Profil Penderita Asma Dewasa Yang Di Rawat Inap Di RSUP.H.Adam Malik Tahun 2011-2013

(1)

PROFIL PENDERITA ASMA DEWASA YANG DI RAWAT INAP DI RSUP.H.ADAM MALIK MEDAN 2011-2013

OLEH :

JACKVINDERDEEP SINGH A/L TARAM SINGH

110100401

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

PROFIL PENDERITA ASMA DEWASA YANG DIRAWAT INAP DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2011-2013

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

JACKVINDERDEEP SINGH A/L TARAM SINGH 110100401

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014


(3)

(4)

ii

ABSTRAK

Asma adalah suatu penyakit pernapasan yang kronik. Akibat asma maka terpicu gangguan inflamasi saluran pernapasan . Penyakit ini tercatat sebagai penyebab kematian nomor tiga pada penyakit saluran pernapasan. Penyakit asma menimbulkan gejala episodik yang berulang seperti batuk, mengi, sesak napas dan dada terasa berat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil yaitu umur, jenis kelamin, derajat serangan, serta riwayat lama penyakit penderita asma yang dirawat inap di RSUP.H.A.Malik Tahun 2011-2013.

Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dan pendekatan Cross Sectional Study. Selain itu, teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling. Penelitian ini sebenarnya dilakukan dengan mengambil data sekunder pasien Asma sebanyak 86 orang dari Januari 2011 hingga Desember 2013. Seterusnya data yang diambil akan diolah dengan bantuan program Statisticale Product Social Science ( SPSS).

Pada penelitian ini didapati hampir semua pasien asma yang dirawat inap adalah perempuan (54.7%) diikuti dengan rentang usia yang paling sering adalah antara 31-40 tahun (20.9%). Selain itu, dijumpai mayoritas pasien asma adalah dengan derajat persisten sederhana (39.5%) dan mayoritas pasien mempunyai lama rawatan pasien asma adalah 7-14 hari (50.0%). Hasil penelitian menunjukan bahwa kebanyakan pasien melakukan pembayaran dengan bantuan ASKES (40.7%). Rata – rata penderita asma mempunyai riwayat lama penyakit yaitu kurang dari 5 tahun (57.0%). Sebanyak (57.0%) dari pasien asma yang dirawat inap dijumpai memiliki riwayat keluarga yang diturunkan dari orang tua mereka.


(5)

iii

ABSTRACT

Asthma is characterised as a chronic airway disease which causes inflammation along the airway tract. This disease is said to be the third highest disease in causing death among the other airway diseases. The symptoms of asthma that is frequently experienced by patients are wheezing, cough, difficulty in breathing and a sense of heaviness in the chest.

The purpose of this study was to determine the profile of asthmatic patients whom were admitted in RSUP.H.A.Malik from the year 2011 till 2013. This research was conducted by randomly selecting the secondary data of 86 patients from January 2011 till December 2013. Medical records were selected by total sampling. After collecting the data, these data will be then edited with the help of a computer programme called the SPSS.

In this study nearly all the asthmatic patients were females (54.7%) followed by the highest frequent age range that is 31-40 years (20.9%). Based on the degree of severity of asthma, it was found that most of the patients were in the group of moderate (39.5%) and most of these patients had a duration stay of 7-14 days (50.0%). Most of the payments for hospitalisation are made via ASKES (40.7%).Moreover, most of the patients had an onset that was less then 5 years (57.0%) and with the same amount of (57.0%) patients declared having family history.

Keywords: Asthma, Profile of hospitalised asthmatic patients


(6)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat-Nya saya dapat menyusun proposal penelitian ini. Penyusunan proposal penelitian ini sebenarnya dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi dalam memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penelitian yang akan dilakukan yaitu berjudul “Profil Penderita Asma Dewasa Yang Di Rawat Inap Di RSUP.H.Adam Malik Tahun 2011-2013.

Dalam penyusunan proposal penelitian ini, penulis memperoleh bantuan moral dan material dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan ribuan terima kasih kepada :

1. Pimpinan fakultas dan civitas academica Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memungkinkan dan mempermudah penulis dalam penyusunan proposal penelitian,

2. Dr. dr. Amira Permatasari Tarigan, Sp.P(K) selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis selama penyusunan proposal penelitian ini,

3. Prof. Dr. dr. Rozaimah Zain-Hamid, M.S., Sp.FK dan dr. Hafaz Zakky Abdillah, M.Ked(Ped)., Sp.A serta Prof. em. dr. Yasmeini Yazir selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran sehingga proposal penelitian ini menjadi lebih baik,

4. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberi materi perkuliahan mengenai penelitian dan statistika kedokteran sehingga penulis memiliki pengetahuan dalam penyusunan proposal penelitian,

5. Seluruh staf Instalasi Rekam Medis RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan izin pelaksanaan survei awal penelitian,

6. Orangtua yang telah memberi dukungan moral dan material selama penyusunan proposal penelitian,


(7)

v

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Persetujuan…. ……… i

Kata Pengantar………... ii

Daftar Isi………... iii

Daftar Tabel……….. v

Daftar Istilah………. vi

Daftar Gambar………. vii

BAB 1. PENDAHULUAN………. 1

1.1. Latar Belakang……….. 1

1.2. Rumusan Masalah………. 2

1.3. Tujuan Penelitian ………. 2

1.4. Manfaat Penelitian………. 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA……… 5

2.1. Definisi Asma………. 5

2.2. Patogenesis Asma………... 5

2.3. Patofisiologi Asma………. 6

2.4. Epidemologi Asma………. 8

2.5. Faktor Resiko Asma……… 8

2.6. Diagnosis Asma……….. 9

2.7. Diagnosis Banding Asma……… 11

2.8. Klasifikasi Asma………. 12

2.9. Penatalaksaan Asma ……… 13

3.0. Eksarsebasi Asma……… 14


(8)

vi

BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN……… 15

3.1. Kerangka Kerja Penelitian………. 15

3.2. Definisi Operasional………. 16

BAB 4. METODE PENELITIAN……… 18

4.1. Jenis Penelitian……… 18

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian………. 18

4.3. Populasi dan Sampel………... 18

4.4. Teknik Pengumpulan Data………. 19

4.5. Pengolahan dan Analisa Data……… 20

DAFTAR PUSAKA ……… 21 LAMPIRAN


(9)

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Halaman

2.0 Diagnosa Banding Asma Sesuai Umur 11

2.1 Klasifikasi Asma Sesuai Derajat Asma 13

2.2 Derajat Keparahan Asma Eksarsebasi 14

3.2 Definisi Operasional Asma 16


(10)

viii

DAFTAR ISTILAH

PAF Plasminogen Activating Factor

APC Antigen Presenting Cell

SRS-A Slow releasing substance of anaphylaxsis

ECF-A Eosinophilic chemotactic factor of anaphylaxsis

APE Arus Puncak Ekspirasi

VEP1 Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama


(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Halaman

3.0 Algoritme Pengobatan Serangan 15 Asma di Rumah Sakit


(12)

ii

ABSTRAK

Asma adalah suatu penyakit pernapasan yang kronik. Akibat asma maka terpicu gangguan inflamasi saluran pernapasan . Penyakit ini tercatat sebagai penyebab kematian nomor tiga pada penyakit saluran pernapasan. Penyakit asma menimbulkan gejala episodik yang berulang seperti batuk, mengi, sesak napas dan dada terasa berat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil yaitu umur, jenis kelamin, derajat serangan, serta riwayat lama penyakit penderita asma yang dirawat inap di RSUP.H.A.Malik Tahun 2011-2013.

Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dan pendekatan Cross Sectional Study. Selain itu, teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling. Penelitian ini sebenarnya dilakukan dengan mengambil data sekunder pasien Asma sebanyak 86 orang dari Januari 2011 hingga Desember 2013. Seterusnya data yang diambil akan diolah dengan bantuan program Statisticale Product Social Science ( SPSS).

Pada penelitian ini didapati hampir semua pasien asma yang dirawat inap adalah perempuan (54.7%) diikuti dengan rentang usia yang paling sering adalah antara 31-40 tahun (20.9%). Selain itu, dijumpai mayoritas pasien asma adalah dengan derajat persisten sederhana (39.5%) dan mayoritas pasien mempunyai lama rawatan pasien asma adalah 7-14 hari (50.0%). Hasil penelitian menunjukan bahwa kebanyakan pasien melakukan pembayaran dengan bantuan ASKES (40.7%). Rata – rata penderita asma mempunyai riwayat lama penyakit yaitu kurang dari 5 tahun (57.0%). Sebanyak (57.0%) dari pasien asma yang dirawat inap dijumpai memiliki riwayat keluarga yang diturunkan dari orang tua mereka.


