1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Emisi gas rumah kaca sejak tahun 1970 hingga tahun 2004, terus meningkat sampai 70 dan diantaranya terjadi peningkatan sebanyak 24 selama periode
tahun 1990 hingga 2004. Dari angka tersebut 40 disumbang dari sektor penggunaan lahan dan kehutanan yang disebabkan oleh alih fungsi lahan dan
deforestasi dan degradasi hutan IPCC 2007. Menurut Stern 2006 menyebutkan sektor deforestasi dan degradasi hutan telah menyumbang 18 emisi ke atmosfer.
Laju deforestasi dan degradasi hutan Indonesia selama tahun 2003 – 2006 mencapai 1,089 juta hektar per tahun Kemenhut 2009.
Secara umum, penurunan cadangan karbon di kawasan hutan dan non-kawasan hutan Indonesia dari sektor pengelolaan lahan baik hutan maupun
non hutan terus menurun terjadi pada periode tahun 1990-2000, yaitu sebesar 3.646,1 Mt atau rata-rata per tahun sebesar 364,64 Mt, kemudian turun menjadi
1.046,78 Mt pada periode 2000-2003 atau 348,93 Mt tahun, dan periode 2003-2006 menurun lagi menjadi 531,68 Mt atau 177,56 Mttahun
Budiharto 2009. Penurunan terbesar terjadi di P. Kalimantan dan P. Sumatera dengan rata-rata perubahan sebesar 112,35 Mttahun dan 77,57 Mttahun.
Saharjo 2009 menyebutkan bahwa jumlah karbon yang tersimpan di wilayah tropika mencapai 83,3 Gt, 44,5 Gt atau sekitar 53,1 terdapat di Indonesia yang
terbagi pada 3 pulau besar yakni Sumatera tersimpan 18,3 Gt 41,1, Kalimantan 15,1 Gt 33,8 dan Papua Barat 10,3 Gt 23. Menurut FAO
2010, cadangan karbon pada biomasa hutan Indonesia tahun 1990 sebesar 16.335 juta ton, tahun 2000 sebesar 15.182 juta ton, tahun 2005 sebesar 14.299
juta ton, tahun 2010 sebesar 13.017 juta ton. Cadangan karbon biomasa hutan Indonesia per hektar 2010 mencapai 138 juta tonhektar.
Deforestasi hutan
Indonesia berdampak
pada penurunan
PDB Product Domestic Bruto kehutanan terhadap PDB Indonesia. Tahun 1997
proporsi PDB Kehutanan terhadap PDB Indonesia mencapai 1.56 namun di tahun 2000 menurun menjadi 1,18. Tahun 2008 mencapai 0,81 Kemenhut
2009 dan di triwulan II tahun 2009 hanya menyumbang 0,85 atau Rp. 4.433,3 Milyar Kemenhut 2010.
Penurunan potensi hutan dan konversi lahan hutan terjadi merata di seluruh wilayah termasuk provinsi Jambi. Menurut Wurjanto diacu dalam Prasetyo
2009, dari perubahan citra landsat terlihat ada pengurangan jumlah tutupan hutan sebesar 2 per tahun dari total luas 1,2 juta hektar hutan di Jambi.
Sampai dengan tahun 2008, tersisa 2 IUPHHK Hutan Alam dengan luas mencapai 45.825 hektar dan jatah tebangan tahunan 2008 mencapai 60.000 m
3
atau turun 14.130 m
3
di tahun 2006 Kemenhut 2008. Untuk keperluan kayu industri, di provinsi Jambi telah dibangun HTI dari tahun 2004 – 2008 mencapai 101.907,34
hektar. IUPHHK Hutan Tanaman terdapat 13 unit usaha yang mengelola lahan seluas 572.054 hektar. Realisasi produksi kayu bulat untuk tahun 2008 hanya
mencapai 4.895.484,55 m
3
dari rencana sebanyak 8.334.519,58 m
3
. Penurunan potensi dan perubahan fungsi penggunaan kawasan hutan yang
terjadi terus menerus disebabkan oleh perbedaan kepentingan stakeholder terhadap kawasan hutan dan mempengaruhi institusi yang mengatur tentang
pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. Hubungan ini membentuk suatu sistem yang utuh dan saling mempengaruhi. Portela dan Rademacher 2001,
menggunakan model dinamika untuk menganalisis pola deforestasi yang ditunjukan oleh perbedaan pola degradasi lingkungan di hutan Amazon Brasil.
1.2 Perumusan Masalah
Tingginya angka emisi sektor LULUCF Land Use, Land Use Change and Forestry
kebutuhan lahan dan hasil hutan yang terus meningkat. Pada tahun 2005 telah dilepas kawasan hutan sebesar 66.180.70 hektar, tahun 2006 seluas
151.892,73 hektar dan tahun 2007 sebesar 73.673.99 hektar. Sedangkan tahun 2008 dilepas kawasan hutan seluas 77.216,73 hektar Kemenhut 2008.
Pentingnya pembangunan
sektor non-kehutanan
mengakibatkan berkurangnya luas dan tutupan kawasan berhutan. Kebutuhan lahan hutan untuk
eksploitasi sumberdaya tambang, alokasi lahan hutan untuk kebun dan transmigrasi serta pemanfaatan hasil hutan kayu melalui HPH dan pemenuhan
kebutuhan kayu industri melalui HTI merupakan faktor pendorong berubahnya