Hutan Adat Bukit Setangis

3. Hutan Adat Bukit Setangis

Hutan Adat Bukit Setangis merupakan bagian hutan adat yang memiliki luasan terkecil dibandingkan bagian hutan adat yang lain. Hutan adat ini memiliki luas 29 ha atau 3,9 dari luas total hutan adat. Hutan Adat Bukit Setangis merupakan hutan yang didominasi oleh jenis-jenis bambu di bagian lerengnya dan rotan di bagian puncaknya. Hutan adat ini terdapat batu-batu yang sangat besar dan tekstur tanahnya sangat gembur sehingga sangat mudah longsor. Sudut kemiringannya mencapai 85 . Bukit Setangis merupakan satu-satunya bagian dari Hutan Adat Lempur yang berada di luar Kawasan Hulu Air Lempur. Berdasarkan penataan ruang kawasan, Bukit Setangis dikategorikan sebagai daerah rawan bencana gempa dan longsor, kawasan hutan adat desa, serta menjadi koridor satwa liar. Oleh karena itu, Bukit Setangis di masukkan ke dalam kawasan Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur. 5.2 Penutupan Lahan di Kawasan Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur 5.2.1 Penutupan dan penggunaan lahan oleh masyarakat Lempur Penutupan lahan dan penggunaan lahan yang ada di Kawasan Lempur berdasarkan hasil survei dikelompokkan menjadi empat kategori. Tipe penutupan dan penggunaan lahan tersebut adalah hutan, kebun kayu manis, semak dan lahan terbuka. Penutupan dan penggunaan lahan di Kawasan Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi disajikan pada Gambar 8. a b c d Gambar 8 a Hutan; b Kebun Kayu Manis; c Semak; d Lahan Terbuka. Sebagian besar Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur dikelilingi oleh perkebunan yang didominasi oleh tanaman kayu manis. Menurut dokumen Rancang Bangun Restrukturisasi dan Deregulasi Pengelolaan Sumber Alam Pedesaan dan Kawasan Lindung Daerah Hulu Air Lempur sekitarnya dan TNKS tahun 1993, diterangkan bahwa luas perkebunan monokultur di dalam daerah Hulu Air Lempur atau di luar daerah TNKS mencakup areal 1,344 ha dan yang ditanami kulit manis sebesar 1,194 ha 88,9. Akibatnya kondisi bentang alam kawasan ini dikategorikan sebagai kawasan rawan bencana, seperti gempa patahan, longsor, kekeringan dan laju kemerosotan sumberdaya alam hayati yang tinggi. Hal ini sesuai dengan studi Soerianegara dan Indrawan1988 dalam Kasim 1990 bahwa pembukaan lahan hutan baik untuk perladangan maupun untuk pemukiman akan mengganggu ekosistem hutan dan merubah keanekargaman jenis dan struktur vegetasi. Hutan adat merupakan hutan yang terdapat di Kawasan Hulu Air Lempur yang didominasi oleh tegakan pohon dan bentuk kehidupannya tidak dirusak, memiliki status hukum serta pemanfaatan terbatas non komersial. Kondisi tuntutan ekonomi masyarakat yang mendorong untuk mengkonversi hutan ini menjadi perkebunan monokultur kayu manis, sehingga kawasan hutan adat desa berubah dari hutan menjadi perkebunan kayu manis.

5.2.2 Klasifikasi penutupan lahan