5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air dari laut ke atmosfer, ke dalam tanah dan kembali ke laut lagi melalui berbagai cara seperti presipitasi,
intersepsi, limpasan, infiltrasi, perkolasi, simpanan air tanah, evaporasi, dan transpirasi, juga cara singkat kembali ke atmosfer tanpa melalui laut.
Varshney, 1979 : 6
Menurut Hsu 1995, proses hujan limpasan dianggap sebagai salah satu dari fenomena dunia yang kompleks dan nonlinier dalam bidang teknik
air. Nazemi. et al, 2003
Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses hidrologi, karena jumlah kedalaman hujan rainfall depth ini yang
dialihragamkan menjadi aliran di sungai baik melalui limpasan permukaan surface runoff, aliran antara interflow, subsurface flow atau sebagai aliran
air tanah groundwater flow. Sri Harto Br, 1993
Model hujan limpasan dibuat untuk menentukan perubahan volume hujan total menjadi volume limpasan total pada suatu area.
Nazemi. et al, 2003
Model hidrologi secara umum dapat dibagi menjadi model fisik, model analog, dan model matematik
.
. Sri Harto Br, 1993
6 Analisis lanjutan dalam perencanaan dan perancangan sumber daya air
akan selalu didasarkan pada informasi hidrologi yang berupa besaran-besaran kualitatif dan kuantitatif termasuk didalamnya variabilitas ruang dan waktu
dari masing-masing besaran tersebut. Sri Harto Br, 1993
B. Dasar Teori
1. Siklus Hidrologi Siklus hidrologi diberi batasan sebagai suksesi tahapan yang dilalui
oleh air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer. Siklus hidrologi berguna untuk memberi konsep pengantar mengenai bagaimana air
bersirkulasi secara umum dan proses-proses yang terlibat di dalamnya. Presipitasi dalam segala bentuk salju, hujan batu es, hujan, dan lain-
lain jatuh ke atas vegetasi, batuan gundul, permukaan tanah, permukaan air dan saluran-saluran air presipitasi saluran. Air yang jatuh pada permukaan
tanah mungkin diintersepsi yang kemudian berevaporasi mencapai permukaan tanah selama suatu waktu atau secara langsung jatuh pada tanah
khususnya pada kasus hujan dengan intensitas tinggi dan lama. Sebagian presipitasi berevaporasi selama perjalanannya dari atmosfer dan sebagian
pada permukaan tanah. Sebagian presipitasi membasahi permukaan tanah berinfiltrasi ke dalam permukaan tanah dan menurun sebagai perkolasi di
bawah muka air tanah. Air ini secara perlahan berpisah melalui akuifer ke aliran sungai. Air yang berinfiltrasi bergerak menuju sungai tanpa mencapai
7 muka air tanah sebagai aliran bawah permukaan. Air yang berinfiltrasi
juga memberikan kehidupan pada vegetasi sebagai lengas tanah. Selaput air tipis yang disebut detensi permukaan, dibentuk pada
permukaan tanah, setelah bagian presipitasi yang pertama membasahi permukaan tanah dan berinfiltrasi, Detensi permukaan akan menjadi lebih
tebal dan aliran air mulai dalam bentuk laminer yang akan berubah menjadi turbulen dengan bertambahnya kecepatan. Aliran ini yang disebut limpasan
permukaan. Limpasan disimpan dalam bentuk cadangan depresi, selama perjalanannya mencapai saluran sungai dan menambah debit sungai. Air
pada sungai mungkin berevaporasi secara langsung ke atmosfer atau mengalir kembali ke laut dan selanjutnya berevaporasi, kemudian air ini
kembali ke permukaan bumi sebagai presipitasi. 2. Limpasan
a. Komponen-Komponen Limpasan Limpasan dapat dibagi menjadi tiga komponen, yaitu:
1. Limpasan permukaan surface runoff adalah air yang mengalir di atas permukaan tanah.
2. Aliran antara interflow adalah air yang berinfiltrasi ke permukaan tanah dan bergerak secara lateral melalui lapisan tanah. Gerakannya lebih
lambat dibandingkan surface runoff. 3. Aliran bawah tanah baseflow adalah air hujan yang berperkolasi ke
bawah sungai mencapai muka air tanah
. .
