MOTIF REMAJA DALAM MENONTON TAYANGAN ACARA “PRIMITIVE RUNAWAY” DI TRANS TV (Studi Deskriptif Tentang Motif Remaja Di Surabaya Terhadap Tayangan Acara “Primitive Runaway” Di Trans TV).

(1)

Acara “Primitive Runaway” Di Trans TV)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Oleh:

DAMAR CANGGIH SAPUTRA NPM. 0643010400

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2011


(2)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal berjudul “MOTIF REMAJA SURABAYA DALAM MENONTON REALITY SHOW ”PRIMITIVE RUNAWAY” di TRANS TV (Studi Deskriptif Motif Remaja Surabaya Terhadap Acara “ primitive runaway” di TransTV ).

Penulisan proposal ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan akademis bagi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penulisan proposal ini atas bimbingan dan bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak.

Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Ir.H Didiek Tranggono Msi. sebagai Dosen Pembimbing Utama yang senantiasa memberikan waktu pada penulis dalam penyusunan proposal penelitian ini.

2. Ibu Suparwati Msi., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN “Veteran” Jawa Timur,

3. Bapak Juwito, S. Sos., MSi., Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.


(3)

iv

baik materiil maupun moril dengan tulus ikhlas dan tanpa pamrih.

5. Teman – teman seperjuangan yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan agar penelitian ini bisa cepat selesai

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat serta karuniaNya atas jasa-jasanya yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Karena apabila terdapat kekurangan didalam menyusun proposal ini, peneliti dengan senang hari menerima segala saran dan kritik demi sempurnanya skripsi ini.

Surabaya, November 2010

Penulis


(4)

v DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.3.1. Kegunaan Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

2.1. Landasan Teori ... 12

2.1.1. Televisi ... 12

2.1.2. Pengaruh Televisi Terhadap Sistem Komunikasi ... 13

2.1.3. Teori Kebutuhan ... 14

2.1.4. Definisi dan Deskripsi Motif ... 15


(5)

vi

2.1.8. Teori Uses and Gratifications ………. 21

2.2. Kerangka Pikir ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1. Definisi Operasional ... 25

3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 31

3.2.1. Populasi ... 31

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 31

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.4. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1.Gambaran Umum Objek Penelitian ... 35

4.1.1. Sejarah Singkat Trans 7 …….……….. 35

4.1.2. Tayangan Scary Job ……….………... 37

4.1.3. Masyarakat Surabaya ……….. 38

4.2.Penyajian Data dan Analisa ... ... ………..40

4.2.1. Identitas Responden ... ... 41

4.2.2. Penggunaan Media ……….. ………...43


(6)

vii

4.2.3. Motif Responden Menonton Acara “Scary Job” di Trans 7 di Televisi ... ... 44 4.2.3.1. Motif Kognitif ...

... 45 4.2.3.2. Motif Identitas Personal ...

... 50 4.2.3.3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial

……….55 4.2.3.4. Motif Hiburan (Diversi) ...

... 60 4.2.4. Kategori Motif Secara

Umum……… ... ... 66 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

5.1. Kesimpulan ... ... 69 5.2. Saran ...

... 69

DAFTAR PUSTAKA... ... 70 LAMPIRAN... ... 72


(7)

viii

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40 Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 41 Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 42 Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Menonton ... 43 Tabel 4.5. Motif Kognitif Mencari Informasi Jenis-jenis Pekerjan yang

ada di Masyarakat ... 45 Tabel 4.6. Motif Kognitif Mengetahui Teknis dari Pekerjaan yang

dilakukan ... 46 Tabel 4.7. Motif Kognitif Mengeahui Cerita Masyarakat yang

Menuturkan Suka Duka Melakoni Pekerjaan ... 47 Tabel 4.8. Motif Kognitif Mendapatkan Informasi Tentang Kondisi

Masyarakat dan Dunia ... 48 Tabel 4.9. Motif Kognitif Responden Dalam Menonton ”Scary Job” di

Trans 7 ... 49 Tabel 4.10. Motif Identitas Personal Responden Ingin Meningkatkan

Pemahaman Tentang kepribadian Diri Sendiri ... 50 Tabel 4.11. Motif Identitas Personal Responden Dapat Memupuk Rasa

Empati dan Peduli dengan Lingkungan ... 52 Tabel 4.12. Motif Identitas Personal Responden Dapat Menemukan Profil

atau Tokoh untuk dijadikan Panutan ... 53 Tabel 4.13. Motif Identitas Personal Responden Meningkatkan


(8)

ix

Tabel 4.14. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial Responden Sebagai Pertimbangan Dalam Bergaul Dengan Masyarakat ... 56 Tabel 4.15. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial Responden Menemukan

Bahan Percakapan dan Interaksi dengan Lingkungan ... 57 Tabel 4.16. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial Responden Memperoleh

Teman Media Baru dengan Melihat Televisi ... 58 Tabel 4.17. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial Responden

Memungkinkan Untuk Berhubungan Baik dengan Keluarga .. 59 Tabel 4.18. Motif Hiburan Responden Melepaskan Sejenak Masalah

yang Dihadapi ... 61 Tabel 4.19. Motif Hiburan Responden Bersantai Setelah Seharian

Beraktifitas... 62 Tabel 4.20. Motif Hiburan Responden Menghilangkan Stress Karena Rutinitas

yang Padat... 63 Tabel 4.21. Motif Hiburan Responden Mengisi Waktu Luang… ………… 64 Tabel 4.22. Kategorisasi Motif Secara Umum …...………... 66


(9)

x

Gambar 2.1. : Uses dan Gratification Model ... 22 Gambar 2.2. : Kerangka Berpikir ... 24


(10)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Rekapitulasi Jawaban Responden Motif Kognitif

Lampiran 3 Rekapitulasi Jawaban Responden Motif Integratif Personal Lampiran 4 Rekapitulasi Jawaban Responden Motif Integrasi dan

Imterksi Sosial

Lampiran 5 Rekapitulasi jawaban Responden Motif Diversi Lampiran 6 Data Jumlah Penduduk Menurut BPS


(11)

vi


(12)

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. : Uses dan Gratification Model ... 22 Gambar 2.2. : Kerangka Berpikir ... 23 Gambar 3.1 : Bagan Two-stage Cluster Random Sampling ... 32


(13)

xi

DI TRANS TV. (Studi Deskriptif Motif Remaja Surabaya Terhadap Acara “Primitive Runaway” di Trans TV).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motif remaja Surabaya dalam menonton program acara ”Primitive Runaway” di Trans TV.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Teori Uses dan

Gratifications, televisi, teori kebutuhan dan teori tentang motif

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi dan data dari hasil penelitian untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif dari setiap pertanyaan yang diajukan. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja berusia 13-21 tahun di kota Surabaya yang menonton acara reality show “Primitive Runaway” di TransTV. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sampling

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa remaja di Surabaya memiliki motif yang tinggi terhadap acara “Primitive Runaway” di TransTV ini. Selanjutnya kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa empat motif yang diamati yakni motif kognitif, identitas personal, integrasi dan interaksi sosial serta motif hiburan berada pada kategori tinggi artinya bahwa remaja di Surabaya usia 13-21 tahun tidak menemukan informasi dan hiburan yang bertemakan kebudayaan di lingkungan sekitar.


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kemajuan perkembangan ilmu komunikasi dan teknologi informsi begitu pesatnya pada beberapa dasawarsa belakangan ini. Hal ini memungkinkan kita mengkaji dan mempraktekkan komunikasi dengan lebih efektif dibandingkan dengan usaha kita waktu yang lampau. Juga, menyebabkan kita lebih banyak menaruh perhatian pada keluasan jangkauan pesan yang dapat dikirimkan kepada sebanyak mungkin khalayak. Selain itu, perhatian lebih besar diarahkan pada aspek-aspek yang sifatnya teknologis, seperti realitas kecanggihan perangkat komunikasi daripada dampak realitas social dalam kaitan hubungan antar manusia.

Relasi-relasi sosial kini tidak bisa memisahkan diri dari terpaan media massa yang kian gencar dan tidak terhindarkan. Desingan-desingan pesan menyelinap lalu-lalang di lingkungan kita, bahkan yang amat pribadi. Televisi, radio, surat kabar, film, buku memproduksi pesan tiap menit yang membentuk pola kita dalam berinteraksi dengan orang lain. (Winarso, 2005:v)

Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audio visual merupakan media paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian masyarakat secara luas. Hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya perkembangan jaringan televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke wilayah terpencil. Kultur yang dibawa oleh televisi dengan sendirinya mulai tumbuh di masyarakat. (Wibowo, 2007:17)

Kelebihan televisi dari media massa lainnya ialah kemampuan menyajikan berbagai kebutuhan manusia, baik hiburan, informasi, maupun pendidikan dengan


(15)

sangat memuaskan. Penonton TV tidak perlu susah-susah pergi ke gedung bioskop atau gedung sandiwara karena pesawat TV menyajikan ke rumahnya. (Effendy, 2004:60)

Televisi merupakan media massa elektronik yang paling akhir kehadirannya. Meskipun demikian, televisi dinilai sebagai media massa yang paling efektif saat ini, dan banyak menarik simpati serta perhatian masyarakat luas, ini dikarenakan pada televisi perkembangan teknologinya sangat cepat. Hal ini disebabkan oleh sifat audio visualnya yang tidak dimiliki oleh media massa lainnya, sedangkan dalam hal penayangannya televisi memiliki jangkauan yang tidak terbatas. Dengan modal visual yang dimiliki, siaran televisi bersifat sangat komunikatif dalam memberikan pesan-pesannya, karena itulah media televisi sangat bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap maupun perilaku dan sekaligus perubahan pola berpikir. (Sastro, 1992 : 23).

Pertelevisian di Indonesia dewasa ini berkembang sangat pesat. Tentu ini merupakan salah satu fakta tumbuhnya perekonomian didalam dan luar negeri sejalan juga dengan semangat mewujudkan demokratisasi. Kegiatan manusia (pemirsa televisi) dalam menonton televisi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka baik berupa informasi, pendidikan maupun hiburan. Kebutuhan pemirsa yang demikian besar pun dapat dimengerti oleh satasiun televisi sehingga semua stasiun televisi berlomba-lomba dalam memberikan acara yang menarik dan menambah acara hiburannya. Sesuai dengan perkembangan jaman yang selalu maju, banyak stasiun televisi swasta memberikan suguhan hiburan yang menarik untuk ditonton. Hiburan-hiburan televisi bisa berupa acara musik, Film asing maupun lokal, acara komedi, sinetron, talkshow, reality show maupun kuis.


(16)

3

Dunia pertelevisian di Indonesia berkembang dengan pesat, terbukti dengan hadirnya 11 stasiun televisi, yaitu RCTI, SCTV, AN-TV, INDOSIAR,TRANS TV, TRANS 7, METRO TV, TV ONE, Global Tv, MNC TV dan TVRI yang mengudara secara nasional dan juga beberapa TV local.

Televisi memang tidak pernah kehabisan ide untuk menarik perhatian pemirsa, setelah televisi berhasil memikat pemirsa dengan tayangan infotaiment dan sinetron, kini para kreator progam menyita para pengikutnya dengan acara baru, yaitu Reality show dengan format tayangan variety show dan bersaing untuk mendapatkan rating yang tinggi. Perkembangan yang semakin pesat tersebut dirasakan sejak lahirnya televisi swasta pertama di Indonesia yaitu RCTI pada tahun 1989 di Jakarta. Saat ini tidak kurang dari 10 stasiun televisi swasta nasional yang melakukan siaran dan ini belum termasuk apa yang disebut dengan TV komunitas (lokal).

Maraknya persaingan antara stasiun televise swasta berpengaruh pada progam acara yang dibuat, mulai acara berita, reality show, music, film, sinetron, pendidikan, kesehatan, misteri, kriminalitas, tolk show, sampai acara yang menampilkan subjek dan obyek realitas, yakni progam acara yang diangkat berdasarkan kisah nyata. Dengan berbagai macam acara yang ditampilkan akan membuat pemirsa televise bebas untuk memilih acara-acara mana yang disukai.

Berkaitan dengan progam acara reality show, Trans TV merupakan salah satu stasiun televisi swasta nasional yang memiliki progam reality show seperti termehek-mehek, realigi, IMB, primitive runaway, jika aku menjadi, jelajah, dan kejamnya dunia. Sebuah progam yang sedikit unik adalah primive runaway, tayangan yang hadir setiap hari jum’at pukul 19.30 – 20.30 WIB Sebuah program


(17)

yang mengajak seorang artis bersama salah satu sahabat, keluarga, suami-istri atau orang terdekatnya untuk tinggal (menetap) di salah satu suku yang ada di Indonesia, untuk mempelajari semua adat istiadat, budaya maupun kebiasaan sebuah suku.(http://www.transtv.co.id/)

Program yang berdurasi sekitar 60 menit tersebut menyuguhkan realitas kehidupan sehari-hari masyarakat yang hidup di pedalaman Indonesia. Bagaimana jika seorang selebriti hidup bersama suku pedalaman Indonesia dengan segala keterbatasan seperti mandi disungai, memasak dengan mengunakan kayu bakar, berpakaian ala kadarnya. Tayangan ini tidak hanya mengajak selebriti bermain-main, tetapi juga membangun rasa empati dan merasakan kehidupan penuh risiko dan menantang.

Reality show “ primitive runaway” ini sengaja dibuat untuk melihat sejauh mana seorang selebriti untuk mempelajari semua adat istiadat, budaya maupun kebiasaan sebuah suku. kebiasaan yang terkadang luput dari perhatian kita. Dengan dipandu langsung oleh selebriti yang mengisi acara tersebut progam berdurasi 60 menit itu meyuguhkan kehidupan dan kebiasaan suku pedalaman yang luput dari kehidupan kita.

Dalam progam acara ini tidak hanya menyentuh hiburan dan informasi tetapi dapat mengukur seberapa besar kepedulian ketika dihadapkan dengan orang-orang yang hidup didalam suku pedalaman dan penonton akan lebih peduli dengan lingkungan sekitar dan menjadikan interaksi social dengan masyarakat menjadi lebih baik. Terkadang, penonton dibuat tersenyum melihat reaksi spontan dari bintang tamu yang menjadi kaget, bahkan takut saat mengetahui budaya maupun kebiasaan sebuah suku yang akan dilakukannya. Di reality show “primitive runaway” ini


(18)

5

bintang tamu baru akan mengetahui budaya maupun kebiasan sebuah suku sampai di lokasi kerja. Ditemani seorang pemuka adat dalam pekerjaan tersebut para selebriti akan ditantang melakukan kebiasaan yang sehari – hari disuku tersebut.

Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang motif remaja Surabaya dalam menonton tayangan reality show "primitive runaway” yang ditayangkan oleh Trans TV. Keunikan acara ini adalah para selebriti akan diajak untuk tinggal (menetap) disuatu suku yang ada di Indonesia untuk mempelajari semua adat istiadat, budaya, maupun kebiasaan sebuah suku.

Menurut Thorn Burg, motif merupakan sesuatu yang menggerakkan tingkah laku, selain itu motif memberikan arah bagi tingkah laku, motif juga dapat menimbulkan intensitas dalam bertindak, serta merupakan kunci pemuas kebutuhan. Motif dapat timbul karena adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Individu merespon kebutuhan tersebut dengan bertingkah laku, bertindak untuk memenuhi kebutuhan tersebut melalui penggunaan media. (Effendy, 1989 : 34)

Kebutuhan-kebutuhan (needs) inilah yang menyebabkan timbulnya motif yang mendorong aktifitas individu menggunakan media tertentu, artinya individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya. Motif adalah pengertian yang melingkupi seluruh penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan individu berbuat sesuatu (Gerungan,2000:140). Menurut McQuail (2002:72) motif meliputi: motif kognitif yaitu kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat tertentu yang diinginkan, Motif Identitas Pribadi yaitu kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khlayak sendiri, Motif Integrasi


(19)

dan Interaksi Sosial yaitu kebutuhan akan Integrasi dan Interaksi Sosial, dan Motif Hiburan yaitu kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan. Maka pada dasarnya motif itu timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan atau identik dengan kebutuhan. Dari berbagai kebutuhan tersebut muncul teori Uses and gratification mengasumsikan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya ialah pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus (Effendi, 2003:290). Selanjutnya berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan media maka penelitian ini menggunakan teori Uses and Gratifications, dimana sebenarnya khalayak adalah pihak yang aktif dan menggunakan media tertentu untuk memenuhi kebutuhannya. (Rakhmat, 2001 : 65)

Motif kognitif, adalah motif yang mendasari penonton dalam membutuhkan informasi mengenai peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia. Mendapatkan pengetahuan tentang hal- hal yang ada atau terjadi di sekitar mereka. Penonton ingin memuaskan rasa ingin tahu dan mengetahui minat umum.keinginan untuk belajar atau bisa juga untuk pendidikan diri sendiri. Dan juga bisa untuk memperoleh rasa aman dan memupuk empati melalui penambahan pengetahuan penonton melalui tayang “primitive runaway”, mungkin melalui informasi dari “primitive runaway” penonton akan lebih peduli dengan lingkungan sekitarnya.

Motif identitas personal adalah motif yang mendasari penonton untuk menemukan penunjang nilai-nilai pribadi , menemukan model perilaku, mengidntifikasikan diri dalam nilai-nilai lain, meningkatkan pemahaman tentang diri


(20)

7

sendiri. Dengan contoh, penonton dapat mengukur seberapa besar kepedulian dan empati dirinya ketika di hadapkan dengan orang – orang yang hidup didalam suku pedalaman seperti di tayangkan dalam “primitive runaway”

Motif integrasi dan interaksi sosial adalah motif yang mendasari penonton untuk memenuhi kebutuhan tentang bagaimana mereka berhubungan dengan lingkungan sekitar mereka, bagaimana meraka bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat. Mungkin dengan menonton dan menyaksikan bagaimana sulitnya para selebritis hidup dan tinggal menetap bersama suku pedalaman, penonton akan lebih bisa lebih peduli dengan lingkungan sekitarnya dan menjadikan interaksi social dengan masyarakat mnjdai lebih baik.

Motif Diversi adalah motif yang mendasari penonton untuk melepaskan diri dari permasalahan, bersantai, memperoleh kenikmatan jiwadan estetis, penyaluran emosi, dan mengisi waktu. Mungkin dengan menonton tingkah para selebritis yang terlihat konyol dan lucu saat melakukan pekerjaannya dalam “primitive runaway” penonton dapat lepas dari kepenatan dan mendapatkan semangat baru untuk beraktifitas kembali.

. Jadi jelaslah individu menggunakan media massa karena didorong oleh motif–motif tertentu. Artinya, individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya. Ada berbagai kebutuhan yang dapat dipuaskan oleh media massa. Kita ingin mencari kesenangan, media massa dapat dapat memberikan hiburan. Kita mengalami goncangan batin, media massa memberikan kesempatan untuk melarikan diri dari kenyataan. Kita kesepian dan media massa juga dapat berfungsi sebagai sahabat. (Rakhmat, 2004 : 207).


(21)

Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audio visual merupakan media paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian masyarakat secara luas. Hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya perkembangan jaringan televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke wilayah terpencil. Kultur yang dibawa oleh televisi dengan sendirinya mulai tumbuh di masyarakat. (Wibowo, 2007:17)

Televisi tidak mengenal jarak dan rintangan. Peristiwa di suatu kota di Negara yang satu dapat ditonton dengan baik di Negara lain, tanpa mengenal rintangan berupa laut maupun jurang. Kehadiran televise dapat menembus ruang dan jarak geografis pemirsa (Effendy, 2000,177)

Pada penelitian ini sampel yang akan diteliti adalah remaja Surabaya yang berusia 13 – 21 tahun karena segmentasi dari acara primitive runaway ini adalah para remaja. Selain itu pada fase remaja merupakan masa dimana mereka perpindahan dari anak menuju ke dewasa serta mempunyai tingkat keingintahuan yang tinggi (selalu ingin tahu) terhadap sesuatu yang baru. Itu juga mengutip pernyataan Menteri kebudayaan dan pariwisata pentingnya remaja mengenal dan mempelajari kebudayaan adat istiadat masyarakat Indonesia (http://okezone.com).

Masa remaja terjadi pada usia 13 - 15 tahun, masa remaja akhir pada usia 16 – 18 tahun, dan masa dewasa awal pada usia 19 – 21 tahun, pada periode ini terjadi perubahan yang sangat berarti dalam segi psikologis, emosional, sosial, serta intelektualnya (Monks, 2002 : 260).

Kegiatan khalayak dalam menonton program acara televisi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka, baik berupa informasi, pendidikan, maupun hiburan. Akan tetapi dalam masalah kepuasan, khalayak


(22)

9

memiliki penafsiran sendiri yang mungkin berbeda-beda, dan tergantung dari motif masing-masing khalayak tersebut dalam menonton program acara di televisi.

Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi di Surabaya, yaitu remaja dengan umur 13 – 21 tahun . Pemilihan kota Surabaya sebagai lokasi penelitian dikarenakan kota Surabaya adalah kota metropolis kedua setelah Jakarta yang dimana aktivitas malam hari sama dengan siang hari. Juga karena saat ini siaran televisi sudah menjangkau hampir seluruh daerah di Indonesia.

1.1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang diajukan adalah : Bagaimana motif remaja Surabaya dalam menonton tayangan reality show primitive runaway di Trans TV ? .

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motif remaja Surabaya dalam menonton tayangan reality show primitive runaway di Trans TV.

1.2.1 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perkembangan ilmu komunikasi tentang penelitian terhadap motif khalayak dalam mengkonsumsi media, khususnya media televisi sebagai referensi yang berguna untuk penelitian selanjutnya.


(23)

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi industri media untuk memperhatikan kebutuhan khalayak. Selain itu penelitian dapat memberikan motivasi bagi industri media untuk selalu kreatif dalam mengemas program acaranya tanpa mengabaikan sisi edukatifnya.


(24)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Televisi

Televisi adalah paduan radio (broadcast) dan film (moving picture). Para penonton di rumah-rumah tidak mungkin menangkap siarat televisi, kalau tidak ada unsur-unsur radio. Dan tidak mungkin dapat melihat gambar-gambar yang bergerak pada layar pesawat televisi, jika tida ada unsur-unsur film. (Effendy, 2003:174)

Televisi terdiri dari istilah “tele” yang berarti jauh dan “visi” (vision) yang berarti penglihatan. Segi “jauh”-nya diusahkan oleh prinsip radio dan segi “penglihatan”-nya oleh gambar. Tanpa gambar tidak mungkin ada apa-apa yang dapat dilihat. Para penonton dapat menikmati siarat televisi, kalau pemancar televisi tadi memancarkan gambar. Dan gambar-gambar yang dipancarkan itu adalah gambar-gambar yang bergerak. (Effendy, 2003:174)

Televisi dikatakan sebagai “saudara muda” dari radio, karena lahirnya sesudah radio dan karenanya, sebagaimana dikatakan tadi dasarnya adalah radio.

Kelebihan televisi dari media massa lainnya ialah kemampuan menyajikan

berbagai kebutuhan manusia, baik hiburan, inforamsi, maupun pendiidikan dengan sangat memuaskan. Penonton televisi tidak perlu susah-susah pergi ke gedung bisokop atau gedung sandiwara karena pesawat televisi menyajikan ke rumah. (Effendy, 2004:60)


(25)

Televisi saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama di depan pesawat televisi dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk ngobrol dengan keluarga atau pasangan mereka. Bagi banyak orang televisi adalah teman, televisi menjadi cermin perilaku masyarakat dan televisi dapat menjadi candu. (Morrisan, 2004:1).

2.1.2. Pengaruh Televisi Terhadap Sistem Komunikasi

Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak terlepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan pada umumnya. Bahwa televisi menimbulkan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Indonesia, sudah banyak yang mengetahui dan merasakannya. Tetapi sejauh mana pengaruh yang positif dan sejauh mana pengaruh yang negatif, belum diketahui banyak. Di Indonesia, meskipun tidak sebanyak di negara-negara yang sudah maju, penelitian telah dilakukan, baik oleh Departemen Penerangan sebagai lembaga yang paling berkompeten, maupun oleh perguruan-perguruan tinggi. (Effendy, 2003:191)

Acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan perasaan para penonton, ini adalah hal yang wajar. Jadi, jika ada hal-hal yang mengakibatkan penonton terharu, terpesona, atau latah bukanlah sesuatu yang istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologi dari televisi ialah seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga penonton tersebut dihanyutkan dalam suasana pertunjukan televisi. (Effendy, 2003:192)

Adalah kelatahan atau barangkali lebih tepat dikatakan peniruan yang seringkali dipermasalahkan yakni peniruan yang negatif, kenyataan televisi tidak selalu menimbulkan pengaruh peniruan negatif, tidak jarang juga yang positif. Yang


(26)

13

menjadi persoalan sekarang bagaimana kita harus menggalakkan peniruan yang positif dan mencegah peniruan yang negatif. (Effendy, 2003:192)

2.1.3. Teori Kebutuhan

Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila pegawai kebutuhannya tidak terpenuhi maka pegawai tersebut akan menunjukkan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi maka pegawai tersebut akan memperlihatkan perilaku yang gembira sebgaai manifestasi dari rasa puasnya.

Abraham Maslow mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut (Mangkunegara, 2002):

a. Kebutuhan fisiologis, kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah

atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar.

b. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman,

bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup.

c. Kebutuhan untuk merasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima oleh

kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.

d. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati, dan dihargai oleh orang lain.

e. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunkaan

kemampuan, skill, dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan


(27)

2.1.4. Definisi dan Deskripsi Motif

Motif adalah suatu pengertian yang meliputi semua penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dari dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Istilah berbuat sesuatu tersebut disebabkan adanya tujuan yang hendak dicapai. Pencapaian tujuan itu merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan.

Kebutuhan-kebutuhan (needs) inilah yang menyebabkan timbulnya motif yang mendorong aktifitas individu menggunakan media tertentu, artinya individu mencari pemuasan sejumlah kebutuahn dari penggunaan media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya. Motif adalah pengertian yang melingkupi seluruh penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan individu berbuat sesuatu (Gerungan,2000:140).

Blumer (Rakhmat, 1999 : 66) motif meliputi: motif kognitif yaitu keinginan untuk menambah pengetahuan baru. Motif identitas personal yaitu keinginan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.Dan motif Integratif Personal yaitu keinginan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk memperkuat kepercayaan, kesetiaan, dan status pribadi.Maka pada dasarnya motif itu timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan atau identik dengan kebutuhan.

Motif itu akan dapat mempengaruhi manusia dalam melakukan aktifitas tertentu untuk memenuhi kebutuhan kepuasan pada diri individu dan motif seseorang dapat berbentuk melalui serangkaian pengalaman bersifat konstan meskipun ada kemungkinan berubah.

Motif merupakan pencerminan motif dan mengaktifkan perilaku. Pada umumnya peranan motif dalam segala tingkah laku manusia besar sekali. Dan


(28)

15

tampak bahwa motif orang pada umumnya banyak rupanya dan pada mulanya berasal dari dalam dirinya dan ada yang berasal dari luar dirinya (Gerungan, 2000 : 144).

Untuk memudahkan pengukuran tentang motif, maka didasarkan pada pendapat McQuail (2002:72) sebagai berikut:

1. Motif Kognitif

Kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat tertentu yang diinginkan, yang terdiri dari:

a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan

lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia

b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat dan

hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan

c. Mengetahui pengalaman-pengalaman orang lain tentang pekerjaan mereka

d. Mendapatkan informasi tentang kondisi masyarakat dan dunia

2. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity)

Kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khlayak sendiri, yang terdiri dari:

a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi

b. Meningkatkan rasa empati dan kepedulian terhadap lingkungan

c. Menemukan model perilaku, panutan atau figur untuk dicontoh

d. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri

3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (Personal Relationships) Kebutuhan akan Integrasi dan Interaksi Sosial terdiri dari:


(29)

a. Meningkatkan hubungan baik dengan masyarakat sekitar

b. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial

c. Memperoleh teman selain dari manusia (media)

d. Memungkinkan individu untuk dapat menghubungi sanak-keluarga, teman,

dan masyarakat 4. Motif Hiburan (Diversi)

Kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan, yang terdiri dari:

a. Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan

b. Bersantai

c. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis

d. Mengisi waktu

2.1.5. Remaja Sebagai Pemirsa Televisi

Secara psikologis, remaja adalah suatu masa dimana individu mulai terintegrasi beralih kedalam masyarakat dewasa. Pada masa remaja perkembangan intelektual juga sedang mengalami perkembangan yang pesat dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya kedalam masyarakat dewasa, tetapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan.

Seperti yang dikatakan Monks. (2002 : 260) dalam bukunya psikologi perkembangan, bahwa remaja dibagi menjadi tiga fase yaitu : masa remaja awal


(30)

(13-17

15 tahun), masa remaja pertengahan (16-18 tahun) dan masa remaja akhir (19-21 tahun). Istilah remaja masih digunakan bagi mereka bahkan sampai usia 21 tahun, menunjukkan bahwa mereka masih pada tahap peralihan dari dunia remaja ke dunia dewasa.

Masa remaja merupakan fase perkembangan manusia yang sangat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif. Emosi maupun fisik. Perkembangan intelekyual yang terus menerus menyebabkan remaja mencapai tahap berfikir operasional formal. Tahap ini memungkinkan remaja mampu berfikir secara lebih abstrak, menguji hipotesis dan mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanyadaripada sekadar melihata apa adanya. Kemampuan intelektal ini yang membedaka fase remaja dengan fae-fase sebelumya (Ali, 2005:9). Karena itulah pada fase ini remaja yang sedang mengalami perkembangan intelektual menjadi haus akan informasi, dan informasi bisa di dapat dari berbagai sumber yang termasuk di antaranya adalah media massa.

Di dalam kamus bahasa indonesia, remaja didefinisikan sebagai suatu fase dalam kehidupan mulai dewasa, sudah sampai umur untuk kawin. Zakiyah darajat (1974) mengkategorikan bahwa masa remaja sebagai anak yang ada pada masa peralihan dari masa anak anak menuju usia dewasa. Pada masa peralihan ini biasanya terjadi percepatan pertumbuhan dalam segi fisik maupun psikis. Baik ditinjau dalam bentuk badan, sikap,cara berpikir, dan bertindak, mereka bukan lagi anak-anak. Mereka juga belum dikatakan manusia dewasa yang memiliki kematangan pikiran.

Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton dan pemirsa sebagai


(31)

media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang lebih ditekankan, khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu memiliki jumlah yang besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonym, serta mempunyai kelemahan dalam ikatan organisasi sosial sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat berubah dengan cepat (Mc.Quail, 1994:201).

