22
yang tersedia serta kualitas SDM yang akan mengelolanya. Kualitas sumberdaya manusia yang dicirikan oleh perilaku, IMTAQ serta wawasan IPTEK, kondisinya
sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tingkat pendidikan, kesehatan dan agama serta adat dan budaya. Hal tersebut penting untuk diperhatikan dan dikembangkan dalam
rangka pengembangan ekonomi yang meliputi manajemen usaha, kemitraan dan kelembagaan yang dikelolanya. Peran perbankan sangat diperlukan dalam proses
pemberdayaan masyarakat terutama membantu mereka terhadap akses permodalan Ismawan, 2005.
Dalam pelaksanaannya, program PEMP telah mengalami berbagai pengembangan model, namun demikian evaluasi dan analisis dampaknya hingga
saat ini belum pernah dilaksanakan, sehingga eksistensinya sebagai sebuah program unggulan Departemen Kelautan dan Perikanan belum teruji secara utuh.
2.4 Pembangunan Wilayah
Kebijakan atau model pembangunan yang bersifat terpadu merupakan pilihan ideal untuk membangun wilayah atau kawasan masyarakat pesisir yang
sekaligus diharapkan berimplikasi pada keefektifan mengatasi kemiskinan masyarakat nelayan. Kegiatan ini berlangsung dalam rangka pengelolaan
sumberdaya yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Hasil dari pembangunan tercermin dari pendapatan kesejahteraan penduduknya. Agar dicapai pembangunan
daerah yang optimal maka pembangunan harus dilaksanakan sesuai dengan sumberdaya yang ada di daerah Kusnadi,2006.
Kebijakan pembangunan perikanan harus dijalankan secara integral dengan memadukan konsep kebijakan, manajemen, operasional, konservasi dan isu ekologi
Cowx and Schramm, 2006. Dalam pelaksanaan Program PEMP, salah satu parameter keberhasilan
ditujukkan dengan adanya multiplier effect terhadap pembangunan yang terkait satu sama lain seperti adanya pembangunan infrastruktur kelautan dan perikanan
dermaga, jalan, saluran tambak listrik dan saran sosial lainnya. Sedangkan dampak ekonomi yang ditimbulkan program adalah seperti tumbuh dan
23
berkembangnya kegiatan ekonomi pendukung seperti perdagangan saprodi, jasa kelautan dan lain-lain.
Ada dua pendekatan dalam mengidentifikasi kemiskinan yaitu, pertama menekankan pada pengertian subsistensi subsistence poverty dan kedua memahami
kemiskinan dalam pengertian relatif relative deprivation. Pengertian subsistensi adalah menganggap bahwa kemiskinan merupakan persoalan ketidakmampuan
memperoleh tingkat penghasilan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok pangan, sandang dan beberapa kebutuhan pokok lainnya Ismawan, 2003.
Kemiskinan relatif dapat ditunjukkan melalui indikator: 1 Deprivasi materiil kurangnya pemenuhan kebutuhan dasar; 2 Isolasi dicerminkan oleh
lokasi geografis maupun marjinalisasi rumah tangga miskin secara sosial politik; 3 alineasi, perasaan tidak punya identitas sehingga tidak ikut memanfaatkan program;,
4 Ketergantungan, yaitu kemerosotan kemampuan bargaining terhadap majikan; 5 Ketidak-mampuan karena tiadanya kebebasan memilih dalam produksi; 6
Kelangkaan aset; 7 Kerentanan terhadap guncangan eksternal dan internal; dan 8 Tidak adanya jaminan keamanan. Kemiskinan dapat menimbulkan masalah negatif
yang dapat menimbulkan kerusakan peradapan seperti rasis, goncangan sistem kelas, sexism
dan kriminalitas Hall, 2006. Menurut Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Departemen Kelautan dan Perikanan, tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan masih jauh dari tingkat optimal dan berkelanjutan. Terlebih lagi
menurt Olsen 1993 sumberdaya pesisir yang bersifat open-access resurces mendorong setiap orang mengeksploitasi tanpa batas. Kondisi ini menyebabkan
sumberdaya di wilayah pesisir mudah mengalami degradasi atau kerusakan. Fenomena kerusakan alam ini seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan
meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap sumberdaya di wilayah pesisir. Untuk itu Departemen Kelautan dan Perikanan mengambil kebijakan
maupun program pengamanan penyediaan bahan makanan bagi masyarakat dengan menyesuaikan terhadap kemampuan lingkungan secara optimal dan lestari. Salah
satu Programnya adalah PEMP yang pelaksanaanya telah dimulai pada tahun 1999
24
sampai sekarang. Sasaran utama program ini adalah masyarakat pesisir yang miskin akibat dampak krisis ekonomi nasional yang berkepanjangan.
Selanjutnya Kusnadi 2006 menyatakan kebijakan atau model pembangunan yang bersifat terpadu merupakan pilihan ideal untuk membangun kawasan dan
masyarakat pesisir yang sekaligus diharapkan berimplikasi pada keefektifan mengatasi kemiskinan disamping itu model pembangunan kawasan pesisir dan
masyarakat nelayan secara terpadu yang melibatkan beberapa pelaku multi stake holdersmerupakan kebutuhan yang relevan untuk diterapkan
25
3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran