REKONSTRUKSI IDEOLOGI PARTAI POLITIK (Interpretasi Hegemoni dan Intelektual Organik Antonio Gramsci pada Partai Keadilan Sejahtera di arena politik lokal Kota Malang)

REKONSTRUKSI IDEOLOGI PARTAI POLITIK
(Interpretasi Hegemoni dan Intelektual Organik Antonio Gramsci pada
Partai Keadilan Sejahtera di arena politik lokal Kota Malang)

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memenuhi
Gelar Sarjana S-2
Program Studi Magister Sosiologi

Oleh :RahmatAbd Fatah
NIM :201110270211014

MAGISTER SOSIOLOGI
DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013

KATA PENGANTAR

TESIS ini dimulai dengan cinta, tentunya berawal dari cinta tertinggi kepada Allah
SWT. Semoga cinta ini selalu bertaut dengan-Nya. Alhamdulillah Puji syukur Kepada Allah
SWT, atas cintaNya berupa rahmat dan inayah yang terus mengalir indah disetiap denyut

nadi dan dengan itu jugalah peneliti dapat menyelesaikan Tesis ini. Shalawat dan salam
kepada baginda Nabi Besar Muhammad Saw. Kepada keluarga, para sahabat dan kepada
orang-orang yang tetap teguh dan istiqomah memegang teguh ajaran Beliau hingga akhir
zaman. Semoga kita terus-menerus mengintegrasikan keteladanan profetik itu dalam
kehidupan ini. Karena saya, setidaknya meyakini kaidah sederhana bahwa, Generasi ummat
hari ini tidak akan pernah menjadi lebih baik kecuali dengan apa yang menjadikan generasi
awalnya baik.
Lalu cinta jugalah yang menginspirasi potongan-potongan gagasan, yaitu cinta kepada
Ummat, Bangsa dan Persyarikatan Muhammadiyah, terkhusus kepada IMM (Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah) dan UMMU (Universitas Muhammadiyah Maluku Utara). Cinta
ini jugalah sekaligus menjadi tantangan terberat penulis untuk segera berkenalan lebih
banyak tokoh dan pemikiran-pemikirannya (klasik sampai moderen dalam sosiologi) maupun
berkenalan dengan berbagai organisasi pergerakan (Haroqah) atas pemikiran dan
metodoloiginya. Sampailah pada satu kesimpulan tentang pilihan teori dan pergerakan yang
memiliki tahapan perkaderan ketat dan berkesinambungan yaitu PKS dan Hegemoni Gramsci
sebagai pisau analisa, bahwa untuk mencapai tahapan hegemonik (kejayaan pergerakan) kita
memang haruslah berangkat dari penguatan basis ideologi, intelektual dan kultural dengan
tetap secara terus-menerus membaca kondisi objektif masyarakat. Memang awalnya, peneliti

sedang meneliti tentang gerakan politik kaum muda dengan konsern pada Ideologi dan

praksis gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Namun dikarenakan dalam waktu
bersamaan peneliti sedang diberi tugas oleh Tiem peneliti Dikti Hibah Pascasarjana UMM
mengkaji PKS Kabupaten Malang, dengan alasan itulah peneliti mengembangkan menjadi
Tesis yang berada dihadapan saudara ini.
Kemudian ada cinta dari Abba yang terus mengajarkan kesederhanaan dan optmisme,
subhanallah itulah sumber mata air keteduhan sepanjang hidup, dan Mama. Bagai “pinang
dibelah dua” dengan Mama kandung, adalah anugrah terindah yang Allah pilih untuk kamiAnak-anak Mama. Kesabaran, dan ketenangan mama adalah pelajaran berharga bagi kami.
Serta adik-adik tersayang dari Mama. Kalian harus tumbuh dengan azam yang kuat dalam
balutan ketauhidan, buatlah penyebab Allah turunkan pertolongan dan kesuksesan buat
kalian. Bismillah....Allahuakbar...! Cinta itu juga datang dari Ayah dan Mama (Mertua) serta
adik-adik, yang senantiasa menjadi sumber motivasi dan inspirasi untuk segera
merampungkan penulisan tesis ini, kepada adiku Noh Hi.Abdul Fatah Jazakallah atas
pengorbanan tulusnya untuk kaka (semoga lekas Wisuda Juga Adiku Tersayang) dan kedua
ponakanku Kadrian Hi. Muhlis Fatah dan Suhud Saiyful Fatah, Semoga kalian (Ngoni)
berdua bisa menjadi teladan bagi adik-adik kalian, jagalah slalu smangat dah harapan untuk
terus belajar.
Sulit membayangkan Tesis ini bisa rampung tanpa konstribusi dan cinta tulus
Nurkhasnasyah Djurumudi, SKM. Istri peneliti yang setia dan sabar mendampingi, dariNya
peneliti belajar arti kesabaran dan senyum disaat kantong mulai menepis, sebagian cinta itu
juga adalah untaian dzikir, lantunan ayat-ayat Qur-an yang lirih, dan doa yang terus mengalir,

itulah penguat saat harus bertarung melawan bosan dan kantuk di malam hari, memilihmemilah serpihan-serpihan gagasan menjadi kalimat dalam tesis ini, Ana uhibbukum
fillah.Jazakillah Ummi.

Jazakallah kepada Badan Pengurus Harian (BPH) dan REKTOR Universitas
Muhammadiyah Maluku Utara (Dr. Kasman Hi. Ahmad, S.Ag. M.Pd). Atas bantuan dan
berbagai inspirasi yang peneliti dapat dari Bapa Rektor sebagai Pimpinan dan Tokoh
Intelektual Muda Muhammadiyah Maluku Utara. Secara Khusus, peneliti menyampaikan
Jazakallah kepada Dr. Saiful Deni, M.Si bersama Istri (Djamila Abbas, SE. MM) atas
pendampingan, bantuan dan berbagai perhatiannya. Rasanya berdosa tanpa menyampaikan
Jazakallah kepada Bapa Herman Oesman (Sosiolog Univ.Muhammadiyah Maluku Utara)
atas berbagai perhatian dan inspirasi yang penulis peroleh dari beliau.
Cinta tentunya juga datang dari para Dosen yang tidak saja menginspirasi tetapi juga
telah meletakan landasan epistemologis dan metodologi yang kuat, sehingga kepada mereka
semua secara khusus peneliti mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya, pertama secara
khusus peneliti mengucapkan terimakasih kepada Dr. Latipun, M.Kes selaku Direktur
Pascasarjana UMM dan Dr. Rinekso Kartono, M.Si selaku Ketua Program studi Magister
Sosiologi UMM. Berikut, kepada semua Dosen Sosiologi Politik Pascasarjana UMM semoga
berbagai inspirasinya menjadi amal baik. Prof. Dr. Mudjia Raharjo M.Si. (Dosen Metodologi
Penelitian Kualitatif yang kini menjadi Rektor UIN Malik Ibrahim Malang). Pertanyaanpertanyaan kritis beliau diawal kuliah membuat kami merasa seperti anak yang baru belajar
metodologi. Prof. Dr. Samsul Arifin, M.Si (Dosen Filsafat Ilmu dan Filsafat Sosial). Dosen

kritis dengan gaya santai dan pertanyaan logika-filosofis membuat kami dapat menggunakan
otak dengan akal sehat. Prof. Salim Said, M.Si (Dosen Pertahanan Kemanan Perspektif
Sosiologi Politik) Dosen senior namun masi tetap energik saat memberi materi menjadi
inspirasi terbesar peneliti. Prof. Dr. Djabal Tarik, M.Si (Dosen Pertahanan Kemanan
Perspektif Pangan). Data dan analisa yang tajam terhadap problem pangan di Dunia dan
Indonesia menjadi inspirasi terbesar peneliti. Prof. Sri Rahayu Hartini, SH. Mhum (Dosen

