Gedung C ke Gedung B lantai 2 192.168.2 ke 192.168.5.8 Gedung C ke Gedung B lantai 2 19168.10.7 ke 19168.5.8 Gedung C ke Gedung B lantai 2 192.168.10.8 ke 192.168.5.2 Gedung C ke Gedung B lantai 2 192.168.10.10 ke 192.168.5.3 Gedung B lantai 1 ke Gedung A

10. Gedung C ke Gedung B lantai 2 192.168.10.2 ke 192.168.5.8 SIANG 12.00-17.00 1. Gedung C ke Gedung B lantai 2 192.168.10.6 ke 192.168.5.4 2. Gedung C ke Gedung B lantai 2 192.168.10.7 ke 192.168.5.8

3. Gedung C ke Gedung B lantai 2 192.168.10.8 ke 192.168.5.2

4. Gedung C ke Gedung B lantai 2 192.168.10.10 ke 192.168.5.3

Universitas Sumatera Utara 5. Gedung B lantai 1 ke Gedung A 192.168.5.1 ke 192.168.0.7

6. Gedung A ke Gedung B lantai 2 192.168.0.6 ke 192.168.5.2

7. Gedung A ke Gedung B lantai 1 192.168.0.4 ke 192.168.3.5

MALAM 17.00-21.00 1. Gedung C ke Gedung B lantai 1 192.168.10.5 ke 192.168.3.3 Universitas Sumatera Utara 2. Gedung A ke Gedung C 192.168.5.5 ke 192.168.0.5 3. Gedung C ke Gedung B lantai 1 192.168.3.5 ke 192.168.0.1 Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA [1] Syafrizal, Melwin, 2005, Pengantar Jaringan Komputer, Jogja : Andi Offset [2] Hartono, Eddy, 2006, Konsep dan aplikasi pemograman client server dan sistem terdistribusi. Yogyakarta: Andi Yogyakarta [3] Anonim. 2008. “BAB II Local Area Network dan layanan”. Repository USUhttp:repository.usu.ac.idbitstream123456789232933Chapter20II. pdf [4] Saiful, Dian. 2013. “Perancangan Jaringan LAN Pada Gedung Perkantoran Dengan Menggunakan Software Cisco Packet Tracer”. Skripsi pada Jurusan TeknikElektro, Universitas Sumatera Utara diakses pada tanggal 12 Maret 2016 [5] Gunawan, Dedi. 2010. Modul CCNA PLUS. Indonesia CCIE Factory. Hal 1- 52. [6] Kun, ahmad. 2009. “Protokol Routing Distance Vector” diakses tanggal 10April 2016 [7] Adhikari, J.P,. 2012. Performance Analysis of Protocols RIP and EIGRP. International Journal of Innovative Technology and Exploring Engineering 25: 107 - 111. [8] Singh, J., Mahajan, R., 2013. Simulation Based Comparative Study Of RIP, OSPF and EIGRP. International Journal of Advanced Research in Computer Science and Software Engineering 38: 285 - 288. [9] Ryan, Nathan Gusti. 2011. “Step By Step Panduan Menggunakan Cisco Packet Tracer5”. diakses tanggal 13 Mei 2016 [10] European Telecomunication Standart Institute ETSI. Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Network TIPHON.“In General aspects of Quality of Service QoS pp. 24-27”. France, 1998. Universitas Sumatera Utara BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI JARINGAN

3.1 Diagram Alir Metode Pengambilan Data

Perancangan jaringan dan pengambilan data dilakukan dengan menggunakan simulator Cisco Packet Tracerdan pengujian langsung di lapangan pada SAT BRIMOB POLDA SUMUT. Adapun diagram alir metode pengambilan data yakni seperti Gambar 3.1. Mulai Perancangan jaringan LAN SAT BRIMOB POLDA SUMUT dengan Cisco Packet Tracer Melakukan setting interface setiap perangkat Setiap interface sudah saling terhubung? Konfigurasi RIP Terkoneksi ke setiap PC? Analisis perbandingan data jaringan LAN di SAT BRIMOB dan LAN menggunakan Cisco Packet Tracer dengan parameter yang sudah ditentukan Selesai Ya Melakukan pengujian jaringan pada SAT BRIMOB POLDA SUMUT Tampilkan hasil analisa Ya Tidak Tidak Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Pengambilan Data Universitas Sumatera Utara