8 b. Faktor yang Mempengaruhi Limpasan Permukaan
Volume limpasan sangat dipengaruhi oleh karakteristik hujan di daerah tersebut yaitu intensitas hujan, durasi hujan dan distribusi hujan.
Disamping faktor utama tersebut, ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi volume limpasan antara lain:
1 1
. Jenis tanah Kapasitas infiltrasi tergantung dari permeabilitas tanah yang menentukan
kapasitas air simpanan dan mempengaruhi kemampuan air untuk masuk ke lapisan yang lebih dalam. Pada daerah permeable, limpasan mungkin
hanya terjadi jika intensitas hujan melampaui daya resap setempat. Sebaliknya pada daerah yang impermeable, limpasan dapat terjadi pada
intensitas hujan yang lebih rendah atau sedang. 2
2 . Vegetasi
Pengaruh vegetasi pada suatu daerah tergantung dari tingkat kerapatan vegetasi pada daerah tersebut. Semakin rapat vegetasi pada suatu
daerah, semakin kecil limpasan yang dihasilkan, sebaliknya semakin gersang suatu daerah, limpasan yang dihasilkan semakin besar.
3 3
. Kemiringan dan ukuran daerah tangkapan Kemiringan yang tajam menghasilkan limpasan yang lebih besar
dibandingkan kemiringan yang landai. Sharma ,1987
Pada daerah yang kecil, limpasan yang terjadi juga lebih besar dibandingkan pada daerah yang luas. Hal ini disebabkan oleh rendahnya
9 kecepatan aliran dan lamanya waktu yang dibutuhkan air untuk mencapai
tempat keluaran. 4
4 .
. Koefisien limpasan Disamping faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan bahwa kondisi fisik
dari suatu daerah tangkapan tidak homogen. Setiap daerah tangkapan mempunyai limpasan dan respon terhadap hujan yang berbeda.
Pada daerah rural dimana hanya ada sedikit bagian yang kedap air koefisien limpasan bukan merupakan faktor konstan, sebaliknya nilainya
bersifat variabel dan tergantung pada faktor spesifik daerah dan karakteristik hujan.
Runoff mm = K x Rainfall mm 2.1
Pola limpasan menurut daerah dapat menimbulkan variasi dalam bentuk hidrograf. Bila daerah yang limpasannya tinggi terletak dekat dengan
basin outlet, maka biasanya akan dihasilkan kenaikan yang cepat dan puncak yang tajam. Sebaliknya limpasan yang lebih tinggi di bagian hulu
daerah aliran tersebut menghasilkan kenaikan yang lambat dan puncak yang
lebih rendah dan lebar Linsley, 1989.
Besarnya limpasan dapat diperoleh dengan rumus:
∫
=
t
qdt RO
dengan : RO = tinggi limpasan mm, q = laju limpasan mmmin,
dt = selisih waktu min. 2.2
10 3. Hujan
Hujan adalah salah satu bentuk presipitasi yang terpenting dalam hidrologi. Data hujan memiliki lima unsur yang harus diperhatikan yaitu:
a. Intensitas hujan Intensitas hujan adalah laju hujan atau tinggi air per satuan waktu.
mmjam, mmmin, mmdet. b. Lama waktu atau durasi hujan
Durasi hujan adalah lamanya curah hujan dalam menit atau jam. c. Tinggi hujan
Tinggi hujan adalah jumlah atau banyaknya hujan yang dinyatakan dalam ketebalan air diatas permukaan datar.
d. Frekuensi kejadian dinyatakan dalam waktu ulang T. e. Luas geografis curah hujan.
Hubungan intensitas, durasi dan tinggi hujan dinyatakan dalam:
∫
=
t
idt P
dengan: P = tinggi hujan mm, i
= intensitas hujan mmmin, dt = selisih waktu min.