Pertahanan Kemanan Perspektif Hukum) Prof muda yang memiliki semangat menulis yang
kuat.
Dr. Vina Salviana DS. M.Si (Dosen Sosiologi Klasik dan sekaligus Dosen Wali) dan
karenanya, tentu secara khusus peneliti sangat berterimakasih. Berbagai target-target tulisan
yang diberikan memaksakan peneliti harus melawan kantuk dan bosan. “daun otak beliau
suda terisi dengan teori sosiologi” begitulah setidaknya sering teman-teman gambarkan
sosok Bunda Vina (Panggilan saya pada beliau). Dari bunda Vina-lah peneliti dapat lebih
mencintai Sosiologi dan karenya selalu terinspirasi untuk terus belajar terutama mendalami
sosiologi. Dr. Wahyudi, M.Si (Dosen Sosiologi Kritis sekaligus pembimbing Tesis peneliti)
terimaksih atas ruang dikusi dan kebijaksanaan memberikan pandanga-pandanga dalam
penulisan Tesis ini. Dr. Trisulistyaningsih, M.Si (Dosen Sosiologi Kekuasaan sekaligus
Pembimbing Peneliti). Pertanyaan-pertanyaan kritis dan argumentasi konstruktif dalam
penulisan Tesis menjadikan peneliti selalu mendapat cakrawala baru di setiap pembimbingan.

Bunda (begitulah peneliti memanggil beliau) adalah sosok dosen teoritis-metodologis yang
ramah dan inspiratif.
Dr. Arif (Dosen Pertahanan Kemanan Perspektif Kebudayaan). Mengikuti kuliah beliau
seperti sedang mendengar langsung tokoh-tokoh besar Cultural studies. Sangat dalam dan
tentunya inspiratif, saya sering menyebut beliau dengan Baudrilard UMM. Dr. Achmad
Habib, MA (Dosen Sosiologi Klasik) sekaligus sosok Ayah bagi peneliti. Yang juga telah
banyak memberi inspirasi dan pandangan-pandangan kritisnya. Himawan Bayu Patriadi,
PhD. (Dosen Sosiologi Politik) Dosen kritis dan cerdas yang selalu menjadikan kelas
sosiologi menjadi ramai dengan perdebatan konstruktif. Sangat inspiratif. Suyatno, PhD
(Dosen Politik Lokal) dosen berpenampilan sederhana dengan analisa yang sangat tajam
tentang demokrasi lokal perspektif sosiolgi politik ini telah memberikan keteladanan bersikap
dan berpikir yang baik dan Rahmat K.D. Susilo, MA(Dosen Negara Dan Masyarakat)

terimakasih atas pertanyaan-pertanyaan kritis disetiap pertemuan membuat kami harus lebih
sering menggunakan “pisau analisa” dalam melihat persoalan Negara dan Masyarakat.
Rasanya berdosa tanpa mengucapkan Jazakallah kepada para kiyadah (Pemimpin)
PKS Kota Malang yang telah meluangkan waktu di tengah aktivitas mereka yang padat. Atas
keramahan dan cinta dari merekalah peneliti dapat mengumpulkan berbagai data untuk
penulisan tesis ini. Secara khusus peneliti sangat berhutang baik kepada Ustadz Saiful
Rosyid, SE. M.Si (Ketua DPD PKS Kab.Malang) dari beliaulah peneliti dapat terhubung

dengan para subjek penelitian Tesis ini Jazakallah Ustadz.

Kepada Para guru-guruku

(Murabbi) selama peneliti berproses di Malang Raya (2008-sekarang) Jazakallah Ustadz
Tahmid, Lc dan Ustadz Yaser Arafat, ST. Tidaklah ucap dan sikap yang diberikan melainkan
berbagai pengetahuan kebaikan dan keteladan yang menghujam kuat. Semoga menjadi amal
kebaikan.
Jazakallah kepada semua kawan-kawanku kelas Sosiologi Politik dan Sosiologi
Komunikasi atas berbagai dialektika selama kita berproses. Terkhusus kepada Pak Salam
(Alm). Bahasa sosiolologi dan agama diramunya menjadi susunan kata yang kritis dan sangat
menginspirasi, bahkan saat beliau terbaring di RS Aisiyah Kota Malang. Beliau masih
sempat berbincang dengan peneliti tentang keresahannya terhadap Negara dan Masyarakat.
Subhanallah semoga semua kesalahan diampuni dan amal baik beliau diterima Allah SWT.
Amin Ya Rabb. Kepada sahabat-sahabatku di Warung Nabila, Jazakallah atas diskusi
konstruktif mingguannya semoga terus berlanjut; Saudaraku Mas Irfan, Bung Arif, Mas Ito,
Daeng Takdir, Bung Irman, Bung Ubaidillah dan Daeng Alif serta teman-teman yang
tergabung dalam Rumah pencerahan Pasca UMM semoga semangat dan harapan selalu
dijaga di dirumah bersama ini sebagai warisan nilai terbaik bagi generasi selanjutnya. dan
Kepada sahabat-sahabatku; Sudarto M. Abukasim, Djafar Dahlan, Fardi Tomangoko, Ismar

Djuma, Makmur Ilyas, Ulis Tidore, Ka Rahim Yasin, M.Zarkawi, M.Taufik Suwardi, Yahya

Alhadad, Muliansyah, Suyatno, David saidi, Siswanto, Kadi, Abdul Rasid Kamal (Cido),
Adhar (Ben), dan masi banyak lagi yang tidak bisa disebut satupersatu dalam kata pengantar
ini, Jazakallah atas kebersamaan dan berbagai inspirasinya.

Malang, 08 Desember 2013

Rahmat Abd Fatah

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL TESIS.............................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................
DAFTAR TABEL ............................................................................................................
DAFTAR ISTILAH ..........................................................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...........................................................................................

ABSTRAK .......................................................................................................................
ABSTRACT......................................................................................................................

0
i
ii
iii
v
vi
vii
viii
ix
x

BAB I : PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ....................................................................................... ....................
1.2.Rumusan Masalah.................................................................................. ....................
1.3.Tujuan Penelitian ................................................................................... ....................
1.4.Manfaat Penelitian ................................................................................. ....................


1
12
13
13

BAB II : KAJIAN PUSTAKA
2.1. Gagasan-gasasan Ideologi Politik Antonio Gramsci
2.1.1. Membaca Gramsci dalam pemikiran Karl Marx....................................................... 14
2.1.2. Hegemoni Politik Antonio Gramsci......................................................................... 22
2.1.3. Ideologi Politik Antonio Gramsci.......................................................................... 27
2.1.4. Intelektual Organik Antonio Gramsci ................................................................... 30
2.2. Ideologi dan Partai Politik............................................................................................. 36
2.3.Dialektika Ideologi Partai Politik di Indonesia............................................................... 38
2.4.Politik Islam di Indonesia............................................................................................... 47
BAB III : METODE PENELITIAN
3.1.Paradigma, pendekatan dan jenis penelitian.................................................................
3.2.Subyekdan informan Penelitian ............................................................. ....................
3.3.LokasiPenelitian..................................................................................... ....................
3.4 Sumber Data........................................................................................... ....................
3.5.TeknikPengumpulan Data...................................................................... ....................

