Rancang bangun model manajemen strategi evaluasi kinerja usaha mikro dan kecil makanan ringan

RANCANG BANGUN MODEL MANAJEMEN STRATEGI
EVALUASI KINERJA USAHA MIKRO DAN KECIL
MAKANAN RINGAN

RAKHMA OKTAVINA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

RANCANG BANGUN MODEL MANAJEMEN STRATEGI
EVALUASI KINERJA
USAHA MIKRO DAN KECIL MAKANAN RINGAN

DISERTASI

RAKHMA OKTAVINA
F 361040041

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

SEMINAR SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

NAMA

: RAKHMA OKTAVINA

NRP

: F361040041

PROGRAM STUDI

: TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

JUDUL


: RANCANG BANGUN MODEL MANAJEMEN
STRATEGI EVALUASI KINERJA USAHA
MIKRO DAN KECIL MAKANAN RINGAN

KOMISI PEMBIMBING : PROF. DR. IR. SYAMSUL MA’ARIF, MEng
(Ketua)
PROF. DR. IR. ERIYATNO, MSAE (Anggota)
DR. IR. ERLIZA HAMBALI, M.S (Anggota)
KELOMPOK ILMU
INFORMASI

: KETEKNIKAN DAN TEKNOLOGI

HARI/TANGGAL

: SENIN/28 APRIL 2008

WAKTU

: 09.00-10.00 WIB


TEMPAT

: RUANG SIDANG FATETA IPB
KAMPUS IPB DARMAGA, BOGOR

ABSTRAK
RAKHMA OKTAVINA. Rancang Bangun Model Manajemen Strategi Evaluasi
Kinerja Usaha Mikro dan Kecil Makanan Ringan. Dibimbing oleh M. SYAMSUL
MA’ARIF, ERIYATNO, ERLIZA HAMBALI.
Daya saing usaha mikro dan kecil (UMK) makanan ringan ditentukan
oleh kinerja usaha UMK, yang dapat dikelola secara efektif dan efisien jika
didukung oleh suatu proses evaluasi kinerja yang optimum. Model evaluasi
kinerja dibangun dengan menggunakan pendekatan sistem yang didasarkan
prinsip-prinsip manajemen strategi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan wawancara mendalam untuk mengakuisisi pendapat pakar. Teknik
yang digunakan pada penelitian ini antara lain uji validasi dan reliabilitas, OWA
Operators, Fuzzy AHP, Balanced Scorecard, Quality Function Deployment, dan
Jaringan Syaraf Tiruan.
Uji validitas dan reliabilitas terhadap hasil penyebaran kuesioner

dilakukan untuk menghasilkan perspektif dan indikator kinerja utama pada UMK,
sedangkan OWA Operators untuk menentukan indikator kinerja kunci pada UMK,
Alternatif indikator kinerja dan karakteristik teknis dibangun berdasarkan kajian
teoritis, observasi lapangan, dan elisitasi pendapat pakar menghasilkan 116
alternatif indikator kinerja UMK. Studi kasus dilakukan pada usaha mikro dan
kecil pengolahan keripik pisang di Propinsi Lampung menghasilkan 46 alternatif
indikator kinerja utama UMK makanan ringan dengan menggunakan uji validitas
dan reliabilitas. Pengujian dengan OWA Operators menghasilkan 22 indikator
kinerja kunci (IKK) dan 10 karakteristik teknis.
Pembobotan IKK menggunakan teknik fuzzy AHP dengan pendekatan
triangular fuzzy number untuk mengkonversi penilaian yang bersifat linguistik
(linguistic label). Prioritas tertinggi yang menunjukkan bobot kepentingan terbesar
adalah perspektif lingkungan eksternal, (43,49%), diikuti oleh perspektif lingkungan
internal (20,605%), erencanaan strategik (15,89%), pertumbuhan dan
pembelajaran (9,09%), proses bisnis internal (5,06%), pelanggan (3,23,23%), dan
keuangan (2,64%). Pada level alternatif, pada perspektif lingkungan eksternal
bobot prioritas tertinggi adalah indikator kapasitas produksi (53,8%), sedangkan
pada perspektif lingkungan internal adalah indikator replikabilitas (62,7%). Pada
perspektif lingkungan eksternal bobot prioritas tertinggi adalah indikator kapasitas
produksi (53,8%), sedangkan pada perspektif lingkungan internal adalah

indikator replikabilitas (62,7%). Pada perspektif rencana strategis bobot prioritas
tertinggi adalah indikator kenaikan pendapatan per tahun (68,3%), dan pada
perspektif pertumbuhan pembelajaran adalah indikatortingkat kemampuan pekerja
(62,7%). Pada perspektif proses bisnis internal bobot prioritas tertinggi adalah
indikator bobot prioritas tertinggi adalah indikator banyaknya bahan baku
terbuang (45,7%), pada perspektif pelanggan adalan jumlah pelanggan yang
dipertahankan per tahun (60,9%), dan pada perspektif keuangan adalah profit
perusahaan (62,7%). Nilai prioritas tersebut menggambarkan bobot kepentingan
perspektif dan IKK dalam proses pengukuran kinerja.
Teknik OWA Operators juga digunakan untuk menentukan skor
kepentingan perbaikan IKK, nilai hubungan antara indikator kinerja kunci dengan
karakteristik teknis standar, dan nilai hubungan antar karakteristik teknis standar.

Teknik Fuzzy AHP juga digunakan untuk menentukan target berdasarkan best
practices. Pengolahan data dengan teknik Balanced Scorecard menghasilkan level
kinerja UMK. Pengolahan data dengan teknik Quality Function Deployment
menghasilkan prioritas perbaikan kinerja UMK dan rekomendasi perbaikannya.
Hasil pengukuran kinerja juga mampu memberikan informasi mengenai
pemeringkatan (rating) UMK dengan menggunakan teknik perbandingan indeks
kinerja (Comparative Performance Index atau CPI). Pengolahan data dengan

teknik Jaringan Syaraf Tiruan menghasilkan nilai kinerja prediktif pada berbagai
perubahan indikator lingkungan eksternal.
Model sistem manajemen ahli (SMA) evaluasi kinerja UMK makanan
ringan dibangun sebagai fasilitas bagi pengguna dengan tujuan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses evaluasi. Struktur SMA yang diberi
nama MiSEP-ES (Micro and Small Enterprises Performance-Evaluation System)
terdiri atas sistem manajemen basis data, sistem manajemen babis model, dan
sistem manajemen basis pengetahuan. Implementasi model pada UMK
pengolahan keripik pisang di Propinsi Lampung menghasilkan level kinerja dan
strategi perbaikannya. SMA dilengkapi dengan sistem umpan balik yang didisain
dengan berbasis pengetahuan pakar, sehingga evaluasi kinerja dapat dilakukan
secara periodik untuk mengetahui posisi level kinerja UMK.
Kata Kunci : Usaha mikro dan kecil, model evaluasi kinerja, sistem manajemen
ahli, sistem manajemen strategi.

