16
2. Signalling Theory
Menurut Brigham dan Houston 2011 isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor
tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen
untuk merealisasikan keinginan pemilik. Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan merupakan hal yang
penting, karena pengaruhnya terhadap keputusan investasi pihak diluar perusahaan. Informasi tersebut penting bagi investor dan pelaku bisnis
karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran, baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan
datang bagi kelangsungan hidup perusahaan dan bagaimana efeknya pada
perusahaan.
Signalling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak
eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena
perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar investor dan kreditur. Kurangnya
informasi bagi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk
perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan
17 mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi
asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar.
Signalling theory menyatakan pengeluaran investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang,
sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan Hasnawati, 2005. Peningkatan hutang juga dapat diartikan pihak luar
tentang kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya di masa yang akan datang atau risiko bisnis yang rendah, sehingga penambahan
hutang akan memberikan sinyal positif Brigham dan Houston, 2011. Ini karena perusahaan yang meningkatkan hutang dapat dipandang sebagai
perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa yang akan
datang.
3. Profitabilitas
Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, disamping hal-hal
lainnya. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik,
karyawan, serta meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru. Para investor menanamkan saham pada perusahaan adalah untuk
mendapatkan return, yang terdiri dari yield dan capital gain. Semakin tinggi kemampuan memperoleh laba, maka semakin besar return yang diharapkan
18 investor, sehingga menjadikan nilai perusahaan menjadi lebih baik.
Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan manajemen perusahaaan Brigham dan Gapenski, 2010.
Untuk mengetahui profitabilitas suatu perusahaan adalah sangat penting bagi investor maupun kreditor. Menurut Sartono, profitabilitas
adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri Sartono, 2010:122.
Sedangkan menurut Munawir 2009:31 profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam periode tertentu. Dari kedua
pengertian ini dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu yang dapat
dihitung berdasarkan penjualan atau aktiva atau modal sendiri. Salah satu indikator penting bagi investor dalam menilai prospek
perusahaan di masa depan adalah dengan melihat sejauhmana pertumbuhan profitabilitas perusahaan Tandelilin, 2010:240. Profitabilitas dapat
mencerminkan keuntungan dari investasi keuangan, artinya profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan karena sumber internal yang semakin
besar. Semakin baik pertumbuhan profitabilitas perusahaan berarti prospek perusahaan di masa depan dinilai semakin baik, artinya nilai perusahaan
juga akan dinilai semakin baik di mata investor. Apabila kemampuan
19 perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, maka harga saham juga
akan meningkat Husnan, 2011:317.
Profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan Petronila, 2003:17. Ukuran profitabilitas dapat
berbagai macam seperti laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi atau aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik. Angg
mengungkapkan bahwa rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas menunjukkan keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan Angg, 2010.
Munawir 2009
menjelaskan ada
beberapa faktor
yang
mempengaruhi profitabilitas diantaranya yaitu :
1. Jenis perusahaan
Profitabilitas perusahaan sangat bergantung pada jenis perusahaan, dimana jika perusahaan menjual barang-barang konsumsi atau jasa
biasanya akan memiliki keuntungan yang stabil daripada perusahaan yang memproduksi barang-barang modal.
2. Umur perusahaan
Sebuah perusahaan yang telah lama berdiri, maka akan lebih stabil bila dibandingkan dengan perusahaan yang baru berdiri.
20 3.
Skala perusahaan
Jika skala ekonominya lebih tinggi, berarti perusahaan dapat menghasilkan produk dengan biaya rendah. Tingkat biaya rendah
tersebut merupakan unsur untuk memperoleh laba yang diinginkan. 4.
Harga produksi
Perusahaan yang biaya produk per unitnya relatif rendah akan memiliki keuntungan yang lebih baik dan stabil daripada
perusahaan yang harga produknya tinggi. 5.
Habitat bisnis Perusahaan yang bahan produksinya dibeli atas dasar kebiasaan
bisnis habitual basis akan memperoleh kebutuhan lebih stabil daripada non habitual bisnis.