3.2 Pengenalan Software Cisco Packet Tracer

Cisco Packet Traceradalah salah satu aplikasi yang dibuat dan dikembangkan oleh Cisco. Cisco Packet Tracermensimulasikan cara kerja suatu jaringan berdasarkan topologi dan konfigurasi yang diberlakukan oleh penggunanya persis seperti aslinya. Cara untuk mendapatkan software Packet Tracer hanya dengan mengakses website dan mendownload-nya lewat http:www.cisco.comweblearningnetacadcourse_catalogPacketTracer.html. Dalam software ini komponen-komponen yang disediakan pada Cisco Packet Tracer sudah lengkap serta simulasi fungsional benar-benar mirip perangkat Cisco sebenarnya sehingga simulator ini sangat akurat sebagai pendekatan implementasi yang nyata. Software Packet Tracer juga berfungsi untuk mengetahui cara kerja pada tiap-tiap alat yang digunakan dalam proses simulasi. Ketika sudah berhasil mendapakan software tersebut, maka akan muncul tampilan jendela awal dari Packet Tracer yang diperlihatkan pada Gambar 3.2 [9]. Gambar 3.2 Tampilan Awal Packet Tracer Universitas Sumatera Utara Simulator Packet Tracer memiliki beberapa tampilan awal menu utama pada aplikasinya yang memiliki fungsi masing-masing seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.3 [9]. Gambar 3.3 Tampilan Menu Utama Simulator Packet Tracer Berikut ini fungsi dari masing – masing item yang sudah diberi tanda pada tampilan awal Packet Tracer seperti Gambar 3.3[9] 1. Tampilan Menu Kolom menu pada bagian atas sebelah kiri ini merupakan bagian yang setiap software-nya berguna sebagai pilihan menu dari sekelompok perintah, diantaranya adalah menu File, Edit, Options, View, Tools, Extensions dan Help. 2. Shortcut Kolom shortcut memudahkan untuk menjalankan suatu perintah yang diinginkan dengan cepat. Pada bagian ini terdapat shortcut seperti New, Open, Universitas Sumatera Utara Save, Print, Activity Wizard, Copy, Paste, Undo, Redo, Zoom In, Zoom Reset, Zoom Out, Drawing Palette dan Custom Device Dialog. Dan pada sisi kanan juga akan ditemukan shortcut Network Information dan Contents. 3. Alat Umum Bagian ini menyediakan akses yang biasanya menggunakan peralatan workspace. Bagian ini merupakan sebuah perintah, antara lain : memilih Select, memindahkan tata ruang Move Layout, menempatkan catatan Place Note, menghapus Delete, memeriksa Inspect, serta menambahkan PDU sederhana dan kompleks Resize Shape. 4. Logical dan Physical Workspace Pada bagian ini disediakan dua macam workspace, yaitu Logical dan Physical. Dimana Logical Workspace merupakan tempat untuk membuat sebuah simulasi jaringan komputer. Physical Workspace merupakan tempat untuk memberi suatu dimensi physical ke topologi jaringan komputer. Hal tersebut bisa memberikan pengertian skala dan penempatan suatu jaringan komputer pada suatu lingkungan. 5. TempatArea Kerja Area ini merupakan sebuah tempat dimana akan merencanakan atau membuat sebuah jaringan, mengamati simulasi pada jaringan tersebut serta mengamati beberapa macam informasi dan statistik. 6. Realtime Simulation Pada bagian ini tersedia dua fitur yang diantaranya mode Realtime dan mode Simulation. Dimana dalam mode Realtime, jaringan seperti device yang nyata dengan respon yang real-time untuk semua aktivitas jaringan. Dalam mode Simulation, user dapat melihat dan mengendalikan waktu interval, transfer data, serta penyebaran data melalui jaringan yang telah dirancang. Universitas Sumatera Utara 7. Network Component Box Bagian ini merupakan tempat dimana untuk memilih alat dan koneksi yang akan digunakan pada workspace untuk membuat sebuah jaringan komputer.Dalam bagian ini juga terdapat dua fitur yaitu pemilihan peralatan dan koneksi serta pemilihan jenis peralatan dan koneksi yang lebih spesifik contohnya jenis penghubung dan jenis kabel. 8. Pemilihan Jenis Alat Koneksi Bagian ini merupakan bagian dari kolom tujuh, dimana pada kolom tersebut digunakan untuk memilih sebuah alat yang digunakan dan ditempatkan pada workspace. Alat tersebut antara lain adalah Routers, Switches, Hubs, Wireless Device, Connections, End Devices, Wan Emulation, Custom Made Devices dan Multiuser Connection. 9. Pemilihan Jenis Alat Koneksi Spesifik Bagian ini merupakan lanjutan dari bagian diatas, dimana alat koneksi yang telah dipilih akan dibagikan menjadi beberapa jenis-jenisnya secara lebih rinci. Alat dan koneksi yang telah dispesifikasikan tersebutlah yang akan digunakan dalam rancangan atau pembuatan jaringan yang sesuai dengan keinginan. 10. Jendela Informasi Status Bagian ini merupakan keterangan untuk melihat informasi status dari paket serta untuk mengatur skenario selama berlangsungnya simulasi jaringan yang telah dibuat.