ABSTRACT
RAKHMA OKTAVINA. Design of Strategic Management Model of Snack’s
Micro and Small Enterprises Performance Evaluation. Under the direction of
SYAMSUL MA’ARIF, ERIYATNO, ERLIZA HAMBALI
Competitiveness of Micro and Small Enterprises (MSE) depends on total

business performance. Those performance could be managed effectively and efficiently
if it was supported by an optimal performance evaluation process, that was consisted of
measurement and improvement model. The performance evaluation model was developed
through strategic management system approach, where experts knowledge were acquired
by brainstorming and in depth interview methods. Some of technique utilized were
validity and reliability test, Ordered Weighted Averaging (OWA) Operators, Fuzzy
Analytic Hierarchy Process, Balanced Scorecard (BSC), Quality Function Deployment
(QFD), and Neural Network. The 116 altenative MSE performance indicators
developed by theoretical study, observation, and expert judgment elicitation. Case
study on MSE banana chips in Lampung Province provide 46 of MSE principal
performance indicators using validity and reliability test. OWA Operators technique
extracting the expert judgment provides 22 of key performance indicators (KPI) and 10
standard technical characteristic indicators.
Fuzzy AHP was used to conduct the weight of key performance indicators.KPI’s
priorities selection involve various input in linguistic data format. Based on expert
judgment to some perspectives criteria assigns that external environtment perspective is
the higest priority (43,49%), followed by internal environment perspective

(20,605%), strategic planning (15,89%), growth and learning (9,09%), internal
process business (5,06%), customer (3,23,23%), and financial (2,64%). On

external environment perspective, the highest priority is production capacity
indicator (62,7%). On strategic planning perspective, annual income was the
highest priority (68,3%), and for growth and learning perspective the highest
priority was capability of employee (62.7%). On internal environment perspective
the highest prioritiy was material neglected (45,7%), for customer perspective
the highest priority was retained customer on the year (60,9%), dan for financial
perspective the highest priority was profitability (62,7%).
OWA Operators was used to identify importance of key performance indicator,
technical correlations, and relationship between key performance indicator and standard
technical characteristic. Fuzzy AHP was also used to conduct the recommendations by
determine the best practices in the class. Balanced Scorecard presents the MSE’s
performance level. Quality Function Deployment (QFD) describes the priority and
recommendation scenario of MSE’s performance improvement process. Besides, key
performance indicators priorities could give the UMK’s rating information used
Comparative Performance Index (CPI) technique. Neural Network was used to
predict MSE’s performance level of various of external environtment indicator values.
To effectiveness and efficiency purposes, MSE’s evaluation model was designed
on Expert management System (EMS) structure, and it was entitled MiSEP-ES (Micro
and Small Enterprises Performance-Evaluation System). Model implementation
described the performance level of MSE’s banana chips in Lampung Province and

prescribed to the improvement strategies. EMS was equipped by feedback system, so that
MSE’s performance evaluation process can be done periodically to see MSE’s
performance level position.
Key Word : Micro and small enterprises, evaluation performance model, expert
management system (EMS), strategic management system.

RINGKASAN
Usaha mikro dan kecil pada dasarnya merupakan sebagai salah satu penggerak
perekonomian daerah yang mampu memproduksi barang dan jasa yang menggunakan
bahan baku utama yang berbasis pada pendayagunaan sumberdaya alam, bakat, dan karya
seni tradisional dari daerah setempat. Dalam arah pengembangan usaha mikro dan kecil
sebagai penggerak perekonomian daerah (Departemen Perindustrian dan Perdagangan,
2002), ditetapkan bahwa lingkup komoditas prioritas yang menempati peringkat pertama
adalah usaha makanan ringan, melampai usaha lainnya seperti usaha sutera alam, usaha
penyamakan kulit, usaha minyak sawit, usaha pupuk (alam dan organik), usaha
garam, usaha genteng, usaha alsintani dan pandai besi, usaha kapal ≤ 100 GT, usaha
motorisasi kapal nelayan, usaha alat pertanian tradisional, usaha tenun tradisioal, usaha
perhiasan, dan usaha anyaman.
Salah satu jenis usaha mikro dan kecil makanan ringan yang memiliki prospek
sangat potensial untuk dikembangkan adalah usaha pengolahan keripik pisang.

Berkembangnya jumlah pelaku usaha mikro dan kecil pengolahan keripik pisang dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah karena pengolahan pisang menjadi
keripik tidak memerlukan teknologi yang tinggi dan modern sehingga dapat diterapkan
pada industri skala kecil dan industri rumah tangga (Hambali et al., 2005) serta
ketersediaan bahan baku dan iklim usaha yang mendukung mengingat hingga tahun 2015,
keripik pisang masih termasuk dalam kelompok komoditas yang dikembangkan dan
mampu memberikan nilai tambah yang cukup besar yaitu 100-150 kali dibandingkan
komoditas pisang tanpa olahan (Departemen Pertanian, 2005).
Masalah yang terjadi pada usaha pengembangan usaha mikro dan kecil makanan
ringan seperti halnya usaha pengolahan keripik pisang adalah masih rendahnya
produktivitas, mutu, dan daya saing terhadap kompetitornya. Untuk itu dibutuhkan
strategi pengelolaan usaha mikro dan kecil agar mampu mewujudkan suatu hasil yang
sesuai dengan visi, misi, tujuan, dan sasaran perusahaan. Langkah memperhitungkan
dan mengevaluasi kondisi dirinya dan faktor lingkungan dalam proses pengambilan
keputusan untuk suatu rencana tindakan ataupun kebijakan dalam mengelola perusahaan
adalah suatu bentuk manajemen strategi. Melalui sistem manajemen strategi, perusahaan
dapat menterjemahkan strateginya ke dalam sistem pengukuran tertentu sehingga
memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menjalankan strategi tersebut dengan resiko
minimum. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang
akan memberikan informasi tentang prestasi pada berbagai aktivitas dalam rantai nilai

yang terdapat dalam perusahaan serta dasar penentuan strategi perbaikannya, atau lebih
dikenal sebagai evaluasi kinerja perusahaan.
Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan model evaluasi kinerja
untuk suatu usaha mikro dan kecil berdasarkan prinsip-prinsip manajemen strategi
dengan pendekatan sistem. Model evaluasi kinerja yang dibangun menggunakan
pendekatan sistem manajemen strategi yang didasarkan pada sumberdaya, pengetahuan
dan resiko. Strategi berbasis sumberdaya dan pengetahuan digunakan untuk
mentransformasi data menjadi pengetahuan yang berkaitan dengan proses perbaikan
kinerja, sedangkan strategi berbasis resiko dimaksudkan untuk menghadapi
ketidakpastian kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Observasi lapangan