(13)

iii

ABSTRACT

Asthma is characterised as a chronic airway disease which causes inflammation along the airway tract. This disease is said to be the third highest disease in causing death among the other airway diseases. The symptoms of asthma that is frequently experienced by patients are wheezing, cough, difficulty in breathing and a sense of heaviness in the chest.

The purpose of this study was to determine the profile of asthmatic patients whom were admitted in RSUP.H.A.Malik from the year 2011 till 2013. This research was conducted by randomly selecting the secondary data of 86 patients from January 2011 till December 2013. Medical records were selected by total sampling. After collecting the data, these data will be then edited with the help of a computer programme called the SPSS.

In this study nearly all the asthmatic patients were females (54.7%) followed by the highest frequent age range that is 31-40 years (20.9%). Based on the degree of severity of asthma, it was found that most of the patients were in the group of moderate (39.5%) and most of these patients had a duration stay of 7-14 days (50.0%). Most of the payments for hospitalisation are made via ASKES (40.7%).Moreover, most of the patients had an onset that was less then 5 years (57.0%) and with the same amount of (57.0%) patients declared having family history.

Keywords: Asthma, Profile of hospitalised asthmatic patients


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Asma merupakan penyakit saluran pernapasan yang kronik dan sering ditemui. Sebanyak 1-18% dari populasi di seluruh dunia menderitai penyakit asma ini (GINA, 2014). Penyakit pernapasan kronik seperti asma dan PPOK tidak harus dipandang ringan karena mengakibatkan penderitaan yang parah kepada semua penderita karena bisa bersifat ringan dan menetap serta mengganggu kegiatan seharian (PDPI, 2013).

Suatu laporan dari delapan negara Asia-Pasifik yang dilaporkan dalam Journal of Allergy and Clinical Immunology pada tahun 2010 menunjukkan asma bukan sahaja menggangu kualitas hidup tetapi bahkan menimbulkan gejala batuk yaitu seiring batuk malam dalam sebulan terakhir pada 44-51% dari 3.207 kasus yang diteliti dimana 28.3% penderita mengaku terganggu tidurnya.

Sekitar 43,6% penderita melaporkan dalam setahun terakhir menggunakan fasilitas gawat daruratm perawatan inap dan kunjungan darurat lain kedokter dampak asma terhadap kualitas gidup juga di tunjukkan dari laporan tersebut seprti keterbatasan berekreasi dan olah raga senamyak 52,7 % aktifitas fisik sekitar 44,1 % (PDPI, 2013).

Selain itu berdasarkan penelitian lai misalnya pada tahun 2011 dianggarkan sebanyak 25,9 juta orang di Amerika serikat yang menderita asma dari jumlah ini sebanyak 7,1 juta orang merupakan kanak-kanak yang berumur kurang dari 18 tahun. Sekitar 13,2 juta orang didapati mengalami serangan asma. Bilangan angka dan kadar penyakit asma yang diopname dirumah sakit di luar Negara dikatakan sering meningkat dari tahun ke tahun, contohnya pada tahun 1995 dan 2003 kebanyakan kasus yang dilaporkan di kebanyakan rumah sakit adalah penyakit asma. Namun pada tahun 2003 kadar angka penyakit asma telah menurun sebanyak 24%. Hal ini tidak harus di pandang ringan karena memerlukan dana yang tinggi untuk menyembuhkan pasien yang menderita asma. Diperkirakan


(15)

2

etimasi biaya sebanyak 57 millar dollars setahun diperlukan untuk mencegah serangan asma di luar Negara (American Lung Association, 2012).

Terdapat beberapa faktor risiko yang diduga memicu terjadinya asma. Antara lain adalah faktor orang tua yang mengidap asma, alergi rhinitis dan sensitisasi allergen makanan (Nelson, 2007). Beberapa penelitian epidemiologi menemukan bahwa terdapat asosiasi dalam perkembangan asma dengan riwayat alergi. Beberapa studi juga mengidentifikasi alergi rintis sebagai faktor resiko terjadinya asma dengan prevelansi alergi rhinitis pada pasien asma sebanyak 80% sampai 90% (Bousquet, 2000).

Data epidemiologi yang tersedia mengenai penyakit asma di Sumatera Utara khususnya Medan masih kurang kerana belum ada data epidemiologi yang pasti (Sastrawan, 2008). Oleh karena latar belakang inilah maka diperlukan penelitian yang lebih lanjut tentang profil penyakit asma yang dirawat inap di Medan terutama di Rumah Sakit Umum Pendidikan (RSUP). Haji Adam Malik Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana profil penderita asma dewasa yang di rawat inap di RSUP. H. Adam Malik Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil serta prevelansi penderita asma dirawat inap di Bagian Paru RSUP. Haji Adam Malik Medan dari tahun 2011 hingga 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus


(16)

3

diopnama di RSUP H. Adam Malik tahun 2011-2013.

2. Mengetahui jenis kelamin yang lebih banyak menderita asma dalam kalangan penderita asma dewasa yang diopname

3. Mengetahui profil penderita asma dewasa berdasarkan derajat asma di RSUP.H. Adam Malik tahun 2011-2013.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada banyak pihak yaitu :

Kepada Pasien :

1. Menambah pengetahuan dan pemahaman pasien terhadap berbagai aspek yang berkenaan dengan penyakit asma agar manajemen asma yang standard dan optimal dapat dilaksanakan.

Kepada Masyarakat :

1. Memberi pengetahuan kepada masyarakat mengenai penyakit asma khususnya mengenai faktor risiko, komplikasi dan pencegahan asma. 2. Memberi informasi kepada pelayanan kesehatan mengenai profil

penderita asma dewasa di RSUP.H. Adam Malik tahun 2011-2013.

Kepada Penelti :

1. Menambah pengetahuan peneliti mengenai penyakit asma khususnya mengenai diagnosis, terapi dan prognosis asma.

2. Menambah pengetahuan secara tidak langsung dan bidang penelitian 3. Memberi informasi kepada peneliti lain yaitu sebagai referensi untuk


(17)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Asma

2.1.1. Definisi Asma

Asma merupakan suatu penyakit saluran pernapasan yang kronik dan heterogenous. Penyakit ini dikatakan mempunyai kekerapan bervariasi yang berhubungan dengan peningkatan kepekaan sehingga memicu episode mengi berulang (wheezing), sesak napas (breathlessness), dada tertekan, dispnea, dan batuk (cough) terutama pada malam atau dini hari (GINA, 2014). Kebanyakan bangsa dan etnik di seluruh dunia diserang dengan penyakit ini pada semua peringkat usia dengan prevalensi laki-laki lebih banyak berbanding perempuan (Fanta, 2009). Penyakit asma timbul akibat inflamasi dari mukosa saluran pernapasan. Akibat hiperesponsif jalan napas, jalan napas yang normal akan mengalami obstruksi dan hambatan sehingga muncullah asma (PDPI, 2011).

2.2. Patogenesis Asma

Asma merupakan suatu penyakit yang timbul akibat proses inflamasi yang kronik pada saluran napas. Proses inflamasi yang terjadi menyebabkan saluran pernapasan menjadi hiperresponsif. Maka apabila faktor allergen seperti debu terkena ini akan mengakibatkan salur pernapasan lebih mudah untuk berkonstriksi (PDPI, 2006). Penyempitan saluran napas yang terjadi pada pasien asma merupakan suatu hal yang kompleks. Gejala asma seperti batuk, rasa sesak di dada adalah akibat dari obstruksi bronkus yang didasari oleh inflamasi kronik dan hiperaktifitas bronkus. Hal ini disebabkan karena mediator dari sel mast yang banyak ditemukan di lumen jalan napas dan di bawah membran basal akan dilepaskan dalam kuantitas yang banyak dan dalam jangka waktu yang singkat (PDPI, 2006). Selain sel mast, sel yang juga dapat menyebabkan pelepasan mediator inflamasi adalah sel eosinofil, sel epitel pada jalan napas dan monosit. Mediator-mediator inflamasi ini secara langsung menyebabkan serangan asma melalui sel efektor sekunder seperti eosinofil, netrofil, platelet dan limfosit.


