53
Dengan demikian, kelompok yang memperoleh dampak positif dari kegiatan PEMP di Cirebon adalah petambak dan pengolah. Sedangkan kelompok nelayan dan
pedagang tidak mengalami dampak yang nyata. Tabel 19. Hasil Wilcoxon Signed Rank Test Kabupaten Cirebon
Responden Uraian Keadaan
Jumlah Test Statistik
1. Petambak Menurun
3 16.67
Z -2.864
Meningkat 14
77.78 Asymp.
Sig. 2-tailed
0.004 Tetap 1
5.56 Total 18
100.00 2. Nelayan
Menurun 1
7.69 Z
-1.069 Meningkat
2 15.38
Asymp. Sig.
2-tailed 0.285
Tetap 10 76.92
Total 13 100.00
3. Pedagang Menurun
Z -1.000
Meningkat 1
33.33 Asymp.
Sig. 2-tailed
0.317 Tetap 2
66.67 Total
3 100.00
4. Pengolah Menurun
Z -2.666
Meningkat 9
81.82 Asymp.
Sig. 2-tailed
0.008 Tetap 2
18.18 Total 11
100.00
Keterangan: Nyata pada taraf kesalahan 5
4.4 Faktor Determinan Pendapatan
4.4.1 Model utuh
Model yang utuh ingin melihat pengaruh seluruh variabel bebas terhadap Y peningkatan pendapatan. Variabel bebas yang dilibatkan dalam model ini adalah:
modal awal, tambahan modal, tingkat pendidikan dummy, lokasi biner: Subang dan Cirebon, tahun pelaksanaan, kelompok mata-pencaharian dummy, persepsi
pada prospek usaha, dan persepsi pada kecakapan berbisnis. Secara statistik, model ini tergolong handal, karena terpercaya pada taraf kesalahan 5 Tabel. 20.
Nilai R
2
model regresi ini adalah 0.523. Artinya, sebanyak 52.3 perubahan- perubahan pada variabel terikat peningkatan pendapatan, dapat diterangkan oleh
54
variabel-variabel bebas yang terlibat dalam model. Sebagai model fenomena sosial, nilai R
2
lebih dari 30 sudah dianggap memadai.
Tabel 20. Hasil Analisis Regresi Seluruh Variabel
Variabel Koefisien Regresi
t Sig.
Constant
42,115,646.068 1.619
0.109
X1 Modal Awal
0.021 0.927
0.357
X2 Tambahan Modal
0.402 0.552
0.582
X31 SD
5,203,254.480 0.550
0.584
X32 SMP
14,044,789.393 1.166
0.247
X33 SMA
769,057.704 0.068
0.946
X4 Persepsi pada Prospek Usaha
5,420,456.557 1.017
0.312
X5 Lokasi
13,072,207.729 2.434
0.017
X6 Tahun Pelaksanaan
2,522,409.623 0.690
0.492
X7 Persepsi pada Kecakapan Berbisnis
16,385,884.067 3.193
0.002
X81 Nelayan
3,667,317.391 0.669
0.505
X82 Pedagang
38,393,297.202 5.312
0.000
X83 Pengolah
6,486,471.681 0.846
0.400 R Square = 0.523; Sig. 0.000; Keterangan: Nyata pada taraf 5
Mengacu pada Tabel.20. diketahui, bahwa hanya variabel “persepsi pada kecakapan berbisnis” dan kelompok mata pencaharian pedagang yang memberikan
pengaruh nyata pada taraf 5. Maknanya, perubahan-perubahan pada tingkat pendapatan itu secara nyata hanya dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dua
variabel itu. Berangkat dari model rancangan regresi berganda dan hasil analisi regresi
pada Tabel-20 itu, maka dapat dituliskan model hubungan antara variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap perubahan tingkat pendapatan sesudah mengikuti
proyek PEMP. Model itu adalah sebagai berikut: Y = 38,393,297 X82 - 16,385,884 X7
dengan keterangan bahwa Y = kenaikan pendapatan sesudah proyek PEMP; X82 = kelompok pedagang; X7 = persepsi pada kecakapan berbisnis. Jika responden
55
bermata-pencaharian selain pedagang, maka nilai X1 = 0. Sedangkan bila bermata- pencaharian sebagai pedagang, maka nilai X1 = 1. Dalam konstruksi model ini, data
itu harus dibaca sebagai: kelompok pedagang memiliki nilai tambahan pendapatan Rp 38,393,297 dibanding dengan petambak yang dalam model diberi nilai 0 untuk
semua variabel dummy. Sedangkan persepsi pada kecakapan berbisnis merupakan nilai interval rata-
rata skala Lickert 0 sampai 5, untuk pertanyaan-pertanyaan: • Saya selalu berusaha agar kegiatan usaha saya menjadi lebih baik dan lebih
kuat; • Saya memiliki keterampilan yang memadai untuk membuat kegiatan usaha
saya menjadi lebih baik; • Saya memiliki semangat yang cukup untuk membuat saya bertahan dalam
kegiatan usaha saya ini; • Saya memiliki
kemampuan manajamen yang cukup untuk memajukan kegiatan usaha saya ini; dan
• Saya memiliki kawan-kawan yang selalu bersedia diajak diskusi berkaitan dengan usaha-usaha untuk memajukan kegiatan usaha saya.
Dalam hal ini, terdapat kontradiksi: semakin yakin terhadap kecakapannya, maka pendapatan responden semakin rendah. Seharusnya, kecakapan bisnis itu berbanding
lurus dengan kinerja. Dalam penelitian ini, persepsi terhadap kecakapan bisnis itu justru berbanding terbalik. Hal ini menggambarkan dua kemungkinan berikut:
• Para responden telah memiliki persepsi yang keliru tentang kemampuan dirinya; atau
• Persepsi responden itu lebih merujuk pada “keyakinan dirinya bahwa dirinya memiliki kecakapan bisnis yang baik” dan bukan pada “pengetahuan tentang
dirinya bahwa dirinya memiliki kecakapan bisnis yang baik”.
4.4.2 Model hasil iterasi 1