8
Caballos at al. 1995 mengatakan bahwa ekowisata telah menarik perhatian
yang besar karena kemampuanya menghasilkan keuntungan-keuntungan ekonomi baik bagi konservasi maupun terhadap pembangunan daerah pedesaan. Di banyak
daerah, ekowisata telah memberikan kontribusi penting dalam kedua bidang tersebut. Meskipun demikian, hal ini juga menunjukan bahwa masih banyak yang
harus dilakukan.
David at al. 1995 berpendapat kriteria umum berikut ini sebagai suatu
pedoman bagi standar yang lebih rinci dalam hubungannya dengan isu-isu setempat yang spesifik dan ciri-ciri ekologis dari suatu kawasan tertentu, yaitu :
• Letakkan bangunan-bangunan dan struktur-struktur pada tempat yang tidak
memerlukan penebangan pohon-pohon penting dan menekan serendah mungkin gangguan terhadap objek-objek alam lainnya.
• Sistem jalan setapak seharusnya memperhatikan pola perjalanan dan habitat
hidup liar. •
Garis-garis pantai dan pinggiran laut lainnya seharusnya tidak dibersihkan secara intensif dari vegetasi.
• Persilangan antara jalan setapak dengan sungai-sungai dan aliran air
diusahakan seminim mungkin. •
Pelihara daerah bervegetasi di sekitar danau-danau, kolam-kolam, sungai- sungai dengan aliran periodik sebagai jalur penyaringan untuk menekan
serendah mungkin aliran permukaan dari sedimen-sedimen dan limbah.
Selain itu David at al. 1995 menyimpulkan bahwa jika lingkungan dapat
dipandang sebagai sumber pustaka yang tidak terbatas, maka sarana ekowisata dapat dianggap sebagai suatu tatanan laboratorium yang khas bagi para
ekowisatawan untuk memperoleh pengetahuan. Sarana ekowisata yang dirancang dengan benar akan menjadi jendela bagi kesadaran umat manusia dunia.
2.5 Ekowisata Sebagai Pariwisata Berkelanjutan
Berbicara mengenai pariwisata terutama selalu identik dengan adanya hotel- hotel berbintang di pesisir pantai yang memiliki fasilitas serba lengkap, yang
dapat memanjakan pengunjungnya ketika sedang berwisata serta jumlah wisatawan yang banyak. Artinya yang berkembang selama ini adalah pariwisata
9 dengan label industri yang memanfaatkan keberadaaan sumberdaya alam untuk
mendapat keuntungan sebesar – besarnya. Dampak yang muncul dari pariwisata berbasis industri tersebut adalah terjadi perubahan bentang alam, serta tekanan
terhadap keberadaan ekosistem setempat. Mencermati berbagai dampak negatif terhadap lingkungan tersebut, sebagai
konsekuensinya dewasa ini telah dibangun konsep pariwisata yang lembut soft tourism sebagai perlawanan terhadap pariwisata masal mass tourism. Istilah
yang lain seperti suara lingkungan, perjalanan yang bertanggung jawab dan pariwisata yang berkelanjutan sustainable tourism termasuk didalamnya.
Pariwisata berkelanjutan merupakan jenis pariwisata yang menyenangkan orang dan alam dalam suatu arah yang bertanggung jawab Fennel 1999.
Menurut Moscardo dan Kim 1990 diacu dalam Yudasmara 2004, pariwisata
yang berkelanjutan harus memperhatikan: 1 peningkatan
kesejahteraan masyarakat lokal, 2 menjamin keadilan antar generasi dan intragenerasi, 3 melindungi keanekaragaman biologi dan mempertahankan
sistem ekologi yang ada serta 4 menjamin integritas budaya. Pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan memiliki kesamaan dengan
konsep pembangunan yang berkelanjutan sustainable development, sehingga pariwisata yang berkelanjutan harus memenuhi kriteria – kriteria sebagai berikut
ini Hidayati et al. 2003: 1 Secara ekologis berkelanjutan, yaitu pembangunan pariwisata tidak
menimbulkan efek negatif bagi ekosistem setempat. Konservasi pada daerah wisata harus diupayakan secara maksimal untuk melindungi sumberdaya
alam dan lingkungan dari efek negatif kegiatan wisata. 2 Secara sosial dan kebudayan dapat diterima, yaitu mengacu pada kemampuan
penduduk lokal menyerap usaha pariwisata tanpa menimbulkan konflik sosial dan masyarakat lokal mampu beradaptasi dengan budaya turis yang berbeda
sehingga tidak merubah budaya masyarakat lokal. 3 Secara ekonomis menguntungkan, yaitu keuntungan yang diperoleh dari
kegiatan wisata yang ada dapat meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat setempat.
10 Saat ini ekowisata merupakan istilah yang telah dipergunakan secara
internasional untuk mempertegas konsep pariwisata yang berkelanjutan. Perlu diingat bahwa ekowisata merupakan suatu konsep wisata yang menjunjung tinggi
keaslian alam dan berorientasi ekologi. Ekowisata merupakan bagian integral dari pariwisata berkelanjutan artinya bahwa ekowisata tidak menggambarkan bagian
lain dalam pasar wisata komersial sebagaimana yang dilakukan oleh industry pariwisata, tetapi menggambarkan suatu filosofi perjalanan yang meliputi kriteria
pariwisata berkelanjutan dengan mempromosikanmemajukan perjalanan secara harmonis dan bertanggung jawab khususnya di alam.
Ekowisata pertama kali diperkenalkan oleh The International Ecotourism Society TIES 1991 mendefenisikan ekowisata sebagai perjalanan
bertanggungjawab ke
daerah-daerah yang
masih alami
yang dapat
mengkonservasi lingkungan dan memelihara kesejahteraan masyarakat setempat. Fennel 1999 mendefenisikan ekowisata sebagai wisata berbasis alam yang
berkelanjutan dengan fokus pengalaman dan pendidikan tentang alam, dikelola dengan sistem tertentu dan memberikan dampak negatif paling rendah pada
lingkungan, tidak bersifat konsumtif serta berorientasi lokal dalam hal kontrol, manfaatkeuntungan yang didapat dan skala usaha, berada dilokasi wisata alam
dan berkontribusi pada konservasi dan preservasi lokasi tersebut. Menurut Bruce et al. 2002 ekowisata merupakan wisata yang berorientasi
pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alamlingkungan dan industri kepariwisataan. Ekowisata adalah wisata yang
berbasis pada memperbolehkan orang untuk menikmati lingkungan alam dalam arah yang sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.
2.6 Prinsip Dasar Ekowisata