(18)

5

Mediator lain yang kuat seperti leukotriene tromboksan, PAF dan protein sitotoksis yang memperkuat reaksi asma juga dikeluarkan oleh sel sel inflamasi ini. Kesemua proses ini menyebabkan inflamasi mukosa saluran napas yang akhirnya mengakibatkan hipereaktivitas bronkus yang memicu terjadinya asma (Nelson, 2007).

Selain itu, pathogenesis asma turut dikaitkan dengan terjadinya airway remodelling. Hal ini kerana proses inflamasi yang kronik akan menimbulkan kerusakan jaringan yang diikuti oleh proses penyembuhan (healing process) yang menghasilkan perbaikan (repair) pada mukosa saluran pernapasan. Penyakit asma mempunyai ketergantungan antara inflamasi dan remodelling dimana perubahan struktur seperti hiperplasia otot polos jalan nafas dan hipertropi kelenjar mukus mudah terjadi (PDPI, 2011).

Di samping itu, yang turut terjadi adalah perubahan struktur parenkim pada salur napas. Sebenarnya airway remodelling ini merupakan fenomena sekunder dari inflamasi. Dipercayai lingkungan sangat berpengaruh pada perburukan atau terjadinya asma kerana akibat oksidan yang terdapat pada udara sekitar akan memicu terjadinya apoptosis (PDPI, 2011).

2.3. Patofisiologi Serangan Asma

Serangan asma timbul apabila seorang yang atopi terpapar ataupun berkontak dengan alergen yang ada dalam lingkungan sehari-hari. Ini akan memicu pembentukkan imunoglobulin E ( IgE ). Faktor atopi ini dipercayai diturunkan secara genetik. Alergen yang masuk kedalam tubuh melalui saluran nafas atau kulitakan ditangkap oleh sel makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting cell (APC).

Setelah alergen diproses dalam badan sel APC alergen tersebut dipresentasikan ke sel Th. Sel Th memberikan signal kepada sel B dengan dilepaskanya interleukin 2 ( IL-2 ) untuk berpoliferasi menjadi sel plasma dan membentuk imunoglobulin E (IgE). IgE yang terbentuk akan diikat oleh sel mastosit yang ada dalam jaringan dan sel basofil pada sirkulasi. Apabila proses ini terjadi, maka orang itu sudah disensitisasi atau baru menjadi rentan. Apabila


(19)

6

orang yang sudah rentan terpapar kedua kali atau lebih dengan alergen yang sama maka alergen tersebut akan diikat oleh Ig E yang sudah ada dalam permukaan sel mastosit dan basofil. Ikatan ini akan menimbulkan influk Ca++ kedalam sel dan perubahan dalam sel yang menurunkan kadar cAMP. Akibat menurunnya kadar cAMP degranulasi sel akan terjadi (PDPI, 2011).

Seterusnya, proses ini akan menyebabkan terlepasnya zat – zat kimia seperti histamin, slow releasing substance of anaphylaxis (SRS-A), eosinophilic chomotetik faktor of anaphylaxis (ECF-A) dan lain-lain. Kesemua mediator ini akan menimbulkan kontraksi otot-otot polos baik pada saluran napas yang besar ataupun yang kecil. Akibat kontraksi otot polos di sekitar saluran pernapasan terjadilah suatu keadaan yang disebut sebagai bronkospame dimana penderita sering mengeluhkan rasa sesak di dada. Selain itu, akibat dari peningkatan permeabilitas kapiler, saluran pernapasan akan menyempit dengan lebih parah lagi. Oleh sebab itu, gangguan ventilasi akan berlaku disamping distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru yang jelek. Akibatnya terjadilah hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis pada tahap seterusnya (Barbara, 1996).

Serangan asma yang mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama ditandai dengan batuk berkala dan kering. Batuk ini terjadi karena iritasi mukosa yang kental dan mengumpal. Pada stadium ini terjadi turut dijumpai edema dan pembengkakan bronkus. Stadium kedua ditandai dengan adanya batuk yang diserta dengan mukus yang jernih dan berbusa. Selain itu, pasien kelihatan sesak ketika bernapas dan akan berusaha untuk bernafas dalam. Turut terjadi adalah proses ekspirasi yang memanjang dan diikuti dengan bunyi mengi (wheezing ). Oleh demikian, pasien cendurung untuk duduk dengan posisi tangan diletakkan pada pinggir tempat tidur. Pada stadium kedua penderita kelihatan pucat dan gelisah serta terdapat perubahan warna kulit menjadi biru. Stadium ketiga ditandai dengan hampir tidak terdengar suara nafas karena aliran udara yang kecil, pernafasan yang dangkal dan tidak teratur serta irama pernapasan yang tinggi karena asfiksia (Tjen Daniel, 1991 ).


(20)

7

2.4. Epidemologi Asma

Menurut data studi Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di berbagai provinsi di Indonesia pada tahun 1986 penyakit asma menduduki urutan kelima dari sepuluh penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Asma merupakan penyakit kronik yang banyak diderita oleh anak dan dewasa baik di negara maju maupun di negara berkembang. Sekitar 300 juta manusia di dunia menderita asma dan diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 400 juta pada tahun 2025 (PDPI, 2011).

Meskipun dengan pengobatan efektif angka morbiditas dan mortalitas asma masih tetap tinggi. Satu dari 250 orang yang meninggal adalah penderita asma. Di negara maju meskipun sarana pengobatan mudah didapat, asma masih sering tidak terdiagnosis dan tidak diobati secara tepat. Prevalensi asma di dunia sangat bervariasi dan penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa kekerapan asma semakin meningkat terutama di negara maju. Studi di Australia, New Zealand dan Inggris menunjukkan bahwa prevalensi asma anak meningkat dua kali lipat pada dua dekade terakhir. Di Amerika, National Health Survey tahun 2001 hingga 2009 mendapatkan prevalensi asma meningkat dari 7.3% (20.3 juta orang) pada tahun 2001 menjadi 8.2% (24.6 juta orang) di tahun 2009. Penelitian cross sectional International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) dan beberapa penelitian pada orang dewasa menyimpulkan bahwa prevalensi asma di negara maju tidak meningkat dan bahkan cenderung menurun pada sepuluh tahun terakhir (PDPI, 2011).

2.5. Faktor Resiko Asma

Terdapat banyak pekara yang mengakibatkan seseorang untuk menderita asma. Salah satu dari faktor resiko tersebut adalah faktor lingkungan. Menurut Patino dan Martinez (2001), faktor lingkungan dan faktor genetik memainkan peran penting terhadap kejadian asma. Menurut Corne et al (2002), paparan terhadap infeksi juga menjadi pencetus kepada asma terutamanya infeksi virus seperti rhinovirus. Sebenarnya allergen dan sensitisasi yang ada pada lingkungkan


(21)

8

dipertimbangkan menjadi dasar utama yang mengarahkan kepada terjadinya asma (PDPI, 2011).

Selain faktor lingkungan, faktor lain seperti imunitas dasar turut berperan. Mekanisme imunitas terhadap kejadian inflamasi pada asma terjadi akibat ekspresi sel Th2 yang berlebihan (NHLBI, 2007). Etiologi asma dapat dibahagikan berdasarkan umur dan jenis kelamin. Insidensi tertinggi asma biasanya terjadi pada usia 5-14 tahun iaitu sekitar (7-10%). Sedangkan pada orang dewasa angka kejadian asma yang didapati adalah lebih rendah yaitu sekitar 3-5% (Asthma and Allergy Foundation of America, 2010).

Dikatakan faktor genetik turut berperan dalam terjadinya asma kerana pembentukkan immunoglobin E. Akibat pelepasan zat aktif seperti histamin maka terjadi kontraksi otot polos pada bronkus serta edema pada saluran pernapasan. Menurut Drazen et al (1999), sel mast turut memproduksi sisteinil leukotriene yaitu C4, D4 dan E4. Leukotriene ini justeru apabila berikatan dengan reseptornya yang spesifik akan mengkaibatkan peningkatan permebialitas vaskular dan hiperplasia kelenjar serta hipersekresi mukus.

Faktor host yang lain seperti obesitas dikatakan turut berkontribusi terhadap terjadinya asma. Hal ini justeru telah dibuktikan dari banyak penelitian yang mendapatkan bahawa seseorang yang obesitas mempunyai pelbagai mediator tertentu di dalam sel lemak misalnya leptin yang mempengaruhi fungsi saluran pernapasan dan meningkatkan kecenderungan timbulnya asma (NHLBI, 2007).

