Data dan Peralatan Distribusi Spasial dan Temporal Urban Heat Island Wilayah Bogor

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Oktober tahun 2012, bertempat di Laboratorium Meteorologi dan Pencemaran Atmosfer, Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB.

3.2 Data dan Peralatan

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa seperangkat komputer dengan perangkat lunak pengolah data satelit ENVI dan ER Mapper, pengolah sistem informasi geografis Arc GIS, pengolah data statistik Minitab dan Ms Excel, serta dokumentasi Ms Word. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data citra MODIS yang mencakup seluruh wilayah Bogor kota dan kabupaten, data Digital Elevation Model DEM untuk mengetahui ketinggian wilayah Bogor, data observasi meteorologi berupa data suhu udara, dan peta tata ruang wilayah Bogor yang mencakup data spasial penggunaan lahan. Pada penelitian ini, data citra MODIS yang digunakan sebanyak 24 akuisisi yaitu pada tahun 2000 hingga tahun 2011 pada waktu siang dan malam hari di setiap tahunnya. 3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Pemilihan Data Citra Satelit Pemilihan data sangat penting untuk memberi batasan sebelum mengolah data citra satelit untuk lebih lanjut. Batasan yang dipakai dalam pemilihan data antara lain temporal selection dan spatial selection. Temporal selection atau pemilihan data secara temporal yang digunakan yaitu dua data citra satelit 1 siang dan 1 malam di bulan Juli pada tahun 2000 hingga tahun 2011. Spatial selection atau pemilihan data secara spasial yang digunakan yaitu data citra satelit yang mencakup wilayah Bogor dengan syarat memiliki tingkat keawanan yang menunjukkan langit cerah tanpa awan atau hampir tidak ada awan. Data citra satelit dapat dipilih dan diunduh melalui alamat situs: http:ladsweb.nascom.nasa.gov. Data yang dipilih adalah data satelit Terra MODIS Level 1B. Kanal yang digunakan yaitu kanal 31 dan kanal 32.

3.3.2 Proses Pengolahan Data Citra

Satelit Proses awal pengolahan data citra satelit dilakukan untuk mendapatkan data dengan informasi yang sesuai. Proses awal ini mencakup kesesuaian posisi koordinat hingga pembenaran informasi pada setiap piksel. Tahap-tahap yang dilakukan antara lain: 1 Georeferensi MODIS dengan Koreksi Bow-tie Georeferensi adalah proses memasukan citra ke dalam sistem koordinat tertentu. Proses georeferensi disebut juga proses registrasi citra. Cara yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan mengekspor ground check point GCP atau titik ikat yang menggunakan perangkat lunak ENVI. Penentuan sistem koordinat dilakukan dengan memilih sistem proyeksi dan datum yang akan digunakan. Pada penelitian ini digunakan sistem proyeksi UTM dan datum WGS-84. Koreksi bow-tie dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ENVI yang berfungsi untuk menghilangkan efek duplikasi data pada citra di baris-baris tertentu. 2 Pemotongan Cropping Wilayah Bogor Data citra satelit dalam satu subset memiliki ukuran spasial yang luas, sehingga memiliki ukuran file yang sangat besar. Pemotongan cropping data citra diperlukan agar data citra yang dianalisis lebih lanjut memiliki batasan spasial dengan ukuran file yang lebih kecil. Batasan spasial yang dipakai pada penelitian ini yaitu wilayah Bogor dan sekitar. Data citra satelit dipotong dengan data vektor wilayah bogor. Data vektor dapat dibuat dengan menggunakan perangkat lunak ER Mapper dengan menggunakan peta tata ruang wilayah bogor sebagai peta acuan.