dibutuhkan untuk proses identifikasi terhadap indikator-indikator kinerja. Pendekatan
survey pakar dilakukan untuk mengakuisisi pengetahuan dari pakar mengenai indikator
kinerja kunci.
Identifikasi indikator kinerja usaha mikro dan kecil makanan ringan mengikuti
model manajemen strategis (Hunger dan Wheelen, 2001). Untuk itu dibutuhkan suatu
kerangka yang menjadi dasar dalam pengukuran kinerja yang mampu mengakomodir
seluruh aspek dalam suatu UMK makanan ringan, meliputi aspek lingkungan eksternal,
lingkungan internal, rencana strategis, keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan
pembelajarn dan pertumbuhan. Faktor-faktor yang terdapat pada variabel tersebut
kemudian membentuk hubungan sebab akibat yang pada akhirnya menjadi model dalam
evaluasi kinerja UMK makanan ringan. Pendekatan survei pakar dilakukan untuk
mengakuisisi pengetahuan dari pakar mengenai faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam sebuah proses evaluasi kinerja. Untuk menghasilkan model evaluasi kinerja yang
efektif dibutuhkan deskripsi skematis sistem melalui interpretasi terhadap variabelvariabel yang terdapat pada perumusan strategi evaluasi kinerja ke dalam konsep kotak
gelap (black box) mengikuti alur input, proses, output.
Berdasarkan hasil identifikasi terhadap karaktersitik teknis UMK makanan ringan
yang telah dilakukan, maka ditetapkan 25 karakteristik teknis kinerja UMK makanan
ringan. Dari hasil tersebut dilakukan penentuan karakteristik teknis standar kinerja
dilakukan melalui pengujian dengan menggunakan teknik Ordered Weighted Averagng
(OWA) Operators sehingga menghasilkan sepuluh (10) karaktersitik teknis yang menjadi
standar kinerja UMK makanan ringan, yaitu target penjualan, pencipatan produk baru,
pemasaran produk baru, penurunan kesalahan dalam proses, hasil (output) per satuan
modal, kemampuan menghasilkan uang, motivasi pemilik perusahaan, pengembangan
modal, tanggung jawab terhadap pelanggan, dan penerapan standar kualitas.
Identifikasi terhadap indikator dari setiap dimensi yang mempengaruhi kinerja
UMK makanan ringan diperoleh dari hasil elaborasi dari studi literatur, obervasi
lapangan, dan survey pakar, menghasilkan 116 alternatif indikator kinerja. Hasil uji
validasi dan realiabitas menghasilkan 46 indikator, dan dengan mengadakan wawancara
mendalam dengan para pakar serta teknik Ordered Weighted Averagng (OWA) Operators
diperoleh 22 indikator kinerja kunci (IKK) yang terdistribusi merata pada tujuh perspektif
kinerja, dan akan dijadikan dasar dalam pengukuran kinerja UMK makanan ringan yaitu:
skala usaha, harga produk relatif terhadap substitusi, kualitas produk, harga produk relatif
terhadap kompetitor, pembagian tugas dan wewenang, trasferabilitas, replikabilitas,
penambahan pelanggan baru, penuruan biaya produksi/th, peningkatan pendapatan/th,
tingkat pertumbuhan penjualan/th, biaya per unit produk, jumlah pelanggan yang dapat
dipertahankan/th, tingkat kepuasan pelanggan, kelengkapan atribut produk, jumlah
produk baru/th, tingkat kerusakan barang/th, jumlah bahan terbuang/th, tingkat
kemampuan pekerja, tingkat motivasi pekerja, dan tingkat pemberdayaan pekerja.
Sub model pengukuran kinerja mengikuti kaidah-kaidah teknik Balanced
Scorecard. Tahap awal proses pengukuran dimulai dengan penentuan bobot kepentingan
dari masing-masing variabel (perspektif), dimensi, indikator kinerja kunci, serta target
dengan teknik fuzzy AHP. Bobot ini kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk linguistic
label preference fuzzy non numeric. Kedua puluh dua IKK terdistribusi pada perspektif
lingkungan eksternal (43,49%), lingkungan internal (20,605%), rencana strategis
(15,89%), keuangan (2,64%), pelanggan (3,23%), proses bisnis internal (5,06%),

pertumbuhan dan pembelajaran (9,09%). Pada level alternatif, pada perspektif lingkungan
eksternal bobot prioritas tertinggi adalah indikator kapasitas produksi (53.8%), sedangkan
pada perspektif lingkungan internal adalah indikator replikabilitas (62.7%). Pada
perspektif rencana strategis bobot prioritas tertinggi adalah indikator kenaikan
pendapatan per tahun (68.3%), dan pada perspektif pertumbuhan pembelajaran adalah
indikator tingkat kemampuan pekerja (62.7%). Pada perspektif proses bisnis internal,
bobot prioritas tertinggi adalah indikator banyaknya bahan baku terbuang (45.7%), pada
perspektif pelanggan adalan jumlah pelanggan yang dipertahankan per tahun (60.9%),
dan pada perspektif keuangan adalah profit perusahaan (62.7%). Nilai prioritas tersebut
menggambarkan bobot kepentingan perspektif dan IKK dalam proses pengukuran
kinerja.
Tahap kedua dalam proses pengukuran kinerja dengan teknik Balanced Scorecard
adalah menentukan skor indikator kinerja kunci untuk UMK yang menjadi sasaran
pengukuran. Penilaian skor tersebut berdasarkan kriteria, yaitu: skor 1 jika indikator
kinerja kunci dinilai kurang baik, skor 2 jika indikator kinerja kunci dinilai cukup baik,
skor 3 jika indikator kinerja kunci dinilai baik. Skor indikator kinerja kunci pada UMK
yang sedang diukur dinilai berdasarkan nilai target maksimum atau minimum yang
hendak dicapai, dengan menggunakan nilai yang dikembangkan dari referensi yang
berasal dari best practices in the class yang dihasilkan dengan teknik Fuzzy AHP dan
elisitasi pendapat pakar.
Tahap ketiga adalah penentuan evel perspektif kinerja merupakan nilai yang
dihasilkan dalam suatu pengukuran kinerja. Level kinerja ditetapkan untuk masingmasing perspektif kinerja dengan penilaian: jika nilai pengukuran perspektif antara 0 dan
1, 99 maka kinerja perspektif dinilai kurang baik, jika nilai pengukuran perspektif antara
2,00 dan 2,99 maka kinerja perspektif dinilai cukup baik, jika nilai pengukuran
perspektif ≥ 3,00 maka kinerja perspektif dinilai baik.
Sub model perbaikan kinerja UMK dimulai dengan penentuan tingkat hubungan
antar karakteristik teknis diperoleh dari elisitasi terhadap pendapat pakar mengikuti
kaidah penilaian dengan menggunakan diagram matriks dan pembobotan dengan
pendekatan simbol tingkat pengaruh teknis dengan arah, yaitu: nilai 2 berarti berpengaruh
kuat positif dari kiri ke kanan, nilai 1 berarti berpengaruh sedang positif dari kanan ke
kiri, nilai 0 berarti tidak berpengaruh, nilai -1 berarti berpengaruh sedang negatif dari
kanan ke kiri, nilai -2 berarti berpengaruh kuat negatif dari kiri ke kanan. Data tersebut
kemudian diolah dengan menggunakan teknik OWA Operators, sehingga menghasilkan
bobot kepentingan perbaikan indikator kinerja kunci. Tahap berikutnya adalah penentuan
hubungan antara indikator kinerja kunci dengan karakteristik teknis diikuti dengan
penentuan penentuan hubungan antar karakteristik teknis dengan menggunakan matriks
korelasi.
Urutan tingkat prioritas merupakan data kuantitatif yang diperoleh dari hasil
perhitungan secara sistematis antara nilai hasil hubungan antara indiaktor kinerja kunci
(WHATs) dengan karakteristik teknis (HOWs) dan nilai bobot indikator kinerja kunci
(WHYs). Nilai prioritas karakteristik teknis (S) disebut juga Importance of The HOWs
merupakan nilai yang mengisi kolom-kolom pada pembentukan rumah kualitas.
Rekomendasi perbaikan diperoleh berdasarkan kajian teoritis yang dielaborasi dengan
pendapat pakar melalui wawancara mendalam (in depth interview) untuk setiap
kemungkinan karakteristik teknis yang menjadi prioritas perbaikan. Hasil pengukuran

kinerja juga mampu memberikan informasi mengenai pemeringkatan (rating) UMK
dengan menggunakan teknik perbandingan indeks kinerja (Comparative Performance
Index atau CPI). Operasional rekomendasi dielaborasi dengan hasil prediksi terhadap
nilai kinerja akibat perubahan nilai indikator-indikator kinerja pada lingkungan eksternal
yang bersifat makro dilakukan untuk menghimpun informasi pada berbagai perubahan
dari lingkungan eksternal yang berpengaruh terhadap kinerja serta memprediksi tingkat
kinerja pada berbagai kondisi lingkungan eksternal dengan menggunakan teknik jaringan
syaraf Tiruan (JST).
Model manajemen strategi evaluasi kinerja UMK makanan ringan yang
mengambil studi kasus pada UMK pengolahan keripik pisang juga merupakan bentuk
temuan baru dari penelitian ini, sehingga dapat disebut sebagai novalty (kebaruan) dalam
beberapa hal, yaitu (1) memberikan manfaat teoritis pengembangan teori pengukuran
kinerja dan teori evaluasi kinerja usaha mikro dan kecil di Indonesia, (2) memberikan
manfaat praktis bagi pelaku usaha mikro dan kecil makanan ringan dalam penentuan
strategi evaluasi kinerja usaha, dan (3) sebagai dasar pengambilan kebijakan bagi
pemerintah dalam upaya pengem- bangan usaha mikro dan kecil makanan ringan di
Indonesia, dengan memanfaatkan teori evaluasi kinerja maupun sistem majamen ahli
yang telah dihasilkan. Model evalusai kinerja UMK makanan ringan yang didasarkan
pada prinsip-prinsip manajemen strategi menghasilkan suatu proses evaluasi kinerja
berkelanjutan yang dapat dilakukan secara periodik dengan umpan balik untuk
mengetahui peningkatan level kinerja UMK pada setiap periode proses pengukuran dan
perbaikan kinerja UMK. Selain itu perubahan dapat dilakukan secara interaktif untuk
mengetahui perubahan tingkat kinerja akibat perubahan indikator yang bersifat dinamis,
terutama yang berasal dari lingkungan eksternal.
Model evaluasi kinerja dibangun dalam bentuk sistem manajemen ahli (SMA).
SMA dirancang dalam bentuk paket program komputer dengan bahasa pemrograman
Visual Basic 6. Penggunaan bahasa pemrograman ini didasarkan pertimbangan bahwa
bahasa pemrograman tersebut cukup sederhana dan bersifat user friendly. SMA
dirancang atas tiga bangunan komponen utama, yaitu Data Based Management System
(DBMS), Model Based Management System (MBMS), Knowledge Based Management
System (KBMS), serta Dialog Management System (DMS). Sistem manajemen ahli
evaluasi kinerja UMK makanan ringan diberi nama MiSEP-ES (Micro and Small
Enterprises Perfomance Evaluation System). Pada menu utama terdapat pilihan yaitu:
home, identifikasi, pembobotan, evaluasi, estimasi, peringkat, dan informasi. SMA
dilengkapi dengan sistem umpan balik yang didisain dengan berbasis pengetahuan pakar,
sehingga evaluasi kinerja dapat dilakukan secara periodik untuk mengetahui posisi level
kinerja UMK.
Untuk keperluan verifikasi model manajemen strategi evaluasi kinerja dipilih
usaha mikro dan kecil (UMK) makanan ringan keripik pisang yang tersebar di lima
Kabupaten/Kotamadya di Propinsi Lampung, yaitu Kabupaten Tanggamus, Kabupaten
Lampung Selatan, Kotamadya Bandar Lampung, Kabupeten Lampung Tengah, dan
Kabupaten Tulang Bawang. Pemilihan ini didasarkan pada potensi pengembangan yang
sangat baik dari UMK makanan ringan keripik pisang di Indonesia, dan merupakan salah
satu program pengembangan UMK sebagai penggerak perekonomian daerah yang
dilakukan oleh Departemen Perindustrian. Berdasarkan hasil verifikasi model
pengukuran dan perbaikan kinerja yang dilakukan, logika model telah cukup sesuai

dengan kondisi di lapangan. Semua indikator kinerja kunci yang terpilih mampu
merepresentasikan kinerja usaha mikro dan kecil makanan ringan, dapat diukur dan
diperbaiki secara intensif, sesuai dengan karakteristik teknis standar yang tersedia.
Metode pengumpulan data dan teknik pengolahan data yang digunakan dalam proses
evaluasi kinerja telah mampu menghasilkan proses pengukuran dan perbaikan kinerja
UMK makanan ringan yang komprehensif dan sesuai dengan kondisi di lapangan.
Penentuan validasi hasil dari model dilakukan melalui wawancara mendalam (in
depth interview) terhadap pakar sehingga diperoleh expert judgment. Proses formal yang
terjadi pada validasi dengan teknik kualitatif dikenal sebagai face validation (Illgen
2002, Pace, 2003). Personel penilai meliputi kelompok penilai umum yang terdiri atas
pengembang dan pengguna model (UMK pengolahan keripik pisang), kelompok pakar
yang menguasai materi kajian yang berkaitan dengan sistem, proses, dan operasi model,
kelompok pakar yang menguasai masalah keteknikan yang sesuai dengan model yang
dibangun, dan kelompok peer reviewer (Kementrian Usaha Kecil dan Menengah,
Departemen Perindustrian, Dinas Perindustrian dan Usaha Kecil, dan HIPKI). Pada
validasi model pengukuran kinerja UMK dilakukan penilaian pembandingan antara
kondisi kinerja usaha sesungguhnya dengan hasil nilai hasil pengukuran kinerja
berdasarkan model yang dibangun dengan menggunakan metode in depth interview. Pada
proses perbaikan kinerja dilakukan perbandingan mengenai kondisi faktor-faktor usaha
yang sesungguhnya dengan hasil penilaian dan rekomendasi perbaikan yang disarankan.
Proses validasi diwarnai dengan proses perbaikan terhadap model evaluasi kinerja
UMK. Perbaikan meliputi penyusunan ulang penggolongan perspektif, kriteria, dan
indikator kinerja, perubahan alat pengujian (tools) yang lebih tepat, konsultasi ulang
dalam penentuan bobot kepentingan indikator kinerja kunci, dan konsultasi ulang dalam
penentuan rekomendasi perbaikan. Hasil akhir menunjukkan bahwa secara umum pakar
yang terlibat menyatakan bahwa model telah dapat merepresentasikan sistem evaluasi
kinerja UMK makanan ringan keripik pisang. Berdasarkan kompetensi seluruh pakar
yang dilibatkan pada penilaian sejumlah kriteria dalam pengukuran dan perbaikan
kinerja, diharapkan validitasnya dapat dipertanggungjawabkan.

HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Disertasi Rancang Bangun Model
Manajemen Strategi Evaluasi Kinerja Usaha Mikro dan Kecil Makanan Ringan
adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada Perguruan Tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
akhir Disertasi ini.

Bogor, 2008

Rakhma Oktavina
NIM F361040041

© Hak cipta milik IPB, tahun 2008
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebut sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah.
b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

RANCANG BANGUN MODEL MANAJEMEN STRATEGI
EVALUASI KINERJA USAHA MIKRO DAN KECIL
MAKANAN RINGAN

RAKHMA OKTAVINA

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

Penguji pada Ujian Tertutup: Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, M.Sc.
Penguji pada Ujian Terbuka: Prof.Dr.Ir. Bambang Pramudya Noorachmat, M.Eng.
Dr. Ir. B.S. Kusmulyono, MBA.

Judul Disertasi

: Rancang Bangun Model Manajemen Strategi
Evaluasi Kinerja Usaha Mikro dan Kecil Makanan
Ringan
: Rakhma Oktavina
: F361040041

Nama
NIM

Disetujui,
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. M. Syamsul Ma’arif, M.Eng
Ketua

Prof. Dr. Ir. Eriyatno, MSAE
Anggota

Dr. Ir.Erliza Hambali, M.S
Anggota

Diketahui,
Ketua Program Studi
Teknologi Industri Pertanian

Dr. Ir. Irawadi Jamaran

Tanggal Ujian : 05 Agustus 2008

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr.Ir. Khairil A. Notodiputro,M.S.

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
karunia, dan hidayah-Nya sehingga disertasi ini dapat diselesaikan. Judul
disertasi ini adalah Rancang Bangun Model Manajemen Strategi Evaluasi Kinerja
Usaha Mikro dan Kecil Makanan Ringan.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga penulis
sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. M. Syamsul Ma’arif, M.Eng. sebagai ketua
komisi pembimbing, kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Eriyatno, MSAE dan Ibu Dr. Ir.
Erliza Hambali, MS, selaku anggota komisi pembimbing. Ucapan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada:
1. Rektor Universitas Gunadarma Jakarta, Dekan Fakultas Teknologi Industri,
Ketua Jurusan Teknik Industri beserta staf Jurusan Teknik Industri Universitas
Gundarma Jakarta.
2. Rektor Institut Pertanian Bogor, Dekan Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor, Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Teknologi Industri
Pertanian, Ketua Program Studi Teknologi Industri Pertanian, serta seluruh
staf pengajar Program Studi Teknologi Industri Pertanian.
3. Pengelola BPPS Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen
Pendidikan Nasional atas dukungan dana beasiswa yang telah diberikan.
4. Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Propinsi Lampung,
Kepala Dinas Koperasi dan Penanaman Modal Kotamadya Bandar Lampung,
Kepala Dinas Koperasi dan Penanaman Modal Kabupaten Lampung Selatan,
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten
Tanggamus, Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan
Kabupaten Tulang Bawang, dan Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan,
dan Koperasi Kabupaten Lampung Tengah.
5. Para pengusaha pengolahan keripik pisang di Propinsi Lampung, Bapak Dr. Ir.
Dedy Mulyadi, Bapak Ir. B. Agung Resyanto, MM., Bapak Dean Novel, SE,
MM., atas segala masukannya dan berbagi pengetahuan dan kepakaran dalam
hal evaluasi kinerja, manajemen strategis, dan usaha mikro dan kecil, sehingga
memperkuat hasil penelitian ini.
6. Rekan-rekan mahasiswa Sekolah Pascasarjana IPB, khususnya Program Studi
Teknologi Industri Pertanian khususnya angkatan 2004, terima kasih atas
dorongan moril, apresiasi, dan kerjasamanya selama ini.
7. Ayahanda H. Nizom Habdi dan ibunda Hj. Marfuah, Bapak Letkol (Purn)
Mohadi dan Ibunda Hj. Sri Indriawati, atas do’a, nasehat, dan bimbingan yang
tiada henti kepada penulis.
Penghargaan dan terima kasih yang mendalam penulis persembahkan kepada
suami tercinta Ir. Rudhi Setyawan, anak-anakku terkasih Nabila Sania Setyarahma
dan M. Nabiel Rayhan Falaah, atas segala pengertian, kesabaran, dan dorongan
yang telah diberikan selama penulis menjalani pendidikan. Akhirnya kepada
semua pihak yang telah membantu tetapi tidak dapat disebutkan satu persatu,
penulis mengucapkan terima kasih, semoga Allah SWT memberikan balasan yang
setimpal.
Bogor, 2008