2.6. Diagnosis Asma

Asma diyakini tidak mempunyai gejala utama yang khusus. Namun mempunyai beberapa gejala campuran seperti batuk dan mengi. Kedua gejala ini merupakan tanda yang sering dijumpai. Sebenarnya manifestasi klinis untuk penyakit asma berbeda mengikut kelompok umur. Misalnya pada orang dewasa yang diyakini menderita asma akan selalu mengeluhkan rasa sulit bernapas. Selain itu, keluhan rasa berat di dada sering dialami oleh penderita asma yang


(22)

9

dewasa sehinggakan aktifitas seharian mereka terganggu. Manakala pada anak yang menderita asma, rasa cepat letih selalu menjadi keluhan utama mereka (Nelson, 2007).

Sebenarnya dalam mendiagnosa penyakit asma yang memainkan peranan penting adalah anamnesis yang baik. Hal ini kerana menurut penelitian sekitar 80% dari diagnosa sesuatu penyakit ditentukan berdasarkan anamnesis yang tepat dan baik. Pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan fisik dan faal paru hanya dilakukan untuk menkonfirmasi dugaan yang disangka serta meningkatkan nilai diagnostik.

2.6.1. Anamnesis

Anamnesis yang baik dan tepat harus merangkumi beberapa pekara yang mencakup riwayat tentang penyakit gejala asma yaitu:

1. Apakah ada gejala asma seperti batuk, mengi, sesak napas yang episodik atau rasa berat di dada dan dahak yang berulang?

2. Apakah gejala asma yang timbul memburuk terutama pada malam atau dini hari?

3. Sejak kapan penyakit asma diderita?

4. Apakah asma yang dideritai muncul setelah paparan terhadap alergen? 5. Apakah ada respon positif terhadap pemberian bronkodilator?

2.6.2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik yang berupa auskultasi kelainan yang sering didapati adalah mengi. Namun pada sebagian penderita auskultasi dapat terdengar normal walaupun pada pengukuran objektif (faal paru) terdapat penyempitan jalan napas. Oleh karena itu, pemeriksaan fisik akan sangat membantu dalam tujuan diagnosa (Chung, 2002).

2.6.3. Faal Paru

Pemeriksaan faal paru dikatakan merupakan baku emas dan sudah menjadi salah satu pemeriksaan yang sering dilakukan karena penderita asma sering tidak mengenal gejala dan kadar keparahannya penyakit asmanya. Cara kerja dari


(23)

10

pemeriksaan faal paru ini adalah dengan menilai derajat keparahan hambatan aliran udara serta reversibilitasnya. Maka dengan ini para dokter bisa mendiagnosa apakah seseorang itu menderita asma ataupun tidak. Banyak metode yang digunakan untuk menilai faal paru tetapi yang telah dianggap sebagai standard pemeriksaan adalah: (1) Pengunaan Arus Puncak Ekspirasi meter (APE) dan (2) pemeriksaan spirometri. Sebenarnya pemeriksaan spirometri lebih diutamakan kerana merupakan pemeriksaan hambatan jalan napas dan yang direkomendasi oleh (GINA, 2014). Pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan kapasitas vital paksa (KVP) dilakukan dengan menggunakan manuver ekspirasi paksa melalui spirometri. Untuk mendapatkan hasil yang akurat diambil nilai tertinggi dari 3 proses ekspirasi. Namun itu banyak penyakit yang boleh menurunkan nilai VEP1. Maka dari itu obstruksi jalan napas diketahui dari nilai VEP1 prediksi (%) dan atau rasio VEP1/KVP (%). Sementara pemeriksaan dengan APE meter walaupun kurang tepat namun dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabilitas harian pagi dan sore (tidak lebih dari 20%).

2.6.4. Pemeriksaan Lain Untuk Diagnosis

Uji provokasi sebaiknya dilakukan pada penderita dengan gejala asma dan faal paru yang normal. Hal in kerana pemeriksaan ini mempunyai sensitivitas yang tinggi tetapi spesifisiti yang rendah. Berarti hasil yang negative boleh menyingkirkan kemungkinan dugaan asma tetapi hasil yang positif tidak selalu bermakna bahawa penderita tersebut menghidapi asma.

2.7. Diagnosis Banding Asma

Penyakit asma memiliki beberapa diagnosa banding yang harus dikonfirmasikan terlebih dahulu sebelum mengambil sebarang keputusan dalam membuat diagnosa pasti. Demikian adalah diagnosa banding dari penyakit asma :


(24)

11

Tabel 2.0 Diagnosa Banding Asma Sesuai Umur

2.8. Klasifikasi Serangan Asma

Asma dapat diklasifikan berdasarkan pola keterbatasan aliran udara dan berat penyakit. Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit penting untunk mendapatkan terapi pengobatan dan perencanaan penatalakasaan jangka panjang yang tepat. Demikian merupakan klasifikasi asma berdasarkan derajat asma :

Umur (tahun) Penyakit Gejala Klinis

25-40 Inhalasi benda asing Bronkietasis

Congenital heart disease Kistik Fibrosis

Mengi Unilateral Batuk yang berulangan Cardiac murmur

Batuk yang berlebihan disertai dengan produksi mukus yang kental

41-56 Chronic upper airway cough syndrome Disfungsi pita suara Congenital heart disease

Batuk, rasa gatal dan hidung tersumbat

Stridor dan sesak napas Cardiac murmur

>57 Emboli paru Disfungsi pita suara

Obstruksi jalan napas sentral

Sesak napas yang tiba-tiba Stridor dan sesak napas Sesak napas yang tidak ada respon terhadap bronkodilator


(25)

12

Tabel 2.1 Klasifikasi Asma Sesuai Derajat

Derajat Asma Gejala klinis pada siang hari

Gejala klinis pada malam hari

Eksaserbasi Asma

Pemeriksaan Spirometri Intermitten Kurang dari

1x/minggu

≤2 kali setahun Singkat dan tidak sering

VEP≥80% nilai

prediksi Variabiliti APE<20% Persisten Ringan >1x/minggu

tetapi <1x/hari

>2 kali sebulan Kadang-kadang tetapi

mengganggu tidur

VEP≥80 nilai

prediksi

Variabiliti APE 20-30 %

Persisten Sedang Setiap hari >1x/minggu Kadang-kadang tetapi mengganggu tidur VEP60-80% nilai prediksi Variabiliti APE>30% Persisten Berat Terus-menerus Sering Sering VEP≤60% nilai

prediksi Variabiliti APE>30%

Sumber : GINA, 2011

2.9. Penatalaksaan Asma

Penatalaksaan asma penting supaya asma yang dideritai tidak bertambah parah. Sebenarnya penatalaksaan asma mempunyai beberapa tujuan seperti mencegah eksersebasi akut serta meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin. Mencegah keterbatasan aliran udara serta kematian akibat asma merupakan antara tujuan lain dari penatalaksaan asma (WHO, 2010).Selain itu, pemberian pengobatan jangka masa akut serta panjang merupakan antara komponen lain dalam penatalaksaan asma. Medikasi asma yang ditujukan untuk mencegah gejala obstruksi jalan napas terdiri atas pengontrol dan pelega. Pengontrol (controllers) adalah medikasi asma jangka panjang yang harus diberikan setiap hari untuk mencapai keadaan asal yang terkontrol pada asma


(26)

13

persisten (GINA, 2014). Berikut adalah contoh dari obat pengontrol yang lazim digunakan:

a) kortikosteroid inhalasi dan sistemik b) sodium kromoglikat

c) leukotrien modifiers

Manakala pelega (reliever) yang sering dianjurkan adalah antikolinergik serta aminofilin. Tujuan daripada penggunaan pelega ini adalah sebenarnya untuk menstimulasi reseptor β2 pada saluran napas. Maka dari ini semua otot polos pada saluran pernapasan akan berdilatasi. Akibatnya, keluhan sesak napas penderita akan berkurangan (GINA, 2014).