6. Produk yang dihasilkan
Perusahaan yang bahan produksinya berhubungan dengan kebutuhan pokok, penghasilannya akan lebih stabil daripada
perusahaan yang menghasilkan barang mewah lux.
Rasio profitabilitas terdiri atas dua jenis yaitu, rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan margin laba
kotor dan margin laba bersih, dan profitabilitas dalam kaitannya dengan
21
investasi yaitu return on asset ROA return on equity ROE Horne,
2013. Syamsudin 2011:59 mengatakan ada beberapa rasio yang digunakan dalam pengukuran profitabilitas diantaranya :
1. Return On Asset, adalah tingkat keuntungan bersih yang diperoleh
perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. 2.
Return On Invesment, adalah kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan neto. 3.
Return On Equity, adalah rasio yang digunakan untuk mengukur pengembalian investasi pemilik yaitu seberapa besar laba yang
dihasilkan tiap rupiah modal yang ditanamkan. 4.
Gross Profit Margin. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotornya dari tiap penjualan
yang dilakukannya. Dengan rasio ini akan dapat ditentukan tingkat efisiensi berproduksi dan penetapan harga jual.
5. Operating Income Ratio. Rasio ini menunjukan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, sehingga dapat memperlihatkan efisiensi operasi dan produk
perusahaan.
22 6.
Net Profit Margin, merupakan keuntungan neto rupiah penjualan.
7. Price Earning Ratio. Rasio ini merupakan perbandingan harga per
lembar saham dengan pendapatan per lembar saham dalam periode tertentu.
8. Price Book Value. Rasio ini merupakan perbandingan harga saham
dengan modal perusahaan. 9.
Dividen Yield, merupakan perbandingan antara besar dividen yang diberikan untuk setiap lembar saham dengan harga saham, sehingga
dapat dilihat keuntungan yang diperoleh oleh setiap saham.
Dalam mengukur profitabilitas digunakan return on investment ROI dan return on equity ROE Naim, 2000. ROI merupakan tingkat
pengembalian atas investasi perusahaan pada aktiva. ROI sering disebut juga return on asset ROA.
ROA adalah perbandingan laba bersih dengan jumlah aktiva
perusahaan. Sedangkan ROE merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan ekuitas yang akan di investasikan pemegang saham
pada perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam modal ekuitas untuk menghasilkan laba.
Return on equity ROE merupakan tingkat pengembalian ekuitas pemilik perusahaan. Sebagai salah satu rasio profitabilitas, ROE merupakan
23
indicator yang sangat penting bagi para investor. ROE dibutuhkan investor untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih
yang berkaitan dengan dividen. Pemilihan ROE sebagai proksi dari profitabilitas adalah karena dalam ROE ditunjukkan, semakin tinggi ROE
menunjukkan semakin efisien perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba investor yang ditanam pada perusahaan
Horne, 2012. Naiknya rasio ROE dari tahun ke tahun pada perusahaan berarti terjadi
adanya kenaikan laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan. Naiknya laba bersih dapat dijadikan salah satu indikasi bahwa nilai perusahaan juga
naik karena naiknya laba bersih sebuah perusahaan yang bersangkutan akan menyebabkan harga saham yang berarti juga kenaikan dalam nilai
perusahaan.
4. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai perusahaan, ataupun hasil nilai total
aktiva dari suatu perusahaan Riyanto, 2010. Disini yang dimaksud dengan ukuran perusahaan yaitu besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat
dinyatakan dengan total aktiva. Semakin besar total aktiva maka semakin besar pula ukuran suatu perusahaan. Semakin besar aktiva maka semakin
24 besar modal yang ditanam. Dengan demikian, ukuran perusahaan
merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan
menggunakan modal asing juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang
operasionalnya, dan salah satu alternatif pemenuhannya adalah dengan modal asing apabila modal sendiri tidak mencukupi.
Weston dan Brigham 2010 menyatakan bahwa suatu perusahaan yang besar dan mapan stabil akan lebih mudah untuk ke pasar modal.