Rakhma Oktavina
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, 29 Oktober 1973, sebagai anak ke
6 dari enam bersaudara dari pasangan ayahanda H. Nizom Habdi dan Ibunda Hj.
Marfuah. Pendidikan sarjana penulis diselesaikan di Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian Universitas Lampung pada tahun 1996, dan Program Magister
diselesaikan di Jurusan Teknik Manajemen Industri Institut Teknologi Bandung
pada tahun 1998. Tahun 2004 penulis menjadi mahasiswa Program Doktor
Jurusan Teknologi Industri Pertanian di Institut Pertanian Bogor dengan biaya dari
Program BPPS.
Penulis menjadi statf pengajar di Jurusan Teknik Industri Universitas
Trisakti Jakarta dari tahun 1998-2001. Bulan Juni tahun 2000 –sekarang penulis
menjadi staf pengajar tetap di Jurusan Teknik Industri Universitas Gunadarma
Jakarta. Tahun 2001-sekarang penulis dipercaya sebagai Kepala Laboratorium
Teknik Industri Dasar Universitas Gunadarma.
Tahun 1999 penulis menikah dengan Ir. Rudhi setyawan, hingga kini
dikaruniai dua orang anak, Nabila Sania setyarahma (8,5 th) dan M. Nabiel
Rayhan Falaah (4,5 th).
Sebagai media menambah wawasan yang relevan dengan bidang kajian
penelitian S3, penulis bergabung dalam tim kajian upaya peningkatan kinerja
diklat kerja, diklat teknis, dan diklat fungsional Pemerintah Daerah Kabupaten
Tangerang (tahun 2007-2008), dan berkesempatan memperoleh dana Proyek
Pengkajian dan Penelitian Ilmu Pengetahuan Terapan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, untuk kategori
Penelitian Dosen Muda dengan judul Model Peningkatan Kinerja Usaha Kecil
Pengolahan Keripik Pisang di Propinsi Lampung (tahun 2006).
Selama menjalani pendidikan S3, penulis telah menghasilkan beberapa
artikel ilmiah yang telah dipublikasikan. Karya ilmiah berjudul Penentuan
Indikator Kinerja Kunci Berdasarkan Sistem Manajemen Strategi Pada Usaha
Mikro dan Kecil Makanan Ringan Keripik Pisang telah dipublikasikan dalam
jurnal terakreditasi Ekonomi dan Komputer Universitas Gunadarma pada tahun
2006. Karya ilmiah yang berjudul Key Performance Indicator Based on External
and Internal Environtments of Micro and Small Enterprises in Lampung Province
dipresentasikan pada International Seminar on Industrial Engineering and
Management (ISIEM) 2007 di Jakarta. Karya ilmiah lain yang berjudul Penentuan
Prioritas Indikator Kinerja Kunci Berdasarkan Sistem Manajemen Strategi Pada
Usaha Mikro dan Kecil (Studi Kasus Pada UMK Keripik Pisang di Propinsi
Lampung) telah disajikan pada Seminar Nasinal Perencanaan Sistem Industri
(SNPSI) 2008 di Institut Teknologi Bandung. Makalah yang berjudul Sistem
manajemen Ahli Pengukuran Kinerja Usaha Mikro dan Kecil Makanan Ringan
telah disajikan pada Seminar Nasional Badan Kerjasama Pendidikan Tinggi
Teknik Industri Indonesia (BKSTI) 2008 di Universitas Hasanuddin, Makassar.
Artikel lain yang berjudul Rancang Bangun Model Evaluasi Kinerja Usaha Mikro
dan Kecil Makanan Ringan akan diterbitkankan pada jurnal teakreditasi di
Jurusan Teknik Industri, Institut Pertanian Bogor.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemajuan perekonomian nasional menuntut perusahaan harus mampu
melakukan ”penciptaan nilai” (value creation), dengan cara mengelola sumberdaya
berupa”aktiva berwujud” (tangible assets) maupun ”aktiva tak berwujud” (intangible
assets) melalui pengetahuan yang dimilikinya.

Menurut Huseini (1999), dari

pengetahuan inilah daya saing perusahaan dapat diwujudkan, karena pada akhirnya
barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan yang unggul akan selalu
bertumpu pada strategi berbasis sumberdaya (resource-based strategy) dan strategi
berbasis pengetahuan (knowledge-based strategy).
Keberhasilan perusahaan dalam persaingan membutuhkan suatu strategi yang
mampu menyesuaikan antara aktivitas perencanaan dan pengendalian (Yuwono et al.,
2004). Menurut Kaplan dan Norton (1996), pengelolaan strategi dibutuhkan dalam
rangka meminimasi resiko yang harus dihadapi oleh perusahaan pada saat mengambil
suatu

keputusan, atau dikenal sebagai manajemen strategi.

Melalui sistem

manajemen strategi, perusahaan dapat menterjemahkan strateginya ke dalam sistem
pengukuran tertentu sehingga memiliki kemampuan yang lebih baik dalam
menjalankan strategi tersebut dengan resiko minimum, yang oleh Gilad (2004) disebut
sebagai strategi berbasis resiko (Risk Strategy). Hasil pengukuran tersebut kemudian
digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi
pada berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang terdapat dalam perusahaan, atau lebih
dikenal sebagai kinerja perusahaan.
Menurut Younker (1993), perencanaan kinerja yang efektif meliputi tiga
proses utama, yaitu pengukuran status kinerja awal, perencanaan perbaikan kinerja
yang didasarkan pada strategi dan taktik, dan pengukuran status kinerja setelah
perbaikan. Upaya perbaikan terhadap berbagai indikator yang terdapat dalam aspek
kinerja bukan hanya berasal dari lingkungan internal

tetapi

juga berasal dari

lingkungan eksternal perusahaan, sehingga dalam penentuan indikator kinerja
perusahaan, skala usaha menjadi salah satu hal yang perlu dipertimbangkan. Istilah
usaha mikro dan kecil, usaha menengah serta usaha besar memiliki beberapa dasar
pembeda.

Dari ketiga kelompok usaha tersebut, usaha mikro dan kecil (UMK)

2

merupakan kelompok yang mendominasi aktivitas kewirausahaan (Heryadi, 2004).
Berdasarkan hasil sensus ekonomi tahun 2006 (BPS, 2007), sebagian besar
merupakan usaha mikro (UM) dan usaha kecil (UK) dengan persentase masingmasing 83,43 persen dan 15,84 persen atau total usaha mikro dan kecil menjadi 99,2
persen. Sedangkan jumlah perusahaan yang merupakan usaha menengah dan besar
(UMB) hanya 166,4 ribu atau tidak lebih dari satu persen terhadap seluruh
perusahaan/usaha, dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 84,4%. Tetapi jumlah
yang besar tersebut umumnya belum diikuti dengan kinerja usaha yang tinggi.
Beberapa permasalahan pokok masih dihadapi oleh usaha mikro dan kecil (UMK).
Produktivitas usaha dan tenaga kerja belum menunjukkan kenaikan yang berarti. Hal
ini masih mengakibatkan ketimpangan yang besar antara usaha mikro, kecil,
menengah, dan besar. Atas dasar harga berlaku tahun 2005, produktivitas per tenaga
kerja usaha mikro dan kecil adalah sebesar Rp14,6 juta dan usaha menengah sebesar
Rp67,8 juta, dan produktivitas per tenaga kerja usaha besar telah mencapai Rp482,5
juta.
Usaha mikro dan kecil pada dasarnya merupakan salah satu penggerak
perekonomian daerah yang mampu memproduksi barang dan jasa yang menggunakan
bahan baku utama yang berbasis pada pendayagunaan sumberdaya alam, bakat, dan
karya seni tradisional dari daerah setempat (Departemen Perindustrian dan
Perdagangan, 2002). Usaha mikro dan kecil dalam perekonomian domestik semakin
meningkat terutama setelah krisis 1997. Usaha mikro dan kecil mempunyai potensi
dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam mendukung perekonomian
nasional. Usaha mikro bersama usaha kecil juga mampu bertahan menghadapi
goncangan krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997.
Indikatornya antara lain, serapan tenaga kerja antara kurun waktu sebelum krisis dan
ketika krisis berlangsung tidak banyak berubah, dan pengaruh negatif krisis terhadap
pertumbuhan jumlah usaha mikro dan kecil lebih rendah dibanding pengaruhnya pada
usaha menengah dan besar. Lebih jauh lagi, usaha mikro dan usaha kecil telah
berperan sebagai penyangga (buffer) dan katup pengaman (safety valve) dalam upaya
mendorong pertumbuhan ekonomi, serta menyediakan alternatif lapangan pekerjaan
bagi para pekerja sektor formal yang terkena dampak krisis.

