan alamat yang mewakili seluruhanggota jaringan. Pengiriman paket ke alamat ini akan menyebabkan paket ini didengarkan olehseluruh anggota network tersebut.

Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 0 (seluruh bit diset 0 seperti 0.0.0.0), karena IP address dengan host ID 0 diartikan sebagai alamat network. Alamat network adalah alamat yangdigunakan untuk menunjuk suatu jaringan, dan tidak menunjukan suatu host.

Host ID harus unik dalam suatu network (dalam satu network, tidak boleh ada dua host denganhost ID yang sama)

2.6 Routing Protocol

Routing adalah sebuah proses untuk meneruskan paket-paket jaringan dari satu jaringan ke jaringan lainnya sehingga menjadi rute tertentu. Untuk melakukan routing dalam suatu jaringan, kita membutuhkan suatu alat yang disebut router yang berfungsi untuk meneruskan paket-paket dari sebuah jaringan ke jaringan yang lainnya sehingga host-host yang ada pada suatu jaringan bisa berkomunikasi dengan host-host yang ada pada jaringan yang lain.

Routing Protocol adalah protocol yang digunakan dalam dynamic routing. Routing protocol mengizinkan router-router untuk berbagi informasi tentang jaringan dan koneksi antar router.Agar router dapat mengetahui bagaimana meneruskan paket-paket ke alamat yang dituju dengan menggunakan jalur yang baik, router menggunakan peta atau tabel routing.Secara umum ada dua jenis algoritma yang digunakan oleh protokol routing, yaitu :

1. Distance vector 2. Link state


(59)

Klasifikasi algoritma routing protocoldiperlihatkan pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13 Klasifikasi algoritma routing protocol

Routing distance vector bertujuan untuk menentukan arah atau vector dan jarak ke link-link lain dalam suatu internetwork. Informasi routing hanya diperoleh dari router terdekat (tetangganya). Contohnya RIP (Routing Information Protocol),IGRP (Interior Gateway Routing Protocol), EIGRP (Enhanced Interior Gateway Routing Protocol), BGP (Border Gateway Protocol) [6] .

Protokol routing distance vector biasanya menggunakan sebuah algoritma routing dimana setiap router secara periodik mengirimkan update routing kepada semua tetangga (neighbor) dengan cara mem-broadcast seluruh isi tabel routing. Protocol distance vector diperlihatkan pada Gambar 2.14


(60)

2.6.1 Algoritma Protokol Routing

Di dalam sebuah router terdapat protokol yang menjalankan router tersebut dan setiap protokol memiliki algoritma masing-masing dalam pencarian rute terpendek dalam mengirim informasi atau data [7]. Adapun algoritma protokol routing diperlihatkan seperti gambar 2.15.

Gambar 2.15 Algoritma Protokol Routing 2.6.2 Routing Information Protocol (RIP)

Routing Infotmation Protocol (RIP) adalah sebuah protokol di dalam routing jaringan untuk mencari rute terbaik saat informasi atau data dikirim di dalam routing jaringan komputer. Protokol ini diklasifikasikan sebagai Interior Gateway Protocol (IGP) dan mendukung Variabel Length Subnet Mask (VLSM). Routing Information Protocol (RIP) memungkinkan sebuah perangkat untuk saling bertukar informasi tentang jaringan yang saling terhubung. RIPmenghitung rute terbaik dalam meneruskan informasi dan perhitungan tersebut didasarkan pada banyaknya jumlah hop ke jaringan tujuan. RIPtidak akan menangani jumlah hop yang melebihi 15 hop. Apabila jaringan tujuan melebihi 15 hop maka jaringan dianggap jauh [7]. Update tabel routing pada protokol RIP dilakukan setelah interval waktu yang tetap, umumnya setelah setiap 90 detik. Setiap router akan menjaga tabel routing dengan mengirimkan update berkala untuk dapat berkomunikasi dengan tetangganya [8].


