Perahu Dayung Lopi Sosialist Sosialist
49 Pu‟a atau Juragan
Lapisan berikutnya adalah kelompok masyarakat nelayan yang disebut dengan
Pu‟a atau yang lajim dikenal sebagai Juragan atau pemilik armada
penangkapan. Pu‟a adalah nelayan yang memiliki alat-alat produksi dalam usaha
penangkapan ikan seperti perahu dan alat tangkap. Kelompok ini dianggap sebagai lapisan menengah. Sebagian besar para
Pu‟a di wilayah pesisir Bugis Sape ikut dalam kegiatan menangkap ikan, sehingga memiliki hubungan yang
dekat dengan para Sawi atau buruh nelayan. Dalam pola hubungan antara nelayan, Pu‟a atau yang lajim disebut juragan ini seringkali menjadi sandaran ekonomi
bagi nelayan buruh apabila mereka mengalami kesulitan ekonomi. Buruh Nelayan Sawi
atua „Burru‟ Istilah Burru atau yang lajim disebut sebagai sawi, bidak atau nelayan
buruh ini merupakan lapisan masyarakat yang paling bawah pada komunitas nelayan di Desa Bugis. Istilah Burru ini mengacu pada nelayan yang tidak
memiliki modal melainkan hanya mengandalkan modal tenaga dan kemauan saja. Kelompok ini adalah lapisan yang paling bawah, baik secara sosial mapun secara
ekonomi. Lapisan ini banyak bergantung pada hasil tangkapan, bila hasil tangkapan melimpah, penghasilan seorang Burru akan cukup untuk menutupi
kebutuhan sehari-hari, namun apabila hasil tangkapan sedikit, untuk mencukupi kebutuhan pokok saja harus menghutang terlebih dahulu kepada
Pu‟a atau Juragan.
Perubahan Struktur dan Formasi Sosial Nelayan
Perubahan moda produksi nelayan sebagai akibat dari proses modernisasi perikanan berdampak luas terhadap kehidupan sosial nelayan di wilayah perairan
laut Desa Bugis. Peralihan alat produksi lama ke alat produksi baru berupa peralihan penggunaan armada penangkapan lama yang masih sederhana ke
penggunaan armada penangkapan baru yang lebih modern telah menimbulkan diferensiasi sosial dalam bentuk munculnya unit-unit sosial baru yang berdampak
pada perubahan struktur dan formasi sosial pada masyarakat nelayan.
Perubahan struktur dan formasi sosial nelayan yang dipicu oleh perubahan alat produksi tersebut tidak hanya terjadi pada level kelompok kerja nelayan saja
namun juga mempengaruhi perubahan sturktur dan formasi sosial pada level komunitas nelayan. Pada komunitas nelayan di wilayah perairan laut Desa Bugis
sendiri umumnya kelompok nelayan ini dapat dibedakan berdasarkan beberapa lapisan yaitu lapisan nelayan pemilik alat produksi atau yang disebut Juragan,
kemudian lapisan nelayan pekerja pada pemilik alat produksi yang disebut buruh nelayan atau sawi dan nelayan tangkap yang biasanya bekerja secara individu atau
dalam kelompok kecil.
Seiring dengan perkembangan moda produksi nelayan berupa perubahan armada penangkapan dari armada penangkapan yang sederhana ke armada yang
lebih modern semakin memicu terjadinya diferensiasi sosial pada komunitas nelayan di wilayah perairan laut Desa Bugis. Hal ini dapat dilihat dari semakin
bertambahnya jumlah posisi sosial atau jenis pekerjaan sekaligus terjadi pula perubahan stratifikasi karena sejumlah posisi sosial tersebut tidaklah bersifat
horisontal, melainkan vertikal atau berjenjang. Ukuran penjenjangan tersebut