Intensitas rata-rata : 2.3
t P
i =
2.4
11 4. Infiltrasi
Infiltrasi adalah proses masuknya air ke permukaan tanah. Proses ini merupakan bagian yang sangat penting dalam proses hidrologi maupoun
dalam proses pengalihragaman hujan menjadi aliran sungai. Infiltrasi mempunyai arti penting terhadap:
a. Proses Limpasan Daya infiltrasi menentukan besarnya air hujan yang dapat diserap ke
dalam tanah. Daya infiltrasi yang semakin besar menyebabkan mengecilnya perbedaan antara curah hujan dengan daya infiltrasi. Hal
ini mengakibatkan limpasan permukaan juga makin kecil, sehingga debit puncaknya juga semakin kecil.
b. Pengisian lengas tanah soil moisture dan air tanah Pengisian kembali air tanah atau recharge, sama dengan perkolasi
dikurangi kenaikan kapiler, jika ada. Besarnya daya infiltrasi membatasi besarnya perkolasi. Jadi daya infiltrasi menentukan besarnya recharge.
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya infiltrasi fp : 1. Dalamnya genangan di atas permukaan tanah surface detention dan
tebal lapisan jenuh. Laju infiltrasi dalam tanah adalah jumlah perkolasi dan air yang
memasuki tampungan storage diatas permukaan air tanah. Jika tanah belum jenuh pada awal terjadinya hujan, sehingga pengisian tampungan
akan terus dan berlangsung dalam waktu yang lama. Daya infiltrasi akan menurun terus pada hujan yang menerus.
12 2. Kadar air dalam tanah
Jika saat permulaan hujan tanah masih sangat kering akan terjadi tarikan kapiler searah dengan gravitasi sehingga memberikan daya
infiltrasi yang tinggi, sebaliknya jika tanah sudah lembab daya infiltrasi akan lebih rendah.
3. Pemampatan oleh curah hujan Gaya pukulan butir-butir air hujan terhadap permukaan tanah akan
mengurangi daya infiltrasi. Butir-butir tanah yang lebih halus di lapisan permukaan akan terpencar dan masuk ke dalam ruang-ruang antara
sehingga terjadi efek pemampatan. Efek pemampatan pada jenis tanah yang berbeda juga memberikan pengurangan daya infiltrasi yang berbeda
pula. 4. Tumbuh-tumbuhan
Lindungan tumbuhan yang padat cenderung menaikkan daya infiltrasi, karena lindungan tumbuh-tumbuhan menghindarkan permukaan tanah
dari pukulan butir-butir hujan dan dengan transpirasi tumbuhan mengambil air dari dalam tanah sehingga memberikan ruang bagi
proses infiltrasi berikutnya. 5. Lain-lain seperti rekahan-rekahan tanah akibat kekeringan, udara yang
terperangkap diantara butir-butir air tanah, kekentalan air tanah yang dipengaruhi oleh suhu tanah.
13 5. Model Hujan dan Limpasan
Salah satu masalah dalam hidrologi adalah untuk mendapatkan debit dari suatu daerah pengaliran akibat curah hujan yang diketahui. Berbagai
cara telah dikembangkan, antara lain hidrograf satuan, aliran air tanah tidak tunak, gerakan air tanah dan analisa sistem.
Daerah pengaliran sungai adalah sistem yang mengubah curah hujan atau input kedalam debit atau output di outlet pelepasan. Transformasi
dari hujan menjadi limpasan terdiri atas proses-proses yang jumlahnya hampir tak terhingga dalam alur-alur permukaan besar dan kecil. Kita dapat
menghitung aliran air mulai dari curah hujan dan menelusurinya melalui subsystem, tetapi suatu saat sistemnya terlalu kompleks dan data mengenai
karakteristik hidroliknya tidak dapat diperoleh Ini berarti tidak ada rumus yang diturunkan untuk aliran air sebagai fungsi hujan, karakteristik daerah
pengaliran dan kondisi permukaan, sehingga perlu adanya pendekatan sistem. Pendekatan ini tidak bermaksud untuk menelaah terlalu dalam apa
sebenarnya yang terjadi dalam sistem tersebut box, tetapi lebih mengarah terhadap besarnya konversi diagram input ke diagram output.