3

Dari sisi kontribusi terhadap pendapatan nasional, pada tahun 2005 peran
UMK terhadap penciptaan produk domestik bruto nasional menurut harga berlaku
tercatat sebesar Rp. 1.491,06 triliun atau 53,54%, kontribusi usaha kecil tercatat
sebesar Rp. 1.053,34 triliun atau 37,82% dan UMK sebesar Rp. 437,72 triliun atau
15,72% dari total PDB nasional , selebihnya adalah usaha besar yaitu Rp. 1.293,90
triliun atau 46,46%. Sedangkan pada tahun 2006, peran UMK terhadap penciptaan
produk domestik bruto nasional menurut harga berlaku tercatat sebesar Rp. 1.778,75
triliun atau 53,28% dari total PDB nasional mengalami perkembangan sebesar Rp.
287,68 triliun atau 19,29% dibanding tahun 2005. Kontribusi UK tercatat sebesar Rp.
1.257,65 triliun atau 37,67% dan UMK sebesar Rp. 521,09 triliun atau 15,61%,
selebihnya sebesar Rp. 1.559,45 triliun atau 46,72% merupakan kontribusi usaha
besar.
Dalam arah pengembangan usaha mikro dan kecil sebagai penggerak
perekonomian daerah ditetapkan bahwa lingkup komoditas prioritas meliputi: (1)
usaha makanan ringan, (2) usaha sutera alam, (3) usaha penyamakan kulit, (4) usaha
minyak sawit, (5) usaha pupuk (alam dan organik), (6) usaha garam, (7) usaha
genteng, (8) usaha alsintani dan pandai besi, (9) usaha kapal ≤ 100 GT, (10) usaha
motorisasi kapal nelayan, (11) usaha alat pertanian tradisional, (12) usaha tenun
tradisioal, (13) usaha perhiasan, (14) usaha anyaman (Departemen Perindustrian dan
Perdagangan, 2003).
Propinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang mempunyai potensi
cukup besar dalam pengembangan usaha mikro dan kecil, terutama untuk industri
makanan ringan dengan orientasi pasar antar daerah maupun ekspor (Departemen
Perindustrian dan Perdagangan, 2002). Hal ini karena Propinsi Lampung memiliki
potensi ketersediaan bahan baku serta adanya iklim usaha yang mendukung bagi
terselenggaranya ekonomi kerakyatan.

Salah satu jenis usaha mikro dan kecil

makanan ringan yang memiliki prospek sangat potensial untuk dikembangkan di
Propinsi Lampung adalah usaha pembuatan kripik pisang. Usaha pengolahan keripik
pisang di Propinsi Lampung tersebar pada beberapa daerah sentra produksi, seperti di
kotamadya Bandar Lampung, Kabupetan Tanggamus, Kabupaten Lampung Selatan,
Kabupaten Tulang Bawang, dan Kabupaten Lampung Tengah (Dinas Koperasi
Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Lampung, 2004).

Jumlah ini diperkirakan

akan terus meningkat mengingat pisang memang merupakan salah satu komoditas

4

unggulan Propinsi Lampung (Kementrian Ristek dan Lembaga Penelitian Universitas
Lampung, 2003).
Berkembangnya jumlah pelaku usaha mikro dan kecil pengolahan keripik
pisang di Propinsi Lampung dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah
karena pengolahan pisang menjadi keripik tidak memerlukan teknologi yang tinggi
dan modern. Oleh karena itu industri ini dapat diterapkan pada industri skala kecil dan
industri rumah tangga (Hambali et al., 2005). Sebab lainnya adalah ketersediaan
bahan baku dan iklim usaha yang mendukung mengingat berdasarkan program
pengembangan industri pisang yang dikeluarkan oleh Departemen Pertanian (2005),
menunjukkan bahwa hingga tahun 2015, keripik pisang masih termasuk dalam
kelompok komoditas yang dikembangkan dan mampu memberikan nilai tambah yang
cukup besar yaitu 100-150 kali dibandingkan komoditas pisang tanpa olahan.
Masalah yang terjadi pada usaha

pengembangan usaha mikro dan kecil

pengolahan keripik pisang di Propinsi Lampung adalah masih rendahnya
produktivitas, mutu, dan daya saing terhadap kompetitornya.

Hal ini berkaitan

dengan ketidakmampuan usaha mikro dan kecil tersebut untuk mengoptimalkan
sumberdaya yang dimiliki dan mengelola lingkungan bisnis internal maupun
eksternalnya berdasarkan pada prinsip-prinsip manajemen strategi.
Menurut Anderson (1982) di dalam Tambunan (2002), salah satu faktor utama
penyebab berkurangnya peranan usaha mikro dan kecil di negara-negara dengan
tingkat pendapatan yang tinggi adalah akibat pergeseran fungsi konsumsi masyarakat.
Selain itu sesuai teori Engel, kelompok masyarakat kaya cenderung membelanjakan
sebagian besar dari pendapatan mereka untuk membeli barang-barang non-makanan
yang sebagian besar adalah barang-barang impor atau produk-produk dalam negeri
buatan usaha menengah dan besar, yang lebih baik kualitasnya, lebih indah bentuk
dan warnanya, lebih bagus penampilannya, dibandingkan barang-barang serupa
buatan industri kecil.

Apabila teori Engel ini memang terbukti berlaku, maka

diperlukan strategi pengelolaan oleh UMK agar dapat bertahan dalam persaingan.
Selanjutnya karena daya saing UMK
dibutuhkan suatu model
manajemen strategi.

ditentukan oleh kinerja usahanya, maka

evaluasi kinerja yang

didasarkan pada prinsip-prinsip

5

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Merancang model evaluasi kinerja usaha
mikro dan kecil (UMK) makanan ringan berdasarkan prinsip-prinsip manajemen
strategi, (2) Merancang sistem manajemen ahli dalam mengevaluasi kinerja suatu
usaha mikro dan kecil makanan ringan berbasis pada strategi sumberdaya,
pengetahuan, dan risiko.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk keperluan pengembangan usaha mikro dan kecil
di Lampung, khususnya pada sektor industri makanan ringan. Verifikasi dan validasi
model evaluasi kinerja dilakukan pada salah satu UMK makanan ringan yaitu usaha
pengolahan keripik pisang, dilakukan pada beberapa daerah sentra produksi, yaitu
Kotamadya Bandar Lampung, Kabupetan Tanggamus, Kabupaten Lampung Selatan,
Kabupen Tulang Bawang, dan Kabupaten Lampung Tengah.