Kemudahan untuk ke pasar modal maka berarti fleksibilitas bagi perusahaan besar lebih tinggi serta kemampuan untuk mendapatkan dana dalam jangka
pendek juga lebih besar daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar lebih dipercaya oleh kreditur karena semakin besar
ukuran perusahaan akan lebih transparan dalam mengungkapkan kinerja keuangannya. Oleh karena itu, ukuran perusahaan yang besar merupakan
sinyal positif bagi kreditur untuk memberikan pinjaman. Selain itu, perusahaan besar memiliki keuntungan aktivitas serta lebih dikenal oleh
publik dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga kebutuhan hutang perusahaan yang besar akan lebih tinggi dari perusahaan kecil.
Perusahaan yang berukuran besar memiliki kecenderungan melakukan tindakan manajemen labanya lebih kecil dibanding perusahaan yang
25 ukurannya lebih kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan besar dipandang
lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar. Sehingga perusahaan besar mendapatkan tekanan yang lebih kuat untuk menyajikan pelaporan
keuangan yang kredible. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga
mereka akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, sehingga berdampak perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih
akurat. Peasnell, Pope, dan Young 2005 menunjukkan adanya hubungan negatif antara ukuran perusahaan dan manajemen laba di Inggris. Dengan
ini disimpulkan bahwa manajer yang memimpin perusahaan yang lebih besar memiliki kesempatan yang lebih kecil dalam memanipulasi laba
dibandingkan dengan manajer di perusahaan kecil. Semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi yang tersedia
untuk investor dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi dalam saham perusahaan tersebut semakin banyak Siregar, 2005. Menurut
Brigham Houston 2011 ukuran perusahaan adalah gambaran dari besar kecilnya suatu perusahaan.
Besar kecilnya perusahaan dapat ditinjau dari lapangan usaha yang dijalankan. Penentuan besar kecilnya skala perusahaan dapat ditentukan
berdasarkan total penjualan, total aktiva, rata-rata tingkat penjualan, dan rata-rata total aktiva.
26 Perusahaan sulit membiayai investasinya lewat pasar modal karena
besarnya asimetri informasi yang terjadi. Investor dapat memperoleh lebih banyak informasi dari perusahaan kecil daripada perusahaan besar. Dengan
diperolehnya dana lewat pasar modal menjadikan proporsi utang menjadi semakin besar dalam struktur modalnya. Hal ini mengindikasikan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal.
5. Struktur Modal
Struktur modal adalah pencerminan dari perimbangan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri dari suatu perusahaan. Perbaikan struktur
permodalan dunia usaha merupakan keharusan untuk meningkatkan efisiensi dan memperkokoh daya saing perusahaan dalam menghadapi
persaingan yang semakin tajam terutama dalam era globalisasi. Oleh karena itu, sumber pembiayaan jangka panjang seperti yang disediakan oleh pasar
modal merupakan suatu keharusan bagi pembangunan nasional Anwar, 2008:3.
Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang dapat meminimumkan biaya dan mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan
pengembalian, sehingga memaksimumkan harga saham. Struktur modal erat kaitannya dengan harga saham, hal ini dikarenakan salah satu unsur yang
membentuk harga saham adalah persepsi investor atas kinerja perusahaan, dan struktur modal adalah salah satu unsur yang menentukan baik buruknya
27 kinerja perusahaan, karena struktur modal akan menentukan sumber
pembiayaan dan pembelanjaan yang dilakukan oleh perusahaan atas kegiatan operasionalnya.
Struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham Weston dan
Copeland, 2010. Menurut Husnan 2011, struktur modal adalah perbandingan antara sumber jangka panjang yang bersifat pinjaman dan
modal sendiri. Struktur modal juga dapat didefinisikan sebagai perimbangan atau perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri
Riyanto, 2010. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa struktur modal adalah perbandingan antara hutang
jangka panjang dengan modal sendiri. Secara umum struktur modal terdiri atas beberapa komponen :
1. Modal sendiri
Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik dan tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak
tertentu lamanya Riyanto, 2010. Modal sendiri juga dapat didefinisikan sebagai dana yang
“dipinjam” dalam jangka waktu tak terbatas dari para pemegang saham.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan
28 yang tertanam dalam perusahaan dalam jangka waktu tertentu lamanya.
Sumber modal sendiri dapat berasal dari dalam perusahaan maupun luar perusahaan.