Model hidrologi adalah sebuah sajian sederhana simple representation dari sebuah sistem hidrologi yang kompleks. Konsep dasar
yang dipakai dalam setiap model hidrologi adalah daur hidrologi hydrologic cycle. Titik berat analisis dalam penyusunan model hidrologi adalah proses
pengalihragaman transformation hujan menjadi debit dalam suatu DAS. Hubungan hujan dan limpasan, sebagaimana kita ketahui tidaklah langsung.
14 Berbagai bentuk kehilangan, seperti evaporasi, intersepsi, cadangan depresi,
cadangan salju dan infiltrasi ada diantara keduanya, yang terjadi sesuai karakteristik-karakteristik suatu daerah seperti ukuran, kemiringan, bentuk,
ketinggian, tata guna lahan geologi dan sebagainya. Plotting langsung dari curah hujan dan limpasan untuk hujan individual biasanya tidaklah
menghasilkan korelasi yang memuaskan, karena alasan yang tersebut sebelumnya. Model hujan – limpasan termasuk salah satu dari model
hidrologi. Berbagai bentuk model telah dikemukakan oleh para ahli. Semua model
tersebut pada dasarnya baik, tergantung : a. darimana dan dengan kondisi apa model tersebut dikembangkan,
b untuk tujuan apa model tersebut dikembangkan,
c. pendekatan mana empirik, matematik, statistik yang digunakan, dan d. dalam batas mana model tersebut berlaku.
Secara umum model hidrologi dapat terbagi dalam tiga kategori yaitu: a. Model fisik physical model, dibuat sebagai model dengan skala tertentu
untuk menirukan prototipenya. b. Model analog, disusun dengan menggunakan rangkaian resistor-kapasitor
untuk memecahkan persamaan-persamaan deferensial yang mewakili proses hidrologi. Dasar analoginya adalah:
Hidrologi Listrik
I = O +dSdt; S = kO E = V + Rc dVdt; S = RcV
I = masukan E = tegangan masukan
15 O = keluaran
V = tegangan keluaran S = tampungan
R = tahanan c = kapasitor
c. Model matematik mathematical model, menyajikan sistem dalam rangkaian persamaan.
Model matematik dalam hidrologi dapat dibagi 4 yaitu: 1. Deterministik konseptual
2. Deterministik empiris 3. Stokastik konseptual
4. Stokastik empiris Masing-masing model diatas dapat dibagi menjadi 2 yaitu linier dan non linier
dalam pengertian sistem. Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah model deterministik
non linier, karena sebagaimana diakui oleh para ahli hidrologi hubungan curah hujan dan limpasan yang benar-benar linier tidak pernah ada. Sumber
dari non-linieritas ini terletak pada prosedur kehilangan losses dan pengisian recharge daerah pengaliran serta dalam memperoleh curah hujan
netto yang menjadi overland flow dan meninggalkan daerah pengaliran sebagai limpasan permukaan di pelepasannya outlet.
6. Lengkung Pengosongan Lengkung pengosongan adalah hidrograf yang terjadi selama waktu
tidak ada hujan, yang debitnya didapat dari aliran outflow air tanah melalui akuifer.
16 Lengkung pengosongan merupakan aliran keluar air tanah. Proses ini
diuraikan dengan teori aliran air tanah tidak tunak. Jika tidak ada pengisian infiltrasi, permukaan air tanah yang tinggi lambat laun akan menurun.
Pada pendekatan pertama, Q dianggap merupakan fungsi eksponensial yang menurun menurut waktu yang dirumuskan sebagai berikut:
t t
e .
