Wisata Bahari Analisis status terumbu karang untuk pengembangan wisata bahari di desa Teluk Buton Kabupaten Natuna

11 mengagumi, meneliti dan menikmati pemandangan yang indah, tumbuh- tumbuhan serta binatang liar maupun kebudayaan yang dapat ditemukan disana. Suatu konsep pengembangan ekowisata dilandasi pada prinsip dasar ekowisata yang meliputi : 1. Mencegah dan menanggulangi dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penaggulangan disesuaikan dengan sifat dan karekter alam dan budaya setempat. 2. Pendidikan konservasi lingkungan; mendidik pengunjung dan masyarakat akan pentingnya konservasi. 3. Pendapatan langsung untuk kawasan; retribusi atau pajak konservasi dapat digunakan untuk pengelolaan kawasan. 4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan; merangsang masyarakat agar terlibat dalam perencanaan dan pengawasan kawasan. 5. Penghasilan bagi masyarakat; masyarakat mendapat keuntungan ekonomi sehingga terdorong untuk menjaga kelestarian kawasan. 6. Menjaga keharmonisan dengan alam; kegiatan pengembangan fasilitas tetap mempertahankan keserasian dan keaslian alam. 7. Daya dukung sebagai batas pemanfaatan; daya tampung dan pengembangan fasilitas hendaknya mempertimbangkan daya dukung lingkungan. 8. Kontribusi pendapatan bagi negara pemerintah daerah dan pusat. Tantangan dalam pengembangan wisata bahari adalah memanfaatkan terumbu karang yang ada secara berkelanjutan tanpa menimbilkan dampak– dampak yang merugikan. Hal ini penting karena kegiatan wisata bahari pada hakekatnya memadukan dua sistem, yaitu kegiatan manusia dan ekosistem laut dari terumbu karang. Adanya kegiatan wisata bahari sangat tergantung pada sumberdaya alam, diantaranya terumbu karang, dan apabila terjadi kerusakan akan menurunkan mutu daya tarik pariwisata di Indonesia Yulianda 2003.

2.7 Wisata Bahari

Wheat 1994; LIPI COREMAP II 2005 berpendapat bahwa wisata bahari adalah pasar khusus untuk orang yang sadar akan lingkungan dan tertarik untuk mengamati alam. Kegiatan wisata ada yang memanfaatkan wilayah pesisir dan 12 lautan secara langsung dan tidak langsung. Jenis-jenis wisata yang secara langsung memanfaatkan wilayah pesisir antara lain: berperahu, berenang, snorkeling, menyelam dan pancing. Sedangkan jenis-jenis wisata yang secara tidak langsung memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan antara lain: Kegiatan olahraga pantai dan piknik menikmati atmosfer laut. Orientasi pemanfaatan pesisir dan lautan serta berbagai elemen pendukung lingkungannya merupakan suatu bentuk perencanaan dan pengelolaan kawasan secara terpadu dalam usaha mengembangkan kawasan wisata. Aspek kultural dan fisik merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi dan saling mendukung sebagai suatu kawasan wisata bahari. Gunn 1994; LIPI COREMAP II 2005 mengemukakan bahwa suatu kawasan wisata yang baik dan berhasil bila secara optimal didasarkan pada empat aspek yaitu: mempertahankan kelestarian lingkungannya, meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut,. menjamin kepuasan pengunjung, meningkatkan keterpaduan dan kesatuan pembangunan masyarakat di sekitar kawasan dan zona pengembangannya. Selain keempat aspek di atas, supaya bermakna, setiap kawasan perlu perencanaan secara spasial karena kemampuan daya dukung untuk setiap kawasan berbeda-beda. Secara umum, ragam daya dukung wisata bahari meliputi daya dukung ekologis, fisik, sosial dan rekreasi. Dalem 2001; LIPI COREMAP II 2005 berpendapat bahwa syarat utama agar ekowisata sukses adalah ketepatan dalam menentukan target pasar. Segmentasi pasar untuk ekowisata terdiri dari: a. Generasi tua silent, yaitu wisatawan yang berusia 54-64 tahun. Kelompok wisatawan ini cukup kayamampu, biasanya berpendidikan tinggi dan tidak memiliki tanggungan anak, serta dapat bepergian dalam 4 minggu. b. Generasi eksekutif muda baby boom, yaitu wisatawan yang merupakan eksekutif muda yang sukses berusia antara 35-54 tahun. Wisatawan kelompok ini suka bepergian bersama keluarga dan anak-anakynya menghabiskan waktu berkisar 2-3 minggu. Bepergian menurut bagi kelompok ini tujuannya adalah mengurangi stres. 13 c. Generasi “X”, yaitu wisatawan yang berusia antara 18-29 tahun dan sangat menyenangi kegiatan ekowisata sebagai layaknya backpakers. Biasanya kelompok wisatawan ini adalah mahasiswa yang dapat melakukan kegiatan bepergian divinga 3-12 bulan. Kegiatan wisata bahari meliputi : wisata snorkeling, diving dan lamun, untuk wisata selam diving merupakan kegiatan dengan tertentu. Hal ini disebabkan kegiatan selam membutuhkan ketrampilan dan kemampuan, di samping peralatan khusus dengan biaya yang cukup tinggi. Hal yang menarik dalam mengunjungi objek wisata selam adalah keindahan panorama bawah laut, meski untuk mencapai lokasi tersebut tidak tersedia sarana dan prasarana yang memadai. Penyediaan sarana dan prasarana wisata di indonesia secara umum masih relatif kurang Puspar UGM 2001 : 11 diacu dalam Kamija et al. 2004. Peminat utama wisata selam adalah wisatawan asing. Keberadaan wisatawan asing mempengaruhi penyediaan jasa dan sarana penunjang kegiatan selam diving seperti penyediaan kapal dan peralatan selam drive operator sendiri. Hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya usaha penyedian jasa wisata selam di seluruh seperti tour operator yang menawarkan objek-objek wisata selam di seluruh indonesia dan semakin dikenalnya obje-objek wisata selam di indonesia. Kegiatan diving di indonesia banyak dilakukan diwilayah barat dan timur indonesia, karena wilayah tersebut banyak terdapat keanekaragaman kekayaan laut yang luar biasa Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2001 : 26-27 dalam Kamija et al. 2004.

2.8 Daya Dukung Wisata Bahari