Pemirsa merupakan sasaran komunikasi massa melalui media televisi. Komunikasi dapat efektif, apabila pemirsa terpikat perhatiannya, tertarik minatnya, mengerti, dan melakukan kegiatan yang diinginkan komunikator. Pada dasarnya pemirsa televisi dapat dibedakan dalam 4 hal yaitu: pertama, heterogen (aneka ragam) yakni pemirsa televisi adalah massa, sejumlah orang sangat banyak, yang sifatnya heterogen terpencar-pencar diberbagai tempat. Selain itu pemirsa televisi dapat dibedakan pula menurut jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan taraf kehidupan, dan kebudayaan. Kedua, pribadi yakni untuk dapat diterima dan dimengerti oleh pemirsa, maka isi pesan yang disampaikan melalui televisi bersifat pribadi dalam arti sesuai dengan situasi pemirsa saat itu. Ketiga, aktif yakni pemirsa sifatnya aktif. Mereka aktif, seperti apabila mereka menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun televisi mereka berpikir aktif, aktif melakukan interprestasi. Mereka bertanya-tanya pada pada dirinya, apakah yang diucapkan oleh seorang penyiar televisi, benar atau tidak. Keempat, selektif yakni pemirsa sifatnya selektif. Ia memilih program televisi yang disukainya (Effendy, 1990:84).

2.1.6. Tayangan Reality Show

Sebuah tayangan reality show merupakan suatu bentuk tayangan yang menyajikan kisah kehidupan nyata ( realitas ) yang dikemas dalam drama atau


(32)

19

hiburan. Tayangan reality show yang ada dan pernah ditayangkan oleh beberapa stasiun televisi swasta diantaranya adalah termehek-mehek, curhat, minta tolong, bedah rumah, orang ketiga, jejak petualang dan lainnya. Acara-acara tersebut sangat diminati oleh khalayak karena mampu menyajikan tampilan lain daripada yang lainnya, menghibur dan nyata.

Acara-acara reality show yang ditayangkan tersebut dalam kenyataanya membawa dampak atau efek terhadap tingkat emosional khalayak. Masing-masing khalayak mempunyai tingkat emosi yang berbeda. Ada yang sangat senang dengan tayangan tersebut ada yang biasa saja dan sebagainya.

Dari beberapa acara reality show tersebut dalam penelitian ini yang akan di teliti adalah reality show primitive runaway. Hal ini disebabkan acara reality show primitive runaway merupakan acara reality show yang akan mencoba membangun rasa empati para selebriti maupun pamirsanya dengan menantang meraka melakukan dan merasakan kehidupan para selebrity yang berbeda jauh dengan kehidupan masyarakat pedalaman. Acara relity show ini menyampaikan pesan moral yang sangat baik bagi pemirsanya. Dengan demikian diharapkan pesan tersebut akan diikuti oleh masyarakat pemirsanya.

2.1.7. Acara Primitive Runaway di Trans TV

Primitive runaway sengaja dibuat untuk melihat sejauh mana seorang selebriti untuk mempelajari semua adat istiadat, budaya maupun kebiasaan sebuah suku, kebiasaan yang terkadang luput dari perhatian kita. Dengan dipandu langsung oleh


(33)

selebriti yang mengisi acara tersebut, progam berdurasi 60 menit itu menyuguhkan kehidupan dan kebiasaan suku pedalaman yang luput dari kehidupan kita. Primitive Runaway tayang setiap hari Jum’at pukul 19.30 WIB di Trans TV

2.1.8 Teori Uses dan Gratifications

Teori Uses dan Gratifications merupakan pergeseran fokus dari tujuan

komunikator ke tujuan komunikan. Model ini menentukan fungsi komunikasi massa dalam melayani khalayak. (Effendy, 2003:289)

Pendekatan Uses dan Gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi

permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobot ialah pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus.

Mengenai kebutuhan biasannya orang merujuk kepada hirarki kebutuhan yang ditampilkan oleh Abraham Maslow. Ia membedakan lima perangkat kebutuhan dasar:

1. Psysiological needs (kebutuhan fisiologi) adalah kebutuhan primer yang

menyangkut fungsi biologis bagi organisme manusia seperti kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan fisik.

2. Safety needs (kebutuhan keamanan) adalah kebutuhan mengenai perlindungan

dari bahaya, perlakuan tidak adil, dan terjaminnya keamanan diri.

3. Love needs (kebutuhan cinta) adalah kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan


(34)

21

4. Esteem needs (kebutuhan penghargaan) adalah kebutuhan dihargai secara

prestasi, kemampuan, kedudukan atau status.

5. Self-actualization needs (kebutuhan aktualisasi diri) adalah kebutuhan

mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimal, kreativitas dan ekspresi diri.

Model ini memulai dengan lingkungan social (social environment) yang menentukan kebutuhan kita. Lingkungan social tersebut meliputi cirri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual (individual’s needs) dikategorisasikan sebagai cognitive needs, effective needs, personal integrative, social integrative needs, dan escapist needs.

1. Cognitive needs (kebutuhan kognitif) adalah kebutuhan yang berkaitan dengan

peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungannya.

2. Affective needs (kebutuhan Afekjtif) adalah kebutuhan yang berkaitan dengan

peneguhan pengalaman-pengalaman estetis, menyenangkan dan emosional.

3. Personal integrative needs (kebutuhan pribadi secara integratif) adalah

kebutuhan yang terkait dengan kreatifitas.

4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif) adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia.

5. Escapist needs (kebutuhan pelepasan) adalah berkaitan dengan upaya

menghindar dari tekanan, ketegangan dan hasrat akan keanekaragaman.

Untuk memperoleh kejelasan mengenai Model Uses and Gratification maka Katz, Gurevitch dan Haas mengemukakan gambar model Uses and Gratification dalam Effendy (2003 : 293) adalah sebagai berikut :


(35)

Gambar 2.1

Uses dan Gratification Model

Pada perilaku penggunaan media, teori Uses and Gratification menyatakan bahwa pemilihan dan penggunaan media massa ditentukan oleh khalayak berdasarkan kebutuhan yang ingin dipenuhi, sehingga terfokus pada apa yang dilakukan khalayak pada media massa yang diteliti disini adalah motif mengkonsumsi media untuk mencari kepuasan.

2.2 Kerangka Pikir

Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Televisi merupakan media yang dapat mendominasi komunikasi massa, karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan kainginan

Social Environment 1.Demographic

characteristics 2.Group affiliations 3.Personality

characteristics (psychological dispositions)

Individual’s Needs 1.Cognitive needs 2.Affecnitive needs 3.Personal integrative

needs

4.Social integrative needs

5.Tension-release or escape

Nonmedia Sources of Needs Satisfaction 1.family, friends 2.Interpersonal

communication 3.Hobbies 4.Sleep 5.Drugs etc

M ass M edia Use

1.M edia t ype-new spaper, radio, TV, movies 2.M edia cont ent s. 3.Exposure t o

media, per se 4.Social cont ext of

media exposure

M edia Grat ificat ions (Funct ions)

1. Surveillance 2. Diversi/entertainme

nt 3. Personal


(36)

23

khalayak. Televisi mempunyai kelebihan dari media massa lainnya yaitu bersifat audio visual (didengar dan dilihat). Dapat menggambarkan kenyataan dan langsung dapat menyajikan peristiwa yang sedang terjadi kesetiap rumah para pemirsa dimanapun dan dimanapun mereka berada. Melalui media massa televisi, masyarakat dapat menyaksikan banyak program acara mulai dari hiburan sampai berita (news), apalagi semakin banyak stasiun televisi yang bermunculan dan menyuguhkan banyak sekali program acara yang dikemas dengan semenarik mungkin, sehingga membuat masyarakat untuk lebih aktif memilih program acara yang sesuai dengan kebutuhan untuk menggunakan media massa.

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengetahui motif remaja Surabaya tentang program acara reality show “ Primitive Runaway” di Trans TV. Peneliti berusaha mengetahui hal tersebut diatas melalui motif seseorang terhadap objek yang disebabkan karena kondisi yang mempengaruhi pandangan seseorang, latar belakang pengetahuan (frame of reference) yang berbeda, budaya dan psikologis individu yang berbeda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

Gambar 2.2.

Bagan Kerangka Berpikir penelitian dalam menonton motif remaja Surabaya tentang Program acara reality show “Primitive Runaway”

di Trans TV.

Motif Pemirsa Dalam Menonton :

- Motif Informasi

- Motif Indentitas Pribadi - Motif Integrasi Dan

Interaksi Sosial - Motif Diversi

Program Acara “Primitive Runaway”

Analisis


(37)

24 3.1. Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis, tetapi akan menggambarkan secara sistematis tentang bagaimana motif remaja Surabaya terhadap tayangan reality show “primitive runaway” di TransTV

A. Motif

Dalam hal ini motif dapat dioperasionalisasikan sebagai penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dari dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu motif timbul karena adanya kebutuhan dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan.

Untuk memudahkan pengukuran, maka dalam penelitian ini digunakan kategori motif menurut McQuail (2002:72), dimana motif tersebut meliputi:

1. Motif Kognitif

Kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat tertentu yang diinginkan, yang terdiri dari:

a. Ingin mengetahui kondisi dan jenis- jenis pekerjaan yang ada di masyarakat b. Mencari tahu bagaimana teknis dari pekerjaan – pekerjaan yang kadang luput


(38)

25

c. Ingin mengetahui pengalaman masyarakat yang menuturkan kisah tentang suka duka mereka dalam melakukan pekerjaan yang ber resiko.

d. Ingin mendapatkan informasi tentang kondisi masyarakat 2. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity)

Kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri, yang terdiri dari:

a. Menemukan penunjang nilai – nilai pribadi

b. Memupuk rasa empati dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar c. Menemukan model perilaku dan figure untuk dicontoh

d. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri 3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (Personal Relationships)

Kebutuhan akan Integrasi dan Interaksi Sosial terdiri dari:

a. Sebagai pertimbangan dalam beruhubungan dan bergaul dengan masyarakat

b. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial dengan lingkuangan sekitar

c. Memperoleh teman media baru dengan melihat acara televisi

d. Memungkinkan seseorang untuk berhubungan dengan masyarakat sekitar

4. Motif Hiburan (Diversi)

Kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan, yang terdiri dari:


(39)

b. Untuk bersantai.

c. Melepas diri dari kejenuhan. d. Mengisi waktu luang.

Indikator untuk motif masyarakat di wilayah Surabaya dapat ditunjukkan melalui total skor dari seluruh jawaban responden atas pernyataan-pernyataan yang diajukan dalam kuisioner, sehingga untuk mempermudah dapat diuraikan sebagai berikut:

STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1

TS (Tidak Setuju) diberi skor 2

S (Setuju) diberi skor 3

SS (Sangat Setuju) diberi skor 4

Dalam penelitian ini tidak digunakan alternative jawaban ragu-ragu (undecided), alasannya menurut Hadi (1981:20) adalah sebagai berikut:

a. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat memberikan jawaban netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda (multi interpretable) ini tidak diharapkan dalam instrument.

b. Tersedianya jawaban ditengah menimbulkan kecenderungan menjawab ketengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan jawabannya.

c. Disediakan jawaban ditengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring oleh responden.