(61)

RIP merupakan routing protokol yang paling mudah untuk dikonfigurasi. RIP memiliki 3 versi yaitu :

1. RIPv1

Spesifikasi asli versi RIP yang pertama, didefinisikan dalam RFC 1058, classfull menggunakan routing. Update routing periodik pada versi ini tidak membawa informasi subnet kemudian kurang mendukung untuk Variable Length Subnet Mask (VLSM). Keterbatasan dari versi ini tidak dapat memiliki subnet berukuran berbeda dalam kelas jaringan yang sama. Dengan kata lain, semua subnet dalam kelas jaringan harus memiliki ukuran yang sama dan juga tidak ada dukungan untuk router otentikasi sehingga membuat versi ini rentan terhadap berbagai serangan.

2. RIPv2

Kekurangan yang terdapat di dalam spesifikasi RIP asli, RIP versi 2 (RIPv2) dikembangkan pada tahun 1993 dan standar terakhir pada tahun 1998. Kemampuan dari protokol RIP versi ini yaitu mampu membawa informasi subnet, sehingga mendukung Classless Inter-Domain Routing (CIDR) dan juga mendukung Variable Length Subnet Mask (VLSM). Untuk menjaga kompatibilitas, maka batas hop masih tetap sampai 15 hop. RIPv2 memiliki fasilitas yang sepenuhnya beroperasi dengan spesifikasi awal yaitu RIPv1. Upaya dalam menghindari terjadinya beban host yang tidak perlu dan host yang tidak berpartisipasi pada routing. RIPv2 dengan fiturnya akan me-multicast seluruh tabel routing ke semua tabel routing yang berdekatan. Di dalam protokol versi ini, pengalamatan menggunakan unicast masih boleh dipergunakan untuk aplikasi khusus.

3. RIPng

RIP Next Generation (RIPng), yang didefinisikan dalam RFC 2080, adalah perluasan dari RIPv2 untuk mendukung IPv6, generasi Internet Protocol berikutnya.


(62)

RIPmerupakan routing protocol yang paling mudahuntuk di konfigurasi.RIP memiliki kelebihan sebagai berikut:

1. RIP menggunakan metode Triggered Update yaitu memiliki timer untuk mengetahui kapan router harus kembali memberikan informasi routing. Jika terjadi perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, router tetap harus mengirimkan informasi routing karena dipicu oleh perubahan tersebut (triggered update).

2. Mengatur routing menggunakan RIP tidak rumit dan memberikan hasil yang cukup dapat diterima, terlebih jika jarang terjadi kegagalan link jaringan.

Selain itu, RIP juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu:

1. Protokol ini hanya dapat mengirim paket data atau informasi hanya sampai 15 hop, jika paket data atau informasi yang dikirim berada pada hop 16 maka router akan menganggap jaringan tujuan terlalu jauh.


(63)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Perkembangan teknologi jaringan komputer dewasa ini semakin

pesat seiringdengankebutuhanmasyarakatakanlayanan yang memanfaatkanjaringankomputer.Jaringan komputer merupakansekumpulan

komputer berjumlah banyak yang terpisah-pisahdalamhalposisi, akantetapisalingberhubungandalammelaksanakantugasnya. Misalnyaduabuah komputer dapatdikatakanterkoneksibilakeduanya dapat saling bertukar informasi [1].

Salah satujaringantelekomunikasi yang sedangberkembangadalahjaringanLocal Area Network (LAN). LAN

telahmenjadisuatuteknologi yang sangatbanyakdigunakanbaik di perusahaan, kantor, kampus, sekolah ataupun di perumahan. LAN

mengalamiberbagaimacamperubahanbaikdari media transmisinyamaupunpadatopologidanmetode aksesnya. Banyaknya useryang

menggunakan jaringan LAN dapatmempengaruhifaktor-faktorpenting yaitu kecepatanpengiriman data dandapatjugamenyebabkanperbedaanmetodeaksesnya. Hal iniakanmengakibatkanperbedaankinerja LAN yang ditinjau, baikkinerjadelay, packet loss maupunthroughputnya, meskipunkecepatantransmisi LAN danjarakworkstation yang berkomunikasisama [2].