3.3 Perancangan Jaringan

Langkah – langkah awal pengimplementasian dengan menggunakan software Packet Tracer adalah sebagai berikut [9]: 1. Membuat model jaringan dan memilih perangkat yang mendukung protokol yang akan dipakai dan menentukan penghubung antara perangkat. Universitas Sumatera Utara 2. Mengalokasikan IP untuk port-port perangkat pada jaringan. Setelah langkah-langkah awal dilakukan maka jaringan siap dikonfigurasi dengan routing protokol RIP. 3. Kemudian menganalisis kinerja RIP dengan menggunakan parameter delay, packet loss dan throughput.

3.3.1 Model Jaringan

Realisasi model jaringan yang akan disimulasikan diperlihatkan pada Gambar3.4. Dari gambar model jaringan SATUAN BRIMOB POLDA SUMUTdapat dilihat terdapat empat jaringan yakni gedung A 1lantai,gedung B 2lantai, gedung C 1 lantai, masing-masing membentuk jaringan komputer sendiri. Setiap jaringan memiliki IP address-nya masing-masing dengan kelas yang sama untuk dapat berkomunikasi dan menggunakan switch agar semua PC dapat terhubung. Gambar 3.4 Realisasi Model Jaringan Pada Packet Tracer Universitas Sumatera Utara

3.3.2 Pengalokasian IP Address

Pengalokasian IP address diperlukan untuk mengidentifikasi suatu host pada suatu jaringan, Tabel 3.1 menunjukkan alokasi IP address pada masing- masing lokasi gedung SAT BRIMOB POLDA SUMUT disesuaikan dengan jumlah host yang ada. IP address dibuat dengan cara klik pada perangkat yang ingin diberi IP address, pilih desktop, pilih IP configuration, kemudian masukkan nomor IP address. Tabel 3.1 Alokasi IP Address pada Gedung NO Lokasi Jumlah Host Alokasi IP

1. Gedung A

7 192.168.0.1 - 192.168.0.7 2. Gedung B lt 1 7 192.168.3.1 - 192.168.3.7

3. Gedung B lt 2

8 192.168.5.1 - 192.168.0.8

4. Gedung C

10 192.168.10.1 - 192.168.10.10 Pengalokasian IP address selanjutnya dilakukan untuk masing-masing router yang digunakan. Tabel 3.2 menunjukkan alamat IP address untuk interface– interface yang ada pada router dimana setiap jaringan mengunakan. Alokasi IP address dipilih berdasarkan karakteristik dari router dimana pada koneksi interface suatu router ke router lain berada pada subnet mask 255.255.255.252. Pengalokasian IP address dilakukan pada menu yang ditunjukan Gambar 3.5 Gambar 3.5 Menu Pengalokasian IP Address Pada Packet Tracer Universitas Sumatera Utara Perintah-perintah yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Untuk Fast Ethernet 1. enable 2. configure terminal 3. interface fa 00 Misal yang akan di setting adalah fast ethernet 00. 4. ip address 192.168.0.253 subnetmask 255.255.255.0 5. no shutdown 6. end b. Untuk Serial 1. enable 2. configure terminal 3. interface serial 20 Misal yang akan di setting adalah serial 20 ip route 202.91.9.1 subnetmask 255.255.255.252 4. no shutdown 5. clock rate 2000000 6. end Tabel 3.2 Alokasi IP Address Pada Interface Router Router Interface IP Address Gedung A Fast Ethernet 00 192.168.0.253 Serial 20 202.91.9.1 Gedung B Fast Ethernet 00 192.168.3.253 Fast Ethernet 10 192.168.5.253 Serial 20 202.91.9.2 Serial 30 202.91.9.5 Gedung C Fast Ethernet 00 192.168.10.253 Serial 20 202.91.9.6 Universitas Sumatera Utara