(40)

27

Motif remaja Surabaya terhadap tayangan reality show “primitive runaway” di TransTV digolongkan menjadi tiga yaitu rendah, sedang, tinggi yang ditentukan berdasarkan jumlah skor jawaban masing-masing responden. Jumlah skor yang menjadi batasan skor untuk lebar interval tingkat rendah, sedang, dan tinggi menggunakan rumus:

Range (R): Skor tertinggi – Skor terendah Jenjang yang diinginkan

Keterangan:

Range (R) : Batasan dari setiap tingkatan

Skor Tertinggi : Pertanyaan antara nilai tertinggi dengan Jumlah item pertanyaan

Skor Terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan Jumlah item pertanyaan

Jenjang : 3

Melalui rumus diatas maka diperoleh tingkat interval untuk mengetahui motif masyarakat Surabaya terhadap tayangan reality show “primitive runaway” di TransTV, untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Pada motif kognitif terdapat 4 pertanyaan tentang responden terhadap tayangan reality show “primitive runaway” yang ingin mengetahui kondisi dan jenis – jenis pekerjaan yang ada di masyarakat, responden ingin mengetahui teknis dari pekerjaan – pekerjaan tersebut. Selain itu responden


(41)

juga Ingin mengetahui pengalaman masyarakat yang menuturkan kisah suka dukanya melakoni pekerjaannya. Responden Ingin mendapatkan informasi tentang makna kondisi masyarakat. Semua hal tersebut dilakukan responden. Motif Informasi = (4 x 4) – (1 x 4) = (16 – 4) = 4

3 3 Rendah = 4 – 7

Sedang = 8 – 11

Tinggi = 12 – 16

2. Pada motif identitas personal terdapat 4 pertanyaan mengenai responden terhadap tayangan reality show “primitive runaway” yang ingin menemukan penunjang dalam nilai-nilai pribadinya, responden dapat memupuk rasa peduli terhadap lingkungannya. Selain itu responden dapat menemukan tokoh atau profil untuk dijadikan panutan di kehidupan sehari-hari. Responden dapat mengidentifikasi diri dengan orang-orang yang ada dalam acara “primitive runaway” di TransTV.

Motif Identitas Personal = (4 x 5) – (1 x 4) = (16– 4) = 12 3 3

Rendah = 4 – 7

Sedang = 8 – 11

Tinggi = 12 – 16

3. Pada motif integrasi dan interaksi social terdapat 4 pertanyaan terhadap responden tentang tayangan reality show “primitive runaway”, responden


(42)

29

ingin sebagai pertimbangan dalam bergaul di masyarakat dan menemukan bahan percakapan saat berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Selain itu responden juga ingin mencari teman media baru, serta memungkinkan berhubungan lebih baik dengan masyarakat sekitar.

Motif integrasi social =(4 x 4) – (1 x 4) = (16 – 4) = 12 3 3

Rendah = 4 – 7

Sedang = 8 – 11

Tinggi = 12 – 16

4. Pada motif hiburan terdapat 4 pertanyaan tentang responden terhadap tayangan reality show “primitive runaway” respondeningin mencari hiburan, dan bersantai. Responden Ingin menghilangkan stres karena rutinitas yang padat, atau responden karena anda ingin mengisi waktu luang.Responden ingin ingin bersantai setelah seharian beraktivitas.

Motif Hiburan = (4 x 4) – (1 x 4) = (16 – 4) = 12 3 3

Rendah = 4 – 7

Sedang = 8– 11


(43)

3.2Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh remaja di Surabaya, sebagai batasan dari usia penelitian ini peneliti memilih usia 13 – 21 tahun. Penempatan usia ini didasarkan pada massa remaja pertengahan rata-rata berusia 13 – 21 tahun, maka sebagian besar remaja memiliki usia yang masuk dalam kategori pemirsa acara reality show primitive runaway. Remaja yang berusia 13 – 21 tahun di wilayah surabaya berjumlah 367.136 jiwa (Badan Pusat Statistik 2009) yang tersebar di lima wilayah yaitu surabaya pusat, surabaya utara, surabaya selatan, surabaya timur, dan surabaya barat.

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Penentuan sampel di tentukan dengan rumus Yamane. Rumus tersebut dapat ditunjukkan di bawah ini :

n =

Keterangan :

n : Sampel : Presisi/derajat ketelitian (0,1)

N : Populasi 1 : Angka konstan

(Rakhmat, 2001:82)

( )

2 +1 d N

N

2


(44)

31

Berdasarkan rumus Yamane, sampel yang dapat diambil adalah :

n = 367.136

367.136 ( )+1

= 99,97 dibulatkan 100

Jadi sampel yang dapat diambil adalah 100 remaja dari 4 kecamatan di Surabaya yang telah dipilih secara acak.

Untuk teknik penarikan sampel yaitu dengan menggunakan two-stage cluster random sampling. Penggunaan metode cluster random sampling ini karena mempunyai keistimewaan bahwa populasi yang letaknya tersebar secara geografis, sehingga sulit untuk mendapatkan kerangka sampel dari semua unsur-unsur yang terdapat dalam populasi tersebut. Untuk mengatasi hal ini maka unit-unit analisa dikelompokkan ke dalam gugus – gugus yang merupakan satuan-satuan darimana sampel akan diambil.

Gambar 3.1


(45)

Keterangan :

N = Level kota

N1, N2 = Level wilayah N1a, N1b, N2a, N2b = Level kecamatan (Rakhmat, 2004:78)

Teknik penarikan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah two-stage cluster random sampling ini dilakukan melalui 2 tahap, sebagai berikut :

a. Tahap pertama, dilakukan pemilihan terhadap wilayah penelitian di kota Surabaya, di mana kota Surabaya terbagi dalam 5 bagian wilayah yaitu Surabaya pusat, Surabaya Utara, Surabaya Timur, Surabaya Selatan, dan Surabaya Barat. Setelah dipilih secara acak dua wilayah yang terpilih adalah Surabaya Pusat dan Surabaya Timur.

b. Tahap kedua, dilakukan pemilihan pada wilayah kecamatan. Kemudian dilakukan pengundian dan terpilih masing-masing dua

N

N1

N1a

N1b

N2


(46)

33

kecamatan pada satu wilayah Surabaya. Pada tahap ini wilayah Surabaya Pusat terpilih dua kecamatan yaitu kecamatan Tegalsari dan Simokerto, sedangkan pada wilayah Surabaya Timur yang terpilih yaitu kecamatan Rungkut dan Gunung Anyar.

Jumlah populasi remaja pada masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut :

a. Kecamatan Tegalsari : 60.049 jiwa

b. Kecamatan Simokerto : 53.634 jiwa

c. Kecamatan Rungkut : 45.716 jiwa

d. Kecamatan Gunung Anyar : 23.351 jiwa +

Jumlah 182.750 Jiwa.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 orang responden yang diambil secara purposive untuk menentukan responden di kecamatan dengan kriteria remaja yang menonton tayangan acara “primitive runaway” di TransTV. Untuk lebih rincinya, jumlah sampel yang akan diteliti tiap-tiap wilayah kecamatan ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

n N n N1= 1×


(47)

n1 : Jumlah masyarakat di satu kecamatan

N1 : Ukuran Stratum ke 1

N : Jumlah seluruh masyarakat 4 kecamatan

n : Jumlah sampel yang telah ditetapkan

(Nasir, 1999:361)

Dengan menggunakan rumus diatas maka dapat diketahui jumlah sampel pada masing-masing kecamatanan adalah sebagai berikut :

a. Kecamatan Tegalsari : 60049 x 100 = 32,85 = 33. 182750

b. Kecamatan Simokerto : 53634 x 100 = 29,34 = 29. 182750

c. Kecamatan Rungkut : 45716 x 100 = 25,01 = 25. 182750

d. Kecamatan Gunung Anyar : 23315 x 100 = 12,75 = 13. 182750

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan sumber-sumber, yaitu:


(48)

35

Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung dari responden. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari penyebaran kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak dapat diperoleh secara langsung dari lapangan. Data sekunder dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi kedua, seperti perpustakaan, pusat pengelolahan data, pusat penelitian, dan lain sebagainya. Data sekunder ini akan digunakan sebagai data penunjang untuk melakukan analisis.

3.4. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah untuk mendiskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari: mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang diajukan.

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang digunakan untuk, menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden.

Data yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus :

% 100

× =

P F N


(49)

Keterangan :

P : Persentase Responden

F : Frekuensi Responden

N : Jumlah Responden

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka dapat diperoleh apa yang diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya dilampirkan dalam tabel yang disebut tabulasi agar mudah diinterpretasikan

NO Motif Frekuensi Prosentase

1 Motif Kognitif A (A/ΣU)100%=F

2 Motif Identitas Pribadi B (B/ΣU)100%= F

3 Motif Integrasi dan Interaksi Sosial C (C/ΣU)100%= F

4 Motif Hiburan D (D/ΣU)100%= F


(50)

36 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat TransTV

TRANSTV dengan komitmen menyajikan tayangan berupa informasi dan hiburan, menghiasi layar kaca di ruang keluarga pemirsa Indonesia. PT. TELEVISI TRANSFORMASI merupakan perusahaan yang dimiliki oleh TRANS COORPORATION yang juga merupakan pemilik dari TRANS7 menyajikan tayangan yang mengutamakan kecerdasan, ketajaman, kehangatan penuh hiburan serta kepribadian yang aktif.

TRANSTV memperoleh ijin siaran pada bulan oktober 1998 setelah dinyatakan lulus dari ujian kelayakan yang dilakukan tim antar departemen pemerintah, maka sejak tanggal 15 desember 2001 TRANS TV memulai siaran secara resmi. Di bawah naungan PT Trans Corpora yang merupakan bagian dari manajemen Para Group, TRANSTV diharapkan dapat menjadi televisi yang maju, dengan program-program in-house productions yang bersifat informatif, kreatif, dan inovatif

Logo TRANSTV berbentuk berlian yang menandakan keindahan dan keabadian. Kilauanya mereflesikan kehidupan dan adat istiadat dari berbagai pelosok daerah di Indonesia sebagai simbol pantulan kehidupan serta budaya masyarakat Indonesia. Huruf dari jenis sherif, yang mencerminkan karakter abadi, klasik, namun akrab dan mudah dikenali.