Dalam mengatasi masalah jaringan terutamuntukmencarikerusakanjaringansecaracepat, mudah, danmurah,

makaseorangadministrator jaringanmemerlukanaplikasiNetwork Monitoring System untuksimulasi yang dapatmencerminkanarsitekturdarijaringan computer pada system jaringan yang digunakan. DenganmenggunakanaplikasiCisco Packet

Tracer, simulasi data mengenaijaringandapatdimanfaatkanmenjadiinformasitentangkeadaankoneksisuatu


(64)

komputer dalamsuatujaringan, apabilaterjadimasalahdalaminterkoneksijaringan [2].

DalamTugasAkhirinipenulisakanmenganalisiskinerjajaringan LAN yang terdapat di SAT BRIMOB POLDA SUMUT Jalan K.H. Wahid Hasyim No.3I Medan. Model jaringan LAN terdapat pada lampiran 1.

1.2 PerumusanMasalah

Berdasarkanlatarbelakang yang menjadirumusanmasalahdalamTugasAkhiriniadalah :

1. Bagaimana implementasi jaringan Local Area Network pada SAT BRIMOB POLDA SUMUT

2. Bagaimanakinerja jaringan Local Area Network pada SAT BRIMOB

POLDA SUMUT ditinjau menggunakan parameter delay, packet loss, danthroughput.

1.3 TujuanPenulisan

Adapun tujuan dari penulis Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui kinerja jaringan Local Area Networkpada SAT BRIMOB POLDA SUMUT terhadap delay, packet loss, dan throughput.

1.4 ManfaatPenulisan

Penulisan Tugas Akhir ini dapat mengetahui seberapa besar kinerja jaringan LAN menggunakan simulasi Cisco Packet Tracer.

1.5 BatasanMasalah

Dikarenakan luasnya ruang lingkup bidang telekomunikasi, maka penulis membuat batasan masalah agar pembahasan masalah nantinya tidak mengambang dari topik yang akan dibahas. Pada penulisan Tugas Akhir ini penulis mencoba membuat batasan masalah antara lain :

1. Hanya membahas jaringan Local Area Network yang terdapat di SAT BRIMOB POLDA SUMUT.


(65)

3. Tidak membahas algoritma routing. 1.6 MetodologiPenulisan

Agar Tugas Akhir ini dapat diselesaikan, maka penulis menggunakan metodologi penelitian sebagaiberikut :

1. StudiLiteratur ,yaitumencaribahan, bukupanduanatauteoridasarmelalui media internet, perpustakaan dandariperusahaan.

2. Studianalisa, yaitudenganmelakukananalisadanperhitunganterhadap data-data yang diperoleh.

3. Simulasi, yaitusuatu proses yang dilakukanuntukmemperoleh data yang akandigunakanuntukmenganalisaTugasAkhirini.

1.7 SistematikaPenulisan

UntukmemberikangambaranmengenaiTugasAkhirini,

secarasingkatpenulismenyusunsistematikapenulisansebagaiberikut: BAB I PENDAHULUAN

Bab inimerupakanpendahuluan yang berisikantentanglatarbelakang, rumusanmasalah, tujuanpenulisan, batasanmasalah, metodepenulisan, dansistematikapenulisan.

BAB II DASAR TEORI

Bab iniberisipenjelasantentangteorijaringan komputer, jenis jaringan computer, topologi jaringan, perangkat jaringan, pengalamatan,routing protocol danRouting Information Protocol (RIP).

BAB IIIPENGGUNAAN SOFTWARE CISCO PACKET TRACER DAN PERANCANGAN JARINGAN.

