13 c.
Generasi  “X”,  yaitu  wisatawan  yang  berusia  antara  18-29  tahun  dan  sangat menyenangi  kegiatan  ekowisata  sebagai  layaknya  backpakers.    Biasanya
kelompok  wisatawan  ini  adalah  mahasiswa  yang  dapat  melakukan  kegiatan bepergian divinga 3-12 bulan.
Kegiatan wisata bahari meliputi : wisata snorkeling, diving dan lamun, untuk wisata  selam  diving  merupakan  kegiatan  dengan  tertentu.    Hal  ini  disebabkan
kegiatan selam membutuhkan ketrampilan dan kemampuan, di samping peralatan khusus  dengan  biaya  yang  cukup  tinggi.    Hal  yang  menarik  dalam  mengunjungi
objek  wisata  selam  adalah  keindahan  panorama  bawah  laut,  meski  untuk mencapai  lokasi  tersebut  tidak  tersedia  sarana  dan  prasarana  yang  memadai.
Penyediaan  sarana  dan  prasarana  wisata  di  indonesia  secara  umum  masih  relatif kurang Puspar UGM  2001 : 11 diacu dalam Kamija et al. 2004.
Peminat utama wisata selam adalah wisatawan asing.  Keberadaan wisatawan asing  mempengaruhi  penyediaan  jasa  dan  sarana  penunjang  kegiatan  selam
diving  seperti  penyediaan  kapal  dan  peralatan  selam  drive  operator  sendiri. Hal  ini  dapat  dilihat  dari  semakin  berkembangnya  usaha  penyedian  jasa  wisata
selam  di  seluruh  seperti  tour  operator  yang  menawarkan  objek-objek  wisata selam  di  seluruh  indonesia  dan  semakin  dikenalnya  obje-objek  wisata  selam  di
indonesia.    Kegiatan  diving  di  indonesia  banyak  dilakukan  diwilayah  barat  dan timur  indonesia,  karena  wilayah  tersebut  banyak  terdapat  keanekaragaman
kekayaan  laut  yang  luar  biasa  Kementerian  Kebudayaan  dan  Pariwisata,  2001  : 26-27 dalam Kamija et al. 2004.
2.8  Daya Dukung Wisata Bahari
Daya  dukung  ekologis  merupakan  tingkat  maksimal  penggunaan  suatu kawasan  Pigram  1983  diacu  dalam  Nurisyah  et  al.  2001;  LIPI  COREMAP  II,
2005.  Daya dukung  fisik merupakan kawasan wisata yang menunjukkan jumlah maksimum    penggunaan  atau  kegiatan  yang  diakomodasikan  dalam  area  tanpa
menyebabkan kerusakan atau penurunan kualitas. Daya  dukung  sosial  adalah  kawasan  wisata  yang  dinyatakan  sebagai  batas
tingkat maksimum dalam jumlah dan tingkat penggunaan  dimana  melampauinya akan  menimbulkan  penurunanan  dalam  tingkat  kualitas    pengalaman  atau
14 kepuasan. Sedangkan daya dukung reakreasi merupakan konsep pengelolaan yang
menempatkan  kegiatan  rekreasi  dalam  berbagai  objek  yang  terkait  dengan kemampuan kawasan.
Ada  beberapa  pertimbangan  untuk  menentukan  kawasan  wisata  bahari dengan menganalisis daya dukung sebagai faktor   penunjang yaitu :
• Guna  menjadikan  suatu  kawasan  pariwisata  bahari  snorkeling  dan  diving  di
Desa Teluk Buton,  perlu di tinjau dari daya dukung ditentukan sebaran dan kondisi terumbu karang.
• Peninjauan  kondisi  perairan  wilayah  terumbu  karang,  berguna  untuk
peruntukan  kegiatan  snorkeling  dan  diving  di  bedakan  berdasarkan kedalaman di perairan.
• Peruntukan  kawasan  wisata  bahari  snorkeling  dan  diving  harus
mempertimbangkan kondisi komunitas terumbu karang suatu kawasan dalam kondisi  baik  dengan  tutupan  76,    maka  luas  area  snorkeling  dan  diving  di
terumbu  karang  yang  dapat  dimanfaatkan  adalah  76  dari  luas  hamparan karang Yulianda 2007.