3.0. Eksaserbasi Asma

Eksaserbasi asma adalah serangan asma yang kambuh atau asma akut akibat perburukan yang progresif terhadap gejala asma yang utama seperti sesak nafas, batuk serta wheezing atau kombinasi dari beberapa gejala ini. Eksersebasi asma memiliki onset yang berlangsung secara progresive. Seiring dengan eksaserbasi asma yang selalu menjadi gejala kambuhan adalah kesulitan pernapasan. Eksaserbasi ditandai dengan susahnya pengeluaran udara pada saat ekspirasi. Eksaserbasi asma ini dapat disebabkan kerana kegagalan pengobatan jangka panjang akibat adanya pajanan terhadap faktor resiko penyakit asma itu sendiri. Eksaserbasi asma dapat dibedakan menjadi ringan, sedang dan parah tergantung kepada tingkat keparahannya. Justeru itu, hal ini harus dievaluasi saat menemukan pasien dengan eksaserbasi asma supaya penanganan yang diberikan bersifat cepat dan tepat. Eksaserbasi asma yang parah berpotensi menjadi kondisi yang life threating dan memerlukan pengawasan pengobatan yang ketat. Oleh hal demikian, majoritas dari penderita eksaserbasi asma yang parah harus dirawat di

acute care facility ( Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2012). Berikut merupakan tabel mengenai derajat eksaserbasi asma :


(27)

14

Tabel 2.2. Derajat Keparahan Asma Eksaserbasi

No Gejala Klinis Ringan Sedang Berat 1 Sesak Napas Berjalan sesak

Dapat berbaring Berbicara sesak Enak duduk Istirahat sesak Duduk membungkuk 2 Berbicara Lancar

Terputus-putus

Susah bicara

3 Kegelisahan Tidak gelisah Kadang gelisah

Selalu gelisah

4 Frekuensi napas Meningkat Meningkat > 30 x / menit 5 Otot bantu napas Tidak digunakan digunakan Selalu

digunakan 6 Mengi Akhir ekspirasi Ada Keras/ hilang 7 Nadi/ menit < 100 100 -120 > 120 8 Pulsus paradoksus Tidak ada

< 10 mmHg

10-25 mmHg > 25 mmHg 9 APE > 80 % 60 –80 % < 60 % 10 PO2

PCO2 SaO2

Normal < 45 mmHg > 95%

> 60 mmHG < 45 mmHg 91-95 %

< 60 mmHg >45 mmHg <90%

Sumber : Stragesi Global untuk Penatalaksaan dan Pencegahan Asma, 2012

Terapi primer untuk eksaserbasi asma ini adalah pemberian obat inhalasi kerja cepat bronkodilator secara berulang dan pemberian glukokortikoid secara sistemik dalam waktu yang singkat serta membaiki suplemen oksigen setelah menilai derajat keparahan eksaserbasinya. Adapun tujuan dari penanganan terhadap asma eksaserbasi ini adalah untuk membebaskan obstruksi jalan napas dan mencegah hipoksia dengan secepat mungkin dan merencana pencegahan kekambuhan.


(28)

15

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Pada penelitian ini kerangka konsep penelitian mengenai profil penderita asma dewasa yang di rawat inap di RSUP.H.A.Malik akan dibahaskan

berdasarkan variabel kategorik dan numerik.

 Usia

 Riwayat Keluarga

 Jenis Kelamin

 Metode Pembayaran

 Onset

 Derajat Serangan

 Penatalaksaan Asma Penderita Asma Dewasa yang


(29)

16

Tabel 3.2. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasio nal Cara Penguku ran Alat Ukur Hasil Ukur Skala Penguku ran Usia Usia

penderita asma dewasa pada saat didiagnosa Rekam Medis Rekam Medis Sesuai dengan pencatatan di r.medis Interval Jenis Kelamin Jenis kelamin penderita Rekam Medis Rekam Medis Laki laki Perempuan Nominal Riwayat Keluarga Ada riwayat ahli keluarga menderita masalah yang sama Rekam Medis Rekam Medis i.Ada riwayat keluarga ii.Tidak ada riwayat keluarga Nominal Metode Pembayaran Cara pembayaran biaya perawatan Rekam Medis Rekam Medis i.Biaya sendiri ii.Asuransi kesehatan (ASKES) iii.Ansuransi swasta iii.Jaminan kesehatan masyarakat Nominal

Onset Saat didiagnosa menderita asma Rekam Medis Rekam Medis

< 5 tahun > 5 tahun


(30)

17

BAB4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui profil penderita asma yang di rawat inap di RSUP. H. A.Malik Medan pada tahun 2011 hingga 2013. Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain studi cross-sectional secara retrospektif dengan mendapatkan data sekunder yang terdapat pada catatan rekam medis.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 8 bulan yaitu dari bulan Mei 2014 hingga Desember 2014. Penelitian dimulai dengan pertama sekali melakukan proposal penelitian yang merangkumi melakukan survei lokasi. Kemudian penelitian dilanjutkan dengan melakukan pengumpulan data, menganalisa data serta menyusun laporan akhir penelitian.

4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dengan alasan pemilihan lokasi ini adalah karena rumah sakit disamping menjadi rumah sakit rujukan pusat rumah sakit ini juga mempunyai jumlah pengunjung atau pasien yang relatif banyak. Hal ini memudahkan sampel dan jumlah populasi yang dikendaki dalam penelitian ini bisa ditentukan.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah semua penderita asma yang di rawat inap di RSUP. H. A. Malik iaitu pada Januari tahun 2011 hingga Disember 2013. Informasi ini akan saya ambil dari rekam medis. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu keseluruhan populasi adalah sampel.


(31)

18

4.3.2. Kriteria Inklusi

Pasien asma dewasa yang di rawat inap di bahagian Paru RSUP. H. Adam Malik tahun 2011-2013.

4.3.3. Kriteria Eksklusi

Data rekam medis yang tidak lengkap.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan penelitian ini data yang akan digunakan adalah data yang diperoleh dari rekam medis. Dalam hal ini peneliti mengaplikasikan serta menggunakan pengambilan data sekunder. Berikut merupakan alur cara dari kerangka kerja penelitian yang digunakan dalam mengerjakan penelitian ini :

Tabel 4.0 Kerangka Kerja Penelitian

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Pada penelitian ini data yang diambil adalah berdasarkan teknik pengumpulan data yang dianalisa dangan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions).

1. Data diambil berdasarkan pencatatan pada rekam medik di bahagian paru RSUP.H.A.Malik.

2. Profil penderita asma yang di rawat inap dalam jangka waktu tertentu

ditentukan.

3. Penyajian data dalam bentuk tabel dibuat.


(32)

19

4.6. Ethical Clearance

Ethical clearance merupakan keterangan tertulis yang diberikan oleh Komisi Etik Penelitian untuk penelitian yang melibatkan mahluk hidup (manusia, hewan, dan tumbuhan) yang menyatakan bahwa suatu proposal penelitian layak dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan tertentu. Penelitian ini dilakukan dengan metode observasional, yaitu menggunakan data rekam medis. Dalam hal ini, peneliti tidak memberikan intervensi apapun terhadap subjek penelitian. Data rekam medis pasien Asma Dewasa Yang Di Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011-2013 akan digunakan sebagai sumber data setelah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran


(33)

20

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Dekskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A yang sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan sesuai juga dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991. Selain itu, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik juga merupakan sebuah pusat Rujukan wilayah yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Riau. Rumah sakit ini teerletak di Jalan Bunga Lau No. 17 Km. 12 Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.

5.1.2. Deksripsi Data Penelitian

Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder yang berarti data yang berasal dari rekam medis pasien asma yang di rawat inap di RSUP.H.A.Malik. Data yang diambil berasal dari jangka waktu Januari 2011 hingga Desember 2013. Populasi pada penelitian ini adalah sebanyak 86 penderita asma yang dirawat inap di bahagian Poli Paru di RSUP.H.A.Malik dari Januari 2011 hingga Desember 2013.

Karakteristik reponden pada penelitian ini adalah seperti berikut :

5.1.2.1. Golongan Usia Pasien

Berdasarkan golongan usia pasien, peneliti memperoleh data seperti berikut :


(34)

21

Tabel 5.1 Distribusi Pasien Menurut Kelompok Umur dari Januari 2011 hingga Desember 2013

Kelompok Usia ( Tahun) Frekuensi (N) Persentase (%)

11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100 1 11 18 14 16 13 7 5 1 1,2 12,8 20,9 16,3 18,6 15,1 8,1 5,8 1,2

Total 86 100

Dari tabel 5.1 didapati bahwa usia penderita asma yang paling banyak yang di rawat inap dalam jangka waktu sesuai dengan penelitian ini adalah pada kelompok usia 31-40 tahun yaitu sebanyak 18 orang (20,9%), diikuti dengan kelompok usia 51- 60 tahun yaitu sebanyak 16 orang (18,6%) serta diikuti dengan kelompok usia 41-50, 61-70 tahun, 21-30 tahun, 71-80 tahun dengan masing-masing sebanyak 14 orang (16,3%), 13 orang (15,1%), 11 orang (12,8%), 7 orang (8,1%). Jumlah penderita yang paling sedikit dijumpai adalah pada kelompok usia 81-90 tahun sebanyak 5 orang (5,8%), diikuti dengan kelompok usia 91-100 tahun yaitu sebanyak 1 orang (1,2%) dan kelompok usia 11-20 tahun sebanyak 1 orang (1,2%).

