Konteks Situasi Tutur PENDAHULUAN

42 Kedelapan strategi di atas terkait dengan tiga skala dasar yang ditentukan secara kontekstual, sosial, dan kultural Gunarwan, 1994:90. Adapun ketiga skala tersebut , yaitu : 1. Tingkat jarak sosial antara penutur dan lawan tutur yang ditentukan berdasarkan parameter perbedaan umur, jenis kelamin, dan latar belakang sosiokultural. 2. Tingkat status sosial yang didasarkan atas kedudukan asimetrik penutur dan petutur dalam konteks tuturan. Contohnya seorang polisi dan hakim. Hakim dapat berkuasa saat ada di pengadilan dan polisi dapat menilang hakim di jalan raya apabila melanggar lalu lintas. 3. Tingkat tindak ucap yang didasarkan atas kedudukan relatif tindak tutur yang satu dengan tindak tutur yang lain. Hal tersebut dapat kita lihat dari contoh saat kita meminjam mobil kepada tetangga. Dalam situasi normal, kita akan sungkan, tetapi dalam keadaan mendadak dan darurat tindakan tersebut wajar.

E. Konteks Situasi Tutur

Pragmatik adalah studi bahasa yang mendasarkan pijakan analisisnya pada konteks. Konteks yang dimaksud adalah segala latar belakang pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur serta yang menyertai dan mewadahi sebuah pertuturan. Dengan mendasarkan pada gagasan Leech 1983, Wijana 1996 menyatakan bahwa konteks yang semacam itu dapat disebut dengan konteks situasi tutur speech situational context. Konteks situasi tutur menurutnya mencakup aspek-aspek : 43

a. Penutur dan Lawan Tutur

Penutur dan lawan tutur di dalam beberapa literatur, khususnya dalam Searle 1983, lazim dilambangkan dengan S speaker yang berarti pembicara atau penutur dan H hearer yang dapat diartikan pendengar atau mitra tutur. Digunakannya lambang S dan H itu tidak dengan sendirinya membatasi cakupan pragmatik semata-mata hanya pada bahasa ragam lisan saja melainkan juga dapat mencakup ragam bahasa tulis.

b. Konteks Tuturan

Konteks tuturan telah diartikan bermacam-macam oleh para linguis. Konteks dapat mencakup aspek-aspek tuturan yang relevan lebih baik secara fisik maupun nonfisik. Konteks dapat pula sebagai semua latar belakang pengetahuan yang diasumsikan sama-sama dimiliki penutur dan mitra tutur serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan penutur itu di dalam proses bertutur. Berkaitan dengan konteks tuturan yang digunakan untuk memahami maksud dan tujuan tutur, perlu dijelaskan mengenai konteks yang mencakup aspek-aspek tuturan yang bersifat fisik. Hal tersebut dapat dipahami juga dengan menggunakan komponen tutur pada hal warna emosi si penutur O1 dan nada suasana bicara yang sedang berlangsung. Warna emosi yang dimaksud adalah perasaan yang sedang melingkupi pada diri si penutur pada saat sedang melakukan tuturan. Contohnya perasaan senang, sedih, marah, kecewa, dan sebagainya. Dan yang dimaksud nada suasana bicara adalah keadaan atau suasana di lingkungan sekitarnya yang juga 44 mempengaruhi tuturan yang dilontarkan oleh diri si penutur. Contohnya suasana pidato, kuliah, seminar, santai, dan lain sebagainya Poedjosoedarmo, 2000. c. Tujuan Tutur Tujuan tutur berkaitan erat dengan bentuk tuturan seseorang. Dikatakan demikian karena pada dasarnya tuturan itu terwujud karena dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tutur yang jelas dan tertentu sifatnya. Secara pragmatik, satu bentuk tutur dapat memiliki maksud dan tujuan yang bermacam-macam. Demikian sebaliknya, satu maksud atau tujuan tutur dapat diwujudkan dengan bentuk tuturan yang berbeda-beda.

d. Tuturan sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas

Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas merupakan bidang yang ditangani pragmatik, karena pragmatik mempelajari tindak verbal yang terdapat dalam situasi tutur tertentu. Dapat dikatakan bahwa yang dibicarakan di dalam pragmatik itu bersifat konkret karena jelas keberadaan siapa peserta tuturnya, di mana tempat tuturnya, kapan waktu tuturnya, dan seperti apa konteks situasi tuturnya secara keseluruhan.

e. Tuturan sebagai Tindak Verbal

Tuturan dapat dipandang sebagai sebuah produk tindak verbal karena pada dasarnya tuturan yang ada di dalam sebuah pertuturan itu adalah hasil tindak verbal para peserta tutur dengan segala pertimbangan konteks yang melingkupi dan mewadahinya Rahardi, 2000. 45

F. Implikatur