Model evaluasi kinerja dibangun dengan menggunakan pendekatan sistem
manajemen strategi yang terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama adalah studi
pendahuluan yang bertujuan untuk mengidentifikasi indikator kinerja yang dianggap
penting dari suatu UMK makanan ringan. Tahap kedua adalah penggunaan strategi
berbasis sumberdaya dan pengetahuan yang bermanfaat dalam mentransformasikan
data mengenai karakteristik teknis standar dan indikator kinerja kunci dengan
menggunakan teknik Ordered Weighted Averaging (OWA) Operators. Pada tahap
ini juga dilakukan penentuan bobot kepentingan indikator kinerja kunci yang
didasarkan pada teknik Proses Hirarki Analitik

yang bersifat fuzzy (Fuzzy

Analytical Hierarchy Process) untuk memperoleh informasi tentang indikator yang
harus diperbaiki, tingkat hubungan indikator kinerja kunci dan karakteristik teknis.
Tingkat kepentingan perbaikan indikator kinerja kunci dan alternatif rekomendasi
perbaikan kinerja diolah dengan teknik OWA Operators.

Tahap ketiga adalah perancangan model evaluasi kinerja. Model pengukuran
kinerja menggunakan teknik Pengukuran yang Berimbang (Balanced Scorecard).

6

Selain itu dilakukan penetapan target level kinerja dengan menggunakan metode
benchmarking dan teknik Fuzzy Analytical Hierarchy Process. Model perbaikan
terhadap indikator kinerja UMK pengolahan keripik pisang dilakukan dengan
menggunakan teknik Penyebaran Fungsi Kualitas (Quality Function Deployment QFD). Penggunaan strategi berbasis risiko dilakukan melalui perancangan model
pemeringkatan (rating) UMK dan deteksi dini level kinerja UMK. Model
pemeringkatan menggunakan teknik Perbandingan Indeks Kinerja (Comparative
Performance Index – CPI) untuk mengetahui kondisi UMK saat ini dan mengelola
(mengatasi) resiko yang telah terjadi. Model deteksi dini dilakukan melalui penentuan
level kinerja UMK pada berbagai kondisi lingkungan eksternal yang dinamis dengan
menggunakan teknik Jaringan Syaraf Tiruan (JST). Deteksi dini ditujukan untuk
mengelola (mencegah) resiko yang belum terjadi. Kedua pendekatan tersebut
ditujukan untuk menghasilkan informasi yang akurat tentang berbagai indikator
kinerja UMK makanan ringan dan sebagai input penentuan tingkat kinerja optimum.
Implementasi model dilakukan terhadap usaha mikro dan kecil pengolahan keripik
pisang untuk mengetahui apakah model dapat bekerja pada level unit usaha.

Manfaaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat ilmiah bagi pengembangan
teori evaluasi kinerja usaha mikro dan kecil makanan ringan di Indonesia melalui
deskripsi indikator dan integrasi teknik perbaikan kinerja yang mampu memberikan
evaluasi kinerja secara optimum. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan manfaat praktis bagi pelaku usaha mikro dan kecil makanan ringan
dalam penentuan strategi evaluasi kinerja usahanya, serta sebagai dasar pengambilan
kebijakan bagi pemerintah dalam upaya pengembangan usaha mikro dan kecil
makanan ringan di Indonesia.

Landasan Konseptual
Strategi merupakan alat penting dalam rangka mencapai keunggulan bersaing.
Strategi juga merupakan suatu rencana yang disatukan, menyeluruh, dan terpadu,

7

untuk menjamin pencapaian tujuan perusahaan (Wheelen dan Hunger, 1996; Jauch
dan Glueck, 1997; Blocher et al., 1999). Keberhasilan organisasi mengelola kinerja
yang berbasis pada sumberdaya yang dimilikinya dapat dicapai apabila kombinasi
perencanaan strategi yang baik dengan pelaksanaan strategi yang baik pula. Untuk itu
pengetahuan mengenai manajemen strategi yang berkaitan dengan kinerja usaha
dibutuhkan dalam rangka optimalisasi sumberdaya untuk mencapai kinerja bisnis
yang efektif dalam lingkungan yang berubah (Wheelen dan Hunger, 1996; Jauch dan
Glueck, 1997), karena lingkungan (eksternal) merupakan faktor kontekstual penting
yang mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan (Hamel dan Prahalad, 1990;
Child, 1997). Untuk menjaga kesiapan UMK dalam menghadapi perubahan
lingkungan eksternal yang bersifat makro, perlu dilakukan deteksi dini (peramalan)
terhadap level kinerja UMK pada berbagai kondisi lingkungan eksternal yang dinamis
dilakukan dengan menggunakan prinsip manajemen strategi berbasis resiko. Menurut
Gilad (2004), dengan melakukan deteksi dini maka perusahaan dapat menjalankan
strateginya dengan resiko minimum. Dengan kata lain, kesesuaian antara lingkungan
organisasi dan strategi akan berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi (Kelly,
1993).
Proses manajemen strategi meliputi empat elemen dasar, yaitu (1) pengamatan
lingkungan (eksternal dan internal), (2) perumusan strategi, (3) implementasi strategi,
(4) evaluasi dan pengendalian (Wheelen dan Hunger, 1996; Jauch dan Glueck, 1997).
Variabel lingkungan eksternal terdiri atas lingkungan sosial dan lingkungan tugas,
sedangkan variable lingkungan internal terdiri atas struktur, budaya dan sumberdaya
perusahaan. Kedua variabel tersebut memiliki hubungan dengan strategi perusahaan
dalam tujuan meningkatkan kinerjanya.
Variabel lingkungan eksternal terdiri atas variabel-variabel di luar organisasi
dan tidak secara khusus ada dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen
puncak.

Lingkungan internal terdiri atas variabel-variabel yang ada di dalam

organisasi tetapi biasanya tidak dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen
puncak (Gupta dan Govindarajan, 1999; Wheelen dan Hunger, 1996; Jauch dan
Glueck, 1997).
Menurut Wheelen dan Hunger (1992), lingkungan eksternal terdiri atas dua
bagian, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan kerja. Lingkungan sosial merupakan

8

kekuatan umum yang secara tidak langsung berhubungan dengan aktivitas-aktivitas
organisasi jangka pendek tetapi sering kali dapat mempengaruhi keputusan jangka
panjang, yaitu kekuatan ekonomi, kekuatan teknologi, kekuatan hukum-politik,
kekuatan sosio-kultural.

Kekuatan hukum-politik dan sosio-kultural merupakan

kekuatan yang bersifat sensitif sehingga tidak termasuk dalam kapasitas pengkajian
penelitian. Lingkungan kerja meliputi elemen-elemen atau kelompok-kelompok yang
berpengaruh langsung kepada perusahaan dan pada gilirannya akan dipengaru