3.3.3 Konfigurasi dengan Protokol RIP

Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu jaringan adalah mengkonfigurasi router-router dengan protokol yang telah ditentukan agar dapat berkomunikasi meskipun berada pada jaringan yang berbeda. Masing-masing router akan dikonfigurasi dengan menggunakan protokol RIP. Protokol RIP akan memanajemen tiga jaringan tersebut dan akan menunjukkan kinerjanya. Adapun cara mengkonfigurasi router dengan protokol RIP pada Packet Tracer yakni dengan mengklik router yang akan mulai dikonfigurasi setelah itu muncul tampilan menu pilih CLI Command Line Interface. Pada CLI konfigurasi router siap untuk dilakukan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.6. Gambar 3.6 Tampilan Menu CLI Konfigurasi tiap-tiap router RIP dapat dilihat pada Lampiran II. Berikut ini perintah-perintah yang digunakan pada menu CLI untuk mengkonfigurasi router dengan menggunakan protokol RIP. Konfigurasi pada R1 : Router configure terminal Routerconfig router rip Router config-router network 192.168.0.0 Universitas Sumatera Utara Router config-router network 202.91.9.0 Router config-router exit Router Setelah masing-masing router telah selesai dikonfigurasi dengan protokol RIP maka untuk memastikan bawa router-router telah saling mengenali satu sama lain, verifikasi dilakukan dengan menggunakan perintah ‘show ip route’ pada IOS command line. Gambar 3.7 adalah hasil eksekusi yang dilakukan pada router R1. Gambar 3.7 Tampilan Hasil Konfigurasi Protokol RIP Dari hasil verifikasi yang telah dilakukan dengan perintah ‘show ip route’ kode “C” menunjukkan bahwa router R1 terhubung secara fisik dengan suatu network menggunakan interface tertentu. Sedangkan kode “R” menunjukkan router R1 terhubung ke suatu network dengan menggunakan protokol RIP. Universitas Sumatera Utara 3 .3.4 Pengujian Jaringan Setelah melewati proses – proses berupa pengaktifan interface, pengalokasian IP, dan pengkonfigurasian routing protokol dengan RIP, maka selanjutnya dilakukan pengujian jaringan dengan Ping test. Ping atau Packet Internet Groper adalah sebuah program utilitas yang digunakan untuk memeriksa konektivitas jaringan. Cara melakukan ping test sebagai berikut[9]: • klik salah satu PC dari satu gedung • klik menu desktop kemudian pilih command prompt • ketik : ping [ip_address_tujuan]

3.4 Parameter Sistem

Berikut ini parameter yang dapat dihitung terkait dengan analisis kinerja RIP yaitu delay, packet loss, dan throughput.

3.4.1 Delay

Delay adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal ke tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik atau juga waktu proses yang lama. . Persamaan 1 adalah perhitungan delay[10] : ����� ���� − ���� = ����� ����� ����� ����� ���� �������� 1 Tabel 3.3 Kategori jaringan berdasarkan nilai delay versi TIPHON Kategori Besar Delay Sangat Bagus 150 ms Bagus 150 sd 300 ms Sedang 300 sd 450 ms Buruk 450 ms

3.4.2 Packet Loss

Packet Loss merupakan suatu parameter yang menggambarkan suatu kondisi yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang. Packet Loss dapat Universitas Sumatera Utara terjadi karena sejumlah faktor, mencakup penurunan sinyal dalam media jaringan, melebihi batas saturasi jaringan, dan paket yang corrupt yang menolak untuk transit serta kesalahan hardware jaringan.Persamaan 2 perhitungan packet loss[10]: ������ ���� = ����� ���� ������� −����� ���� �������� ����� ���� ���� ������� × 1002 Tabel 3.4 Kategori jaringan berdasarkan nilai packet lossversi TIPHON Kategori Packet Loss Sangat Bagus Bagus 3 Sedang 15 Buruk 25

