ARGUMEN-ARGUMEN SEPUTAR ISU NEGARA

1. ARGUMEN-ARGUMEN SEPUTAR ISU NEGARA

  Para ahli ilmu-ilmu politik modern pada umumnya mendefinisikan "negara" sebagai sebuah institusi yang tersentralisir, hirarkis dan berkuasa yang mengembangkan sebuah monopoli atas penggunaan kekuasaan fisik yang terlegitimasi, tak beranjak dari definisi yang awalnya diajukan oleh seorang sosiologis Jerman, Max Weber, dalam esai tahun 1918-nya, Politik-Politik Sebagai sebuah Lapangan Pekerjaan. Definisi ini diterima oleh nyaris semua mazhab-mazhab pemikiran politik modern selain Marxisme, termasuk di dalamnya anarkisme. Marxisme memiliki definisi yang unik tentang negara: negara adalah sebuah organ represi kelas yang satu atas kelas yang lain. Bagi para Marxis, setiap negara secara intrinsik adalah sebuah kediktatoran kelas yang satu atas kelas lainnya. Dengan demikian, dalam teori Marxis dipahami bahwa lenyapnya kelas akan berbarengan dengan lenyapnya negara. Bagaimanapun juga, tetap terdapat pertemuan di antara kedua kubu. Para anarkis percaya bahwa setiap negara secara tak terelakkan akan didominasi oleh elit-elit politik dan ekonomi, yang

  dengan demikian secara efektif menjadi sebuah organ dominasi politik. Dari sudut yang berbeda, para Marxis percaya bahwa represi kelas yang berhasil selalu mengikutsertakan kapasitas kekerasan yang superior, dan bahwa seluruh masyarakat selain sosialisme dikuasai oleh sebuah kelas minoritas, maka dalam teori Marxis semua negara non-sosialis akan memiliki karakter negara seperti yang diyakini oleh para anarkis.

  1.1. Proses Transisi

  Teori tentang negara menentukan secara langsung pertanyaan praksis tentang bagaimana transisi menuju masyarakat tanpa negara yang diidam-idamkan baik oleh para anarkis maupun Marxis tersebut mengambil bentuknya. Kaum Marxis percaya bahwa sebuah transisi yang berhasil menuju komunisme, yang jelas berarti masyarakat tanpa negara, akan membutuhkan sebuah represi atas para kapitalis yang apabila dibiarkan tentu akan membangun kembali kekuatannya, dan akan dibutuhkan juga eksistensi negara dalam sebuah bentuk yang dikontrol oleh para pekerjanya. Kaum anarkis menentang "negara pekerja" yang diadvokasikan oleh para Marxis sebagai sesuatu yang tidak logis semenjak sesegera sebuah kelompok mulai memerintah melalui aparatus negara, maka mereka akan berhenti menjadi pekerja (apabila sebelumnya mereka adalah pekerja) dan dengan demikian akan segera bertransformasi menjadi penindas baru. Kaum anarkis mendukung argumen mereka dengan merujuk pada Uni Soviet yang berkarakter anti demokrasi serta berbagai negara "Marxis" lain, sementara para Marxis mendukung argumen mereka dengan merujuk pada kehancuran revolusi-revolusi yang dipimpin para anarkis semacam dalam Revolusi Meksiko 1910 dan Perang Sipil Spanyol. Dengan demikian, kaum anarkis berusaha untuk "menghancurkan" negara yang eksis saat ini, serta segera menggantikannya dengan konsil-konsil pekerja, sindikat-sindikat atau berbagai metoda organisasional yang desentralis dan non- hirarkis. Kaum Marxis secara kontras, justru berusaha "merebut kekuasaan", yang berarti secara gradual mengambil alih negara borjuis yang eksis saat ini, atau menghancurkan negara yang eksis saat ini melalui sebuah revolusi dan menggantinya dengan sebuah negara baru yang tersentralisir (Leninisme, Trotskyisme, Maoisme) atau melalui sebuah sistem konsil pekerja (Komunisme Konsilis, Marxisme Otonomis). Posisi kaum Marxis melebur ke dalam anarkisme pada akhir spektrumnya, karena kaum anarkis juga saling Teori tentang negara menentukan secara langsung pertanyaan praksis tentang bagaimana transisi menuju masyarakat tanpa negara yang diidam-idamkan baik oleh para anarkis maupun Marxis tersebut mengambil bentuknya. Kaum Marxis percaya bahwa sebuah transisi yang berhasil menuju komunisme, yang jelas berarti masyarakat tanpa negara, akan membutuhkan sebuah represi atas para kapitalis yang apabila dibiarkan tentu akan membangun kembali kekuatannya, dan akan dibutuhkan juga eksistensi negara dalam sebuah bentuk yang dikontrol oleh para pekerjanya. Kaum anarkis menentang "negara pekerja" yang diadvokasikan oleh para Marxis sebagai sesuatu yang tidak logis semenjak sesegera sebuah kelompok mulai memerintah melalui aparatus negara, maka mereka akan berhenti menjadi pekerja (apabila sebelumnya mereka adalah pekerja) dan dengan demikian akan segera bertransformasi menjadi penindas baru. Kaum anarkis mendukung argumen mereka dengan merujuk pada Uni Soviet yang berkarakter anti demokrasi serta berbagai negara "Marxis" lain, sementara para Marxis mendukung argumen mereka dengan merujuk pada kehancuran revolusi-revolusi yang dipimpin para anarkis semacam dalam Revolusi Meksiko 1910 dan Perang Sipil Spanyol. Dengan demikian, kaum anarkis berusaha untuk "menghancurkan" negara yang eksis saat ini, serta segera menggantikannya dengan konsil-konsil pekerja, sindikat-sindikat atau berbagai metoda organisasional yang desentralis dan non- hirarkis. Kaum Marxis secara kontras, justru berusaha "merebut kekuasaan", yang berarti secara gradual mengambil alih negara borjuis yang eksis saat ini, atau menghancurkan negara yang eksis saat ini melalui sebuah revolusi dan menggantinya dengan sebuah negara baru yang tersentralisir (Leninisme, Trotskyisme, Maoisme) atau melalui sebuah sistem konsil pekerja (Komunisme Konsilis, Marxisme Otonomis). Posisi kaum Marxis melebur ke dalam anarkisme pada akhir spektrumnya, karena kaum anarkis juga saling

