BAB 5 PEMBAHASAN
Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut dengan prevalensi yang tinggi di Indonesia.
5
Penyakit periodontal merupakan penyakit multifaktorial, penumpukan plak bakteri pada permukaan gigi merupakan penyebab utama penyakit
periodontal.
8,9
Terdapat faktor-faktor resiko lain yang dapat menyebabkan penyakit periodontal yaitu penyakit sistemik, beberapa kelainan genetik, faktor sosio-ekonomi
serta tingkat pendidikan, perokok dan stres.
7
Pada penelitian ini juga dilakukan penilaian terhadap faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi kodisi periodontal
perawat yaitu gaya hidup dan tingkatan stres akibat kerja. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas skor CPITN
pada subjek adalah skor 2 sebanyak 56 orang 56 yaitu membutuhkan perawatan skeling dan peningkatan kebersihan rongga mulut, sedangkan 29 orang 29 subjek
memiliki skor 0 yaitu tidak membutuhkan perawatan periodontal. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Shaikh H dkk pada pekerja pabrik di kota Harapahanalli dengan
rentang usia 19-60 tahun didapatkan hasil yang lebih tinggi yaitu dengan mayoritas skor CPITN 2 sebanyak 92.
26
Hal ini kemungkinan dapat disebabkan karena secara umum gaya hidup perawat lebih baik dibandingkan pekerja pabrik ditinjau dari
beberapa hal, antara lain 67 orang 67 subjek rutin melakukan sikat gigi 2 kali sehari dan saat mendapat giliran jaga malam 66 orang 66 subjek tidak lupa
melakukan sikat gigi rutin. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ashraf pada remaja di Iran menunjukkan bahwa frekuensi sikat gigi mempengaruhi skor CPITN
P0,005, subjek dengan frekuensi sikat gigi yang rendah rata-rata memiliki kalkulus dan perdarahan gingiva.
27
Universitas Sumatera Utara
Walaupun secara umum gaya hidup perawat baik dalam beberapa hal, jika dilihat dari kunjungan runtin ke dokter gigi 81 orang 81 subjek tidak melakukan kunjungan
rutin ke dokter gigi. Banyaknya subjek yang tidak melakukan kunjungan rutin ke dokter gigi kemungkinan berhubungan dengan banyaknya subjek yang memiliki
kebuthan perawatan skeling dan peningkatan kebersihan rongga mulut. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Farsi pada pelajar di Arab Saudi ditemukan bahwa
pelajar yang rutin ke dokter gigi memiliki kondisi periodontal yang baik dan memiliki skor CPITN 0 yaitu tidak membutuhkan perawatan periodontal.
28
Berdasarkan stres kerja yang dialami perawat, hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas perawat mengalami stres kerja sedang yaitu sebanyak 52 orang 51.
Dapat dilihat bahwa jumlah perawat yang mengalami stres kerja sedang mendekati jumlah perawat dengan skor CPITN 2. Jika dilihat distribusi stres kerja pada rerata
skor CPITN dapat ditemukan bahwa 38 orang 38 subjek dengan stres kerja sedang memiliki skor CPITN 2 yaitu membutuhkan perawatan skeling dan
peningkatan kebersihan rongga mulut. Hal tersebut menunjukkan kemungkinan bahwa stres kerja dapat mempengaruhi kebutuhan perawatan periodontal.
Seperti yang dijelaskan pada penelitian yang dilakukan oleh Akhter dkk pada masyarakat Jepang, ditemukan bahwa stres behubungan dengan kesehatan tubuh, dan
stres kerja mungkin menjadi indikator resiko potensial dalam perkembangan penyakit periodontal. Pada penelitian tersebut prevalansi penyakit periodontal pada subjek
yang mengalami stres kerja 1,7 kali lebih tinggi dibandingkan subjek yang tidak mengalami stres kerja.
10
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mahendra juga didapatkan hal yang sama, stres dapat menjadi faktor risiko penyakit periodontal
karena stres disertai dengan perubahan oral hygiene habits atau kebiasaan terkait kebersihan rongga mulut yang menyebabkan akumulasi plak bertambah dan
terganggunya sistem imun seseorang. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa rerata perlekatan klinis, indeks skor stres kerja, dan level kortisol memiliki hubungan
korelasi positif.
11
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN