Pajak Daerah TINJAUAN PUSTAKA

tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Pendapatan Asli Daerah PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan Asli Daerah PAD tersebut meliputi: 1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah, termasuk hasil dari pelayanan Badan Layanan Umum BLU daerah 3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, antara lain bagian laba dari BUMD, hasil kerja sama dengan pihak ketiga. Bagian laba dari BUMD ini terdiri dari Bank Pembangunan Daerah BPD, Perusahaan Daerah Air Minum PDAM, dan Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat BPR. 4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah PAD yang Sah. Pendapatan Asli Daerah PAD yang Sah diperoleh dari hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan komisi atau potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan danatau pengadaan barang danatau jasa oleh daerah.

2.4. Pajak Daerah

Menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah menyebutkan bahwa pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Pajak Daerah di Indonesia terbagi menjadi dua, yakni pajak propinsi dan pajak kabupatenkota. Pembagian ini dilakukan sesuai dengan kewenangan pengenaan dan pemungutan masing-masing jenis pajak daerah pada wilayah administrasi propinsi atau kabupatenkota yang bersangkutan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000, ditetapkan sebelas jenis pajak daerah yaitu empat jenis pajak propinsi dan tujuh jenis pajak kabupatenkota. Kesebelas jenis pajak tersebut yaitu: 1. Pajak Propinsi a Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air b Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air c Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dan d Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan 2. Pajak KabupatenKota a Pajak Hotel b Pajak Restoran c Pajak Hiburan d Pajak Reklame e Pajak Penerangan Jalan f Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, dan g Pajak Parkir Kota Bogor hanya melakukan pungutan terhadap enam jenis pajak dari tujuh jenis pajak KabupatenKota. Hasil pemungutan keenam jenis pajak tersebut diharapkan dapat membiayai tugas-tugas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Kota Bogor dalam rangka mencapai masyarakat adil dan makmur. Keenam jenis pajak tersebut adalah: 1. Pajak Hotel Hotel merupakan bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginapistirahat, memperoleh pelayanan dan atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Pajak Hotel di Kota Bogor diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Pajak Hotel. Obyek Pajak adalah setiap pelayanan yang disediakan hotel dengan pembayaran, termasuk: a Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek antara lain gubuk pariwisata cottage, motel, wisma pariwisata, pesanggarahan hostel, hotel melati dan rumah penginapan termasuk rumah kos dengan jumlah kamar sepuluh atau lebih yang menyediakan fasilitas seperti rumah penginapan. b Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau tinggal jangka pendek yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan antara lain telepon, faksimile, teleks, fotocopy, pelayanan cuci, seterika, taksi dan pengangkutan lainnya yang disediakan atau dikelola hotel. c Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel bukan untuk umum antara lain pusat kebugaran fitnes center, kolam renang, tenis, golf, karaoke yang disediakan atau dikelola hotel. d Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel. Siahaan, 2005 2. Pajak Restoran RestoranRumah Makan adalah tempat menyantap makanan dan atau minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga atau catering. Pajak restoran adalah pajak yang dikenakan atas pelayanan di restoranrumah makan tempat menyantap makanan dan atau minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa bogacatering. Pajak Restoran di Kota Bogor diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2002 tentang Pajak Restoran. Obyek pajak restoran adalah setiap pelayanan yang disediakan restoranrumah makan dengan pembayarannya yaitu meliputi penjualan makanan dan atau minuman di restoranrumah makan termasuk penyediaan penjualan makananminuman yang diantardibawa pulang. 3. Pajak Hiburan Hiburan adalah semua jenis pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan dan atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk berolahraga. Pajak Hiburan adalah pungutan daerah atas setiap penyelenggaraan hiburan. Pajak Hiburan di Kota Bogor diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pajak Hiburan. Obyek pajak hiburan meliputi: a. Pertunjukan 1 Pertunjukan film bioskop, di studio mini dan tempat lainnya yang memungut bayaran. 2 Pertunjukan kesenian, berupa pertunjukan musik, tari, drama, teater, komedi, kabaret dan sejenisnya, serta kesenian tradisional. 3 Pertunjukan atraksi, sirkus, sulap atau sejenisnya. 4 Pertunjukan berupa pameran atau kontes. 5 Pertunjukanpertandingan olahraga; dan 6 Pertunjukan lainnya yang penontonnya di pungut bayaran. b. Permainan 1 Permainan bilyar. 2 Permainan seluncuran, permainan di air, permainan es atau salju, rumah essalju, dunia fantasi atau sejenisnya. 3 Permainan lainnya yang pemainnya dipungut bayaran. c. Permainan ketangkasan : 1 Ketangkasan manual seperti lempar bola, flying fox, permainan di areal out bond, tembak jitusasaran, lempar gelang, dan sejenisnya. 2 Ketangkasan mekanik seperti gokart, off bond, motor cross, kereta wisata, kereta gantung, atau sejenisnya. 3 Ketangkasan elektronik merupakan permainan yang menggunakan tenaga listrik dan dengan sistem digital atau komputerisasi seperti dingdong, play station, video game, computer game, atau sejenisnya. 4 Ketangkasan di air bukan alami seperti arung jeram, water adventure, water world, dan sejenisnya. 5 Ketangkasan di es atau salju bukan alami, sepeti ice skating, snow world, atau sejenisnya. 6 Ketangkasan lainnya yang pesertanya dipungut bayaran. d. Keramaian 1 Pasar malam, bazaar, atau sejenisnya 2 Keramaian lainnya yang memungut bayaran kepada penontonpengunjung yang memasuki kawasan keramaian dimaksud. 3 Panti pijat, refleksi, pijat sehat atau sejenisnya, dikecualikan panti pijat tuna netra. 4 Mandi uap, sehat pakai air SPA, bodycare, atau sejenisnya. 5 Klub malam, pub, ruang musik music room, atau sejenisnya. 6 Karaoke, balai gita singing hall, atau sejenisnya. 4. Pajak Reklame Pajak reklame adalah pajak yang dipungut atas setiap penyelenggaraan reklame. Pajak reklame di Kota Bogor diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pajak Reklame. Obyek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame yang meliputi: a Reklame bando b Reklame megatron, videotron, large electronic display LED, Video Wall dan Dynamics Wall. c Reklame papan billboard d Reklame Baliho e Reklame kain f Reklame poster atau tempelanstiker g Reklame selebaran atau brosur h Reklame berjalan i Reklame udara j Reklame suara k Reklame film atau slide l Reklame peragaan permanentidak permanen mReklame rombongan 5. Pajak Penerangan Jalan Pajak Penerangan jalan adalah pungutan daerah atas penggunaan tenaga listrik. Peraturan yang menangani masalah pajak penerangan jalan ini yaitu Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor Nomor 19 Tahun 1998 Tentang Pajak Penerangan Jalan dan Surat Gubernur Jawa Barat Nomor 9731513Huk tanggal 18 Juni 2001 perihal Tarif Pajak Penerangan Jalan. 6. Pajak Parkir Pajak Parkir adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pibadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran. Pengenaan pajak parkir tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan pajak parkir ini. Pajak Parkir di Kota Bogor ini diatur dalam Peraturan Daerah No 7 Tahun 2004 tantang Pajak Parkir. Obyek pajak parkir adalah penyelenggaraan tempat khusus parkir di luar badan jalan baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai tempat usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran, termasuk gedung parkir, lingkungan parkir, pelataran parkir, garasi yang disewakan dan jenis parkir kendaraan lainnya. Menurut Saragih 2003, disamping jenis dan objek pajak daerah seperti yang telah disebutkan sebelumnya, daerah juga diberi keleluasaan atau peluang untuk menciptakan pajak daerah lainnya asal sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam menciptakan pajak baru adalah sebagai berikut: 1. Bersifat pajak bukan retribusi 2. Objek dan pengenaan dasar pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum 3. Potensinya memadai 4. Tidak berdampak negatif terhadap perekonomian 5. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat 6. Menjaga kelestarian lingkungan hidup

2.5 Penelitian Terdahulu