  

  1.3. Kekerasan dan Revolusi

  sistem konsil pekerja yang demokratis dan memonopoli kekerasan

  Pertanyaan praksis lainnya yang berhubungan dekat dengan

  akan dapat dianggap sebagai sebuah struktur negara atau tidak,

  teori negara adalah kapan dan sebesar apa kekerasan dapat

  sementara kaum Marxis bertengkar di antara mereka sendiri

  diterima dalam upayanya untuk meraih kemenangan dalam sebuah

  sebagian besarnya atas bentuk kediktatoran proletariat.

  revolusi. Para anarkis berargumen bahwa seluruh bentuk negara adalah sesuatu yang tak dapat dilegitimasi lagi karena semuanya

  1.2. Partai Politik

  bergantung pada kekerasan yang sistematis, dan sementara

  Isu perebutan negara mengarah pada isu tentang keberadaan

  sebagian dari para anarkis dapat membenarkan saat kekerasan

  partai politik, yang juga memisahkan jalan antara kaum anarkis dan

  berskala kecil atau pembunuhan terarah atas elit-elit dilakukan

  Marxis. Kebanyakan kaum Marxis melihat partai politik sebagai

  berdasarkan atas kebutuhan dalam beberapa kasus (misalnya

  sesuatu yang berguna atau bahkan dibutuhkan untuk merebut

  kampanye "Propaganda by the Deeds"), kekerasan massal melawan

  kekuasaan negara, semenjak mereka kebanyakan melihat bahwa

  rakyat biasa ”sebagaimana yang dipraktekkan oleh Lenin dan

  sebuah upaya yang terkoordinasi dan tersentralisirlah yang akan

  Trotsky dalam menumpas pemberontakan Kronstadt dan

  mampu mengalahkan kelas kapitalis dan negara, serta

  Makhnovis, oleh Stalin dalam "Pembersihan Besar-Besaran" atau

  oleh Mao selama "Revolusi Kultural", tak akan pernah dapat diterima

  mempertahankan revolusi. Partai politik juga menjadi sentral

  dan dibenarkan. Kebanyakan kaum Marxis berargumen bahwa

  perjuangan semenjak mayoritas kaum Marxis percaya bahwa

  kekerasan berskala besar dapat dibenarkan dan dengan demikian

  kesadaran kelas harus disuntikkan ke dalam kelas pekerja, yang

  "perang keadilan" adalah sesuatu yang mungkin, setidaknya dalam

  seringkali harus dilakukan oleh mereka yang berada di luar kelas

  lingkup terbatas dari pertahanan diri secara kolektif, misalnya dalam

  tersebut. Tapi bagaimanapun juga, kaum Marxis saling berbeda

  melawan sebuah kudeta atau invasi imperialis. Beberapa lainnya

  pendapat tentang apakah sebuah partai revolusioner harus turut

  (khususnya para Stalinis) berargumen lebih jauh, bahwa tujuan

  serta dalam sebuah pemilu borjuis atau tidak, peran apa yang harus

  dapat menghalalkan cara, sehingga dalam teorinya, sejumlah

  dijalankan pasca revolusi, dan bagaimana ia harus diorganisir. Di

  apapun kekerasan dan pertumpahan darah akan dapat dibenarkan

  sisi lain, para anarkis umumnya menolak untuk berpartisipasi dalam

  dalam upayanya untuk menuju komunisme.

  pemerintahan, menolak membentuk sebuah partai politik, semenjak mereka melihat struktur organisasinya yang hirarkis sebagai sebuah