Sumber dari dalam internal financing berasal dari hasil operasi perusahaan yang berbentuk laba ditahan dan penyusutan. Sedangkan
sumber dari luar external financing dapat dalam bentuk saham biasa atau saham preferen Husnan, 2011. Komponen modal sendiri di dalam
suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas PT terdiri dari : 1
Modal saham Saham menunjukkan bukti kepemilikan yang diterbitkan oleh
perusahaan Husnan, 2011. Sedangkan menurut Riyanto 2010 saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam
suatu perseroan terbatas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa saham adalah tanda bukti kepemilikan atau pengambil bagian dalam suatu
perseroan terbatas. Menurut Riyanto 2010, jenis-jenis modal saham terdiri dari :
a. Saham biasa Common Stock.
Pemegang saham biasa akan mendapat dividen pada akhir tahun pembukuan, hanya kalau perusahaan tersebut
mendapat keuntungan.
29 b.
Saham Preferen Prefered Stock
Pemegang saham preferen mempunyai keistimewaan tertentu di atas pemegang saham biasa. Pertama, dividen
dari saham preferen diambil terlebih dahulu barulah disediakan untuk pemegang saham biasa. Kedua, apabila
perusahaan dilikuidir, maka dalam pembagian kekayaan saham prefern didahulukan daripada saham biasa.
c. Saham Preferen Kumulatif Cummulative Prefered Stock
Jenis saham ini pada dasarnya adalah sama dengan saham preferen. Perbedaannya hanya terletak pada adanya hak
kumulatif pada saham preferen kumulatif. Dengan demikian pemegang saham kumulatif apabila tidak menerima deviden
selama beberapa waktu karena besarnya laba tidak mengizinkan atau karena adanya kerugian, pemegang saham
jenis ini di kemudian hari apabila perusahaan mendapatkan keuntungan berhak untuk menuntut dividen-dividen yang
tidak dibayarkan diwaktu-waktu yang lampau.
30 2
Cadangan
Menurut Riyanto 2010, cadangan merupakan keuntungan yang dibentuk oleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau atau
dari tahun yang berjalan reserve that are surplus. 3
Laba Ditahan
Laba ditahan adalah keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan yang tidak dibayarkan sebagai deviden Riyanto, 2010.
Sementara itu, menurut Sutojo dan Kleinsteuber 2010 laba ditahan adalah akumulasi laba sesudah pajak yang dikumpulkan sejak
perusahaan didirikan dan tidak dibagikan kepada pemiliknya. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan, bahwa laba
ditahan merupakan keuntungan sesudah pajak yang diperoleh perusahaan yang tidak dibagikan sebagai deviden.
Komponen modal sendiri ini merupakan modal dalam perusahaan yang dipertaruhkan untuk berbagai risiko, baik risiko
usaha, risiko investasi, maupun risiko-risiko lainnya. Menurut Gitosudarmo dan Basri 2012, risiko usaha adalah risiko yang
disebabkan tidak berhasilnya perusahaan untuk memperoleh hasil di dalam lingkungan di dunia bisnis. Hal ini disebabkan oleh
produknya mungkin tidak laku terjual, mesin-mesin tidak berjalan secara normal dan sebagainya. Sedangkan risiko investasi yaitu
31 kemungkinan bahwa perusahaan tidak dapat memperoleh laba yang
cukup besar untuk menutup beban-beban finansial yang berupa beban bunga, pengembalian cicilan utang ataupun pembayaran
dividen kepada para pemegang saham. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus mempunyai sejumlah
modal sendiri minimum yang diperlukan untuk menjamin keberlangsungan hidup perusahaan. Besaran modal sendiri yang
lebih dominan dari modal asing dalam struktur modal perusahaan mutlak diperlukan, untuk menjaga tingkat solvabilitas perusahaan.
2. Modal asing atau hutang jangka panjang.
Modal asing atau hutang jangka panjang adalah hutang yang jangka waktunya panjang umumnya lebih dari sepuluh tahun. Hutang
jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan ekspansi atau modernisasi dari perusahaan
karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut jumlah sangat besar.