Q Q
α −
= dengan :
Q
t
= debit limpasan pada saat t Q
= debit limpasan pada saat t α
= parameter geometrik yang besarnya tergantung karakteristik Catchment Area
CD Soemarto, 1995
7. Kalibrasi Model Model dan pendekatan apapun yang digunakan, keluaran dari suatu
model calculated output dari model dengan masukan yang sama dengan masukan yang terjadi dalam proses sebenarnya harus sama. Kenyataannya
hampir tidak mungkin proses alami yang terjadi dapat disamai dengan tepat, akan selalu terjadi penyimpangan antara keluaran terukur dan keluaran
hitungan. Patokan ketelitian harus dibuat untuk menetapkan besarnya ketelitian sebuah model. Model dikatakan telah berfungsi dengan baik jika
kesalahan yang terjadi lebih kecil dari kesalahan maksimum yang ditetapkan. Modifikasi pada besaran parameter perlu dilakukan, jika kesalahan lebih
2.7
17 besar dari patokan yang telah ditetapkan. Proses modifikasi ini disebut
proses kalibrasi. Kalibrasi dapat dilakukan dengan empat cara yaitu :
1. Coba-ulang trial error dan pengaturan parameter variabel berdasarkan pengamatan.
2 Pengaturan parameter secara otomatik automatic parameter adjustment yang dicakup dalam program komputer dengan kontrol ketelitian yang
dikehendaki dengan cara-cara yang telah ditetapkan. 3 Kombinasi antara kedua cara tersebut.
4. Pengkajian ulang terhadap proses yang terjadi untuk dapat menetapkan parameter variabel yang tepat dan berpengaruh terhadap proses
tersebut.
8. Koefisien Korelasi Koefisien korelasi r adalah harga yang menunjukkan besarnya
keterikatan antara nilai observasi dan nilai simulasi. Tabel 2.1 Koefisien Korelasi
r Derajat korelasi
0.7 - 1.0 Tinggi
0.4 - 0.7 Substansial
0.2 - 0.4 Rendah
0.2 Dapat diabaikan
Sumber : Young, 1982 dalam Damanjaya, 1998 dari Denny Nurdin, 2002
18 Koefisien korelasi dapat dihitung dengan rumus :
∑
=
=
N i
i sim
N Q
Q
1
dengan: Q
i sim
= debit hasil simulasi periode ke-i, Q
i obs
= debit hasil observasi periode ke-i, N
= jumlah data.
Q = debit rata-rata hasil simulasi
9. Hidrograf Hubungan antara hujan dan limpasan seringkali perlu dibuat dalam
proses analisa dan desain hidrologi, dengan menggunakan beberapa faktor yang mempengaruhi limpasan sebagai parameter. Hubungan yang demikian
juga berguna untuk mengadakan ekstrapolasi dan interpolasi catatan-catatan data mengenai limpasan dari catatan data hujan yang telah ada. Hidrograf
adalah grafik yang menunjukkan ketinggian, debit keluaran, kecepatan, dan karakter lain dari air yang tergantung terhadap waktu.
2 2
2
Dt D
Dt r
− =
2 1
2
∑
=
− =
n i
obs i
Q Q
Dt
2 1
2 sim
i n
i obs
i
Q Q
D −
=
∑
=
2.9
2.10
2.11 2.8
19 Hidrograf yang menunjukkan hubungan debit keluaran dan waktu
disebut discharge hydrograph. Hidrograf terdiri dari tiga bagian, yaitu sisi naik rising limb, puncak crest, dan sisi turun recession limb. Sifat
pokok dari suatu hidrograf ada tiga yaitu: waktu naik time of rise, debit puncak peak discharge, dan waktu dasar base time.
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00
0.00 3.00 6.00 9.00 12.00 15.00 18.00 waktu min
limpasan lmin
t e r u k u r
Grafik 2.1 Hidrograf limpasan dan waktu Waktu naik time of rise TR adalah waktu yang diukur dari saat
hidrograf mulai naik sampai waktu terjadinya debit puncak. Debit puncak peak discharge adalah konsentrasi limpasan runoff yang tertinggi dari
suatu drainage basin. Waktu dasar time base adalah waktu yang diukur dari saat hidrograf mulai naik sampai waktu dimana debit kembali pada
suatu besaran yang ditentukan. Waktu konsentrasi time of concentration adalah waktu terbesar yang diperlukan hujan saat jatuh pada suatu daerah.
Tanah akan mudah untuk menyerap air yang jatuh diatasnya dan menambahkannya pada air tanah yang sudah ada. Air hujan yang berlebih
akan mengalir diatas permukaan dan masuk ke sungai secara langsung sebagai aliran permukaan.