3.6.Analisis dan interpretasi data ................................................................. ....................
3.7. Metode Pengecekan Keabsahan Data (Kredibilitas Data)...........................................

54
55
58
59
60
62
66

BAB IV :HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Kota Malang..................................................................................... 67
4.2. Ideologi Partai Keadilan Sejahtera................................................................................ 71
4.3.Hasil dan AnalisisData
4.3.1. Konstruksi, Dekonstruksi dan Rekonstruksi hegemoni
Partai keadilan sejahtera (PKS)............................................................................ 80
4.3.1.1. Ideologi PKS Sebagai Basis Hegemoni............................................................... 88
4.3.1.2. Hegemoni PKS pada Mihwar Tanzhimi (Doktrinasi Dokmatis
Gerakan sebagai Basis Hegemoni PKS).............................................................. 94

4.3.1.2.1. Membentuk Kepribadian Muslim................................................................ 94
4.3.1.2.2. Pembentukan Kepribadian Jama’ah............................................................. 97
4.3.1.2.3. Proses Rekruitmen Kader............................................................................ 99
4.4.1.3. Hegemoni PKS pada Mihwar Sya’bi (Hegemoni Pada Masyarakat)............ 103
4.4.1.3.1. Argumentasi Transformasi Sosial Kader.................................................... 103
4.4.1.3.2. Hegemoni Simbolik penampilan Islam(al-Mazhar Al-Islami).................. 107
4.4.1.3.3. Kebijakan Sosial Partai keadilan Sejahtera Kota Malang.......................... 109
4.4.1.4. Hegemoni Politik PKS pada Mihwar Muassasi(Kelembagaan politik)....... 111
4.4.1.4.1. Performa elektoral PKS di arena Politik Lokal Kota Malang.....................
111
4.4.1.4.1. Komunikasi Politik PKS di arena Politik Lokal Kota Malang....................120
4.4. Proses kaderisasi dan Dinamika Ideologi Politik DPD PKS Kota Malang................122
4.5. Diskusi Teori Dan Analisa Kritis.............................................................................. 130
4.6. TemuanPenelitian Dan RekonstruksiIdeologiPolitik PKS Kota Malang ............... 143

BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................................158
B. Saran................................................................................................................................160
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................164

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Ikhtisar Informan Dan Subyek Penelitian.............................................

56

Tabel 2: Perolehan suara Partai Keadilan Sejahtera pada pemilihan umum
legislatif Indonesia 1999, 2004 dan
2009................................................

78

Tabel 3: Nama dan periode Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS).............

79

Tabel 4: Ikhtisar Fase Dekonstruksi PKS........................................................
84
Tabel 5: Perbandingan perolehan suara PK/PKS pada Pemilu DPRD Kota
Malang, tahun 1999, 2004 dan 2009.................................................

111

Tabel 6: Distribusi kursi DPRD Kota Malang pada Pemilu 2009....................

111

Tabel 7: Perolehan suara untuk PKS pada Pemilu DPRD Kota Malang, 2009.

112

Tabel 8: Perolehan suara untuk PKS pada Pemilu DPRD Provinsi Jawa Timur,
2009..........................................................................................
Tabel 9: Perolehan suara untuk PKS pada Pemilu DPR RI, 2009......................

113

Tabel 10: Perolehan suara PKS pada tingkat kelurahan; Pemilu DPRD Kota
Malang tahun 2009..............................................................................

113

Tabel 11: Hasil Pilkada Kota Malang, 2008......................................................

115

Tabel 12: Kemerosotan kinerja elektoral parpol-parpol besar, Pemilu DPRD

116

Kota Malang 2004-2009..................................................................

118

Tabel 13: Perbandingan suara untuk parpol berlatarbelakang sekuler dengan
parpol berlatarbelakang Islam, Pemilu DPRD Kota Malang 1999,
2004, 2009...........
119
Tabel 14. Defenisi dan Tujuan dalam jenjang Kaderisasi Tarbiyah
PKS.....................................................................................................

122

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1: Peta ideolgi partai politik peserta pemilu 2009...............................

43

Gambar 2: Kontinum Ideologi Partai Politik di Indonesia.................................

46

Gambar 3: Tipologi parpol Anies Baswedan......................................................

48

Gambar 4: Tipologi parpol Mark Hargopian......................................................

52

Gambar 5: Komponen Analisis Data Model interaktif Miles dan Huberman....

63

Gambar 6: Tahapan analisa dan interpretasi data...............................................

66

Gambar 7. Lingkar Kerja Hegemoni PKS Kota Malang....................................

80

Gambar 8. Falsafah Dasar Perjuangan PKS.......................................................

94

Gambar 9: Proses pembentukan identitas Jama’ah Tarbiyah/PKS.....................

100

Gambar 10: Model Rekruitmen Kader PKS Kota Malang.................................

103

Gambar 11: Logika dukungan PKS di arena Politik lokal Kota Malang...........

133

Gambar 12: Mixing ideologi Politik PKS Kota Malang....................................

145

Gambar 13: Konstruksi Ideologi Politik PKS Kota Malang ............................

146

Gambar 14. Rekonstruksi Ideologi Politik PKS Kota Malang...........................

156

Gambar 13: Sistem Kerja Kontinum Ideologi PKS Kota Malang......................

157

DAFTAR ISTILAH

‘Amal jama’iy: Beraktiftas atau berjuang secara bersama-sama dalam kerangka
jemaah.
Ahlul halli wal ’aqdi: Majelis Permusyawaratan. Fungsi yang diemban oleh
Majelis Syura PKS.
Aqidah: Keyakinan dasar. Tercermin antara lain dalam kalimat syahadat.
Ashalah: Murni, sesuai dengan Al Qur-an dan Hadits sebagai rujukan asli.
Sesuai dengan yang semestinya.
Daurah: Training keislaman dalam konteks kaderisasi.
Fikrah: Pemikiran, pola pikir, atau paradigma. Biasa digunakan untuk
menyebut suatu kelompok dengan pemikiran Islam tertentu.
Halaqah: Kelompok pengajian kaderisasi untuk para Kader Pendukung, yaitu
Kader Pemula (Tamhidi) dan Kader Muda (Muayyid). Biasanya
beranggotakan 8-12 orang mutarabbi yang dikelola/dipimpin oleh
seorang murabbi.
Harakah: Gerakan. Biasa digunakan untuk menyebut gerakan atau jemaah
Islam.
Hujjah: Argumentasi.
Husnuzh Zhan: Prasangka baik.
‘Iqab: Hukuman atau sanksi.
Ijtihad: Berpendapat dengan metodologi tertentu tentang hal-hal yang tidak
diatur secara jelas dan rinci dalam Al Qur-an dan Hadits.
Ikhwah atau ikhwan: Saudara laki-laki. Di komunitas Jemaah Tarbiyah/PKS
biasa digunakan untuk menyebut sesama kader. Untuk kader perempuan
digunakan sebutan akhwat. Dalam sapaan digunakan Akhi atau Akhi
untuk laki-laki, dan Ukhti untuk perempuan.
Imamah: Kepemimpinan.