(51)

TRANSTV berkomitmen untuk menyajikan yang terbaik bagi pemirsanya, dengan menyajikan program informasi seperti Redaksi yang hadir setiap pagi, siang, sore, dan malam yang dikemas secara apik dan dinamis, update dan informatif. TRANSTV juga menghadirkan program berita dan dokumenter lainnya seperti Selamat Pagi, TKP, Asal Usul, yang memberikan wawasan unik dan berbeda bagi pemirsa.

Tidak kalah informatif, program hiburan seperti Insert dan Wara Wiri, semakin lengkap menambah cakrawala di ruang keluarga. Program variety show seperti Full Color dan Komedi Lawak (Kolak) juga selalu dinantikan. TRANSTV juga pernah hadir dengan IMB yang pernah menjadi program fenomenal di Indonesia.

Program sport TRANSTV juga selalu dinantikan oleh para pecinta olahraga. para pecinta otomotif, MotoGP dan Superbike mengajak Anda untuk memacu adrenalin di lintasan balap kelas dunia. TRANSTV juga menyajikan tayangan informasi olahraga setiap hari di layar pemirsa, di antaranya , One Stop Football, dan Galeri Sepakbola Indonesia.

Dilengkapi dengan sajian film-film berkualitas, bioskop TRANSTV hadir pada momen-momen spesial, mengisi layar kaca anda. Serial-serial unggulan juga kerap kami hadirkan seperti Smalville, Supernatural, dan Heroes. Jangan lupakan pula program-program musik yang menyuguhkan persembahan para pemusik Indonesia lewat sajian Derings.


(52)

38

4.1.2. Tayangan primitive runaway

Primitive runaway sengaja dibuat untuk melihat sejauh mana seorang selebriti berani untuk tinggal dan menetap di suatu suku pedalaman yang tidak pernah sekalipun terlintas di benak masyarakat awam. Dengan dipandu lansung selebriti pengisi acara , program berdurasi 60 menit ini akan menyuguhkan realita sehari-hari dalam melakukan pekerjaan yang terkadang luput dari perhatian kita. Program ini akan menyajikan bagaimana jika seorang selebriti hidup bersama suku pedalaman Indonesia dengan segala keterbatasan seperti mandi disungai, memasak dengan mengunakan kayu bakar, berpakaian ala kadarnya. Tayangan ini tidak hanya mengajak selebriti bermain-main, tetapi juga membangun rasa empati dan merasakan kehidupan penuh risiko dan menantang.

4.1.3. Masyarakat Surabaya

Kota Surabaya secara geografis berada di 7° 9’ – 7° 21’ Lintang Selatan dan 112° 36’ – 112° 57’ Bujur Timur, sebagian besar wilayah Kota Surabaya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3 – 6 meter diatas permukaan laut, sebagian lagi pada sebelah Selatan merupakan kondisi berbukit-bukit dengan ketinggian 25 - 50 meter diatas permukaan laut.

Luas wilayah Kota Surabaya + 52.087 Ha, dengan 63,45 persen atau 33.048 Ha dari luas total wilayah merupakan daratan dan selebihnya sekitar 36,55 persen atau 19.039 Ha merupakan wilayah laut yang dikelola oleh Pemerintah Kota Surabaya. Secara administratif wilayah Kota Surabaya terbagi menjadi 31 Kecamatan dan 163 Kelurahan.


(53)

Jumlah penduduk Kota Surabaya yang terdaftar di Kartu Keluarga adalah 2.861.928 jiwa atau sebanyak 755.914 Kepala Keluarga. Komposisi penduduk kota Surabaya berdasarkan jenis kelamin adalah sebanyak 1.437.682 jiwa penduduk laki-laki (50,23 persen) dan 1.424.246 (49,77 persen) jiwa penduduk perempuan. Komposisi penduduk Kota Surabaya berdasarkan kelompok umur atau struktur usia dapat dijelaskan sebagai berikut, proporsi terbanyak adalah pada kelompok usia 26-35 Tahun (557.865 jiwa), selanjutnya adalah pada kelompok usia 36-45 Tahun (524.829 jiwa) dan 46-59 Tahun (464.205 jiwa). Komposisi penduduk kota Surabaya berdasarkan profesi dapat dijelaskan bahwa terbanyak adalah pegawai swasta sejumlah 684.581 jiwa, selanjutnya adalah sebagai ibu rumah tangga sejumlah 527.343 jiwa dan sebagai pelajar sebanyak 448.511 jiwa (http://72.14.235.132/custom?q=cache:8i_uHKjFUO4J:www.surabaya.go.id/pdf/I

LPPD/ILPPD%25202007.pdf+tingkat+pendidikan+rata+- +rata+penduduk+surabaya&cd=2&hl=en&ct=clnk&gl=id&client=pub-5519045392680622/21.40PM)

Kotamadya Surabaya memiliki batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Selat Madura

Sebelah Timur : Selat Madura Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo Sebelah Barat : Kabupaten Gresik

Kotamadya Surabaya terbagi dalam lima wilayah, dengan luas wilayah sebagai berikut :


(54)

40

Surabaya Utara : 38,32 km

Surabaya Timur : 91,19 km

Surabaya Selatan : 64,07 km

Surabaya Barat : 118,01 km

Sedangkan jumlah penduduknya meliputi :

Surabaya Pusat : 352.522 Orang

Surabaya Utara : 480.245 Orang

Surabaya Timur : 783.438 Orang

Surabaya Selatan : 676.902 Orang

Surabaya Barat : 394.839 Orang

Karakteristik masyarakat Surabaya yang menjadi responden pada penelitian ini adalah para remaja yang berusia antara 13 – 21 tahuni yang pernah menonton tayangan acara primitive runaway di TransTV.

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data

Pada bagian ini akan disajikan data hasil penyebaran kuesioner yang telah dibagikan kepada 100 responden, dimana responden tersebut adalah para remaja Surabaya yang berusia antara 13 – 21 tahun yang pernah menonton tayangan acara primitive runaway di TransTV, sehingga diperoleh karakteristik responden dengan perincian sebagai berikut :

4.2.1. Identitas Responden

Jumlah kuesioner adalah sebanyak 100 lembar dan kesemuanya layak untuk diolah tanpa ada yang rusak atau cacat. Dari tabulasi kuesioner didapatkan


(55)

identitas responden terdiri dari jenis kelamin, usia, dan pendidikan terakhir. Untuk identitas responden menurut jenis kelamin, terdaftar pada tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1.

Tabel Identitas Remaja Surabaya Menurut Jenis Kelamin n=100

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

(%) 1.

2.

Laki - Laki Perempuan

56 44

56,0 44,0

Jumlah 100 100

Sumber : kuesioner I no:1

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki dan berjumlah sebesar 56 orang atau 56% dan sisanya sebanyak 44 orang atau sebesar 44% responden berjenis kelamin perempuan.

Banyaknya responden yang berjenis kelamin laki-laki pada penelitian ini disebabkan karena memang segmentasi tayangan ini adalah sesuai dengan gaya hidup seorang laki-laki, dimana laki-laki cenderung lebih menyukai tantangan dan ingin mencari seorang dewasa yang bisa dijdikan sebagai panutan, maka tayangan ini lebih sesuai untuk responden berjenis kelamin laki-laki.


(56)

42

Tabel 4.2.

Tabel Identitas Remaja Surabaya Menurut Usia n=100

No Usia Jumlah

(orang)

Persentase (%) 1.

2. 3.

13 – 15 16 – 18 19 – 21

19 49 32

19,0 49,0 32,0

Jumlah 100 100

Sumber : kuesioner I no:3

Berdasarkan tabel 4.3. diatas, diketahui remaja Surabaya yang menonton tayangan acara primitive runaway di TransTV yang sesuai pada karakteristik sampel pada umumnya berusia antara 16-18 tahun sebanyak 49 orang atau 49%, 13-15 tahun sebanyak 28 orang atau 28%, 19-21 tahun sebanyak 23 orang atau 23%.

Dari data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa, responden berusia 16-18 yaitu sebanyak 49 orang dan 13-15 tahun yaitu sebanyak 28 orang, lebih sering menonton tayangan acara primitive runaway. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut para remaja ingin mengetahui informasi tentang hal-hal baru dan mencari hiburan melalui tayangan televisi.

Sedangkan untuk mengetahui jumlah dan persentase pendidikan responden, dapat dilihat pada tabel berikut


(57)

Tabel 4.3.

Tabel Identitas Remaja Surabaya Menurut Jenjang Pendidikan n=100

No. Pendidikan Terakhir Jumlah

(orang) Persentase (%) 1. 2. 3. SMP SMU Perguruan Tinggi 38 45 17 38,0 45,0 17,0

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner I no:4

Berdasarkan tabel 4.4. diatas, dapat diketahui bahwa tayangan acara primitive runaway di TransTV banyak ditonton oleh sebagian besar remaja Surabaya yang memiliki pendidikan terakhir SMU yaitu sebanyak 45 responden (45%), selanjutnya diikuti dengan remaja Surabaya yang memiliki pendidikan terakhir SMP sebanyak 38 responden (38%). Tingkat pendidikan responden akan sangat mempengaruhi pola pikir dan cara penilaiannya terhadap sesuatu hal. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih luas, dan terbuka pikirannya ketika melihat sesuatu dan berpikir lebih jauh kedepan.

Banyaknya responden yang masih menempuh jenjang SMU dapat dikarenakan pola pikir yang lebih luas dan memilki rasa keingintahuan yang tinggi sehingga dengan adanya kondisi tersebut responden dapat memiliki pengetahuan yang lebih luas.

4.2.2. Penggunaan Media

Tujuan dari sub judul penggunaan media dalam penelitian ini adalah memisahkan responden yang mengetahui dan tidak mengetahui tentang program acara reality show ”primitive runaway” di TransTV dan sejauh mana responden


(58)

44

menggunakan media massa sebagai media informasi, media hiburan, maupun media edukasi. Dalam penelitian ini responden yang dipilih sebagai sampel adalah remaja surabaya yang berusia 13 – 21 tahun yang menonton program acara reality show ”primitive runaway” di Trans TV. Berarti remaja surabaya yang tidak menonton acara tersebut tidak bisa dijadikan responden atau sampel dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan bahwa responden tersebut tidak memenuhi kriteria untuk menjadi sampel dalam penelitian ini.

4.2.2.1. Frekuensi Durasi Responden Dalam Menonton Acara reality show

”primitive runaway” di Trans TV Tabel 4.4.

Tabel Frekuensi Durasi Menonton n=100

No. Frekuensi Durasi Menonton

Responden

F Persentase

(%) 1.

2.

