Alat dan Bahan Metode Penelitian

5

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam analisis dan pengolahan data sebagai berikut: 1. Perangkat lunak ER Mapper 7; 2. Perangkat lunak Arc View GIS 3.3 with full extention; 3. Perangkat lunak MS. Office 2007; 4. Seperangkat komputer dan printer. Adapun data-data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Data citra SPOT VEGETATION; 2. Data batas kabupaten Karawang.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Pengolahan data citra Pengolahan data citra dimulai dengan import data dalam bentuk .HDF dan dikonversi ke bentuk ers. Konversi ini dilakukan agar pengolahan data selanjutnya lebih mudah dan sesuai dengan yang dibaca oleh ermapper. Langkah berikutnya yaitu tahapan : • Visualisasi yang digunakan untuk membuat tampilan citra sesuai dengantampilan aslinya. • Rektifikasi dimaksudkan untuk memasukkan koordinat melalui Ground Control Point kedalam citra sehingga citra yang dipakai ada sistem koordinatnya. Tetapi dalam tahap ini rektifikasi diterapkan untuk peta Rupa Bumi yang dijadikan sebagai backgroundacuan batas wilayahnya melalui koordinat citra SPOT yang dipakai. • Cropping citra dimaksudkan untuk memotong daerah yang hendakdipetakan Area Of Interest. • Klasifikasi dimaksudkan untuk pembagian wilayah citra berdasarkan tujuan analisis • Interpretasi sebagai penjabaran dari hasil citra yang sudah dipetakan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam identifikasi dan interpretasi citra dapat disajikan pada diagram alir berikut: Gambar 2 Diagram alir langkah identifikasi dan interpretasi citra. 3.3.2 Indeks Vegetasi Indeks vegetasi adalah besaran nilai kehijauan vegetasi yang diperoleh dari pengolahan sinyal digital data nilai kecerahan brightness beberapa kanal data sensor satelit. Untuk pemantauan vegetasi, dilakukan proses pembandingan antara tingkat kecerahan kanal cahaya merah red dan kanal cahaya inframerah dekatnear infrared. Algoritma yang umum digunakan untuk menentukan nilai Normalized Difference Vegetation Index sebagai berikut: NDVI = [ � ��� ��� � − 1 ] [ � ��� ��� � + 1 ] Indeks vegetasi berbasis NDVI yang ditunjukkan pada persamaan diatas, mempunyai nilai yang hanya berkisar antara -1 non-vegetasi hingga 1 vegetasi. Setelah NDVI diperoleh, langkah selanjutnya adalah membuat skala warna color map tingkat vegetasi agar diperoleh informasi lebih lanjut. Klasifikasi tingkat kehijauan vegetasi NDVI menggunakan skala seperti tampak pada gambar dibawah ini : Gambar 3 Klasifikasi tingkat kehijauan vegetasi NDVI. 3.3.3 Analisis grafik 3.3.3.1 Membuat grafik hubungan antara nilai sebaran NDVI dengan rentang waktu dasarian per wilayah kajian. 3.3.3.2 Membuat grafik hubungan antara pertumbuhan sawah dengan nilai sebaran NDVI. 6 VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Klimatologis 4.1.1 Letak Wilayah Kabupaten Karawang berada di bagian utara Provinsi Jawa Barat yang secara geografis terletak antara 107 o 02 ’ - 107 o 40 ’ BT dan 5 o 562 ’ - 6 o 34 ’ LS. Kabupaten Karawang termasuk daerah daratan yangrelatif rendah, mempunyai variasi kemiringan wilayah 0 – 2, 2 – 15 dan diatas 40. Secara administratif, Kabupaten Karawang mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut : • Sebelah utara batas alam, yaitu Laut Jawa. • Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Subang. • Sebelah tenggara berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur. • Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bekasi. Luas wilayah Kabupaten Karawang 1.753,27 km 2 atau 3,73 dari luas Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Karawang merupakan salah satu daerah yang memiliki lahan subur di Jawa Barat, sehingga sebagian besar lahannya digunakan untuk pertanian. www.karawangkab.go.id . 