3.4.3 Throughput

Throughput adalah kemampuan sebenarnya suatu jaringan dalam melakukan pengiriman data. Biasanya throughput selalu dikaitkan dengan bandwidth. Karena throughput memang bisa disebut juga dengan bandwidth dalam kondisi yang sebenarnya. Bandwidth lebih bersifat fix, sementara throughput sifatnya adalah dinamis tergantung trafik yang sedang terjadi. Persamaan 3 adalah perhitungan Throughput[10]: �ℎ����ℎ��� = ����� ℎ ���� ���� ������� ��� ����� ���������� ���� ��� 3 Universitas Sumatera Utara BAB IV ANALISIS KINERJA

4.1 Umum

Kinerja suatu jaringan sangat bergantung dari routing protokol jaringan yang digunakan. Kebutuhan akan konektivitas yang cepat dapat menunjang terpenuhinya layanan sesuai dengan yang diharapkan pengguna. Sama juga halnya pada jaringan yang berbeda namun tetap ingin saling berbagi paket data dengan nilai waktu tundaan seminimal mungkin serta paket yang diterima sama persis dengan paket yang dikirim. Pada bab IV dianalisis bagaimana kinerja dari RIP sebagai routing protokol yang diimplementasikan pada kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT dan jaringan ini dirancang menggunakan simulator Cisco Packet Tracer6.2.Parameter yang menjadi bahan analisis adalah delay, packet loss dan throughput. Kemudian untuk melihat seberapa meningkatnya kinerja darirouting protokol RIP pada simulasi Cisco Packet Tracer 6.2 maka dibandingkan dengan routing protokol RIP keadaan sebenarnya pada kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT

4.2 Hasil Pengujian Simulasi Cisco Packet Tracer

Pengujian pada jaringan dilakukan sebanyak tiga kali dimana dilakukan pada waktu pagi pukul 08.00 - 12.00 WIB , waktu siang pukul 12.00 – 17.00 WIB dan waktu malam pukul 17.00 – 21.00 WIB. Dari hasil perancangan simulasi menggunakan simulator Cisco Packet Tracer 6.2 maka didapat masing-masing nilai dari parameter delay, packet loss dan throughput.

4.2.1 Delay

Hasil pengujian untuk delay dalam jaringan menggunakan routing protokol RIP dapat dilihat pada lampiran III. Nilai rata-rata delay menurut Cisco Packet Tracer 6.2 diperlihatkan pada Tabel 4.1, Tabel 4.2 dan Tabel 4.3. Universitas Sumatera Utara Table 4.1 Pengujian delay pagi 08.00 – 12.00 WIB Uji ke- Pengujian Jaringan Total Delay ms Total paket Delay rata- rata ms 1. 192.168.0.1 ke 192.168.10.10 46 100 0,46 2. 192.168.0.4 ke 192.168.3.1 43 100 0,43 3. 192.168.0.5 ke 192.168.5.5 36 96 0,375

4. 192.168.10.1 ke 192.168.0.2

57 100 0,57 5. 192.168.3.4 ke 192.168.5.8 36 94 0,382 6. 192.168.5.6 ke 192.168.0.6 35 98 0,357 7. 192.168.0.7 ke 192.168.10.9 54 100 0,54 8. 192.168.3.5 ke 192.168.5.2 27 96 0,281 9. 192.168.3.3 ke 192.168.10.7 38 100 0,38 10. 192.168.10.2 ke 192.168.5.8 37 98 0,377 Delay rata-rata ms 0,415 Grafik 4.1 Pengujian delay pagi Dari hasil pengujian delay yang secara keseluruhan diperlihatkan pada Tabel 4.1 maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata delay untuk kinerja dari RIP tergolong dalam kategori sangat bagus karena berada dalam kisaran 150 ms. Tabe 4.2 Pengujian delay siang 12.00 – 17.00 WIB Universitas Sumatera Utara Uji ke- Pengujian Jaringan Total Delay ms Total paket Delay rata- rata ms 1. 192.168.10.6 ke 192.168.5.4 38 98 0,387 2. 192.168.10.7 ke 192.168.5.8 27 100 0,27 3. 192.168.10.8 ke 192.168.5.2 28 98 0,285

4. 192.168.10.10 ke 192.168.5.3