memberikan suatu dasar luas untuk mengevaluasi praktik dan mereflesikan pengakuan hak- hak manusia yang menerima asuhan keperawatan Am, 1980.
2.1.2 Pengkajian Diagnosa
Menurut Nurjannah, 2012 dalam menentukan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien, untuk itu maka diperlukan pengkajian keperawatan untuk
mempermudah perawat dalam menentukan diagnosa yang di alami oleh pasien, maka dari itu perlu dilakukan langkah-langkah pengkajian berikut dalam menentukan diagnosa :
Pengkajian tanda vital Pengkajian untuk keamanan
Pengkajian untuk situasi khusus Pengkajian untuk klien hamil Pengkajian untuk sistem gastrointestinal
Pengkajian untuk sisstem perkemihan Pengkajian aktifitas, istirahat dan mobilitasPergerakan
Pengkajian kenyamanan, kulit, dan integritas jaringan Pengkajian untuk nutrisi
Pengkajian kondisi psikologi Pengkajian untuk kognitif dan persepsi
Pengkajian untuk spiritual, values, dan religious Pengkajian untuk tingkah laku
Pengkajian untuk seksualitas dan aspek sosial Pengkajian bayianak
Pengkajian Caregiver Pengkajian Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Pengkajian Keluarga Pengkajian lingkungan
Pengkajian terkait karakteristik
2.1.3. Jenis Diagnosa keperawatan
Penentuan diagnosa kesperawatan, bagaimanapun lebih sulit dan kompleks dari pada penentuan diagnosa medis. Hal itu dikarenakan data dari hasil pengkajian tidak selalu
menjadi data batasan karakteristik S dalam format PES pada diagnosa keperawatan, tetapi juga bisa menjadi etiologi E pada format PES. Data ini bahkan bisa berfungsi sebagai label
diagnosa itu sendiri Herdman, 2012. Diagnosa keperawatan menurut Carpenito 2001 dapat di bedakan menjadi diagnosa keperawatan syndrome dan kolaborasi, Sedangkan
menurut Herdman 2012 diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi diagnosa keperawatan aktual, resiko, kemungkinan, dan kesejahteraan. Diagnosa keperawatan
menurut Carpenito 2001 dan Herdman 2012 dapat di jelaskan sebagai berikut :
1. Aktual : suatu diagnosa keperawatan yang menggambarkan penilaian klinis yang harus di
validasi oleh perawat karena adanya batasan karakteristik mayor. Jenis keperawatan tersebut memiliki empat komponen : dimulai dari label, defenisi, karakteristik dan faktor
yang berhubungan. Label yang di berikan juga harus singkat dan jelas, hal itu bertujuan untuk mempermudah dalam membantu membedakan diagnosa yang ada agar dapat di
bedakan antara diagnosa yang satu dengan diagnosa yang lainnya. Syarat untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan maka di perlukan adanya Problem, etiology,
symptom PES yang dijelaskan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Problem Masalah
Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan atau masalah kesehatan klien secara singkat dan sejelas mungkin. Karena pada bagian ini
dari diagnosa keperawatan mengidentifikasi apa yang tidak sehat tentang klien dan apa yang harus di rubah tentang status kesehatan klien dan juga memberikan
pedoman terhadap tujuan dari asuhan keperawatan. Dengan menggunakan standar diagnosa dari Herdman mempunyai keuntungan yang signifikan yaitu :
a. Untuk membantu perawat untuk berkomunikasi antara yang satu dengan yang
lainnya dengan menggunakan istilah yang di mengerti secara umum. b.
Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan yang ada dengan masalah medis.
c. Semua perawat dapat bekerjasama dalam menguji dan mendefenisikan kategori
diagnosa dalam mengidentifikasi kriteria pengkajian dan intervensi keperawatan dalam meningkatkan asuhan keperawatan.
2. Etiologi Penyebab
Etiologi penyebab adalah faktor faktor klinik dan personal yang dapat merubah status
kesehatan atau
mempengaruhi perkembangan
masalah. Etiologi
mengidentifikasi fisiologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual serta faktor-faktor lingkungan yang di percaya berhubungan dengan masalah baik sebagai penyebab
maupun faktor resiko. Karena etiologi mengidentifikasi faktor yang mendukung terhadap faktor masalah kesehatan klien, maka etiologi sebagai pedoman atau sasaran
langsung dari intervensi keperawatan. Jika terjadi kesalahan dalam menentukan penyebab maka tindakan keperawatan menjadi tidak efektif dan efesien.
Universitas Sumatera Utara
3. Symptom tanda atau gejala
Merupakan identifikasi data objektif dan subjektif sebagai tanda dari masalah keperawatan memerlukan kriteria evaluasi.
2. Resiko : diagnosa keperawatan resiko menggambarkan penilaian klinis dimana individu
maupun kelompok lebih rentan mengalami masalah yang sama di bandingkan orang lain di dalam situasi yang sama atau serupa. Syarat untuk menegakkan diagnosa resiko ada
unsur PE Problem and Etiologi dan untuk penggunaan batasan karakteristik yaitu “resiko dan resiko tinggi “ tergantung dari tingkat kerentanankeparahan suatu masalah.
Dan faktor yang terkait untuk diagnosa keperawatan resiko merupakan faktor yang sama dengan keperawatan aktual seperti yang sudah dibahas sebelumnya di diagnosa
keperawatan aktual.