5.1.2.2. Jenis Kelamin Pasien

Berdasarkan jenis kelamin pasien, peneliti memperoleh data seperti berikut :


(35)

22

Tabel 5.2 Distribusi Pasien Menurut Jenis Kelamin dari Januari hingga Desember 2013

Jenis Kelamin Frekuensi ( N ) Persentase (% )

Laki – laki Perempuan

39 47

45,3% 54,7%

Total 86 100

Dari tabel 5.2 dapat diketahui bahwa prevelansi penyakit asma yang dideritai oleh pasien asma yang dirawat inap sering terjadi pada perempuan yaitu sebanyak 47 orang (54,7%), berbanding dengan laki-laki yaitu sejumlah 39 orang (45,3%).

5.1.2.3. Golongan Status Pembayaran Pasien

Berdasarkan status pembayaran pasien, peneliti memperoleh data seperti berikut :

Tabel 5.3 Distribusi Pasien Status Pembayaran dari Januari 2011 hingga Desember 2013

Status Pembayaran Frekuensi (N Persentase (%)

Jamkesmas 17 19,8

Umum 18 20,9

Akses Wajib 35 40,7

JPKMS 2 2,3

PT. Asian Agri 2 2,3

SKJM 8 9,3

PT.KeretaApi Indonesia 2 2,3

PTPN II RS. Bangkatan 2 2,3


(36)

23

Dari tabel 5.3 didapati bahwa kelompok status pembayaran oleh pasien asma yang dirawat inap yang paling banyak adalah melalui Akses Wajib yaitu sebanyak 35 orang (40,7%), diikuti oleh kelompok status pembayaran melalui Umum yaitu sebanyak 18 orang (20,9%) dan seterusnya melalui Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) sebanyak 17 orang (19,8%). Jumlah pasien asma yang dirawat inap dengan status pembayaran yang paling sedikit adakah melalui PT.KeretaApi Indonesia, PTPN II RS.Bangkatan, JPKMS, PT. Asian Agri yaitu sebanyak 2 orang (2,3%) dan SKJM yaitu sebanyak 8 orang (9,3%).

5.1.2.4. Golongan Lama Rawatan Opname Pasien

Berdasarkan lama rawatan opname pasien, peneliti memperoleh data seperti berikut :

Tabel 5.4 Distribusi Pasien Lama Rawatan Opname

Lama Rawatan Frekuensi ( N ) Persentase (% )

< 7 Hari 7-14 Hari > 14 Hari

27 43 16

31,4 50,0 18,6

Total 86 100

Dari tabel 5.4 didapati bahwa kelompok lama rawatan Opname Pasien oleh pasien asma yang dirawat inap yang paling banyak adalah 7-14 hari yaitu sebanyak 43 orang (50,0%), diikuti oleh lama rawatan opname <7 hari yaitu sebanyak 27 orang (31,4%) dan lama rawatan opname yang paling sedikit adalah >14 hari yaitu sebanyak 16 orang (18,6%).

5.1.2.5. Golongan Riwayat Keluarga

Berdasarkan riwayat keluarga pasien, peneliti memperoleh data seperti berikut :


(37)

24

Tabel 5.5 Distribusi Riwayat Keluarga Pasien Riwayat

Keluarga

Frekuensi ( N ) Persentase (% )

Ada 49 57,0

Tidak Ada 37 43,0

Total 86 100.0

Dari tabel 5.5 dapat diketahui bahwa riwayat keluarga pasien penyakit asma yang dirawat inap, yang paling banyak ada yaitu sebanyak 49 orang (57,0%) dan riwayat keluarga pasien yang paling sedikit tidak ada yaitu sebanyak 37 orang (43,0%).

5.1.2.6. Golongan Derajat Serangan Asma

Berdasarkan Derajat Serangan Asma pada pasien, peneliti memperoleh data seperti berikut :

Tabel 5.6 Distribusi Derajat Serangan Asma Derajat Serangan

Asma

Frekuensi ( N ) Persentase (% )

Persisten Ringan 28 32,6

Persisten Sederhana 34 39,5

Persisten Berat 24 27,9

Total 86 100

Dari tabel 5.6 didapati bahwa Derajat Serangan Asma oleh pasien asma yang dirawat inap yang paling banyak adalah Persisten Sederhana yaitu sebanyak 34 orang (39,5%), diikuti oleh Derajat Serangan Asma Persisten Ringan yaitu sebanyak 28 orang (32,6%) dan Derajat Serangan Asma yang paling sedikit adalah Persisten Berat yaitu sebanyak 24 orang (27,9%).


(38)

25

5.1.2.7. Golongan Riwayat Lama Penyakit

Berdasarkan Onset, peneliti memperoleh data seperti berikut :

Tabel 5.7 Distribusi Onset

Onset Frekuensi ( N ) Persentase (% )

< 5 Tahun 49 57,0

> 5 Tahun 37 43,0

Total 86 100

Dari tabel 5.7 dapat diketahui bahwa onset pada penyakit asma yang dirawat inap, yang paling banyak < 5 tahun yaitu sebanyak 49 orang (57,0%) dan onset yang paling sedikit > 5 tahun yaitu sebanyak 37 orang (43,0%).

5.1.2.8. Golongan Penatalaksanaan Serangan Asma

Berdasarkan Penatalaksanaan Serangan Asma, peneliti memperoleh data seperti berikut :

Tabel 5.8 Distribusi Penatalaksanaan Serangan Asma

PSA Frekuensi ( N ) Persentase (% )

A 25 29,1

B 21 24,4

C 23 26,7

D 17 19,8

Total 86 100,0

*Nota : A: SABA + STEROID

B:SABA + STEROID + SAMA

C:SABA+STEROID+ AMINOPHILIN D:SAB,

Dari tabel 5.8 dapat diketahui bahwa Penatalaksanaan Serangan Asma pada penyakit asma yang dirawat inap, yang paling banyak A yaitu sebanyak 25 orang (29.1%) diikuti oleh Penatalaksanaan Serangan Asma C yaitu sebanyak 23


(39)

26

orang (26,7%) dan Penatalaksanaan Serangan Asma B yaitu sebanyak 21 orang (24,4%) serta Penatalaksanaan Serangan Asma yang paling sedikit adalah D yaitu sebanyak 17 orang (19,8%).

5.1.2.9. Distribusi Umur Dengan Jenis Kelamin Pasien

Berdasarkan umur dan jenis kelamin pasien, peneliti memperoleh data seperti berikut :

Tabel 5.9 Distribusi Umur menurut Jenis Kelamin Pasien

Umur

Jenis Kelamin

Total

Laki-laki Perempuan

N % N % N %

11-20 tahun 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun 61-70 tahun 71-80 tahun 81-90 tahun 91-100 tahun 0 6 4 8 7 5 5 3 1 0,00 6,98 4,65 9,30 8,14 5,81 5,81 3,49 1,16 1 5 14 6 9 8 2 2 0 1,16 5,81 16,28 6,98 10,47 9,30 2,33 2,33 0,00 1 11 18 14 16 13 7 5 1 1,16 12,79 20,93 16,28 18,61 15,11 8,14 5,82 1,16


(40)

27

5.1.2.10. Distribusi Tempo Lama Rawatan dengan Derajat Serangan Asma

Berdasarkan Tempo Lama Rawatan dengan Derajat Serangan Asma, peneliti memperoleh data seperti berikut :

Tabel 5.10 Distribusi Tempo Lama Rawatan dengan Derajat Serangan Asma Tempo Lama

Rawatan

Mild Moderate Sevene Total

N % N % N % N %

< 7 hari 7-14 hari >14 hari 6 14 8 6,98 16,28 9,30 9 18 7 10.47 20.93 8.14 12 11 1 13,95 12,79 1,16 27 43 16 31,40 50,00 18,60

Total 28 32,56 35 39,54 24 27,9 86 100

5.1.2.11. Distribusi Derajat Serangan Asma dengan Jenis Kelamin Pasien

Berdasarkan Derajat Serangan Asma dengan Jenis Kelamin Pasien, peneliti memperoleh data seperti berikut :

Tabel 5.11 Distribusi Derajat Serangan Asma dengan Jenis Kelamin Pasien Derajat

Serangan Asma

Jenis Kelamin

Total

Laki-laki Perempuan

N % N % N %

Mild Moderate Severe 15 5 19 17,44 5,81 22,09 13 29 5 15,11 33,72 5,81 28 34 24 32,55 39,53 27,90


(41)

28

5.2. Pembahasan

Berdasarkan penetilian ini yang menggunakan data sekunder rekam medis di RSUP.H.Adam Malik dari Januari 2011 hingga Desember 2013, diperoleh data mengenai profil penderita asma yang dirawat inap. Data – data yang dikumpul akan digunakan sebagai dasar dari pembahasan hasil akhir penelitian ini dan akan dijabarkan seperti berikut.