Iqab: Hukuman atau sanksi atas kesalahan yang dilakukan.
Islahul hukumah: Langkah-langkah memperbaiki pemerintahan.
Istisyarah: Konsultasi.
Kafalah: Bantuan finansial. Biasanya diberikan kepada kader yang
mendapatkan tugas dakwah yang menyita waktu sehingga yang
bersangkutan tidak dapat memenuhi kebutuhan nafkahnya.
Khilaf atau masalah khilafiyah: Perbedaan pendapat mengenai sesuatu hal yang
tidak diatur dengan jelas dalam Al Qur-an maupun Hadits Nabu
Muhammad.
Khusnuzh zhan: Berprasangka baik.
Liqa: Pertemuan. Istilah yang digunakan untuk menyebut secara umum
pertemuan kelompok pengajian kaderisasi PKS, yaitu halaqah dan
usrah.
Ma’nawiyah: Berhubungan dengan kondisi ruhani seseorang.
Maisyah: Sumber nafkah/penghasilan.
Maktab Siyasi: Sekretariat jemaah untuk urusan-urusan politik.
Manhaj: Metodologi.
Marhalah: Tahapan dakwah atau jenjang tarbiyah.
Maslahah dakwah: Pertimbangan kebaikan atau kemanfaatan bagi dakwah.
Maslahat dakwah: Pertimbangan untuk mengambil sebuah pilihan tertentu
karena mengandung manfaat atau kebaikan bagi dakwah dan jemaah.
Mihwar Mu’asasi: Tahapan dakwah kelembagaan politik negara.
Mihwar Sya’bi: Tahapan dakwah membina basis masyarakat.
Mihwar Tanzhimi: Tahapan dakwah kaderisasi
Mihwar: Orbit atau tahapan dakwah.
Muamalah: Hubungan sosial antar-manusia.
Mu’asasah: Institusi atau yayasan.

Mudawalah: Perdebatan.
Mumayyizah: Ciri khas.
Murabbi: Guru atau ustadz. Kader yang menjalankan peran mengelola halaqah
Murraqib ‘Am: Pengawas umum. Sebutan untuk pimpinan tertinggi Jemaah
Tarbiyah, khususnya dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan
Pimpinan Tingkat Pusat (DPTP), atau Majlis Riqabah ‘Ammah (MRA).
Mursyid: Guru spiritual.
Mutaba’ah: Evaluasi amalan sehari-hari kader berdasarkan kriteria standar
yang telah ditetapkan untuk masing-masing jenjang.
Mutaba’ah: Monitoring dan evaluasi. Biasa digunakan antara lain dalam
konteks monitoring dan evaluasi sejauh mana para kader melaksanakan
ibadah sehari-hari sesuai dengan standar yang ditetapkan untuk masingmasing jenjang.
Mutarrabbi: Binaan atau murid. Kader yang menjadi anggota halaqah.
Muwajih: Pengisi materi atau penceramah; orang yang menyampaikan taujih.
Muwashaffat: Kriteria kader. Disusun spesifik untuk tiap jenjang keanggotaan,
masing-masing dengan indikator-indikator yang terinci.
Nizham Asasi: Konstitusi. Anggaran Dasar.
Qadhayya: Masalah, kesulitan.
Qarar: Keputusan.
Qath’i: Dalil syariat yang bersifat jelas dan tegas.
Qiyadah atau Qa’id: Pemimpin.
Rasmul bayan: Kumpulan materi tarbiyah dalam bentuk skema/bagan
berbahasa Arab.
Sam’an wa tha’atan: Dengar dan taat. Sikap prajurit yang dianggap merupakan
sikap ideal seorang kader Jemaah Tarbiyah.
Syura: Musyawarah.

Tadarruj: Bertahap, berjenjang. Merupakan salah satu karakteristik tarbiyah.
Ta’limat: Instruksi yang disampaikan melalui struktur partai secara top down.
Tafahum: Saling memahami.
Tafaruq: Mengalokasi seluruh waktu untuk mengelola urusan-urusan jemaah
atau partai.
Tanzhim: Struktur.
Tanzhim nukhbawi: Organisasi kader.
Tanzhim ‘alami: Struktur di tingkat internasional.
Taqwim: Proses evaluasi pencapaian kriteria tarbiyah dan kenaikan jenjang
kader. Melibatkan murabbi atau naqib sebagai muqawwim, yaitu pihak
yang mengevaluasi, dan mutarrabbi atau anggota usrah sebagai
muqawwam, yaitu pihak yang dievaluasi.
Tarbawi: Hal-hal yang terkait dengan pembinaan kader.
Taujih: Arahan. Ceramah.
Tsaqafah: Wawasan.
Tsiqah: Rasa percaya. Trust.
Ukhuwwah: Persaudaraan.
Ulil ‘amri: Pemimpin.
Uslub: Strategi atau cara.
Usrah: Kelompok pengajian kaderisasi untuk para Kader Inti. Dikelola dan
dipimin oleh seorang naqib.
Wajihah: Institusi yang berada di luar struktur PKS, namun memiliki
keterkaitan dengan partai.

DAFTAR PUSTAKA

Antonio Gramsci. 2013, Prison Notebooks:Catatan-catatn dari Penjara. Pusataka Pelajar.
Yogyakarta.
A.Pozzolini. 2006, Pijar-pijar Pemikiran Gramsci. Resist Book. Yogyakarta
Andi Arief dan Neza Patria. 2009. Antonio Gramsci: Negara dan hegemoni. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta
Anis Matta.HM. 2006, ”Dari Gerakan Ke Negara: Sebuah Rekonstruksi Negara Madinah
yang dibangun dari Bahan Dasar Sebuah Gerakan. Fitrah Rabbani.Cipinang
Jakarta Timur
.2004, ”Mencari Pahlawan Indonesia” The Tarbawi Center. Jakarta
.2006, “Mengusung Peradaban Yang berkeimanan” Media Qalbau. Bandung
Al Qaradawi, Yusuf.Dr. 2007, Tarbiyah Politik Hasan Albana ; Refleksi gerakan Dakwah di
Kencah Politik. Terjemah;M.lili Nur. Arah Press. Jakarta
Abdul Hamid Al-Bilali.2010, Problem dan solusi Kaderisasi: Halaqah Tarbawiyah
Menjawab Masalah. Era Adicitra. Solo
Atian. Ahmad. 2010. Menuju Kemenangan Dakwah kampus. Era Adicitra. Solo
Cahyadi Takariawan. 2010. Tegar di jalan dakwah: Bekal Kader Dakwah di Mihwar Daulah.
Era Adicitra. Solo
2010. Menyongsong Mihwar Daulah: Menyiapkan kader-kader Dakwah
menjadi pemimpin Negara. Era Adicitra. Solo
Bill Moyer. 2006. Membangun Perlawanan Rakyat.Pustaka Kendi. Yogyakarta
Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik, PT.Gramedia.Jakarta
Bungin, Burhan, 2001, “ Metodologi Penelitian Sosial (Format-Format Kuantitatif dan
Kualitatif) “ , Airlangga University Press, Surabaya.
Eclof, Stefan. 2003 “Power and Political Culture in Soharto’s Indonesia “ The Indonesian
Democratic Party (PDI) and decline Of the order (1986-1998).
First
ublished By Nias Press Nordic Institute Of Asian Studies Denmark
Firmanzah, 2007. Marketing Politik. Jakarta: Yayasan obor indonesia
, 2008. Mengelola Partai Politik. Jakarta: Yayasan obor indonesia

Gatut Saksono, 2009. Neoliberalisme Vs Sosialisme; Membangkitkan Ekonomi Kerakyatan.
Forkoma PMKRI. Yogyakarta
G.W.F Hegel, 2012. Filsafat Sejarah G.W.F. Hegel Penerjemah; Cuk Ananta Wijaya, cet.III.
Jokjakarta; Pustaka Pelajar
Georg Ritzer-Douglas J.Goodman.2010. Teori sosiologi modern. Edisi 6.cet.6. Jakarta;
Kencana prenada Media Group
Hasan Al-Bana. 2012, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin I. Era Intermedia. Solo Jawa
Tengah.
2012, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin II. Era Intermedia. Solo Jawa
Tengah.
Habermas, Jurgen 2006. Rasio dan Rasionalisasi Masyarakat. (Penerjemah;
Nurhadi)Yogyakarta, Kreasi Wacana.