32 Menurut Brigham dan Houston 2011, faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan antara lain : a
Stabilitas penjualan
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap lebih
tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. b
Struktur aktiva Perusahaan yang struktur aktivanya cocok untuk dijadikan jaminan kredit
cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang. c
Operating Leverage.
Suatu perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil dianggap lebih mampu memakai leverage keuangan karena dengan memiliki leverage
operasi yang lebih kecil maka berarti perusahaan memiliki risiko bisnis yang lebih kecil dengan asumsi cetiris paribus
d Tingkat pertumbuhan.
Perusahaan yang tingkat pertumbuhannya tinggi pada umumnya lebih tergantung pada modal dari luar perusahaan, dengan asumsi faktor lain
dianggap konstan. Sedangkan perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah pada umumnya kebutuhan modal baru relatif kecil sehingga dapat
33 dipenuhi dari laba ditahan. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan
perusahaan, maka akan membutuhkan sumber dana dari modal ekstern yang lebih besar.
e Profitabilitas
Perusahaan yang mempunyai tingkat pengembalian tinggi atas investasi, menggunakan utang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi
memungkinkan perusahaan membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal.
f Pajak.
Biaya bunga merupakan biaya yang dapat mengurangi pajak perusahaan. Sedangkan pembayaran deviden tidak mengurangi pembayaran pajak.
Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pajak perusahaan, maka semakin besar daya tarik penggunaan hutang.
g Pengendalian.
Pengendalian terhadap hutang yang besar dapat mengakibatkan pengawasan yang semakin ketat oleh pihak kreditur. Pengendalian ini
dapat mengurangi fleksibilitas manajemen dalam mengambil keputusan.
34 h
Sikap Manajemen.
Sikap manajemen akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana. Beberapa manajemen
cenderung bersifat konservatif daripada manajemen lainnya sehingga cenderung menggunakan tingkat hutang yang konservatif pula sedikit
hutang daripada rata-rata perusahaan dalam industrinya, sedangkan manajemen yang agresif menggunakan hutang lebih banyak dalam rangka
memperoleh profit yang lebih besar. i
Sikap agen penilai dan peminjam. Sikap agen penilai dan peminjam seringkali mempengaruhi keputusan
struktur keuangan. Pada umumnya, manajemen akan berdiskusi mengenai struktur finansial perusahaan dengan agen tersebut dan memberi banyak
pengaruh pada saran mereka. Namun jika manajemen perusahaan sangat yakin mengenai masa depan perusahaan maka manajemen akan
menggunakan hutang melebihi norma yang berlaku bagi industrinya, sehingga kreditur mungkin menolak penambahan hutang tersebut atau
mungkin menerimanya dengan syarat tingkat bunga yang tinggi. j
Kondisi pasar.
Kondisi pasar modal sering mengalami perubahan dalam menjual sekuritas harus menyesuaikan dengan pasar modal tersebut.
35 k
Kondisi internal perusahaan. Apabila perusahaan memperoleh keuntungan yang rendah sehingga tidak
menarik bagi investor, maka perusahaan lebih menyukai pembelanjaan dengan hutang daripada mengeluarkan saham.
l Fleksibilitas Keuangan.
Seorang manajer pendanaan yang pintar adalah selalu dapat menyediakan modal yang diperlukan untuk mendukung operasi.
6. Corporate Social Responsibility CSR
Setiap perusahaan di seluruh dunia akan melakukan berbagai macam kegiatan yang terencana untuk dapat meningkatkan eksistensi perusahaan
dan menjadi perusahaan yang good bussiness. Salah satu kegiatan tersebut adalah Corporate Sosial Responsibility CSR. CSR adalah kegiatan-
kegiatan sosial yang dilakukan perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan.
Tanggung jawab sosial perusahaan dikonsepkan lebih luas sebagai tugas
manajerial untuk
mengambil tindakan
melindungi dan
mengembangkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus memberikan keuntungan bagi perusahaan. Corporate Sosial Responsibility CSR pada
dasarnya merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat sekaligus sebagai sarana untuk membangun reputasi dan meningkatkan
keunggulan perusahaan dalam persaingan di dunia bisnis.