Menurut tabel 5.1 kejadian asma yang paling sering terjadi pada penderita asma dewasa yang dirawat inap adalah pada kelompok dengan rentang umur 31-40 tahun yaitu sebesar (20,9%) sedangkan prevelansi terendah terdapat pada kelompok umur dewasa muda yaitu 11-20 tahun dan kelompok umur pasien tua yaitu 91-100 tahun dengan masing –masing persentase sebanyak (1,2%). Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh De Meo (2009) prevelansi terbanyak mengenai asma pada pasien dewasa yang dirawat inap terdapat pada kelompok umur 30-41 tahun. Hal ini mungkin disebabkan kerana penatalaksaan asma yang tidak tepat oleh masyarakat sehingga memburukan kondisi pasien yang pada akhirnya mengakibatkan proses remodelling.

Menurut table 5.2 diperoleh bahwa penderita asma yang paling banyak adalah pada jenis kelamin wanita (54,7%) diikuti dengan jenis kelamin pada pria ( 45,3%). Hal ini sesuai dengan penelitian Sukrawinata di Bandung (1990-1994). Hal ini turut didukung oleh penelitian yang dilakukan Prishati di sebuah rumah sakit di India pada tahun 2006 bahwa penderita asma yang dirawat inap lebih banyak melibatkan wanita daripada pria (2:1). Hal ini dimungkinkan kerana tingkat ketegangan yaitu seperti stres, beban emosi, beban psikologis dan tanggungjawab keluarga yang lebih parah pada perempuan.

Menurut tabel 5.4 mengenai lama rawatan, umumnya penderita asma yang dirawat inap kebanyakannya dirawat selama 7-14 hari (50,6%), diikuti dengan pasien dengan lama rawatan opname > 14 hari sebanyak (18,6%). Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Sharma (2004), rata –rata pasien asma yang dirawat inap di rumah sakit adalah sekitar 10 hari. Hal ini dimungkinkan kerana pada saat dirawat inap pasien ternyata mungkin mempunyai komplikasi lain yang mengakibatkan waktu pengobatan menjadi lama sekitaran lebih dari seminggu.


(42)

29

Menurut tabel 5.5 didapati bahwa jumlah penderita asma sebanyak 49 orang (57%) dari jumlah populasi yang dirawat inap di RSUP.H.A.Malik mempunyai riwayat keluarga berbanding dengan yang tidak mempunyai riwayat keluarga sebanyak (43 %). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hashim, 2009 di Jakarta pada keluarga iaitu kedua orang tuanya yang menderita asma, ditemukan tiga seperempat (75%) dari anak mereka turut menghidap penyakit asma . Di samping itu, hal ini juga sesuai dengan kesepakatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2011 yang mengatakan bahwa faktor predisposisi yaitu genetik mempunyai kecendurungan untuk terjadinya asma.

Menurut tabel 5.6 didapati kebanyakkan dari pasien asma yang dirawat inap digolongkan dalam derajat serangan asma yang moderate yaitu sebanyak 34 orang (39.5%). Hal ini bertepatan dengan penelitian yang telah dilakukan di Surabaya yang menghasilkan hal yang sama bahwa sejumlah besar dari penderita asma yang dirawat inap adalah pasien dalam kelompok persisten sederhana.

Menurut tabel 5.8 ditinjau dari segi penatalaksaan serangan asma didapati jumlah pasien sebanyak 25 orang (29,1%) mengkonsumi tipe pengobatan dari kelompok A yaitu kombinasi short acting B2 agonist ( SABA) dan steroid. Menurut Barnes (2009) kombinasi SABA dan steroid banyak menunjukkan hasil yang positif dalam hal pengobatan asma. Selain itu, menurut GINA (2014) untuk terapi pengobatan asma bagi penderita yang diopname yaitu yang akut biasanya yang diberikan adalah SABA. Tujuan pemberian pengobatan SABA ini adalah kerana pengobatan SABA mempunyai waktu mulai kerja yang cepat. Maka secara langsung, keluhan penderita bisa diatasi dengan segera. Setelah fasa akut, kombinasi antara kortikosteroid dan long acting B2 agonist seperti formoterol dan salmeterol umumnya diberikan kepada pasien untuk terapi pengobatan jangka panjang. Tujuan pemberian steroid seperti symbicort adalah sebagai kontrol terhadap proses inflamasi. Secara kesimpulan, maka dari penelitian ini harus ada


(43)

30

perbaikan dalam penatalaksaan asma. Oleh itu, pihak rumah sakit harus mempraktikan pelayanan kesehatan yang standard dan optimal.

Menurut tabel 5.9 diperoleh bahwa penderita asma yang dirawat inap dengan kelompok umur 31-40 tahun paling banyak adalah jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak (16,28%). Hal ini bertepatan dengan kajian yang dilakukan oleh Weinberg (2008) yang mengatakan mayoritas penderita asma yang dirawat inap adalah perempuan yang berada dalam rentang 30- 45 tahun.

Menurut tabel 5.10 diperoleh bahwa penderita asma dengan tempo lama rawatan selama 7-14 hari kebanyakkan adalah penderita asma dengan derajat asma yang moderate yaitu sebanyak (20,93%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Cockrill (2008) yang telah membuktikan bahwa kebanyakan penderita asma yang diklasifikan dalam kelompok moderate mengambil sekitar 7-12 hari untuk diopname di sebuah rumah sakit.

Menurut tabel 5.11 dijumpai bahwa pasien asma yang dirawat inap yaitu dengan derajat serangan asma yang moderate itu rata ratanya adalah perempuan yaitu dengan jumlah sebanyak (33,72%). Pernyataan ini adalah seiring dengan penelitian yang dilakukan oleh Djojodibroto (2009) di Jakarta.


(44)

31

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa profil pasien asma yang dirawat inap di RSUP.H.A.Malik adalah seperti berikut :

1. Pasien rawat inap peyakit asma adalah sebanyak 86 orang pada Januari 2011 hingga Januari 2013.

2. Proporsi jenis kelamin pasien asma yang sering di rawat inap di RSUP.H.A.Malik adalah perempuan yaitu sebanyak 47 orang (54,7%). 3. Penderita asma yang dirawat inap di RSUP.H.A.Malik sebahagian

besar berumur antara 31-40 tahun (20,9%).

4. Status pembiayaan pasien rawat inap asma yang paling sering di RSUP.H.A.Malik Medan adalah jenis pembayaran Askes yaitu sebanyak 35 orang (40,7%).

5. Lama rawatan opname pasien asma yang sering di RSUP.H.A.Malik adalah diantara rentang 7-14 hari yaitu sebanyak 43 orang (50,0%). 6. Sebanyak 49 orang (57,0%) pasien asma mempunyai riwayat keluarga. 7. Mayoritas penderita asma yang dirawat inap adalah pasien dengan

derajat asma yang moderate yaitu sebanyak 34 orang (39,5%).

8. Rata rata pasien asma yang dirawat inap mempunyai riwayat lama penyakit asma yaitu kurang dari 5 tahun sebanyak 49 orang (57,0%). 9. Mayoritas pasien yang berada dalam rentang 31-40 tahun adalah

perempuan yaitu sebanyak 14 orang (16.28%).

10.Kebanyakan pasien dengan tempo lama rawatan yaitu 7-14 hari adalah pasien dengan derajat serangan moderate yaitu sebanyak 18 orang (20.93%).