Hidayat Wahyu R, 2007. Malang Kota Kita;Catatan Problematika Kota Malang.Malang;
Umm Press.
Imdadun Rahmat.M. 2008 “Ideolgi Politik PKS:Dari Masjid Kampus Ke Gedung Parlemen”.
LKIS, Yogyakarta
Imam Subhan (Editor).2003. Siasat Gerakan Kota: Jalan Untuk Masyarakat Baru.
Labda.Yoyakarta
Jasiman, 2012. Rijalud Daulah: Mempersiapkan Pejabat Publik Yang Merakyat. Era
Adicitra. Solo
Jum’ah Amin. 2008. Blue Print Gerakan Dakwah Ikhwanul Muslimin: Ats-Tsawabit WalMutaghayyirat, konsep Permanen dan Fleksibel Dakwah Ikhwan. Al-I’Tishom.
Jakarta
Koirudin, 2005. Menuju Partai Advokasi. Yogyakarta: Pustaka bangsa
Kuper, Adam and Kuper, 2000, Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Rajawali Press
Muhammad Abduh,2005.Islam: Ilmu pengetahuan dan Masyarakat Madani. Radjagrafindo
Persada. Jakarta
2005. Memperbaharui Komitmen Dakwah. Jakarta
Muhammad Abed Al-Jabiri.2003,
Yogyakarta.

Syura:

Tradisi-Partkularitas-Universalitas.

Muhammad Iqbal. 1982. The Mision Of Islam. Gunung Jati. Jakarta

LKIS.

Majelis Pertimbangan Pusat PKS.2007. Platform Kebijakan Pembangunan Partai Keadilan
Sejahtera; Terwujudnya Masyarakat Madani yang adil, sejahtera dan bermartabat.
Jakarta.
Miles and Huberman, 1992, Analisis Data Kualitatif, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Moleong, J.Lexy, 2000, Metodelogi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Margaret M.Poloma.2000 “Sosiologi Kontemporer” Rajawali Press. Jakarta
Magnis S,Franz.2001,.Etika Politik. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
Muhtadi Burhanudin, 2012 Dilema PKS; Suara Dan Syariah. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama
Muhidin M.Dahlan (Editor). 2000, Sosialisme Religius Suatu jalan keempat. Kreasi Wacana.
Yogyakarta
Nugroho, Heru. 2001. Negara, Pasar, Dan Keadilan Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Athaillah.A. 2006. Rasyid Ridha: Konsep Teologi Rasional dalam Tafsir Al-Manar.
Erlangga. Jakarta
Roger Simon, 2004. Gagasan-gagasan Politik Gramsci. Yogyakarta:Insist Press
Sudono Syueb, 2005. Paradoks Politik. Java Pustaka. Surabaya
Suiyanto, 2007. Manual Kerja Perubahan Sosial Untuk Pemula: LKIS. Yogyakarta
Suharto, Edi.Phd. 2007. kebijakan sosial sebagai kebijakan public. Bandung: Alfa Beta.
. 2005. membangun masyarakat Memberdayakan Rakyat;kajian strategis
pembangunan kesejahteraan sosial & pekerjaan sosial. Bandung:
Pt.Refika Aditama.
Salim, Hairus, at. 1999. Tujuh Mesin pendulang suara. Jokjakarta: LKIS
Wahyudi.2008, Formasi dan Struktur Gerakan Sosial Petani. UMM Press. Malang
Wibowo, Suanryo Hadi (ed)(2005). Republik Tanpa Ruang Publik. Yogyakarta:
IRE Press.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Ideologi bagi partai politik adalah jiwa, yang darinya epistemologi, ontologi
dan aksiologi dibangun bagi tegaknya eksistensi sebuah partai politik. Ideologi
mengandung makna sebagai ide dan sistem keyakinan dasar atau cara memandang
dunia yang membimbing partai politik tidak hanya dalam memilih metode, tetapi
juga cara-cara fundamental yang bersifat ontologis dan epistomologis. Karena itulah,
dalam interprtasi Gramsci, ideologi bukanlah sesuatu yang hanya ada di kepala dan
di luar aktifitas politik atau aktifitas praktis manusia lainnya. Sebaliknya, ideologi
mempunyai eksistensi materialnya dalam berbagai aktifitas praktis tersebut. Ia
memberikan berbagai aturan bagi tindakan praktis serta perilaku moral manusia.
Oleh karena itu, ideologi merupakan pedoman atau aturan yang mengatur manusia
dalam bertindak untuk mencapai orientasi politik maupun ekonomi.
Secara subyektif,PK dan PKS berjuang dengan dasar akidah, asas dan
moralitas islam untuk mencapai tujuan terwujudnya masyarakat madani yang adil,
sejahtera dan bermartabat. PKS memandang ideologi adalah sistem kepercayaan atau
tatanilai yang diperjuangkan dan dijabarkan para pemeluknya dalam totalitas
kehidupan. Dimensi “ide” dari ideologi memberikan bingkai konsepsi bagi
pemahaman, arah perjuangan dan dasar pergerakan bangsa. Sementara dimensi
keyakinan memunculkan komitmen, militansi dan fanatisme positif yang memicu
gairah dan darah perjuangan, sekaligus memompa api semangat rela berkorban.
Manusia tanpa ideologi hanya akan mengejar peradaban material, namun

1

hampadalam aspek emosional dan spritual sehingga teralienasi dan kehilangan
identitasnya yang sejati, mengalami disiorentasi dan kegersangan hidup (Platform
PKS, DPP 2007).
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebelumnya Partai keadilan (PK) adalah
partai yang lahir dari sebuah gerakan keagamaan melalui perkaderan yang berjenjang
dan ketat dengan sistem tarbiyah, sebuah proses perkaderan yang sebagian besar
mengadopsi gerakan transnasional Ikhwanul Muslimin Mesir. Dari sisi kepartaian,
Partai keadilan (PK) dan PKS (2004) menyajikan sosok partai anak mudah terdidik
yang berkeadaban, properubahan, partai yang bersih dan peduli serta partai yeng
terorganisir dengan sangat baik. Agenda-agenda islamisme PK masih terjaga sebagai
“hiden agenda”. Citra ini diperkuat oleh kesan publik bahwa PK adalah partai
dakwah, yakni partai yang didirikan oleh anak-anak mudah yang berkarakter dengan
adab dan akhlak islami, sehingga dimata masyarakat PK adalah partai “harapan baru”
bukan untuk meraih kekuasaan, jauh dari orientasi material, sosok kesederhanaan
kader-kader PK dan PKS (2004) menjadi harapan baru perubahan, menggantikan
partai yang penuh intrik, perebutan kekuasaan, politik uang, dan penghianatan pada
konstituen.
Dengan demikian, Ideologi baik secara teoritik maupun secara empirik
merupakan bagian penting untuk melihat perbedaan antara partai politik yang satu
dengan partai politik yang lain. Ideologi

merupakan magnet electoral partai,

branding partai, sumbu utama untuk mempersatukan cita-cita. Ideologi merupakan
faktor yang menggerakan sumbu utama partai. Namun demikian ideologi tidaklah
hadir dalam ruang yang vakum, ideologi senantiasa berdialektika dengan ideologi

2

yang berbeda, ideologi bahkan berkontradiksi dalam dirinya sendiri (contradictio in
terminus).
Kontradiksi ideologi ini jugalah yang kerap terjadi dan kemudian mengemuka
saat partai keadilan sejahtera (PKS) menuju babak baru logika demokrasi elektoral
pada tahun 2009 dan jelang 2014 sebagai partai terbuka. Perubahan yang terjadi saat
pasca 2009 dan jelang 2014 bukan saja soal perubahan konstitusi namun juga sikap,
perilaku dan orientasi politik. FathuddinJa’far, MA mengatakan,
life style para qiyadah (lebih tepat para elite dan tokoh) PKS harus dirubah
dari sederhana menjadi perlente, berlimpah dan bergelimang harta fasilitas
hidup, serta sangat borjuis. Tidak sedikitpun menampakkan sebagai
pemimpin partai dakwah. Dalam mengadakan acara-acara resmi PKS, seperti
yang kita lihat pada Mukernas Bali 2008 dan MUNAS ke-2 di Ritz Carlton
itu, harus dengan menampilkan kemewahan.
Di antara ungkapan yang selalu mereka gunakan untuk meyakinkan para
kader partai dalam masalah ini ialah: Menyesuaikan diri. Sebab itu, dalam
taujihat (pengarahan-pengarahan) DPP atau DPW dan sebagainya terhadap
para kader intinya, sering menyetir cerita onta Nabi Saw adalah yang paling
bagus atau mahal, kesuksesan bisnis Abdurrahman Bin Auf dan semua yang
terkait dengan kekayaaan dunia lainnya.
Hal ini sangat kontra dengan saat dakwah dimulai tahun 80an dan sampai
akhir 90an. Cerita yang diangkat saat itu adalah terkait keikhlasan,
kesederhanaan dan keteguhan iman dan akhlak para Sahabat Rasul Saw. dan
kehebatan tokoh-tokoh dakwah Ikhwanul Muslimin lainnya. Ada istilah yang
dipopulerkan Ust. Hilmi di tahun 80an yakni, tidak perlu memiliki, cukup
menikmati
saja.(Membaca
Aliran
Politik
PKS
Pasca
Ritz
Carlton/http://www.eramuslim.com/).

Konflik yang dapat terlihat kemudian di permukaan adalah antara kubu
harakah (pergerakan) dan Hizb (partai).Burhanudin Muhtadi, (2012: 220)
mengatakan Seabagai partai yang lahir dari rahim gerakan dakwah, tarik menarik
antara kubu harakah (pergerakan) dan Hizb (partai) memang tak terhindarkan,
pilihan menjadi partai bukan tanpa resiko. PKS adalah partai yang ditopang basis
sosial kader yang militan, muda, terdidik, penduduk kota, tetapi punya pandangan

3

islam konservatif. Pilihan menjadi partai politik kadangkala memaksa PKS untuk
bermain dalam dunia abu-abu yang penuh kompromi, negosiasi dan godaan
kekuasaan. Tak semua kader menikmati langgam politik seperti itu, terbukti dengan
kritik-kritik keras sesepuh partai seperti Abu Ridho, Mashadi, Daud Rasyid dan Ihsan
Tanjung terhadap arah perjalanan PKS dewasa ini
Salah satu kajian yang cukup komprehensif tentang PKS dilakukan oleh salah
seorang deklaratornya, Yon Machmudi (dalam Arif Mnandar, 2013:2). Ia
menegaskan, realitapolitik Indonesia kontemporersertapengalamangerakan Islam
politik

di

masalaludan

di

Negara–negara

mengambilpendekatan

lain,

yang

mendorong

PKS

realistikdanpragmatis,

dengankeyakinanbahwasikapradikalatauseculartidakakanmembawakeberhasilan.
Sementara

Firman

Noor

(2013:2)

menempatkan

PKS

dalamkategori”fundamentalismemoderat”,untukmenggambarkankarakteristik

yang

melekatpada

lain,

PKS

yaituadanyadua

yang

”kekuatan”

membedakannyadarikelompokataupartai
yang

salingtarik–menarikdalamdiri

PKS:

”fundamentalisme”dan”moderatisme”.
Ahmad-Norma Permata (2008:193) kemudian menyimpulkanadanyakonflik
diinternal

PKS

antaraunsuridealis,

(mungkinlebihtepataktifis
diwakiliolehparapolitisi

Jemaah

yang
Tarbiyah)

PKS.Pemegangotoritas

diwakiliolehparaaktifispartai
denganunsurrealis,
PKS

di

pusat

yang
yang

berperansebagaipenyeimbangmenunjukkanperubahankecenderungandarimendukungk
elompokidealismenjadimendukungkelompokrealis.Iajugamengatakan,

diPKS

setidaknyaterdapattigakelompokaktordenganlogikaperilakumasing-masing,yaituparty

4

on the ground yang idealis, party in public office yang realis,dan party central office
yang menjadi mediator bagikeduakelompoktersebut.
Arief Munandar (disertasi. 2011:8-9) menemukan bahwa perubahan dari
sebuah gerakan keagamaan “bawah tanah” menjadi partai politik adalah hal yang
problematik bagi Jemaah Tarbiyah/PKS dan kader–kadernya karena beberapa alasan.
Pertama, tidak semua kalangan muslim menerima demokrasi dan multi–
partai untuk mengekspresikan nilai-nilai Islam dalam mengelola negara. Perbedaan
pandangan tersebut, dengan berbagai variasi, juga terdapat di Jemaah Tarbiyah/PKS.
Kedua, perubahan Jemaah Tarbiyah menjadi PKS menuntut perubahan paradigma
dan perilaku yang sangat mendasar, baik secara individual, maupun organisasional.
Doktrin “sirriyah al–tanzim wa alamiyyah al–dakwah”, atau “struktur yang bersifat
rahasia dan dakwah yang bersifat terbuka”, kini perlu diuji kembali (Machmudi,
2008: 72).
Ketiga, di satu sisi, kelompok kader dengan pendidikan tinggi (sarjana atau
lebih) cukup dominan di tengah keberagaman strata sosial-ekonomi, jenis dan tingkat
pendidikan, maupun afiliasi keagamaan para kader PKS. Kelompok ini cenderung
kritis dalam merespon berbagai hal. Di sisi lain, para kader dibesarkan dalam tradisi
pengkaderan berjenjang yang ketat, di mana ketaatan kader terhadap keputusan
jemaah adalah norma sosial yang sudah mapan. Dengan demikian, seolah terdapat
kontradiksi antara daya kritis para kader di satu sisi, dengan sistem kaderisasi yang
mengedepankan ketaatan di sisi lain.
Keempat, para aktor kunci di PKS menyadari bahwa kemampuan mereka
mewarnai PKS tergantung dari posisi objektif mereka dalam ranah yang ditentukan
oleh seberapa banyak dan berbobot modal yang berhasil diakumulasikan. Dengan