3. Kemungkinan : diagnosa kemungkinan adalah diagnosa keperawatan yang memerlukan
data tambahan, hal tersebut bertujuan untuk mencegah timbulnya suatu diagnosa yang bersifat sementara, dan dalam menentukan suatu diagnosa keperawatan yang bersifat
sementara bukanlah menunjukan suatu kelemahan atau keraguan dalam menentukan suatu diagnosa, akan tetapi merupakan suatu proses penting dalam keperawatan.
4. Kesejahteraan : diagnosa keperawatan kesejahteraan merupakan penilaian klinis tentang
keadaan individu, keluarga atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu menjadi tingakat sejahtera yang lebih tinggi Herdman, 2007.
5. Syndrome : diagnosa syndrome merupakan kumpulan gejala diagnosa keperawatan,
karena terdiri dari diagnosa keperawatan aktual dan resiko yang di perkirakan ada karena situasi atau peristiwa tertentu. Dan didalam diagnosa syndrome terdapat etiologi dan
faktor pendukung lainnya yang bertujuan untuk mempermudah dalam menegakkan suatu diagnosa. Carpenito, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun begitu ada juga beberapa data yang mempunyai banyak diagnosa keperawatan adalah „tekanan darah‟ yang ditemukan dalam diagnosa keperawatan „Activity
Intolerance ’, „Anxiety „ , ‘Decreased Cardiac Output ‘, ‘Fear, ‘Deficient Fluid Volume’,’
Excess Fluid Volume’, ‘Acute pain ‘, ‘ineffective Tissue Perfusion ‘ dan ‘dysfunctional Ventilator Weaning Response
„ Herdman, 2012. Kenyataan ini menunjukan adanya diagnosa banding yang perlu dicermati oleh perawat meskipun hanya dengan satu tanda dan
gejala saja. Dalam proses „Diagnostic Reasoning’ dalam keperawatan, mengidentifikasi kemungkinan diagnosa Possible diagnoses merupakan bagian penting dari proses
„Diagnostic Reasoning’ Westfall, 1986. Informasi mengenai kemungkinan apa diagnosa keperawatan dan masalah kolaborasinya perlu di sadari oleh perawat sehingga akan
memunculkan proses berpikir lebih lanjut untuk dapat mengkonfirmasi berbagai kemungkinan diagnosa tersebut melalui pengkajian fokus.
2.1.4 Diagnosa Kolaborasi
Diagnosa kolaborasi merupakan suatu masalah keperawatan dimana perawat perlu membuat suatu keputusan klinik yang akurat dan tepat terkait dengan perubahan
patofisiologis pada status kesehatan klien. Telah diketahui bahwa tanda dan gejala yang didapatkan dalam pengkajian dapat menjadi milik diagnosa keperawatan atau kolaboratif.
Tetapi pada kenyataannya ini tampak tidak terlalu diperhatikan dalam pros es „diagnostic
reasoning ‟. Referensi yang ada biasanya juga memisahkan dua hal ini, contohnya Carpenito
2006 Carpenito , 2008 adalah referensi yang membedakan diagnosa keperawatan dan diagnosa kolaborasi dalam dua topik yang berbeda. Kenyataan pembagian data tersebut
sangat penting sekali diketahui perawat. Salah satu contoh kegunaan pengetahuan ini adalah apabila perawat tahu data mana saja yang hanya akan memunculkan diagnosa potensial
komplikasi, maka perawat perlu menyampaikan data ini pada dokter sebagai petugas
Universitas Sumatera Utara
kesehatan professional yang ikut berkepentingan terhadap data ini. Hal ini dikarenakan diagnosa potensial komplikasi merupakan‟ grey area „ dimana perawat bersentuhan dengan
medis. Tim medis akan melihat seorang perawat cakap apabila perawat mampu dalam hal diagnosa potensial komplikasi. Tentunya ini berbeda dengan diagnosa keperawatan yang
betul-betul milik perawat dan intervensinya pun mandiri oleh perawat. Diagnosa kolaborasi dapat berlangsung secara optimal, jika semua anggota profesi mempunyai keinginan untuk
bekerjasama. Perawat dan dokter saling bekerja sama dan saling ketergantungan antara satu dengan yang lain, di mana perawat dan dokter berkontribusi dalam perawatan individu,
keluarga dan masyarakat. Perawat sendiri merupakan sebagai anggota yang membawa perspektif dalam tim inter disiplin. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain. Inti dari suatu hubungan kolaborasi yaitu adanya perasaan saling ketergantungan interdefensasi
untuk
kerjasama dan bekerjasama. Bekerjasama dalam suatu kegiatan dapat memfasilitasi kolaborasi yang baik. Kerjasama mencerminkan proses koordinasi pekerjaan agar tujuan atau
target yang telah di tentukan dapat tercapai Carpenito, 2006. Didalam diagnosa keperawatan kolaborasi yang perlu di perhatikan yaitu tanggung
jawab dari keperawatan, mulai dari mendiagnosa, mengintervensi serta meperhatikan kemajuan yang dialami oleh klien. Dalam hal ini perawat tidak sendiri, melainkan
melakukan kolaborasi dengan dokter dan praktisi kesehatan lainnya untuk memantau
kestabilan fisiologis dari klien, kemudian untuk melihat perlu atau tidaknya dilakukan tindakan Carpenito, 1983.
2.1.5 Penegakkan diagnosa keperawatan