Bab iniberisitentangpengenalansoftware Cisco Packet Tracer, menjelaskan item-item tools yang digunakanpadasoftware Cisco Packet Tracer, danpenggunaansoftware Cisco Packet Tracer

BAB IVPEMBAHASAN

Bab iniberisitentanganalisiskinerjajaringan LAN berupadelay, packet loss, danthroughput menggunakansoftware Cisco Packet Tracer


(66)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


(67)

ABSTRAK

Perkembangan jaringan komputer saat ini begitu pesat, monitoring jaringan komputer menjadisuatuhal yang sangat dibutuhkan. Koneksi jaringan komputer merupakan suatu hal yang mendasar dalam jaringan komputer tidak dapat digunakan. Begitu juga unjuk kerja jaringan, bila suatu parameter dari sebuah jaringan bermasalah, kualitas jaringan tersebut akan berkurang. Tugas Akhir ini membahas bagaimana merancang sebuah jaringan LAN menngunakan teknik pe-routing-an dinamis RIP (Routing Information Protocol) dan topologi yang digunakan adalah topologi tree untuk menghubungkan tiga buah gedung yang dimasing-masing gedungnya mempunyai PC, switch danrouter. Selainitu, juga membahas kinerja jaringan LAN yaitu menganalisa kinerja LAN delay, packet loss, dan throughput.

Dari hasil analisa, pengujian pada perancangan jaringan LAN menggunakan simulasi Cisco Packet Tracer diperoleh nilai delay0,33 ms, packet loss0,93% dan throughput2.368,6 kbps. Hasil pengujian langsung pada SAT BRIMOB POLDA SUMUT diperoleh nilaidelay0,016 ms, packet loss0% dan throughput230.526,6 kbps.Dapat diketahui bahwa terjadi selisih nilai yang sangat besar, hal ini menunjukan kualitas jaringan LAN pada kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT tergolong sangat baik .

Kata Kunci : Local Area Network (LAN), topologi Tree, RIP (Routing Information Protocol), Cisco Packet Tracer dan QoS


(68)

TUGASAKHIR

ANALISIS KINERJA JARINGANLOCAL AREA NETWORK

MENGGUNAKANCISCO PACKETTRACERPADA SATUAN

BRIMOB POLISI DAERAH SUMATERAUTARA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat UntukMenyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1)padaDepartemen Teknik Elektro Konsentrasi

Teknik Telekomunikasi

Oleh

PUTRI ANGGRAINI NIM : 130422033

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(69)

(70)

ABSTRAK

Perkembangan jaringan komputer saat ini begitu pesat, monitoring jaringan komputer menjadisuatuhal yang sangat dibutuhkan. Koneksi jaringan komputer merupakan suatu hal yang mendasar dalam jaringan komputer tidak dapat digunakan. Begitu juga unjuk kerja jaringan, bila suatu parameter dari sebuah jaringan bermasalah, kualitas jaringan tersebut akan berkurang. Tugas Akhir ini membahas bagaimana merancang sebuah jaringan LAN menngunakan teknik pe-routing-an dinamis RIP (Routing Information Protocol) dan topologi yang digunakan adalah topologi tree untuk menghubungkan tiga buah gedung yang dimasing-masing gedungnya mempunyai PC, switch danrouter. Selainitu, juga membahas kinerja jaringan LAN yaitu menganalisa kinerja LAN delay, packet loss, dan throughput.

Dari hasil analisa, pengujian pada perancangan jaringan LAN menggunakan simulasi Cisco Packet Tracer diperoleh nilai delay0,33 ms, packet loss0,93% dan throughput2.368,6 kbps. Hasil pengujian langsung pada SAT BRIMOB POLDA SUMUT diperoleh nilaidelay0,016 ms, packet loss0% dan throughput230.526,6 kbps.Dapat diketahui bahwa terjadi selisih nilai yang sangat besar, hal ini menunjukan kualitas jaringan LAN pada kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT tergolong sangat baik .