< 20 Menit 20 Menit

35 65

35,0 65,0

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner II no:2

Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 65 % menyaksikan program reality show “primitive runaway” di TransTV sampai acara berakhir, dan sisanya 35% hanya menyaksikan tidak dari awal sampai akhir karena diselingi dengan menonton acara lain ketika segmen iklan, hal itu dilakukan karena responden merasa tidak suka atau bosan dengan iklan yang ada sehingga mencari acara lain untuk ditonton


(59)

4.2.3. Motif Responden Menonton Tayangan Acara “primitive runaway” di TransTV

Dibawah ini merupakan data yang menunjukkan tentang motif responden

dalam menonton tayangan primitive runaway di TRANSTV. dimana

jawaban-jawaban tersebut dikelompokkan, di deskripsikan menjadi empat motif, yaitu : motif Kognitif, motif Personal Identity (Identitas Pribadi), motif integrasi dan interaksi sosial dan motif Diversi (Hiburan). Pada masing-masing motif tersebut terdapat pernyataan-pernyataan yang merupakan indikator dari motif yang bersangkutan, selengkapnya sebagai berikut :

4.2.3.1. Motif Kognitif

Motif Kognitif berkaitan dengan kebutuhan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, memperoleh pengetahuan dan wawasan. Pada motif Kognitif terdapat empat pertanyaan untuk mengetahui jawaban responden mengenai

dorongan dari motif Kognitif dalam menonton tayangan reality show primitive

runaway di TransTV, penjabaran pada tiap indikatornya disajikan dibawah ini : 1. Mencari informasi tentang jenis-jenis pekerjaan yang ada di masyarakat.

Sesuai dengan hasil penyebaran kuesioner pada item pertanyaan motif kognitif, mencari informasi tentang jenis-jenis pekerjaan yang ada di masyarakat, diperoleh sebaran jawaban yang disajikan sebagai berikut :


(60)

46

Tabel 4.5.

Motif Kognitif Responden

Mencari Informasi Tentang Jenis Pekerjaan Yang Ada di Masyarakat

n=100

No. Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Tidak Setuju 8 8,0

2 Tidak Setuju 16 16,0

3 Setuju 36 36,0

4 Sangat Setuju 39 39,0

Total 100 100

Sumber : Kuesioner III. No 1

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini memberikan jawaban sangat setuju sejumlah 39 responden atau sebesar 39% responden. selanjutnya responden yang menjawab setuju sejumlah 36 responden atau sebesar 36%, dan yang menjawab tidak setuju ada 16 responden atau 16%, sedangkan yang paling sedikit menjawab sangat tidak setuju ada sebanyak 9 responden atau 9%.

Banyaknya responden yang menyatakan sangat setuju dapat disebabkan dalam program reality show “primitive runaway” di TransTV bermacam macam jenis pekerjaan berbeda di setiap episodenya. Dan pekerjaan-pekerjaan tersebut sering sebuah pekerjaan yang jarang diketahui oleh responden.

Sedangkan yang menyatakan sangat tidak setuju dapat disebabkan dalam program reality show “primitive runaway” di TransTV responden sudah pernah mengetahui jenis-jenis pekerjaan yang di jadikan tantangan dalam acara “primitive runaway”.


(61)

2. Keinginan Mengetahui Teknis dari Pekerjaan yang Ada

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner pada item pertanyaan motif kognitif mencari informasi bagaimana pelaksanaan teknis dari pekerjaan yang ada diperoleh sebaran jawaban sebagai berikut :

Tabel 4.6.

Motif Kognitif Responden

Keinginan Mengetahui Pekerjaan dari segi teknis pelaksanaan n=100

No. Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Tidak Setuju 7 7

2 Tidak Setuju 13 13

3 Setuju 36 36

4 Sangat Setuju 44 44

Total 100 100

Sumber : Kuesioner III No.2

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini memberikan jawaban sangat setuju sejumlah 44 responden atau sebesar 44% responden. selanjutnya responden yang menjawab setuju sejumlah 36 responden atau sebesar 36%, dan yang menjawab tidak setuju ada 13 responden atau 13%, sedangkan yang paling sedikit menjawab sangat tidak setuju ada sebanyak 7 responden atau 7%.

Banyaknya responden yang menyatakan sangat setuju dapat disebabkan dalam program reality show “primitive runaway” di TransTV menayangkan bagaimana pekerjaan-pekerjaan yang ada di acara “primitive runaway” dilakukan dan di beri penjelasan dengan baik oleh seorang yang profesional di bidang pekerjaan tersebut.


(62)

48

Sedangkan yang menyatakan sangat tidak setuju dapat disebabkan dalam program reality show “primitive runaway” TransTV penjelasan dan pelaksanaan teknis dari pekerjaan-pekerjaan tersebut masih kurang gamblang dan kurang mengena di dalam pemikiran responden.

3. Mengetahui pengalaman masyarakat yang menuturkan kisah suka dukanya dalam melakukan pekerjaan yang beresiko.

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner pada motif kognitif mengetahui pengalaman masyarakat tentang suka suka dalam melakukan pekerjaan yang beresiko diperoleh sebaran jawaban sebagai berikut :

Tabel 4.7.

Motif Kognitif Responden

Mengetahui pengalaman masyarakat yang ingin menuturkan kisah suka duka dalam melakukan pekerjan yang beresiko.

n=100

No. Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Tidak Setuju 6 6

2 Tidak Setuju 17 17

3 Setuju 32 32

4 Sangat Setuju 45 45

Total 100 100

Sumber : Kuesioner No.III.3

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan jawaban sangat setuju terhadap pertanyaan yang diajukan, hal tersebut ditunjukkan dengan keterangan sangat setuju yang berjumlah sebanyak 45 responden atau sebesar 45%. Pada tingkatan berikutnya ada sebanyak 32


(63)

responden atau 32% yang menjawab setuju, sedangkan sisanya menjawab tidak setuju sebayak 17 responden atau 17% dan sebanyak 6 responden atau 6% menjawab sangat tidak setuju.

Banyaknya responden yang menjawab sangat setuju karena menurut mereka dengan menonton program reality show “primitive runaway” di TransTV. Dapat mengetahui pengalaman masyarakat yang menuturkan kisah bagaimana suka duka mereka menjalani pekerjaan yang kadang penuh resiko dan berbahaya, sehingga mereka dapat menambah pengetahuan jika mungkin suatu saat dihadapkan dengan pekrjaan seperti itu.

Sedangkan responden yang menyatakan sangat tidak setuju mereka berpendapat bahwa kisah dari para pekerja tersebut tidak perlu di ceritakan krena akan menumbuhkan rasa takut akan pekerjaan tersebut kepada para pemirsanya.

4. Mendapatkan informasi tentang kondisi masyarakat dan dunia.

Dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden diperoleh sebaran jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.8.

Motif Kognitif Responden

Mendapatkan informasi tentang kondisi masyarakat. n=100

No. Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Tidak Setuju 6 6

2 Tidak Setuju 11 11

3 Setuju 45 45

4 Sangat Setuju 38 38

Total 100 100


(64)

50

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan jawaban setuju terhadap pertanyaan yang diajukan, hal tersebut ditunjukkan dengan keterangan setuju sejumlah 45 responden atau sebesar 45%. Sebanyak 38 responden atau 38% menjawab sangat setuju terhadap pernyataan yang diajukan oleh peneliti dan sisanya sebanyak 11 responden atau 11% menjawab tidak setuju dan yang menjawab sangat tidak setuju ada sebanyak 6 responden atau 6%.

Banyaknya responden yang menjawab setuju bahwa dengan menonton program reality show “primitive runaway” di TransTV dapat memberi inspirasi tentang bagaimana kondisi masyarakat yang ada di Indonesia, karena primitive runaway selalu berkeliling untuk mencari macam-macam kebudayaan yang ada di Indonesia.

Sedangkan responden yang menyatakan sangat tidak setuju beranggapan bahwa tempat-tempat yang dijadikan lokasi untuk acara masih disekitar pulau Jawa dan mungkin terlalu monoton.

Setelah di jabarkan frekuensi jawaban responden pada masing-masing indikator, selanjutnya akan dilakukan pengkategorisasian ke dalam tiga tingkatan yaitu : tinggi, sedang dan rendah. Selengkapnya dijelaskan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.9.

Motif Kognitif Responden Dalam Menonton Acara Reality Show “primitive runaway” di TransTV

n=100

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Rendah 1 1

2 Sedang 46 46

3 Tinggi 53 53

Total 100 100


(65)

Tabel di atas menyatakan bahwa motif kognitif responden dalam menonton acara realiyi show “primitive runaway” dI TransTV pada kategori tinggi sebanyak 53 responden atau sebesar 53% responden, sedangkan yang berada pada kategori sedang berjumlah 46 responden atau sebesar 46 % dan dalam kategori rendah hanya ada 1 responden atau sebesar 1%. Banyaknya responden yang berada pada kategori tinggi dapat diartikan bahwa sebagian besar responden tersebut dalam menonton acara reality show “primitive runaway” dI TransTV bertujuan untuk memperoleh informasi dan pengetahuan tentang jenis-jenis pekerjaan yang ada di masyarakat dan bagaimana teknis dari pekerjaan-pekerjaan tersebut.

4.2.3.2. Motif Indentitas Personal.

Motif ini berkenaan dengan kebutuhan menemukan nilai nilai dalam diri seseorang. Dalam penelitian ini, responden diberikan 4 pertanyaan untuk mengetahui motif ini, berikut data dan analisanya :

1. Ingin meningkatkan pemahaman tentang kepribadian diri sendiri.

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner pada item pertanyaan motif Motif Indentitas Personal diperoleh sebaran jawaban sebagai berikut:


(66)

52

Tabel 4.10.

Motif Indentitas Personal Responden

Ingin meningkatkan pemahaman tentang kepribadian diri sendiri. n=100

No. Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Tidak Setuju 7 7

2 Tidak Setuju 11 11

3 Setuju 49 49

4 Sangat Setuju 33 33

Total 100 100

Sumber : Kuesioner No. IV.1

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini memberikan jawaban setuju pada pertanyaan yang diajukan, hal tersebut dibuktikan dengan keterangan setuju sejumlah 49 jawaban atau sebesar 49% responden. Sebanyak 33 responden atau 33% menjawab sangat setuju, dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 11 responden atau 11% dan sisanya sebanyak 7 responden atau 7% menjawab sangat tidak setuju.

Banyaknya responden menjawab setuju karena menurut responden dengan melihat tayangan menonton program reality show “primitive runaway” di TransTV mereka dapat memperoleh pengalaman dari para pekerja yang dijadikan narasumber dalam acara ini yang meceritakan tentang pekerjaannya. Dengan begitu mereka dapat menilai apakah selama ini ada kekurangan dalam diri mereka dan dapat memperbaikinya.