36 Secara umum, Corporate Sosial Responsibility CSR didefinisikan
sebagai bentuk kegiatan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan kemampuan manusia sebagai individu untuk
beradaptasi dengan keadaan sosial yang ada, menikmati, memanfaatkan dan memelihara lingkungan hidup yang ada. International Finance Corporation
mendefinisikan Corporate Sosial Responsibility CSR sebagai : “Komitmen dunia bisnis untuk memberi kontribusi terhadap
pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan, keluarga mereka, komunitas lokal, dan masyarakat luas
untuk meningkatkan kehidupan mereka melalui cara-cara yang baik bagi bisnis maupun pembangunan.”
Menurut Canadian 2011 Government adalah sebuah kegiatan usaha yang mengintegrasikan aspek ekonomi, lingkungan dan sosial ke dalam
nilai budaya, pengambilan keputusan, strategi dan operasi perusahaan yang dilakukan secara transparan dan bertanggung jawab untuk menciptakan
masyarakat yang sehat dan berkembang. Selain itu, ISO:26000 mendefinisikan Corporate Sosial Responsibility CSR sebagai :
“Tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dankegiatan-kegiatannya pada masyarakat
dan lingkungan yang diwujudkan dalambentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan
kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-
norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh.”
37 Corporate Sosial Responsibility CSR merupakan tanggung jawab
perusahaan kepada pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek
ekonomi dan sosial triple bottom line dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan Wibisono, 2011. Sementara menurut Nursahid
2011 Corporate Sosial Responsibility CSR adalah : “Tanggung jawab moral suatu organisasi bisnis terhadap kelompok
yang menjadi stakeholder-nya yang terkena pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung dari operasi perusa
haan.”
Elkington mengemas konsep Corporate Sosial Responsibility CSR ke dalam tiga fokus, yaitu 3P profit, planet, people. Menurutnya, perusahaan
yang baik tidak hanya mencari keuntungan profit belaka melainkan perusahaan harus memiliki kepedulian pula terhadap kelestarian lingkungan
planet dan kesejahteraan masyarakat people. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh United States-based Business for Social Responsibility BSR,
banyak sekali keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan yang telah mempraktekkan Corporate Sosial Responsibility CSR antara lain :
1. Meningkatkan brand image dan reputasi perusahaan.
Dengan adanya kegiatan Corporate Sosial Responsibility CSR dapat membuat perusahaan menjadi lebih dikenal oleh masyarakat sehingga
reputasi perusahaan
juga akan
meningkat apabila
perusahaan melaksanakan program tersebut dengan sebaik
–baiknya.
38 2.
Meningkatkan penjualan dan loyalitas pelanggan. Apabila program Corporate Sosial Responsibility CSR dilakukan dengan
baik oleh perusahaan maka para pelanggan akan menjadi lebih loyal karena para pelanggan tidak hanya mengetahui kualitas tetapi juga tujuan
baik perusahaan. 3.
Mengurangi biaya operasional perusahaan. Dengan adanya Corporate Sosial Responsibility CSR perusahaan tidak
perlu lagi perlu mengeluarkan anggaran untuk biaya promosi, karena produk atau perusahaannya pasti akan menjadi lebih dikenal oleh
masyarakat. Dengan demikian biaya operasional perusahaan pun akan menurun setidaknya untuk bidang promosi.
4. Meningkatkan kinerja keuangan.
Dengan adanya Corporate Sosial Responsibility CSR diharapkan laba perusahaan akan lebih meningkat karena penjualan juga akan meningkat.
Dengan demikian, kinerja keuangan dari perusahaan pun secara otomatis akan meningkat.
Program Corporate Sosial Responsibility CSR yang dikembangkan dengan baik akan menciptakan suatu kaitan emosional antara masyarakat
dengan perusahaan yang nantinya akan berdampak pada brand awareness yang lama-kelamaan akan berkembang menjadi brand loyalty yang akan
menciptakan ekuitas merek yang menguntungkan bagi perusahaan Sen, 2013:37.
39 Wibisono 2011 menjelaskan bahwa penerapan Corporate Sosial
Responsibility CSR yang dilakukan perusahaan dapat dibagi menjadi 4 empat tahapan yaitu perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan.
Tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan dapat dibagi menjadi 3 tiga model yaitu keterlibatan langsung, melalui yayasan atau organisasi
sosial perusahaan dan bermitra dengan pihak lain. Adapun bentuk tanggung jawab sosial perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Hibah grant.
Merupakan bantuan dana tanpa ikatan yang diberikan oleh perusahaan untuk membangun investasi sosial.
2. Penghargaan award.
Merupakan pemberian bantuan oleh perusahaan kepada sasaran yang dianggap berjasa bagi masyarakat banyak dan lingkungan usahanya.
Biasanya penghargaan diberikan dalam bentuk sertifikat dan atau sejumlah uang kepada perorangan atau institusi atau panti yang diselenggarakan
secara berkelanjutan dan dalam waktu tertentu. 3.
Dana komunitas lokal community funds. Merupakan bantuan dana atau dalam bentuk lain bagi komunitas tertentu
untuk meningkatkan kualitas di bidangnya secara berkesinambungan. 4.
Bantuan subsidi social subsidies.
40 Merupakan bantuan dana atau bentuk lainnya bagi sasaran yang berhak
untuk meningkatkan kinerja secara berkelanjutan seperti pemberian bantuan dana buruh lokal atau modal usaha kecil satu kawasan.
5. Bantuan pendanaan jaringan teknis.
Diperuntukan bagi sasaran yang berhak untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu meningkatkan produktivitas. Misalnya,
bantuan teknis untuk usaha kecil atau mikro. 6.
Penyediaan pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan, hukum, taman bermain, panti asuhan, beasiswa, dan berbagi pelayanan sosial lainnya
bagi masyarakat. 7.
Bantuan kredit usaha kecil dengan bunga rendah bagi rumah tangga, baik masyarakat yang tinggal disekitar perusahaan maupun masyarakat pada
umumnya. 8.
Program bina lingkungan melalui pengembangan masyarakat. 9.
Penyediaan kompensasi sosial bagi masyarakat yang menjadi korban polusi serta kerusakan lingkungan baik karena bencana maupun dampak
dari aktivitas perusahaan.
41
B. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Hasil Penelitian
Independen Dependen
1. Yangs Analisa,
Fakultas Ekonomi -
Universitas Diponegoro
Semarang, 2011 Sumber : Data
Skunder Penelitian, 2015
Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Leverage,
Profitabilitas dan Kebijakan
Dividen Terhadap Nilai
Perusahaan Studi Pada
Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2006-2008
Ukuran Perusahaan
X
1
Leverage X
2
, Profitabilitas
X
3
dan Kebijakan
Dividen X
4
Nilai Perusahaan
Y 1 ukuran perusahaan
mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan, 2 leverage mempunyai
pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan, 3 profitabilitas
mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan, dan
4 kebijakan dividen mempunyai pengaruh
negatif tidak signifikan terhadap
nilai perusahaan.
2. Ria Nofrita,
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang
2013 Sumber : Data
Skunder Penelitian, 2015
Pengaruh Profitabilitas
Terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Kebijakan
Deviden Sebagai
Variabel Intervening
Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar
Di BEI Profitabilitas
X
1
Kebijakan deviden X
2
Nilai perusahaan
Y 1 Profitabilitas dan
kebijakan deviden berpengaruh signifikan
positif terhadap nilai perusahaan
2 Profitabilitas berpengaruh tidak
signifikan terhadap kebijakan deviden.