Kata Kunci : Local Area Network (LAN), topologi Tree, RIP (Routing Information Protocol), Cisco Packet Tracer dan QoS


(71)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW, atas berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

Tugas Akhir dengan judul “ANALISIS KINERJA JARINGAN LOCAL AREA NETWORK MENGGUNAKAN CISCO PACKET TRACER PADA SATUAN BRIMOB POLISI DAERAH SUMATERA UTARA” dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana Strata-1 (S-1) di Departemen Teknik Elektro Konsentrasi Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Selama penulis menjalani pendidikan hingga selesainya Tugas Akhir ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir. M. Zulfin, MT selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir penulis 2. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si selaku Ketua Departemen Teknik

Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Rahmad Fauzi, ST, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Ir. Kasmir Tanjung, MT selaku Dosen Penasehat Akademik

5. Dosen Pembanding yang membantu dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini 6. Seluruh Dosen dan karyawan Departemen Teknik Elektro

7. Kedua orangtua yang telah banyak memberikan dorongan spiritual, semangat dan do’a, dan mengorbankan banyak waktu serta materi selama penulis mengikuti perkuliahan ini

8. Muhammad AzhariSiregar, ST yang selalu menemani disetiap keluh kesah yang dirasakan penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini dan selalu memberikan dorongan semangat agar penulis selalu optimis

9. Denny, Sabet, Ijal , Kak kiki, kak indahrez dan bang Safwan yang menjadi partnerdiskusi selama penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini


(72)

10. SAT BRIMOB POLDA SUMUT yang telah memberikan kontribusi untuk penelitian Tugas Akhir ini

11. Seluruh teman-teman Ekstensi Teknik Elektro Konsentrasi Teknik Telekomunikasi Stambuk 2013

12. Dan semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan dan penulisan Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan Tugas Akhir ini. Kiranya Allah SWT selalu memberikan karunia-Nya kepada kita semua. Akhir kata penulis berharap Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua dan bagi yang memerlukannya.

Medan, Juni 2016

Penulis


(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penulisan ... 2

1.4 Manfaat Penulisan ... 2

1.5 Batasan Masalah ... 2

1.6 Metodologi Penelitian ... 2

1.7 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pengertian Jaringan Komputer... 4

2.2 Jenis-jenis Jaringan Komputer ... 5

2.2.1 Local Area Network (LAN) ... 5

2.2.2 Metropolitan Area Network (MAN) ... 6

2.2.3 Wide Area Network (WAN) ... 7

2.3 Topologi Jaringan ... 8

2.3.1 Topologi Bus ... 8

2.3.2 Topologi Ring ... 9

2.3.3 Topologi Star ... 10

2.3.4 Topologi Mesh ... 11


(2)

2.4 Perangkat Jaringan ... 13

2.4.1 Server ... 13

2.4.2 Workstation ... 13

2.4.3 Network Interface Card (NIC) ... 13

2.3.4 HUB ... 14

2.3.5 Switch ... 15

2.3.6 Router ... 15

2.5 Internet Protocol Versi 4 ... 16

2.5.1 Classfull Addressing ... 17

2.5.2 Clasless Addressing ... 18

2.5.3 Pengalokasian IP Address ... 19

2.6 Routing ... 20

2.6.1 Algoritma Protokol Routing ... 21

2.6.2 Routing Information Protocol (RIP) ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metode Pengambilan Data ... 24

3.2 Pengenalan Software Cisco Packet Tracer ... 25

3.3 Perancangan Jaringan ... 28

3.3.1 Model Jaringan ... 29

3.3.2 Pengalokasian IP Address ... 29

3.3.3 Konfigurasi dengan Protokol RIP ... 32

3.3.4 Pengujian Jaringan ... 34

3.3 Parameter sistem ... 34

3.4.1 Delay ... 34

3.4.2 Packet loss ... 35

3.4.3 Troughput ... 35

BAB IV ANALISIS KINERJA 4.1 Umum ... 36


(3)

4.2.1 Delay ... 36

4.2.2 Packet Loss ... 40

4.2.3 Troughput ... 44

4.2.4 Hasil analisa data di SAT BRIMOB POLDA SUMUT ... 48

4.3 Hasil Analisa Data Perbandingan ... 49

4.3.1 Delay ... 49

4.3.1 Packet Loss ... 50

4.3.2 Throughput ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 54

5.2 Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Topologi jaringan LAN ... 5