Sedangkan responden yang menyatakan sangat tidak setuju hal itu dikarenakan mereka malu atau enggan untuk memamerkan cerita tentang pekerjaannya di expose dalam acara reality show “primitive runaway” di TransTV yang ditonton orang banyak. Mereka juga berpendapat bahwa suka duka


(1)

Sesuai tabel yang tertera diatas maka dapat dinyatakan bahwa motif kognitif responden dalam menonton tayangan program reality show “primitive runaway” di TransTV pada kategori tinggi sebanyak 53 responden (53%), hal ini dikarenakan responden hanya ingin mendapatkan informasi tentang cara mengatasi kenakalan anak. Sedangkan pada kategori sedang sebanyak 46 responden (46%), dikarenakan responden ingin mendapatkan pengetahuan baru, pelajaran, maupun hal-hal baru, dan diterapkan dalam mengatasi kenakalan anak setelah menonton tayangan program reality show di “primitive runaway” di TransTV. Terakhir pada kategori rendah sebanyak 1 responden (1%), karena responden lebih memilih media lain, ataupun tayangan acara lain dalam mencari informasi, menambah pengetahuan, dan hal-hal yang menyangkut tentang apa saja macam-macam pekrjaan yang ada di sekitar kita yang kadang luput dari perhatian kita dan bagaimana teknis dari pekerjaan itu di lakukan.

Selanjutnya untuk motif Identitas Pribadi (Personal Identity) dalam menonton tayangan program reality show “primitive runaway” di TransTV pada kategori tinggi sebanyak 66 responden (66%). Hal ini berkenaan dengan dorongan individu untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dan berkaitan dengan hal tetang bagiamana individu dapat memberikan nilai pada dirinya sendirica dan menemukan model tokoh atau profil yang dapat dijadikan panutan. Sedangkan yang masuk dalam kategori sedang sebanyak 34 responden (34%), hal ini dikarenakan responden ingin mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai, dan meningkatkan harga diri. Sisanya yang termasuk dalam kategori rendah adalah sebanyak 0 responden (0%).


(2)

Untuk motif integrasi dan interaksi sosial dalam menonton tayangan program reality show ”primitive runaway” di TransTV, pada kategori tinggi adalah sebanyak 65 responden (65%). Dikarenakan responden ingin mendapatkan pengetahuan baru untuk dapat bergaul dengan masyarakat sekitarnya. Sedangkan pada kategori sedang sebanyak 34 responden (34%), hal ini dikarenakan responden ingin menemukan bahan percakapan agar dapat berinteraksi secara baik dengan lingkiungan sekitar, terutama dengan keluarga. Sisanya pada kategori rendah adalah sebanyak 1 responden (1%), hal ini dikarenakan responden sudah dapat menemukan tokoh yang dapat dijadikan panutan dari orang-orang yang ada di lingkungan sekitarnya.

Sedangkan untuk motif hiburan (Diversi) dalam menonton tayangan program reality show ”primitive runaway” di TransTV pada kategori tinggi sebanyak 74 responden (74%). Hal ini dikarenakan responden dapat mengisi waktu luang dan bersantai. Sedangkan pada kategori sedang sebanyak 26 responden (26%). Hal ini dikarenakan responden ingin mendapatkan informasi yang bermanfaat, terhibur, dan juga untuk dapat menghilangkan kejenuhan dan kepenatan setelah seharian melakukan aktifitas kerja. Terakhir pada kategori rendah terdapat 0 responden (0%), hal ini dikarenakan responden menonton tayangan program reality show “primitive runaway” di TransTV karena mereka menganggap acara ini mempunyai daya tarik yang baik untuk penonton setianya.


(3)

67

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari analisis data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, yakni bab IV maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Motif informasi, dalam penelitian ini motif informasi yang mendorong remaja untuk menonton program acara “Scary Job” berada pada kategori tinggi. Sebagian besar remaja Surabaya menonton program acara “Scary Job” untuk menambah pengetahuan tentang bermacam-macam jenis pekerjaan yang kadang luput dari perhatian mereka, mengetahui cara bagaimana pekerjaan-pekerjaan tersebut dilakukan oleh professional di bidangnya, dan mengetahui bagaimana suka duka orang-orang yang mempunyai pekerjaan dengan resiko tinggi.

2. Motif identitas personal, pada penelitian motif identitas personal yang mendorong responden dalam menonton program acara “Scary Job” berada pada kategori tinggi. Dimana dalam menonton program acara “Scary Job” mereka ingin menonjolkan nilai-nilai pribadinya kepada orang lain. Misalnya mendapatkan seorang tokoh yag menurut mereka layak untuk dijadikan panutan. Selain itu responden juga ingin meupuk rasa empati dan peduli agar


(4)

dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari dengan lingkungan sekitar mereka.

3. Motif integrasi dan interaksi sosial, pada penelitian motif integrasi dan inteaksi sosial yang mendorong responden dalam menonton program acara “Scary Job” berada pada kategori tinggi. Dimana dalam menonton program acara “Scary Job” mereka ingin mendapatkan bahan pembicaraan agar dapat menjalin hubungan dengan masyarakat di sekitarnya. Selain itu responden menonton program “Scary Job” sebagi bahan pertimbangan dalam bergaul dengan lingkungan sekitar.

4. Motif hiburan, yang dalam penelitian responden yang didorong oleh rasa ingin terhibur dari program acara “Scary Job” juga berada pada kategori tinggi. Remaja Surabaya menonton program acara “Scary Job” dalam ranga ingin melepaskan diri dari kejenuhan rutinitas yang mereka jalani sehari-hari.

Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa remaja Surabaya yang dilandasi oleh motif informasi, identitas personal, integrasi dan interaksi sosial serta hiburan dalam menonton Program acara “Scary Job” di Trans7 sangat dominant dalam penelitian ini. Namun berada pada kategori tinggi adalah motif hiburan. Sebenarnya kempat motif tersebut yang mendasari remaja Surabaya dalam menonton program acara “Scary Job” di Trans7, namun yang paling kuat dalam mempengaruhi mereka adalah motif identitas personal dan hiburan..


(5)

5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian dan survey kepada obyek yang diteliti, dalam hal ini remaja Surabaya, maka peneliti mempunyai saran sebagai berikut :

1. Remaja Surabaya setelah menonton tayangan program “Scary Job” lebih mempunyai rasa empati dan lebih peduli dengan lingkungan sekitarnya, juga agar lebih dapat menghargai orang lain apapun profesi mereka.

2. Untuk acara “Scary Job” agar lebih dapat memberikan tayangan yang lebih bervariarif baik dari segi informasi, dan bagaimana memberi contoh yang lebih baik dalam menangani sebuah pekerjaan dengan baik agar dapat memberikan hiburan yang lebih bagi para pemirsa setianya.

3. Bagi penelitian yang akan datang , disarankan agar menggunakan obyek penelitian yang lebih kontroversial, serta dapat menambah referensi yang digunakan. Sehingga diharapkan, bisa memperoleh hasil yang lebih tergeneralisasi dengan baik di semua kalangan.


(6)

Buku :

BPS, 2009, Surabaya Dalam Angka 2009, Surabaya

Effendy, Onong Uchjana,1993 : Televisi siaran,Teori dan Praktek, CV. Mandar Maju, Bandung.

Effendy, Onong Uchjana,2000 : Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Effendy, Onong Uchjana, 2002 : Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.

Gerungan, 2000: Psikologi Sosial, Erosco, Jakarta.

Kuswandi, Wawan, 1996: Komunikasi Massa Dalam Sebuah Analisis Media Televisi, Rineka Cipta, Jakarta.

Mangkunegara, 2002 : Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Mc. Quail, Dennis, 1994: Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Morrisan, 2004: Jurnalistik TV Mutakhir, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Rakhmat, Jalaluddin, 1999: Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.

Monks, F.J. 2002. Psikologi Perkembangan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Sastro, Darmanto.S, 1992: Televisi sebagai Media Hiburan atau Pendidikan, Penerbit Duta Wacana University Press.

Winarso, Heru Puji, 2005: Sosiologi Komunikasi Massa, Prestasi Pustaka, Jakarta.

Non Buku :


Dokumen yang terkait

MOTIF MASYARAKAT MENONTON ACARA MOZAIK ISLAM DI TRANS TV (Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Masyarakat Surabaya Menonton Acara Mozaik Islam Di Trans TV).

0 0 103

MOTIF PEREMPUAN DI SURABAYA DALAM MENONTON TAYANGAN PIALA LA LIGA 2012-2013 DI TRANS TV (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Motif Perempuan Di Surabaya Dalam Menonton Tayangan Piala La Liga 2012-2013 Di Trans TV).

0 0 102

MOTIF PEMIRSA MENONTON PROGRAM ACARA TAHAN TAWA DI TRANS TV ( studi deskriptif tentang motif masyarakat Surabaya menonton program acara Tahan Tawa di Trans Tv ).

0 0 88

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PROGRAM ACARA ETHNIC RUNAWAY DI TRANS TV (Studi Deskriptif Tentang Opini Masyarakat Surabaya Tentang Acara Ethnic Runaway di Trans TV).

1 10 91

MOTIF REMAJA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “SCARY JOB” DI TRANS 7. (Studi Deskriptif Motif Remaja Surabaya Terhadap Acara “Scary Job” di Trans 7).

0 3 93

MOTIF REMAJA SURABAYA DALAM MENONTON TAYANGAN ACARA SCARY JOB DI TRANS 7 (Studi Deskriptif Tentang Motif Remaja di Surabaya Terhadap Tayangan Acara Scary Job di Trans7)

0 0 24

MOTIF REMAJA DALAM MENONTON TAYANGAN ACARA “PRIMITIVE RUNAWAY” DI TRANS TV (Studi Deskriptif Tentang Motif Remaja Di Surabaya Terhadap Tayangan Acara “Primitive Runaway” Di Trans TV)

0 0 23

MOTIF PEMIRSA MENONTON PROGRAM ACARA TAHAN TAWA DI TRANS TV ( studi deskriptif tentang motif masyarakat Surabaya menonton program acara Tahan Tawa di Trans Tv )

0 0 20

MOTIF PEREMPUAN DI SURABAYA DALAM MENONTON TAYANGAN PIALA LA LIGA 2012-2013 DI TRANS TV (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Motif Perempuan Di Surabaya Dalam Menonton Tayangan Piala La Liga 2012-2013 Di Trans TV)

0 0 17

MOTIF MASYARAKAT MENONTON ACARA MOZAIK ISLAM DI TRANS TV (Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Masyarakat Surabaya Menonton Acara Mozaik Islam Di Trans TV)

0 1 26