5

kesadaran itu, para aktor, baik secara individu maupun berkelompok, melakukan
berbagai tindakan dan strategi yang secara langsung maupun tidak langsung
meningkatkan dinamika – friksi, konflik, faksionalisasi – di tubuh PKS. Kelima,
berbagai manuver politik yang oleh sebagian kalangan internal PKS dinilai sangat
pragmatis pasca Pemilu 2004, serta mulai terakumulasinya “kue” sumberdaya politik
secara masif, memperkuat, dinamika internal tersebut.
Dinamika internal tersebut semakin memanas ketika muncul berbagai
kontroversi dalam PKS. Kontroversi tersebut diantaranya adalah:
1. Munculnya blog bernama PKS Watch pada tahun 2010 yang mengkritik
kebijakan-kebijakan PKS dan menuai reaksi keras dari simpatisan PKS, yang
kemudian mendorong terbentuknya blog PKSWatch Watch. Situs ini bukanlah
situs resmi PKS. Namun belakangan situs ini tidak kembali muncul ke publik
karena merasa adanya perbedaan pandangan dengan PKS (Blog yang
BikinWarga PKS 'Murka' AkhirnyaDitutup". Eramuslim, 21 Juni 2010).
2. Forum Kader Peduli, berdiri pada September 2008 dan berpusat di Masjid Al
Hikmah Mampang Prapatan, tempat PKS pertama kali dideklarasikan. Tokoh
penting yang jadi pentolan di forum ini antara lain Yusuf Supendi, salah satu
deklarator Partai Keadilan. Namun di balik Yusuf, ada lagi tokoh yang lebih
berpengaruh yakni Syamsul Balda, mantan wakil presiden Partai Keadilan.
Forum ini ditujukan untuk "membeberkan" "borok" para petinggi PKS saat itu
(PuncakKemarahanFaksiKeadilanPadaKesejahteraan". Detik.com, 24 Maret
2011)
3.

Partai Terbuka. PKS menggelar musyawarah kerja nasional 2008 mereka di
Hotel Inna Grand Beach, Sanur, Denpasar, Bali, pada 1 Februari 2008.
Sebagian elite partai mendeklarasikan PKS sebagai partai terbuka, yang
berarti PKS akan menerima calon non-Muslim bertanding atas tiket partai
tersebut. Namun, pernyataan tersebut memicu konflik internal antara
kalangan petinggi partai. Ketua Dewan Syariah Pusat, Surahman Hidayat
menyatakan mendukung langkah tersebut ('PKS Terbuka Bukan Ikut-ikutan'".
Diarsipkan dari Republika, 1 Februari 2008)Keputusan ini ditentang habis-

6

habisan oleh salah satu pendiri PK, Yusuf Supendi. Ia menuding Ketua
Majelis Syura, Hilmi Aminuddin, dan sekretaris jenderal saat itu, Anis Matta
(kini presiden) sebagai kalangan yang menginginkan PKS sebagai sebuah
partai terbuka (Pendiri PKS Serang Anis Matta". Padang Ekspres, 4 Februari
2013) dan dalam Mukernas ke-2 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, pada 16 Juni
2010, dibahas pula kemungkinan non-Muslim duduk di kepengurusan
partai.(Andri Haryanto. "Munas II PKS Bahas Kemungkinan Non Muslim
Jadi Pengurus Partai". Detik.com, 16 Juni 2010)
4. Tertangkap kamera membuka gambar porno saat sidang paripurna (Arifinto:
Pendiri Partai dan Anggota Majelis Syuro)
5. Kasus Impor Daging. Pada 30 Januari 2013, presiden PKS dan anggota DPR,
Luthfi Hasan Ishaaq ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka kasus impor
daging sapi di Kementerian Pertanian, di mana menterinya, Suswono,
merupakan kader PKS.Kasus ini turut menyeret Ahmad Fathanah, seorang
teman dekat Luthfi yang awalnya diduga juga seorang kader PKS, tetapi
kemudian segera dibantah oleh Anis Matta, saat itu sekretaris jenderal dan
kemudian naik ke posisi presiden partai. Bantahan ini diulangi lagi oleh
Fathanah sendiri di hadapan pengadilan. Luthfi menjadi politikus PKS
pertama yang menjadi tersangka KPK(Ahmad Toriq, (Luthfi Hasan, Politikus
PKS Pertama yang Jadi Tersangka KPK". Detik.com, 30 Januari 2013).
Berbagai persoalan tersebut di atas mejadikan PKS bagai biduan yang dinanti
dalam setiap berita politik tanah air. Topiknya pun tidak jauh-jauh dari badai,
prahara, kasus-kasus dugaan, dan segala yang berkaitan atau nyerempet dikit ke
partai Islam terbesar di Indonesia saat ini (Yusuf Anwar, 1001 Kesalahan PKS. 25
Juni 2013 Politik.kompasiana.com).meskipun terjadi prahara bahkan seperti yang
diistilahkan Yusuf Anwar sebagai 1001 kesalahan PKS. Petinggi PKS tidak
kehilangan cara untuk bisa keluar dan merubah prahara menjadi berkah (Ahmad
Farhan Faris, PKS JabarCiptakan 'PraharajadiBerkah' 20 Aril 2013 Inilah.com )
Dalam pidato perdana sebagai Presiden PKS Anis Matta mengatakan:

7

...peristiwa besar ini akan menjadi hentakan sejarah yang akan
membangunkan macan tidur PKS. Saya yakin Allah SWT mengirimkan
isyarat besar bahwa ini adalah momentum pembenahan diri dan kebangkitan
PKS...Saya tahu ini bukan hari-hari yang mudah yang akan kita lalui. Tapi
kita pasti bisa melaluinya, Insya Allah...Asalkan kita mengetahui tiga syarat
utama untuk melaluinya. Yang pertama adalah memohon eprtolongan pada
Allah SWT. kedua adalah kebersamaan kita semuanya. Ukhuwah,
persaudaraan, soliditas, itu yang harus kita jaga. Kita pasti bisa melalui ini
dengan bergandengan tangan. Kalau kita saling bersatu, kalau kita
menyatukan diri atas nama cinta pada Allah SWT dan cinta pada negeri kita,
Indonesia. Yang ketiga adalah kerjasama. Hari ini, saya akan katakan pada
semuanya dan juga seluruh kader PKS, saya ingin mengatakan hari ini
berlaku ayat Allah SWT. Lambung mereka tak bersahabat dengan tempat
tidur. Tak ada lagi waktu tidur sejak hari ini, saudara-saudara sekalian. Kita
akan memulai hari ini, Insya Allah, sebagai momentum kebangkitan kita
semuanya...Misi utama kita dalam periode permulaan kebangkitan adalah
mengubah cobaan dan musibah ini menjadi rahmat dan karunia. Kita bisa
memulainya, melakukannya, karena pada permulaan kita mendirikan partai
ini, jumlah kita sedikit. Tenaga kita sedikit. orang-orang kita sedikit. Tapi
melalui kerja keras, Alhamdulillah, Allah SWT memberikan kesempatan
pada partai ini untuk terus berkembang. Dan itu sebabnya, saya juga percaya
bahwa Insya Allah dengan pertolongan Allah SWT dan dengan kebersamaan
kita, tak ada satupun kekuatan di negeri ini dan dunia ini yang bisa
menghancurkan gerakan ini. Insya Allah...”. (Pidato Lengkap Perdana
Presiden PKS Anis Matta. 2 Januari 2013 Islamedia.com):