20 Hidrograf aliran keluar dari suatu daerah yang kecil adalah jumlah
hidrograf dasar dari semua bagian daerah aliran tersebut dimodifikasi dengan pengaruh waktu perjalanan melalui daerah aliran tersebut dan
simpanan sungainya. Kenaikan yang tajam dari hidrograf adalah akibat dari tercapainya titik konsentrasi oleh aliran permukaan. Kepekaan DAS dapat
diukur tinggi rendahnya dengan mengetahui bentuk hidrograf. Hubungan hujan dan limpasan pada model daerah pengaliran dapat
diketahui dari infiltrasi yang terjadi. Neraca keseimbangan air pada penelitian ini adalah:
dengan: P = tinggi hujan mm, Q = tinggi limpasan mm,
F = infiltrasi mm. Nilai detensi permukaan Da dapat dihitung dari persamaan 2.12
atau dapat dihitung daari analisis hidrograf. Da = limpasan sisa massa + infiltrasi sisa massa
= Σ
q
r
+ f
r
Kita dapat menganggap bahwa selang waktu sisa, nisbah antara laju limpasan q
r
dan laju infiltrasi tetap sama seperti saat berhentinya hujan, yaitu:
Da F
Q P
+ +
=
qa fa
qr fr
r fr
qa fa
= →
= 2.12
2.13
21 dengan:
fa = infiltrasi saat hujan berhenti, qa = limpasan saat hujan berhenti,
fr = infiltrasi sisa massa, qr = limpasan sisa massa.
Nilai limpasan dapat dihitung dari detensi permukaan yang diperoleh dengan rumus Chezy dengan menganggap kondisi aliran pada daerah
pengaliran tetap, seragam dan turbulen. Rumus Chezy yang digunakan jika R dianggap sama dengan Da:
dengan: q = limpasan
Da = detensi permukaan dalam bentuk lapisan air mm C = koefisien Chezy
So = kemiringan lahan
Gambar 2.2 Sketsa kedudukan Rainfall Simulator 1
qa fa
qr fr
qr Da
+ Σ
= +
Σ =
2.14
2.15
Da
So
q
2 1
o a
a
S D
C D
q =
22 Koefisien Chezy diperoleh dengan menggunakan rumus:
dengan: C = koefisien Chezy, n = koefisien Manning lihat tabel 2.2,
R = jari-jari hidrolik mm. Tabel 2.2 Koefisien kekasaran Manning
Wujud dasar dan dinding saluran n
Diplester semen Beton
Pasangan batu Pasangan batu kali
Tanah asli bersih Tanah rumput
Batu padas Tanah tak dirawat
Saluran alam 0.011 - 0.015
0.014 - 0.019 0.012 - 0.018
0.017 - 0.03 0.016 - 0.02
0.025 - 0.033 0.025 - 0.04
0.05 - 0.14 0.075 - 0.15
Sumber : Hindarko, Drainase Perkotaan, 2000 dalam Oriza Andamari, 2003
Aliran limpasan bervariasi dan sangat tergantung dari besaran parameter DAS sebagaimana yang telah disebutkan diatas. Besaran tersebut
sangat berbeda untuk masing-masing bagian kecil dari DAS yang bersangkutan. Beberapa model menggunakan prinsip simulasi deterministik,
untuk penyelesaian yang bersifat umum, dengan mendekati proses aliran 2.16
6 1
1 R
n C
=
23 limpasan dengan persamaan-persamaan semi empirik berdasarkan parameter
DAS yang bersangkutan. Salah satu contoh model sederhana yang dikembangkan oleh Holtan
Fleming, 1975 berdasarkan persamaan kontinuitas.
P
e
- Q = D Q
o
=
a
D
b
dengan : P
e
= hujan efektif dikurangi infitrasi dan tampungan cekungan
depression storage, Q
o
= aliran limpasan m
3
det, D = kedalaman rata-rata limpasan m,
a = tetapan sebagai fungsi parameter DAS, b = tetapan, 1.67 untuk aliran turbulen dan 3 untuk aliran
laminar. 2.17
2.18
24
BAB III METODE PENELITIAN