4.1.2. Topografi Bentuk tanah di Kabupaten Karawang sebagian besar merupakan dataran yang relatif rata dengan variasi ketinggian antara 0 – 5 m diatas permukaan laut. Hanya sebagian kecil wilayah yang bergelombang dan berbukit-bukit dengan ketinggian antara 0 – 1200 m. Wilayah Kabupaten karawang sebagian besar tertutup dataran pantai yang luas, yang terhampar di bagian pantai utara dan merupakan batuan sedimen yang dibentuk oleh bahan-bahan lepas terutama endapan laut dan aluvium vulkanik. Di bagian tengah ditempati oleh perbukitan terutama dibentuk oleh batuan sedimen, sedang dibagian selatan terletak Gunung Sanggabuana dengan ketinggian ± 1.291 m diatas permukaan laut. 4.1.3 Iklim Sesuai dengan bentuknya Kabupaten Karawang merupakan dataran rendah dengan temperatur udara rata-rata 27 o C dengan tekanan udara rata-rata 0,01 milibar, penyinaran matahari 66 dan kelembaban nisbi 80, sampai April bertiup angin Muson Laut dan sekitar bulan Juni bertiup Angin Muson Tenggara, kecepatan angin antara 30 – 35 kmjam, lamanya tiupan rata- rata 5 – 7 jam. Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh kondisi iklim, keadaan orografis dan pertemuan arus udara. Oleh karena itu, jumlah curah hujan sangat beragam menurut bulan. Gambar 4 Pola curah hujan rata-rata Kabupaten Karawang tahun 1998 - 2007 7 Gambar 5 Pola suhu udara rata – rata Kabupaten Karawang tahun 1998 - 2007 Berdasarkan data curah hujan dan suhu di Kabupaten Karawang selama 10 tahun 1998 hingga 2007, dapat diketahui bahwa pola curah hujan bulanannya bervariasi. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari 2002 dan 2007. Selain itu, dapat diketahui juga bahwa rata-rata curah hujan selama 10 tahun menunjukkan curah hujan tertinggi yang terjadi selama bulan Oktober hingga April dan akan mulai akan turun pada bulan April hingga Oktober. Jika ditinjau dari data suhu permukaan wilayah Karawang, maka dapat diketahui bahwa wilayah Karawang memiliki suhu yang relatif konstan dengan nilai 20 – 27 O C. Karena data curah hujan tertinggi terdapat pada tahun 2007, maka data tersebut tahun 2007 digunakan sebagai data dasar dalam pengolahan citra. Penggunaan data curah hujan tertinggi bertujuan untuk melihat perbandingan pola musim tanam di Kabupaten Karawang dengan dua pola musim hujan yang berbeda musim hujan yang relatif rendah dan relatif tinggi. Berdasarkan Gambar 4, dapat diketahui bahwa curah hujan maksimum terjadi pada bulan Januari sebesar 133 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 12 mm. Hubungan antara curah hujan dan suhu udara di daerah tersebut menunjukkan bahwa rata-rata suhu menurun akibat curah hujan yang meningkat. Hal ini juga disebabkan oleh faktor iklim lainnya seperti intensitas matahari. Wilayah karawang sebagai wilayah kajian penelitian memiliki pola tanam padi dua kali dalam satu tahun.Waktu tanam pertama diawali pada bulan Oktober hingga Maret MT 1, dan yang kedua pada bulan April hingga September MT 2. Hal ini berdasarkan awal musim hujan yang terjadi di wilayah Karawang karena sebagian besar lahan sawah merupakan sawah tadah hujan. 4.2 Karakteristik Fase Pertumbuhan Tanaman Padi Lahan sawah memiliki karakteristik yang khas yang membedakannya dengan tanaman lainnya. Pada awal pertumbuhan tanaman padi, areal sawah selalu digenangi air sehingga kenampakan yang dominan yaitu air fase air. Seiring dengan pertumbuhannya kondisi lahan sawah akan berubah didominasi oleh daun padi. Pada saat puncak pertumbuhan vegetatif, tingkat kehijauan tinggi disebabkan oleh kandungan klorofil tinggi. Setelah masa tersebut, tingkat kehijauan akan menurun, lalu timbul bunga-bunga padi sampai menguning. Fase pertumbuhan akan diakhiri dengan masa panen dan lahan dibiarkan kosong selama jangka waktu tertentu bera tergantung pada pola tanam dari satu wilayah. Sehubungan dengan itu, maka fase pertumbuhan tanaman padi dapat dikelompokkan kedalam 4 kategori, yaitu fase air, fase pertumbuhan vegetatif, fase pertumbuhan generatif dan fase bera Wahyunto 2006. Dengan mempelajari karakteristik spektral dari fase pertumbuhan tanaman padi dari awal tanam hingga fase siap panen sebagai acuan dalam mengenali 8 pertumbuhan tanaman padi tersebut dapat dilakukan pemantauan menggunakan citra satelit. Pemantauan itu diarahkan untuk melihat umur tanaman padi, luas areal panen serta melihat pola spasial distribusi selama masa tanam. Dengan menggunakan citra satelit dari beberapa tanggal perekaman, pemantauan terhadap pertumbuhan tanaman dapat dilakukan lebih akurat dan tepat waktu.

4.3 Pola Hubungan Nilai NDVI terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi Sawah