Faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi FMA Faktor-faktor yang mempengaruhi kolonisasi dan sporulasi FMA

bermikoriza akan terlindung dari serangan patogen akar karena secara fisik dilindungi oleh hifa dan secara kimiawi akar tanaman yang bermikoriza menghasilkan senyawa yang bersifat anti patogen dan dapat memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh bagi tanaman. c. Meningkatkan resistensi terhadap kekeringan Fungi ini mampu meningkatkan resistensi terhadap kekeringan dengan adanya struktur yang dibentuk berupa hifa didalam tanah yang dapat tumbuh panjang sehingga luas bidang penyerapan air juga meningkat. Oleh karena itu penggunaannya sangat efisien untuk membantu pertumbuhan tanaman reboisasi pada areal-areal yang kurang hujan. d. Siklus biogeokimia FMA mempercepat terjadinya suksesi pada habitat-habitat yang mendapat gangguan secara ekstrim. Keberadaannya sangat diperlukan karena berperan penting dalam mengefektifkan daur ulang unsur hara sehingga merupakan alat yang sangat efektif untuk memperbaiki stabilitas ekosistem hutan yang terganggu. e. Sinergis dengan mikroorganisme lain Bagi tanaman legum, FMA sangat diperlukan karena diawal pembentukan bintil akar dan aktivitas penambatan N oleh bakteri rhizobium yang terdapat didalamnya membutuhkan unsur Phospat yang tinggi. Berdasarkan kemampuannya tersebut maka FMA dapat berfungsi meningkatkan biodiversitas mikroba potensial di sekitar perakaran tanaman. Selain fungsi di atas FMA juga memiliki fungsi untuk mengefisiensikan penggunaan pupuk. Menurut Santoso et al. 2006 Cikal bakal kegiatan RHL Rehabilitasi Hutan dan Lahan terletak pada kegiatan produksi bibit tanaman hutan di persemaian.

2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi FMA

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi infeksi FMA yaitu kepekaan inang terhadap infeksi, faktor-faktor iklim dan faktor-faktor tanah. Tanaman yang ketergantungannya tinggi terhadap phospat akan cenderung untuk berasosiasi dengan mikoriza Setiadi, 1990 dalam Tuheteru, 2003 Menurut Fakuara 1988 dalam Tuheteru 2003, intensitas infeksi FMA dipengaruhi oleh berbagai macam faktor meliputi pemupukan, nutrisi tanaman, pestisida, intensitas cahaya, musim, kelembaban tanah, pH, kepadatan inokulum dan tingkat kerentanan tanaman.

2.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi kolonisasi dan sporulasi FMA

Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan hifa diantaranya adalah sebagai berikut : 1. pH Setiadi 1992 mengatakan bahwa perkembangan spora FMA sangat dipengaruhi oleh pH tanah, sebagai contoh proses infeksi dan proses pertumbuhan hifa terjadi pada tanaman Caprosoma robusta yang diinfeksi dengan Glomus mossea pada pH 5,6-7,0. Sedangkan pH optimum untuk Glomus sp. antara 5,5-9,5 dan Gigaspora sp. berkisar antara 4-6 Gunawan, 1993 dalam Tuheteru, 2003. Kemampuan kolonisasi Acaulospora leavis pada kondisi alkalin dan netral akan menurun Mosse, 1981 dalam Tuheteru, 2003. 2. Kandungan hara tanah Menurut Hepper 1983 dalam Tuheteru 2003 Glomus mossea dan Glomus caledum terhambat perkecambahannya pada konsentrasi P yang tinggi, walupun berkecambah namun mengalami kerusakan dan pertumbuhan saluran kecambah terhambat. 3. Cahaya Besarnya intensitas cahaya berimplikasi pada banyak sedikitnya pembentukkan FMA. Hal ini disebabkan karena cahaya matahari berperan dalam pembentukkan karbohidrat melalui asimilasi karbon yang selanjutnya FMA akan menggunakan karbon tersebut sebagai sumber energi bagi pertumbuhannya Fakuara, 1988 dalam Tuheteru, 2003 4. Suhu Suhu tanah yang tinggi umumnya dapat meningkatkan kolonisasi dan sporulasi. Kolonisasi miselium pada permukaan akar paling baik pada suhu antara 28-34 o C. Perkecambahan spora Gigaspora sp. Berkembang baik pada temperatur 34 o C, sedangkan Glomus sp. Pada suhu 20 o C Gunawan, 1993; Setiadi, 1990 dalam Tuheteru, 2003 5. Oksigen Menurut Setiadi 1992 bahwa penurunan konsentrasi O 2 dapat menghambat perkecambahan spora FMA dan kolonisasi akar.

2.8. Kondisi tanah pasca penambangan nikel