Djazuli, Op-Cit, hlm. 76-77 Abdul Djamali, Op-Cit, hlm. 69

31 Dalam merumuskan hukum baru dan kemudian memperoleh konsesus, menurut R. Abdul Djamali yaitu sebagai : Pertama : Ijma’ Qauli yaitu apabila konsesus seorang ulama besar dilakukan secara aktif dan lisan ucapan terhadap pendapat seorang ulama atau sejumlah ulama tentang perumusan hukum baru yang telah diketahui umum. Kedua : Ijma’ Sukuti yaitu apabila konsesus terhadap pendapat hukum baru dilakukan secara diam tidak memberi tanggapan. 20 Ijma’ bentuk pertama yang disebut juga Ijma’ hakiki atau Ijma’ Al Sharih yaitu Ijma’ dengan tegas persetujuan dsinyatakan baik dengan ucapan maupun perbuatan dan merupakan hujah menurut pendapat ulama, sedangkan bentuk kedua disebut Ijma’ ali’tiban yaiu pendapat ulama bukan hujah. 21 Ijma’ dihasilkan oleh para mujtahid ulama, karena itu merupakan salah satu bentuk-bentuk berijtihad, dilihat dari sisi hukum yang dihasilkan dengan konsesus para ulama harus ditaati seluruh kaum muslim, maka Ijma’ ini ditempatkan sebagai sumber hukum yang ketiga sesudah Al Quran dan As Sunnah. d. Qiyas Qiyas merupakan metode pertama yang dipegang para mujtahid untuk mengistimbathkan hukum yang tidak diterapkan nash, sebagai metode yang terkuat dan paling jelas. 20 Ibid. 21

A. Djazuli, Op-Cit, hlm. 76-77

32 Qiyas adalah pemikiran secara analogis deduktif, maksudnya suatu hukum yang belum diketahui dengan hukum yang telah diketahui karena persamaan illah sebab. 22 R. Abdul Djamali, memberikan pengertian dias dilihat dari 2 dua segi, yaitu : Pertama : Menurut logika, Qiyas artinya mengambil suatu kesimpulan khusus dari dua kesimpulan umum sebelumnya Syllogisme. Kedua : Menurut hukum Islam, Qiyas artinya menetapkan suatu hukum dari masalah baru yang belum pernah disebutkan hukumnya dengan memperhatikan masalah lama yang sudah ada hukumnya yang mempunyai kesamaan pada segi alasan dari masalah baru itu. 23 Menurut Prof. H.A. Djazuli Qias mempunyai beberapa unsur rukun, 24 yaitu : 1. Ashal yaitu sesuatu yang dinash-kan hukumnya yang menjadi tempat mengqiyaskan. Ashal ini harus berupa nash, yaitu Al Quran, As Sunnah atau ijma’. Di samping itu Ashal ini juga harus mengandung illat hukum. 2. Cabang yaitu sesuatu yang tidak dinashkan hukumnya yaitu yang di Qiyaskan. Untuk cabang ini harus memenuhi syarat - Cabang tidak mempunyai hukum yang tersendiri - Illat hukum yang ada pada cabang harus sama dengan yang ada pada Ashal - Cabang tidak lebih dahulu ada daripada Ashal - Hukum cabang sama dengan hukum Ashal 22 Mohd. Idris Rahmulyo, Op-Cit, hlm. 55 23

R. Abdul Djamali, Op-Cit, hlm. 69

24 Dikutip lengkap dari A. Djazuli, Op-Cit, hlm. 77-79 33 3. Hukum Ashal yaitu Hukum syara’ yang dinashkan pada pokok yang kemudian akan menjadi hukum pada cabang. Untuk hukum Ashal harus dienuhi syarat-syarat : - Hukum Ashal harus merupakan hukum yang amaliah - Hukum Ashal harus ma’Qul al-ma’an artinay persyariaatannya harus rasional - Hukum Ashal bukan hukum yang khusus - Hukum Ahsal masih tetap berlaku 4. Illak Hukum yaitu suatu sifat yang nyata dan tertentu yang berkaitan atau munasabah dengan ada dan tidak adanya hukum. Illah hukum harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : - Illat harus merupakan sifat yang nyata - Illat harus merupakan sifat yang tegas dan tertentu dalam arti dapat dipastikan wujudnya pada cabang - Illat hukum mempunyai kaitan dengan hikmah hukum dalam arti Illat tadi merupakan penerapan hukum untuk mencapai Maqasidul Syari’ah - Illat bukan hanya sifat yang hanya terdapat pada Ashal, sebab apabila sifat itu hanya terbatas pada Ashal tidak mungkin dianalogikan - Illat tidak berlawanan dengan nash, apabila berlawanan dengan nash-lah yang didahulukan Dengan 4 sumber hukum Islam yang telah diuraikan secara singkat tersebut, maka hukum Islam secara luwes dan kuat akan tetap dapat berkembang dan menyesuaikan berlakunya hukum sepanjang masa 34 sebagaimana diperlukan dalam perkembangan pergaulan hidup masyarakat. Selain 4 empat sumber hukum Islam tersebut juga ada sumber hukum Islam yang lain yaitu Istihsan adalah mengambil ketetapan yang dipandang lebih baik sesuai dengan tujuan Islam. Dengan jalan meninggalkan dalil khusus untuk mengamalkan dalil umum. Ijtihad adalah melangsungkan berlakunya hukum yang telah ada karena belum adanya ketentuan lain yang membatalkannya. 25 Adat istiadat atau ‘Urf yang tidak bertentangan dengan ketentuan Syari’at dapat dikokohkan tetap berlaku bagi masyarakat yang mempunyai adat istiadat tersebut. Maka hukum Islam, hukum adat setempat masih dapat dipandang berlaku, selama tidak bertentangan dengan ketentuan nas Al Quran dan Sunah Rasul.

B. Bunga Bank Riba dan Profit and Loss Sharing