1.3. ELISA Enzyme-Linked Immunosorbent Assay
ELISA digunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur antibodi atau antigen. Prinsip dasar ELISA adalah mengukur interaksi antara antigen dengan
antibodi menggunakan enzim sebagai indikatornya Burgess 1995. Keberadaan antibodi menunjukkan adanya paparan antigen dalam tubuh inang yang diperiksa
Tizard 1988. ELISA tidak langsung adalah konfigurasi sederhana yang digunakan untuk
mengukur titer antibodi dan merupakan uji serologik yang cepat, sederhana dan relatif murah Pardede dan Ginting 1996. Ikatan antigen dan antibodi pada
ELISA tidak langsung ada dua macam, yaitu ikatan antigen-antibodi primer dan ikatan antibodi primer-antibodi sekunder. Ikatan antigen-antibodi primer bersifat
spesifik, terjadi antara epitop antigen dengan paratop pada rantai Fab antibodi. Antibodi primer tidak berlabel dapat diperoleh dari serum hewan uji. Ikatan
antibodi primer-antibodi sekunder bersifat non spesifik, artinya ikatan antara antibodi dan anti-antibodi dapat terjadi pada semua macam antibodi. Antibodi
sekunder konjugat terikat pada enzim berlabel enzim. Enzim dapat mengurai substrat yang ditambahkan sehingga terjadi perubahan warna larutan. Kekuatan
warna tergantung dari banyaknya substrat yang terurai. Banyaknya substrat yang terurai tergantung dari banyaknya enzim dalam larutan. Kekuatan ini
menunjukkan jumlah ikatan antigen-antibodi primer Burgess 1995.
1.4. PCR Polymerase Chain Reaction
Reaksi berantai polimerase atau PCR Polymerase Chain Reaction merupakan metode enzimatis untuk melipatgandakan secara eksponensial suatu
sekuen nukleotida tertentu secara in vitro Yuwono 2006. Terdapat empat komponen utama pada proses PCR, yaitu 1 DNA cetakan, yaitu fragmen DNA
yang akan dilipatgandakan, 2 oligonukleotida primer, yaitu suatu sekuen oligonukleotida pendek 18-24 basa nukleotida yang digunakan untuk mengawali
sintesis rantai DNA, 3 deoksiribonukleotida trifosfat dNTP, terdiri atas dATP, dCTP, dGTP, dTTP, 4 enzim DNA polymerase, yaitu enzim yang melakukan
katalisis reaksi sintesis rantai DNA. Komponen lain yang juga penting adalah senyawa bufer.
Proses PCR memerlukan sejumlah siklus untuk mengamplifikasi suatu sekuen DNA spesifik. Setiap siklus terdiri atas tiga tahap, yaitu denaturasi,
annealing hibridisasi, dan ekstensi polimerasi. Denaturasi dilakukan pada suhu
90-95°C, sehingga terjadi pemisahan utas ganda DNA menjadi dua utas tunggal. DNA menjadi cetakan template tempat penempelan primer dan tempat kerja
DNA polimerase. Pada tahap annealing, suhu diturunkan sampai mencapai kurang lebih 55°C atau sesuai melting temperature Tm dari primer
oligonukleotida untuk penempelan primer oligonukleotida pada sekuen yang komplementer pada molekul DNA cetakan Glick Pasternak 2003. Tahap
selanjutnya adalah tahap ekstensi yang dilakukan pada suhu 72°C. Suhu ini merupakan suhu optimum untuk kerja enzim Taq DNA polimerase. Pada tahap ini
enzim Taq DNA polimerase mengkatalis reaksi penambahan mononukleotida pada primer yang sesuai dengan utas DNA komplemen yang berada di sebelahnya
Erlich 1989. Metode umum dalam penganalisaan produk reaksi PCR adalah
elektroforesis gel agarosa yang bertujuan menganalisis komposisi dan kualitas dari sampel asam nukleat. Untuk itu diperlukan kalibrasi terhadap gel dengan
penanda marker standar yang mengandung fragmen dari ukuran DNA yang diketahui ukurannya Dale dan Schantz 2002; Yuwono 2005. Pewarna etidium
bromida dapat digunakan untuk menduga jumlah DNA atau RNA sampel hasil elektroforesis. Etidium bromida memiliki struktur cincin datar yang mampu
menumpuk stack di antara basa-basa dalam asam nukleat; atau sebagai intercalation
. Pewarna dapat dideteksi melalui pendaran spektrum merah-oranye, ketika dipaparkan cahaya ultraviolet Dale dan Schantz 2002.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 – Juni 2012. Pengujian kemampuan vaksin menginduksi pembentukan antibodi pada ikan
kerapu dilakukan Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan dan Laboratorium Bioteknologi BBAP Situbondo. Pengujian pembentukan protein
imunogenik CP pada ikan lele dilakukan di Laboratorium Genetika Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar BBPBAT Sukabumi. Pembuatan antibodi
poliklonal, analisis Western blot, dan uji presipitasi pada gel agarosa dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Pusat Studi Satwa Primata PSSP dan Laboratorium
Terpadu, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Alur Kerja Penelitian
Penelitian dibagi ke dalam 3 tahap. Alur kerja dan analisis penelitian ini di uraikan pada Gambar 2.
Penelitian tahap I
1. Penyiapan antigen VNN
2. Penyiapan plasmid rekombinan
3. Produksi antibodi poliklonal
4. Deteksi ekspresi protein CP coat protein dari virus VNN
Penelitian tahap II 1.
Vaksinasi 2.
Isolasi RNA total 3.
Deteksi mRNA dengan metode RT PCR Penelitian tahap III
1. Deteksi kemampuan pembentukan antibodi vaksin DNA 2. Uji tantang dengan virus VNN
3. Analisis data
Gambar 6 Diagram alur tahapan penelitian yang dilakukan. Prosedur Penelitian
1. Penelitian tahap I 1.1. Penyiapan antigen VNN
Virus VNN diperoleh dari ikan kerapu yang terinfeksi VNN, ikan-ikan kerapu tersebut diperoleh dari perairan Situbondo. Keberadaan virus VNN pada
ikan kerapu diperiksa dengan metode PCR. Otak dan retina mata ikan kerapu yang terinfeksi VNN diambil menggunakan pinset steril. Sekitar 1 g organ
otakretina mata ikan dimasukkan ke dalam tube dan digerus menggunakan pellet pestle
sampai halus dan ditambahkan bufer fosfat salin PBS sampai volume 1 mL pengenceran 1:1. Suspensi dihomogenasi menggunakan vorteks dan
selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan 3000 g selama 10-15 menit. Supernatan dipindahkan pada tube baru dan disentrifugasi kembali dengan
kecepatan 27000 g selama 20-30 menit. Supernatan yang dihasilkan disaring menggunakan filter ukuran 0,22 µm. Filtrat yang dihasilkan dapat digunakan
untuk reinfeksi atau disimpan pada -20
o
C hingga akan digunakan OIE 2003.
Absorbsi Filtrat ikan
sehat
RT PCR Antigen VNN
rekombinan
ELISA
Produksi antibodi anti VNN
Western Blotting SDS PAGE
AGPT Antibodi
poliklonal anti VNN kelinci
Ekspresi protein antigen
VNN
Telur ikan
Antigen virus utuh Virus VNN
Benih kerapu
Antibodi poliklonal anti VNN kelinci
telah diabsorbsi
Ikan kerapu
mRNA
U ji
t a
n ta
n g
1.2. Penyiapan plasmid rekombinan 1.2.1.