Sementara

padaRapimnas

di

Semarang,

18-20

April

2013

yang

jugamenjadipuncakperayaanmiladatauulangtahun ke-15 PKS,. Anis Matta dalam
orasinya Kembali membakar semangat kader PKS dengan mengatkan:
“Saudara-saudara sekalian, apabila kita merenungi cita-cita ini, saya ingin
saudara sekalian menyadari semuanya sejak awal, bahwa ini bukan sekedar
target politik. This is beyond politics. Ini lebih dari sekedar politik. Ini adalah
misi kemanusiaan. Ini adalah misi peradaban...Saudara-saudara sekalian, kita
akan menghabiskan seluruh umur kita untuk menjalankan misi yang suci ini.
Kita akan menghabiskan seluruh kekuatan kita untuk menjalankan misi
kemanusiaan ini. Dan kita akan menghabiskan seluruh tenaga kita untuk
melaksanakan misi kemanusiaan ini. Kita juga akan menghabiskan seluruh
pikiran dan perasaan kita untuk misi kemanusiaan ini. Terlepas apakah kita
menang atau kalah. Sebab ini adalah misi kemanusiaan dan bukan sekedar
politik...Saya ingin bertanya kepada saudara semuanya, supaya kita
menegaskan kembali, bahwa kita seluruh pengurus, seluruh kader Partai
Keadilan Sejahtera, akan menjadi lokomotif bagi seluruh generasi baru

8

Indonesia yang akan membawa Indonesia menjadi negara demokrasi yang
matang dan dewasa, yang adil dan sejahtera. Apakah kita siap untuk
melakukan misi itu? Apakah kita siap untuk melakukan misi itu? Apakah kita
siap untuk melakukan misi itu?”
Dari uraian di atas dapat terlihat dengan jelas betapa PKS sejak kelahirannya
memiliki kekuatan hegemoni dan dominasi yang sangat efektif sebagai religius
doktrinasi pencitraan pada kader dan konstituennya melalui hubungan murabbimutarabbi (Guru-murid) melalui proses tarbiyah yang berjenjang dan budaya
organisasi yang sami’na wathana pada keputusan kiyadah (elit PKS). Dalam
interpretasi Gramsci,bahwa suatu kelas dan anggotanya menjalankan kekuasaan
terhadap kelas-kelas di bawahnya dengan cara kekerasaan dan persuasive. Dalam
catatannya terhadap karya Machiavelli, The Prince (Sang Penguasa), Gramsci
menggunakan centaur mitologi yunani, yaitu setengah binatang dan setengah
manusia, sebagai symbol dari “ Perspektif ganda” suatu tindakan politik – kekuataan
dan konsesus, otoritas dan hegomoni, kekerasaan dan kesopanan. Hegemoni
bukanlah hubungan dominasi dengan menggunakan kekuasaan, melainkan hubungan
persetujuan dengan menggunakan kepemimpinan politik dan ideologis.
Hegemoni dan dominasi untuk memperkuat kualitas kader tarbiyah bukan
saja terjadi dalam internal tarbiyah antara dewan syuro dan kader PKS tetapi mulai
merambah dua organisasi terkemuka di indonesia NU (Nahdlatul Ulama) dan
Muhammadiyah. Teologi gerakan tarbiyah yang lebih mirip dalam sifat modernis dan
kemurnian

dengan

teologi

Muhammadiyah,

menjadikan

tarbiyah

dan

Muhammadiyah mengalami persinggungan yang sangat tajam, banyak analisis sudah
menduga

bahwa

kader-kader

PKS

sedang

berusaha

merebut

kader

dan

pimpinanMuhammadiyah dari dalam (Robert Pringle, understanding Islam in
Indonesia: Politics and Diversity,2010:178). Muhammadiyah, melalui Haedar

9

Nasher (Pimpinan Pusat Muhammadiyah) lalu mengelurkan buku “ Manifestasi
Gerakan Tarbiyah; Mana sikap Muhammadiyah? Begitupun dengan NU. Wakil
Sekretaris Jenderal PBNU Adnan Anwar meminta supaya warga NU berhati-hati
kepada manuver politik simbolik seperti yang dilakukan Partai Keadilan Sejahtera
(PKS).Adnan mengatakan hal itu dalam menanggapi Presiden PKS, Anis Matta yang
berziarah dan tahlilan ke makam Sunan Kalijaga pekan ini. Adnan menambahkan,
politikus PKS itu melakukan amalan warga NU, tujuannya hanya meraih simpati dan
mendulang suara di saat citra PKS rusak. Karena partai yang mengaku islami tersebut
dilanda skandal korupsi yang melibatkan presiden partainya. Ia mengatakan “Itu
politik pengelabuan!” tegas Adnan di gedung PBNU, (Jakarta, Rabu, 3/4 2013. NU
Online).
Dari uraian di atas, peneliti mendapat gambaran bahwa fenomena gerakan
tarbiyah akan menjadi kekuatan yang sangat ampuh bagi PKS untuk mendapatkan
kader kualitas dan pemilih kualitas, namun bersamaan dengan itu akan memunculkan
resistensi yang mendalam baik oleh internal kader sendiri maupun eksternal kader,
dimana ranah politik Kota Malang memiliki kultur NU mayoritas maupun kultur
Muhammadiyah yang sudah sejak lama ada. Kaena itu tantangannya adalah sejauh
mana PKS Kota Malang mampu mengintegrasikan teologi tarbiyah dengan logika
demokrasi elektoral dalam ranah politik lokal Kota Malang.
Pendapat diatas, diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh saiful
Rosyid (Tesis. 2013) tentang kepemimpinan politik PKS Kota Malang bahwa;
“proses
kaderisasikepemimpinanpolitikbelumdapatberjalandenganbaik,
terutamadisebabkanolehgagalnyatransformasidoktirin“Jama’ahadalahpartaid
anpartaibagiandariJama’ah”Sebagaibentuktransformasigerakantarbiyahdala
mpolitikpraktis.
Sekaligusmenggambarkanbagaimanagagalnyatransformasidoktirntersebutberi

10

mplikasipadastruktur
yang
tertutupdanbelummembukaruangketerlibatanmasyarakatluasdalam
proses
kaderisasikepemimpinanpolitik
di
PKS
Kota
Malang
terutamadisebabkandominannya proses tarbiyahketimbang proses politik.
Hasilpenelitianinimerekomendasikan
agar
PKS
Kota
Malang
melakukandemokratisasi,
dandesakralisasistrukturuntukmeningkatkanposisiobjektifnya
di
arena
politiklokal Kota Malang”

Persoalan antara logika demokrasi elektoral dan logika tarbiyah dalam arena
politik lokal Kota Malang antara kader yang berorientasi politik dan yang murni
tarbiyah belum bisa diintegrasikan dengan baik. A