3.3.3 Suhu Permukaan

Suhu permukaan diturunkan dari nilai radiansi atau energi yang diterima bumi per satuan luas berdasarkan persamaan Planck Lim 2001. Planck dalam persamaannya menggunakan brigthness temperature yang dapat dianggap sebagai suhu permukaan dari suatu objek. Hukum Planck digunakan untuk menurunkan suhu permukaan karena hukum tersebut dapat menghitung intensitas radiasi yang dipancarkan oleh suatu objek permukaan. Intensitas radiasi berkaitan dengan panas objek di bumi dan besarnya panas dapat ditunjukkan dengan suhu permukaan. Suhu permukaan dapat diekstraksi melalui kanal pada sensor satelit. Kanal yang digunakan pada citra MODIS yaitu kanal 31 dan kanal 32 dengan masing-masing nilai tengah panjang gelombang yaitu 11.03 µm dan 12.02µm. Adapun persamaannya yaitu: dimana, Tb : suhu kecerahan K C1 : konstanta radiasi pertama 1.1911 x 10 8 W M -2 sr -1 µm -1 -4 C2 : konstanta radiasi kedua 1.439 x 10 -4 K µm Lλi : nilai radiansi kanal ke-i Wm -2 µm -1 sr -1 λi : nilai tengah panjang gelombang kanal ke-i µm Ekstraksi dari kedua kanal dapat mempresentasikan masing-masing gambaran suhu permukaan, walaupun memiliki selisih nilai. Suhu permukaan akhir didapat dari nilai rata-rata kedua suhu kecerahan pada kanal 31 dan kanal 32. dimana, Ts : suhu permukaan K Tb 31 : suhu kecerahan kanal 31 K Tb 32 : suhu kecerahan kanal 32 K 3.3.4 Urban Heat Island Besarnya intensitas urban heat island pada suatu daerah merupakan perbandingan besar antara suhu yang berada di wilayah urban dengan suhu yang berada di wilayah suburban. UHI dapat dilihat secara spasial melalui citra satelit dengan menggunakan pendekatan suhu permukaan. Dengan menggunakan pendekatan suhu permukaan dapat digunakan persamaan sebagai berikut: SUHI = Ts urban – Ts suburban ……… 9 dimana, SUHI : intensitas surface urban heat island Ts urban : suhu permukaan di wilayah urban Ts suburban : suhu permukaan di wilayah suburban Gambar 9 Diagram alir metodologi penelitian Wilayah bogor secara umum dibagi menjadi dua bagian: wilayah urban berada di Kota Bogor dan wilayah suburban berada di Kabupaten Bogor. Nilai suhu permukaan Ts diambil dari hasil ekstraksi suhu permukaan pada citra satelit. Pada citra satelit memiliki informasi nilai suhu permukaan yang didapat dari karakteristik spasial pada setiap piksel. Hal ini dapat dijadikan acuan dalam mengidentifikasi intensitas UHI.

3.3.5 Digital

Elevation Model dan Klasifikasi Lahan Wilayah Bogor Suhu udara pada suatu wilayah memiliki hubungan erat dengan kondisi topografi dan ketinggian wilayah tersebut. Oleh karena itu penelitian ini membutuhkan sebuah data topografi dan ketinggian wilayah Bogor. Data topografi dan ketinggian sebuah daerah dapat dimodelkan dengan menggunakan data DEM Digital Elevation Model. Data DEM dapat diolah dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS. Data ini disesuaikan dengan peta tata ruang wilayah Bogor dan hasil pengolahan data citra satelit untuk menghasilkan analisis distribusi spasial dan temporal UHI di wilayah Bogor. Pada penelitian ini, proses klasifikasi penutupan lahan di Bogor melalui interpretasi data landuse wilayah Jawa Barat pada tahun 2002 yang telah dipotong. Klasifikasi lahan dilakukan dengan menggunakan klasifikasi tak terbimbing Unsupervised Classification. Klasifikasi tak terbimbing dimulai dari mengklasifikasikan dari kelas-kelas atau wilayah-wilayah yang kita spesifikasikan atau dari jumlah nominal kelas yang dijadikan pembeda antara masing-masing penutupan lahan. Klasifikasi tak terbimbing secara sendiri akan mengategorikan semua piksel menjadi kelas-kelas dengan menampakan spektral atau karakteristik spektal yang sama. Di wilayah Bogor, penutupan lahan dibedakan menjadi sembilan bagian, yaitu air tawar, belukarsemak, gedungpemukiman, hutan, kebunperkebunan, rumputtanah kosong, sawah irigasi, sawah tadah hujan, dan tegalanladang.

3.4 Asumsi Dasar Penelitian