sesuai dengan aturan-aturan Tambo Lekuk 50 Tumbi yang ada. Hal ini akan mengakibatkan budaya di Lempur akan luntur dan jika dibiarkan terus menerus
maka akan terjadi pengikisan sumberdaya baik alam maupun budaya yang tidak dapat dikendalikan.
3. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Jumlah dan kepadatan penduduk Lekuk 50 Tumbi Lempur pada tahun 1993, 1998, 2003, 2006 dan 2008 disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Pertumbuhan penduduk Lekuk 50 Tumbi Lempur
No Desa
Jumlah penduduk jiwa Kepadatan penduduk jiwakm2
1993 1998 2003 2006 2008 1993 1998 2003 2006 2008 1
Dusun Baru Lempur
4244 851
817 799
801 21
18 1
16 16
2 Lempur
Tengah 202 2000 1529 1595
5 46
35 36
3 Lempur Hilir
461 296
393 381
8 5
7 7
4 Lempur
Mudik 1033
785 851
872 38
29 30
32 Total
4244 2547 3898 3572 3649 21
17 24
22 23
Sumber : BPS kabupaten Kerinci tahun 1998, 2003, 2006 dan 2008 data telah diolah Bappeda Kabupaten Kerinci Tahun 1993
Pertumbuhan jumlah penduduk Lempur yang terdiri dari empat desa dalam kurun waktu 15 tahun yaitu antara tahun 1993-2008 mengalami penurunan
sebesar 0.93 per tahun 40 jiwatahun. Pada tahun 1993 jumlah penduduk di empat desa sebesar 4244 jiwa dengan kepadatan 21 jiwa km
2
. Penurunan jumlah penduduk terjadi antara tahun 1993-1998 dari 4244 jiwa menjadi 2547 jiwa
dengan kepadatan penduduk sebesar 17 jiwakm
2
. Jumlah penduduk menurun disebabkan karena pada tahun 1998 terjadi krisis ekonomi nasional yang
menyebabkan harga kayu manis merosot sehingga masyarakat Lempur banyak yang melakukan urbanisasi ke daerah lain ataupun menjadi tenaga kerja di
Malaysia. Jumlah penduduk meningkat antara tahun 1998-2003 menjadi 3898 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 24 jiwakm
2
. Jumlah penduduk menurun antara tahun 2003-2006 menjadi 3572 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar
22 jiwakm
2
, kemudian antara tahun 2006-2008 jumlah penduduk mengalami peningkatan kembali menjadi 3649 jiwa.
Data jumlah penduduk tersebut diperoleh dari dua sumber yaitu data tahun 1993 diperoleh dari laporan Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten
Kerinci yang bekerjasama dengan WWF serta data jumlah penduduk tahun 1998, 2003, 2006 serta 2008 yang diperoleh dari BPS Kabupaten Kerinci. Data
jumlah penduduk tahun 1993 jauh lebih besar dibandingkan dengan tahun-tahun lainnya. Hal ini disebabkan perbedaan cara pengumpulan data jumlah penduduk
antara WWF dengan BPS Kabupaten Kerinci. Data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Kerinci, menunjukkan jumlah penduduk dari tahun 1998-2008
mengalami peningkatan. Perubahan penutupan lahan di Kawasan Lempur dapat dilihat dari hasil overlay tutupan lahan diempat desa yang berada di Kawasan
Lempur dari tahun 1988-2008 Gambar 12.
Gambar 12 Peta perubahan tutupan lahan tahun 1988 dan 2008. 45
Gambar 12 menunjukkan bahwa dari tahun 1988-2008 kawasan Lempur
mengalami perubahan penutupan lahan. Tutupan lahan terbangun, kebun kayu manis serta semak belukar mengalami peningkatan luasan. Semakin tingginya
tingkat kepadatan penduduk disuatu wilayah maka akan mendorong penduduk untuk membuka lahan baru untuk digunakan sebagai pemukiman atupun lahan-
lahan budidaya. Peningkatan jumlah penduduk akan mempengaruhi jumlah pemukiman atau lahan terbangun lainnya. Kurun waktu antara tahun 1988-2008
terjadi perluasan luas wilayah lahan terbangun. Pada tahun 1988 luasan lahan terbangun sebesar 24,36 ha dan pada tahun 2008 luasannya meningkat menjadi
279 ha. Perluasan lahan terbangun khususnya untuk daerah pemukiman meningkat sangat drastis dan terjadi pada daerah pemukiman yang telah ada serta
daerah yang topografinya relatif datar. Tingginya kepadatan penduduk akan meningkatkan tekanan terhadap
hutan. Misalkan, banyaknya penduduk yang bekerja di bidang pertanian ini memungkinkan terjadinya perubahan penutupan lahan khususnya lahan budidaya,
maka kebutuhan lahan semakin meningkat. Hal ini dapat mendorong penduduk untuk melakukan konversi lahan pada berbagai penutupan lahan. Konsekuensi
dari jumlah penduduk yang meningkat salah satunya adalah pertambahan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja yang tidak seimbang dengan penyediaan
lapangan kerja mengakibatkan pengangguran meningkat, yang kemudian akan mengakibatkan ketergantungan masyarakat akan hutan semakin tinggi sehingga
kegiatan konversi lahan semakin meningkat Fakultas Kehutanan IPB 1986.
4. Mata Pencaharian