Gambar 2.2 Topologi jaringan MAN ... 7

Gambar 2.3 Topologi jaringan WAN ... 7

Gambar 2.4 Topologi Bus ... 9

Gambar 2.5 Topologi Ring ... 10

Gambar 2.6Topologi Star ... 11

Gambar 2.7Topologi Mesh ... 12

Gambar 2.8Topologi Tree ... 12

Gambar 2.9 Modul Network Interface Card (NIC) ... 14

Gambar 2.10 HUB ... 14

Gambar 2.11 Switch ... 15

Gambar 2.12 Router ... 16

Gambar 2.13 Klasifikasi Algoritma routing protocol ... 20

Gambar 2.14 Routing distance vector ... 21

Gambar 2.15 Algoritma Protokol Routing ... 21

Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Pengambilan Data ... 24

Gambar 3.2 Tampilan Awal Packet Tracer ... 25

Gambar 3.3 Tampilan Menu Utama Simulator Packet Tracer ... 26

Gambar 3.4 Realisasi model jaringan pada Packet Tracer ... 29

Gambar 3.5 Menu Pengalokasian IP Address Pada Packet Tracer ... 30

Gambar 3.6Tampilan Menu CLI ... 32

Gambar 3.7 Tampilan Hasil Konfigurasi Protokol RIP ... 33


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Alokasi IP Address pada Gedung ... 30

Tabel 3.2 Alokasi IP Address Pada Interface Router ... 31

Tabel 3.3 Kategori jaringan berdasarkan nilai delay (versi TIPHON) ... 34

Tabel 3.4 Kategori jaringan berdasarkan nilai packet loss(versi TIPHON) ... 35

Tabel 4.1 Pengujian Delay Pagi ... 37

Tabel 4.2 Pengujian Delay Siang ... 38

Tabel 4.3 Pengujian Delay Malam ... 39

Tabel 4.4 Hasil pengujian untuk delay ... 40

Tabel 4.5Pengujian Packet Loss Pagi ... 41

Tabel 4.6Pengujian Packet Loss siang ... 42

Tabel 4.7 Pengujian Packet Loss Malam ... 43

Tabel 4.8 Hasil Pengujian untuk Packet Loss ... 43

Tabel 4.9 Pengujian Throughput Pagi ... 44

Tabel 4.10 Pengujian Throughput Siang ... 45

Tabel 4.11 Pengujian Throughput Malam ... 46

Tabel 4.12Hasil Pengujian untuk Throughput ... 47

Tabel 4.13Data Percobaan Pagi ... 48

Tabel 4.14 Data Percobaan Siang ... 49

Tabel 4.15 Data Percobaan Malam ... 49

Tabel 4.16 Perbandingan delay pada Packet Tracer dan SAT BRIMOB ... 49

Tabel 4.17 Perbandingan packet loss pada Packet Tracer dan SAT BRIMOB ... 51

Tabel 4.18 Perbandingan throughput pada Packet Tracer dan SATBRIMOB ... 52


(6)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Pengujian Delay Pagi ... 37

Grafik 4.2 Pengujian Delay Siang ... 38

Grafik 4.3 Pengujian Delay Malam ... 39

Grafik 4.4Hasil pengujian untuk delay ... 40

Grafik 4.5Pengujian Packet Loss Pagi ... 41

Grafik 4.6Pengujian Packet Loss siang ... 42

Grafik 4.7 Pengujian Packet Loss Malam ... 43

Grafik 4.8 Hasil Pengujian untuk Packet Loss ... 44

Grafik 4.9 Pengujian Throughput Pagi... 45

Grafik4.10 Pengujian Throughput Siang... 46

Grafik4.11 Pengujian Throughput Malam ... 47

Grafik 4.12 Hasil Pengujian untuk Throughput ... 47

Grafik 4.13 Perbandingan delay pada Packet Tracer dan SAT BRIMOB ... 50 Grafik 4.14 Perbandingan packet loss pada Packet Tracer dan SAT BRIMOB 51 Grafik 4.15 Perbandingan throughput pada Packet Tracer dan SAT BRIMOB 52