Bersambung ke halaman belakang…
42
Tabel 2.1 lanjutan.. Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Hasil Penelitian
Independen Dependen
3. Ima Maspupah,
Program Studi Keuangan Islam
Fakultas Syari’ah Dan
Hukum Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta 2014
Sumber : Data Skunder
Penelitian, 2015 Pengaruh
Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Tanggungjawab
Sosial Perusahaan,
Kepemilikan Institusional,
Pertumbuhan Penjualan, Dan
Struktur Modal Terhadap Nilai
Perusahaan Studi Empiris
Pada Perusahaan Properti Yang
Masuk Kedalam Kelompok
Daftar Efek Syariah Periode
2009-2012 Ukuran
perusahaan X
1
, Profitabilitas
X
2
, Tanggung
jawab sosial perusahaan
X
3
, Kepemilikan
institusional X
4
, Pertumbuhan
penjualan X
5
, Struktur modal
X
6
Nilai perusahaan
Y 1 Uji t menunjukan SIZE
tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan
signifikansi sebesar 0,699 0,05
2 ROE menunjukan pengaruh positif
signifikan terhadap nilai perusahaan nilai
signifikansi sebesar 0,036 0,05
3 CSR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan
signifikansi 0,102 0,05
4 IOWN tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan signifikansi 0,342
0,05 5 GROWTH tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan
signifikansi 0,349 0,05
6 DER berpengaruh positif signifikan terhadap
nilai perusahaan signifikansi 0,000
0,05. 7 SIZE, ROE, CSR,
IOWN, GROWTH, dan DER secara bersama-
sama berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan.
43
C. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini mengenai pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, tanggung jawab sosial dan struktur modal terhadap nilai perusahaan. Tinggi
rendahnya nilai perusahaan yang umumnya dilihat dari harga saham diproksi menjadi Price to Book Value PBV ditentukan oleh berbagai faktor yang
ada pada masing-masing perusahaan. Tinggi rendahnya nilai perusahaan ini harus diperhatikan pada suatu perusahaan karena akan berpengaruh pada
kepercayaan investor dan investasi pada perusahaan tersebut. Pada penelitian ini terdapat beberapa variabel yang ingin diteliti oleh
peneliti yang diindikasikan dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Peneliti mengambil 4 empat variabel yaitu profitabilitas diproksi menjadi Return
On Equity ROE, ukuran perusahaan diproksi menjadi SIZE, tanggung jawab sosial diproksi menjadi CSR dan struktur modal diproksi menjadi
Debt to Equity Ratio DER yang dalam hal ini menjadi variabel independen. Sementara itu, nilai perusahaan diproksi menjadi Price to Book Value
PBV akan menjadi variabel yang dipengaruhi atau dependen. Penelitian
ini mengambil
perusahaan-perusahaan manufaktur
khususnya pada sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI periode tahun 2010-2014. Dalam menentukan sampel
penelitian, peneliti menggunakan teknik purposive sampling dimana sampel dipilih berdasarkan karakteristik tertentu. Adapun kerangka berfikir pada
penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut :
44
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Tanggung jawab Sosial dan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan
Analisis Statistik Deskriptif Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar
di BEI periode 2010-2014 Signalling Theory
Variabel Independen X
Profitabilitas ROE X
1
Ukuran Perusahaan SIZE X
2
Tanggung jawab Sosial CSR X
3
Struktur Modal DER X
4
Uji Asumsi Klasik 1.
Uji Normalitas Data 2.
Uji Heterokedastisitas 3.
Uji Multikolonieritas 4.
Uji Autokorelasi
Variabel Dependen Y
Nilai Perusahaan PBV
Uji Hipotesis Uji Statistik F F-test
Uji Statistik t t-test Koefisien Determinasi
Analisis Regresi Berganda
Kesimpulan dan Saran Hasil Penelitian
45
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
• Pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan di perusahaan manufaktur jenis sektor industri barang konsumsi.
Ho
1
: Tidak ada pengaruh antara profitabilitas terhadap nilai perusahaan di perusahaan manufaktur jenis sektor industri barang konsumsi.
Ha
1
: Ada pengaruh antara profitabilitas terhadap nilai perusahaan di perusahaan manufaktur jenis sektor industri barang konsumsi.
• Pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan di perusahaan manufaktur jenis sektor industri barang konsumsi.
Ho
2
: Tidak ada pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan di perusahaan manufaktur jenis sektor industri barang
konsumsi. Ha
2
: Ada pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan di perusahaan manufaktur jenis sektor industri barang
konsumsi. • Pengaruh tanggung jawab sosial terhadap nilai perusahaan di perusahaan
manufaktur jenis sektor industri barang konsumsi. Ho
3
: Tidak ada pengaruh antara tanggung jawab sosial terhadap nilai perusahaan di perusahaan manufaktur jenis sektor industri barang
konsumsi.