Beberapa penelitian tentang daya dukung pengunjung dan dampak penyelam terhadap terumbu karang yang fokus pada SCUBA divers di Laut Merah Mesir,
Laut  Karibia  dan  Great  Barrier  Reef  Australia  Davis  and  Tisdell  1995, Hawkins  and  Robert  1993,  Jameson  at  al.  1999.  Dari  hasi  penelitian  ini
didapatkan  bahwa  daya  dukung  carrying  capacity  untuk  wisata  bahari  di kawasan  terumbu  karang  tergantung  tidak  hanya  pada  jumlah  penyelem,  tetapi
juga tipe penyelam, latihan dan pendidikan mereka, tipe dari bentuk pertumbuhan karang,  struktur  komunitas  karang.  Hasil  penelitian  ini  menyimpulkan  bahwa
karang  dapat  dirusak  oleh  kerusakan  lingkungan  oleh  penyelam  amatir,  dan berberapa  kasus  pembangunan  infrastruktur  berasosiasi  dengan  wisata  bahari
dapat menyebabkan kerusakan dari pada penyelaman itu sendiri. Berbagai aktifitas menyelam dan  snorkeling  yang dapat merusak  yang dapat
merusak  karang  seperti  sentuhan  terhadap  karang  baik  dari  peralatan  seperti tabung, fin dan kamera, juga aktifitas gerakan penyelam seperti kayuhan fin yang
15 menyebabkan pengadukan sedimen didekat karang Zakai dan Chadwick-Furman,
2002. Hawkins  dan  Roberts  1993  merekomendasikan  angka  5  000-6  000
penyelam  perlokasi  pertahun  dapat  digunakan  untuk  menduga  daya  dukung kawasan  Daerah  Perlindungan  Laut  untuk  mendukung  wisata  diving  dan
snorkeling, tergantung pada jumlah lokasi penyelaman yang dapat digunakan. Sama  dengan  itu,  Dixon,  et  al.  1993  menyarankan  batasan  4  000–6  000
penyelaman  perlokasi  pertahun,  sebelumnya  dimana  penyelaman  menyebabkan perubahan  kerusakan  pada  struktur  komunitas  karang  di  Banaire  Laut  Karibia.
Diasumsikan  300  hari  pertahun  penyelaman  pada  lokasi  tertentu,  angka rekomendasi  dari  Dixon  et  al.  1993  dan  Hawkins  dan  Roberts  1993
menyentarakan  13-20  penyelam  perlokasi  diving  perhari.  Dengan  asumsi  waktu yang  baik  untuk    penyelaman  dalam  sehari  8  jam,  maka  didapat  2  penyelam
perlokasi perjam. Beberapa  interaksi  dan  kontak  yang  kompleks  dari  kegiatan  penyelaman
terhadap terumbu karang seperti : tipe penyelaman, kondisi alam lokasi hamparan karang,  arus,  tipe  komunitas  karang  dan  kharakteristik  lainnya  yang  beragam
dalam  dan  antara  lokasi,  pengalamantingkah  laku  penyelam,  tingkat  kerusakan karang, konsentrasi penumpukan  penyelam vs. pemisahan aktifitas diving, akses
ke  lokasi  diving,  berjalan  di  karang  pada  snorkeling,  tambatan  atau  jangkar boatkapal  untuk  diving  dan  ukuran  dari  lokasi  diving,  yang  kesemuanya  dapat
mempengaruhi daya dukung, dan sangat penting diperhatikan dalam menetapkan jumlah penyelam per lokasi  Barker dan Roberts 2003.
Pengembangan  wisata  bahari  dan  penerapan  batas  pelestarian  melalui kapasitas  daya  dukung  atau  toleransi  batas  perubahan  sangat  tergantung  pada
statuskondisi lingkungan perairan. Dampak yang berpengaruh pada pada kualitas lingkungan  laut  juga  akan  berdampak  pada  wisata  bahari  dan  slangsung  dari
pariwisata sendiri, dan yang berdiri sendiri atau tidak berhungan langsung dengan pariwisata namun memilki efek yang mengganggu.
Dari sudut pandang ekologi, sosial ekonomi, dan estetis, daya dukung wisata bahari  diving,  dalam  hal  ini  jumlah  penyelam  yang  dapat  ditampung  sebuah
kawasan,  berkaitan  dengan  tersedianya  lokasi  diving  yang  berkualitas  tinggi;
16 kawasan  yang  keanekaragaman  spesiesnya  tinggi  dan  jumlah  karang,  ikan  dan
organisme  lainnya  yang  banyak  dan  sedikit  manusia.  Dengan  jumlah  kawasan yang terbatas, kawasan yang rusak sampai yang sering dikunjung, maka perhatian
akan semakin fokus pada sisa kawasan yang berkualitas tinggi. Jumlah  maksimum  penyelampengunjung  secara  keseluruhan  harus  diatur
dan  dibenahi  melalui  monitoring  dengan  pengaturan  untuk  mengatasi  dampak- dampak  yang  berhubungan  maupun  tidak  dengan  penyelaman  sehingga  setiap
kawasan dapat pulih dan terbebas dari gangguan.
2.9  Zonasi Kawasan Wisata