(45)

32

6.2. Saran

Adapun saran yang berikan peneliti berkaitan dengan penelitian ini adalah seperti berikut :

1) Bagi peneliti selanjutnya

 Diharapkan bahwa penelitian ini dapat memberikan masukan kepada peneliti selanjutnya agar boleh mengerjakan penelitian yang lebih mendalam mengenai penyakit asma misalnya mengenai pathogenesis, penatalaksaan, komplikasi serta prognosis penyakit asma.

2) Bagi penentu kebijakan kesehatan Indonesia

 Perlu disosialisasikan perkumpulan (klub asma) yang ada, sehingga penderita asma mendapat maklumat lengkap, pengetahuan mengenai asma.

 Selain itu, peneliti juga berharap agar Departmen Kesehatan Indonesia harus memastikan bahwa kepada semua penderita asma harus mendapatkan pengobatan asma yang optimum yaitu sesuai dengan pedoman PDPI.


(46)

33

DAFTAR PUSTAKA

Asthma and Allergy Foundation of America. 2010. Asthma Facts and Figures. Landover: Australian Institute of Health and Welfare. Available from:

http://www.aafa.org/display.cfm?id=9&sub=42#_ftn4 [Accessed 8 April

2014].

Cockrill, B.A., Mandel, J., and Weinberg, S.E. 2008. Principles of Pulmonary Medicine. 5th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier, pp. 68-69.

DeMeo, D.L., and Weiss, S.T. 2009. Genetics of Asthma and COPD. In: Barnes, P.J., Drazen, J.M., Rennard, S.I., and Thomson, N.C., ed. Asthma and COPD: Basic Mechanisms and Clinical Management. Amsterdam: Academic Press, pp. 17-21.

Departemen Kesehatan R.I. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan R.I, pp. 83-86.

Djojodibroto. 2009. Respirologi-Respiratory Medicine. Jakarta: EGC, pp. 17-19. Global Initiative for Asthma (GINA). 2014. Global Burden of Asthma Report.

Available from: http://www.ginasthma.com/BackgroundersItem.asp [Accessed 2 April, 2014].

Gwilt, C., McGowan, P., and Patel, H. 2008. Respiratory System. 3rd ed. Philadelphia: Mosby Elsevier, pp. 60-65.

M.J., and Sondheimer, J.M. 18th ed. Current Asma and Diagnosis and Treatment. USA: McGraw-Hill, 1049-60.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2011. Asma Pedoman Diagnosis & Penatalaksaan di Indonesia. Available from: http://www.klikpdpi.com/

[Accessed 13 April 2014].

Sastroasmoro, S. and Ismael, S. 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. 4th ed. Jakarta: CV. Sagung Seto, pp. 82-86.


(47)

34

Widysanto, A. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Kegawatandaruratan Paru dalam Pratek Sehari-hari. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, pp. 14-16.

World Health Organisation (WHO). 2002. WHO strategy for prevention and control of chronic respiratory diseases. Available from:

http://www.who.int/entity/respiratory/publications/WHO_MNC_CRA02.1

.pdf [Accessed 6 May 2010].

Asthma New York: World Health Organisation. Available from:

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs307/en/index.html [Accessed


(48)

LEMBAR PENJELASAN

Salam sejahtera bagi kita semua.

Saya dengan nama Jackvinderdeep Singh A/l Taram Singh, adalah seorang mahasiswa semester VI di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang akan melakukan penelitian yang berjudul Profil Penderita Asma Dewasa Yang Di Rawat Inap di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2011 – 2013.

Tujuan saya memilih judul penelitian ini adalah kerana pada masa ini penyakit saluran pernapasan terutamanya penyakit asma sering ditemui dan dilaporkan dalam jangka waktu setahun jumlah kasus dari penyakit ini sedang giat meningkat. Selain itu, penyakit asma ini dipercayai mengakibatkan kematian kelima tertinggi di dunia. Di samping itu, penyakit yang lazim ini sering memakan biaya medis yang tinggi untuk tujuan penyembuhan jika tidak ditangai dengan sempurna pada tahap akut. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil penderita asma yang di rawat inap di RSUP. H. Adam Malik Medan pada tahun 2011- 2014.

Penelitian ini dilakukan untuk kepentingan penulisan karya tulis ilmiah yang dianggap menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan program

pendidikan kedokteran dan untuk mendapat gelaran sarjana kedokteran. Oleh kerana itu, saya memohon kesediaan dan kerjasama Bapak / Ibu Kepala Instalasi Rekam Medis RSUP. H. Adam Malik Medan untuk menizinkan saya dalam mengambil data penelitian dari rekam medis pasien. Adapun identitas pasien dalam penelitian ini akan dirahsiakan.

Demikian surat ini dibuat. Atas perhatian dan kesediaan serta kerjasama Bapak/ Ibu saya ucapkan terima kasih.

Medan,,………2014 Hormat saya,


(49)

(50)

(51)

(52)

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-Laki 39 45.3 45.3 45.3

Perempuan 47 54.7 54.7 100.0

Total 86 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 11-20 Tahun 1 1.2 1.2 1.2

21-30 Tahun 11 12.8 12.8 14.0

31-40 Tahun 18 20.9 20.9 34.9

41-50 Tahun 14 16.3 16.3 51.2

51-60 Tahun 16 18.6 18.6 69.8

61-70 Tahun 13 15.1 15.1 84.9

71-80 Tahun 7 8.1 8.1 93.0

81-90 Tahun 5 5.8 5.8 98.8

91-100 Tahun 1 1.2 1.2 100.0


(53)

Metode Pembayaran

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Umum 18 20.9 20.9 20.9

Askes Wajib 35 40.7 40.7 61.6

Jamkesmas 17 19.8 19.8 81.4

PT. Asian Agri 2 2.3 2.3 83.7

PT. Kereta Api Indonesia

2 2.3 2.3 86.0

PTPN II RS Bangkatan 2 2.3 2.3 88.4

JPKMS 2 2.3 2.3 90.7

SKJM 8 9.3 9.3 100.0

Total 86 100.0 100.0

Riwayat Keluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ada 49 57.0 57.0 57.0

Tidak Ada 37 43.0 43.0 100.0


(54)

Tempo Lama Rawatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 7 Hari 27 31.4 31.4 31.4

7-14 Hari 43 50.0 50.0 81.4

> 14 Hari 16 18.6 18.6 100.0

Derajat Serangan Asma

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Persisten Ringan 28 32.6 32.6 32.6

Persisten Sederhana 34 39.5 39.5 72.1

Persisten Berat 24 27.9 27.9 100.0

Total 86 100.0 100.0

Riwayat Lama Penyakit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 5 Tahun 49 57.0 57.0 57.0

> 5 Tahun 37 43.0 43.0 100.0


(1)

(2)

(3)

(4)

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-Laki 39 45.3 45.3 45.3

Perempuan 47 54.7 54.7 100.0

Total 86 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 11-20 Tahun 1 1.2 1.2 1.2

21-30 Tahun 11 12.8 12.8 14.0

31-40 Tahun 18 20.9 20.9 34.9

41-50 Tahun 14 16.3 16.3 51.2

51-60 Tahun 16 18.6 18.6 69.8

61-70 Tahun 13 15.1 15.1 84.9

71-80 Tahun 7 8.1 8.1 93.0

81-90 Tahun 5 5.8 5.8 98.8

91-100 Tahun 1 1.2 1.2 100.0


(5)

Metode Pembayaran

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Umum 18 20.9 20.9 20.9

Askes Wajib 35 40.7 40.7 61.6

Jamkesmas 17 19.8 19.8 81.4

PT. Asian Agri 2 2.3 2.3 83.7

PT. Kereta Api Indonesia

2 2.3 2.3 86.0

PTPN II RS Bangkatan 2 2.3 2.3 88.4

JPKMS 2 2.3 2.3 90.7

SKJM 8 9.3 9.3 100.0

Total 86 100.0 100.0

Riwayat Keluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ada 49 57.0 57.0 57.0

Tidak Ada 37 43.0 43.0 100.0


(6)

Tempo Lama Rawatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 7 Hari 27 31.4 31.4 31.4

7-14 Hari 43 50.0 50.0 81.4

> 14 Hari 16 18.6 18.6 100.0

Derajat Serangan Asma

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Persisten Ringan 28 32.6 32.6 32.6

Persisten Sederhana 34 39.5 39.5 72.1

Persisten Berat 24 27.9 27.9 100.0

Total 86 100.0 100.0

Riwayat Lama Penyakit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 5 Tahun 49 57.0 57.0 57.0

> 5 Tahun 37 43.0 43.0 100.0