Pengertian mediasi Peran dan Fungsi Mediator

Universitas Sumatera Utara yang kita harapkan. Hambatan dalam persuasi banyak jenisnya, hambatan tersebut antara lain: noise factor, semantic factor, kepentingan, motivasi dan prasangka. Noise factor adalah hambatan berupa suara – suara yang mengganggu komunikasi sehingga tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Semantic factor adalah hambatan berupa pemakaian kata atau istilah – istilah yang menimbulkan salah paham atau salah pengertian. Hambatan berupa semantic factor tidak jarang mengakibatkan kesalahan – kesalahan yang fatal. Kepentingan kepentingan akan membuat seseorang atau banyak orang secara selektif memberikan penghayatan atau tanggapannya. Orang orang hanya akan memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai dengan keinginan, kebutuhan, dan kekurangannya. Keinginan, kebutuhan dan kekurangan seseorang akan berbeda dengan orang lainnya dari waktu ke waktu dan dari satu tempat ke tempat lain, sehingga motivasi berbeda dalam intensitasnya. Demikian pula intensitas tanggapan seseorang terhadap suatu komunikasi. Prasangka merupakan salah satu hambatan berat terhadap sesuatu kegiatan komunikasi, oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa apa sudah bersikap was was dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. Dalam prasangka emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar kecurigaan tanpa menggunakan pikiran yang rasional. Emosi sering kali membutakan pikiran dan pandangan kita terhadap fakta yang nyata.

2.1.3 Mediasi

2.1.3.1 Pengertian mediasi

Menurut Kovach “facilitated negotiation. It process but whish a neutral third party, the mediator, assist disputing parties in reaching a mutually satisfaction solution” Mediasi mengandung unsur – unsur sebagai berikut: 1. Sebuah proses penyelesaian sengketa yang berdasarkan perundingan. 2. Mediator terlibat dan diterima oleh pihak yang bersengketa didalam perundingan. Universitas Sumatera Utara 3. Mediator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk mencari penyelesaian. 4. Mediator tidak mempunyai kewenangan membuat keputusan selama perundingan berlangsung. 5. Tujuan mediasi adalah untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang dapat diterima pihak – pihak yang bersengketa guna mengakhiri sengketa.

2.1.3.2 Peran dan Fungsi Mediator

Raiffa melihat peran mediator sebagai sebuah garis rentang, yakni dari sisi peran yang terlemah hingga sisi peran terkuat. Sisi peran terlemah adalah apabila mediator hanya melaksanakan perannya yakni : • Penyelenggara pertemuan • Pemimpin diskusi netral • Pemelihara dan penjaga aturan perundingan agar proses perundingan berlangsung secara beradap. • Pengendali emosi para pihak • Pendorong pihak perunding yang kurang mampu atau segan mengemukakan pendapatnya. Sisi peran kuat oleh mediator bila perundingan mengerjakan melakukan hal – hal diantaranya: • Mempersiapkan dan membuat notulen perundingan • Merumuskan titik temu kesepakatan para pihak • Membantu para pihak agar menyadari, bahwa sengketa bukan sebuah pertarungan untuk di menangkan tapi di selesaikan. • Menyusun dan mengusulkan alternatif pemecahan masalah. • Membantu para pihak menganalisis alternatif pemecahan masalah. • Membantu para pihak menganalisis alternatif pemecahan masalah itu. Universitas Sumatera Utara Fuller dalam Riskin dan Westbrook menyebutka 7 fungsi mediator, yaitu: 1. Sebagai Kansalisator, bahwa kehadiran mediator dalam proses perundingan mampu mendorong lahirnya suasana yang konstruktif bagi diskusi. 2. Sebagai pendidik, seorang berusaha memahami aspirasi, prosedur kerja, keterbatasan politis dan kendala usaha dari para pihak. Oleh sebab itu, ia harus berusaha melibatkan diri dalam dinamika perbedaan diantara para pihak. 3. Sebagai penerjemah, mediator berusaha menyampaikan dan merumuskan usulan pihak yang satu kepada pihak yang lain melalui bahsa dan ungkapan yang enak di dengar oleh pihak lainnya, tanpa mengurangi sasaran yang dicapai oleh pengusul. 4. Sebagai narasumber, seorang mediator harus mendayagunakan sumber – sumber informasi yang tersedia. 5. Sebagai penyandang berita jelek, seorang mediator harus menyadari bahwa para pihak dalam proses perundingan dapat bersikap emosional maka mediator harus mengadakan pertemuan terpisah dengan pihak – pihak untuk menampung berbagai usulan. 6. Sebagai agen realitas, mediator harus berusaha member pengertian secara terang kepada salah satu pihak bahwa sasarannya tidak mungkin tidak msuk akal untuk dicapai melalui perundingan. 7. Sebagai kambing hitam, mediator harus siap disalahkan misalnya dalam membuat kesepakatan hasil perundingan.

2.1.4 Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian (Studi Kasus Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian)

5 53 167

TINJAUAN YURIDIS EMPIRIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN PERCERAIAN Tinjauan Yuridis Empiris Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Perceraian (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Kabupaten Semarang).

0 2 16

KENDALA YANG DIHADAPI HAKIM PENGADILAN AGAMA DALAM PELAKSANAAN MEDIASI PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SRAGEN.

0 0 14

Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian (Studi Kasus Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian)

0 0 16

Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian (Studi Kasus Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian)

0 0 2

Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian (Studi Kasus Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian)

0 0 8

Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian (Studi Kasus Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian)

0 0 2

Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian (Studi Kasus Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian)

0 0 39

TUJUAN KOMUNIKASI PERSUASIF hakim pengadilan

0 0 6

KENDALA YANG DIHADAPI HAKIM PENGADILAN AGAMA DALAM PELAKSANAAN MEDIASI PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SRAGEN

0 2 14