Teori sosial Teori interaksi sosial.

jaringan kolagen. Ikatan ini menyebakan kurangnya elastisitas, kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.

1.2.2 Teori psikologi

Seiring dengan penambahan usia, perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungankan dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi. Penurunan fungsi sensorik mengakibatkan penurunan kemampuan untuk menerima, memproses, dan merespon stimulus sehingga terkadang akan muncul aksireaksi yang berbeda dari stimulus yang a da. Kemampuan kognitif lansia dapat dihubungkan dengan penurunan fisiologis organ otak namun pada saat dikaji fungsi positif lebih tinggi, seperti simpanan informasi usia lanjut, kemampuan memberi alasan secara abstrak, dan melakukan penghitungan. Kemampuan belajar yang menurun pada lansia terjadi karena keadaan fungsional organ otak dan kurangnya motivasi pada lansia yang menganggap bahwa lansia sendiri merupakan beban bagi orang lain dan keluarga.

1.2.3 Teori sosial Teori interaksi sosial.

Teori ini menjelaskan mengapa lansia bertindak pada situasi terrtentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Simon 1945, mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya atas dasar kemampuannya untuk melakukan tukar-menukar. Menurut Dowd 1980, interaksi antara pribadi dan kelompok merupakan upaya untuk meraih keuntungan Universitas Sumatera Utara sebesar-besarnya dan menekan kerugian hingga sedikit mungkin. Kekuasaan akan timbul apabila seseorang atau kelompok mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan pribadi atau kelompok lainnya. Pada lansia, kekuasaan dan prestisenya berkurang, sehingga menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah. Teori penarikan diri. Teori ini merupakan teori awal tentang penuaan yang diperkenalkan oleh Gumming dan Henry 1961. Kemiskinan dan menurunnya derajat kesehatan yang diderita lansia mengakibatkan seorang lansia perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan di sekitarnya. Proses penuaan mengakibatkan interaksi sosial menurun, baik secara kualitas dan kuantitas. Menurut teori ini seorang lansia dinyatakan mengalami proses penuaan yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi serta mempersiapkan diri dalam menghadapi kematian. Teori kesinambungan. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah meskipun ia telah menjadi lansia. Lansia tidak disarankan untuk melepaskan perannya tetapi harus memilih peran yang harus dipertahankan dan dihilangkan. Peran lansia yang hilang tidak perlu diganti dan lansia berkesempatan untuk memilih berbagai macam cara untuk beradaptasi. Universitas Sumatera Utara Teori perkembengan. Teori ini menjelaskan bagaiman proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif ataupu negatif. Akan tetapi, teori ini tidak menggariskan bagaimana cara menjadi tua yang diinginkan atau seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut. Havighurst dan Duvali menguraikan tujuh jenis tugas perkembangan developmental task selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lansia, yaitu : penyesuaian terhadap penurunan kemampuan fisik dan psikis, penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan, menemukan makna kehidupan, mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga, penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia, dan menerima dirinya sebagai orang lansia. Teori sratifikasi usia. Wiley 1971 menyusun stratifikasi usia berdasarkan usia kronologis yang menggambarkan adanya perbedaan kapasitas, peran, kewajiban, dan hak mereka berdasarkan usia. Elemen penting dari model stratifikasi usia adalah struktur dan prosesnya. Struktur mencakup bagaimana peran dan harapan menurut penggolongan usia, bagaimanakah penilaian strata oleh strata itu sendiri dan strata lainnya, bagaiman terjadinya penyebaran peran dan kekuasaan yang tak merata pada masing-masing strata, yang didasarkan pada pengalaman dan kebijakan lansia. Proses mencakup hal-hal sebagai berikut : bagaimana menyesuaikan kedudukan seseorang dengan peran yang ada, dan bagaimana cara mengatur transisi peran secara berurutan dan terus menerus. Pendekatan yang dilakukan pada teori ini bersifat deterministik dan dapat dipergunakan untuk mempelajari sifat lansia secara kelompok dan bersifat makro. Universitas Sumatera Utara

1.2.4 Teori spiritual