  2. ARGUMEN-ARGUMEN SEPUTAR ISU KELAS

  kedenderungan otoritarian dan menindas, walaupun toh kebanyakan

  Analisa-analisa kelas baik dari kaum Marxis ataupun anarkis

  kaum anarkis juga tak mampu menjawab tentang bagaimana

  berdasarkan pada ide bahwa masyarakat terbagi ke dalam berbagai

  sebuah kesadaran revolusioner dapat dibangkitkan tanpa

  macam "kelas-kelas" yang berbeda, masing-masing memiliki

  keberadaan kekuatan kelompok-kelompok pelopor, yang bagi kaum

  kepentingan yang juga berbeda tergantung pada kondisi

  Marxis terwujud melalui partai politik. Bagaimanapun juga

  materialnya. Kelas-kelas tersebut juga berbeda, bagaimanapun juga,

  perdebatan dan berbagai perbedaan saling berhadap-hadapan,

  dalam soal di mana mereka menarik garis pemisah di antara

  banyak dari mereka, para anarkis, mengorganisir secara politis

  mereka. Bagi kaum Marxis, dua kelas yang paling relevan adalah

  berdasarkan pada sistem demokrasi langsung dan federalisme

  "borjuis" (pemilik alat produksi dan tidak bekerja) dan proletariat

  dalam upayanya untuk berpartisipasi secara lebih efektif di tengah

  (mereka yang tak memiliki alat produksi dan harus bekerja oleh

  perjuangan popular dan mendorong rakyat menuju revolusi sosial

  karenanya). Marx percaya bahwa kondisi-kondisi pekerja industri

  (dengan memberikan contoh).

  yang unik serta menyejarah akan mendorong mereka untuk mengorganisir diri mereka bersama-sama untuk kemudian mengambil alih peran negara dan alat-alat produksinya dari kelas borjuis,

  mengkolektivisasinya,

  serta

  menciptakan sebuah

  masyarakat tanpa kelas yang diselenggarakan oleh para proletariat sendiri. Mayoritas para Marxis, merujuk pada analisa-analisa Karl Marx sendiri, mengesampingkan para petani, pemilik alat produksi kecil "borjuis kecil" dan lumpen proletariat ”level terendah dari proletariat, yang biasanya menganggur, miskin, tidak memiliki kemampuan kerja, kriminal dan karakteristik mereka yang paling sering ditemui adalah ketiadaan kesadaran kelas ”sebagai kelompok-kelompok yang tak akan mampu menciptakan revolusi. Analisa kelas kaum anarkis telah mendahului Marxisme dan berkontradiksi dengannya. Kaum anarkis berargumen bahwa bukanlah kelas penguasa secara keseluruhan yang sesungguhnya mengatur jalannya negara, melainkan sekelompok minoritas yang menjadi bagian di dalam kelas penguasa (yang dengan demikian juga mempertahankan kepentingannya), memiliki fokus-fokus mereka sendiri, di antaranya yaitu mempertahankan kekuasaan. Sekelompok minoritas revolusioner yang mengambil alih kekuasaan negara dan memaksakan keinginannya pada rakyat berarti juga tidak berbeda dengan otoritarianisme sekelompok kecil penguasa dalam sistem kapitalisme, yang tentu juga akan segera bertransformasi menjadi sebuah kelas penguasa baru. Hal ini telah diprediksikan oleh Bakunin jauh sebelum revolusi Oktober di Russia terjadi. Selain itu, para anarkis juga melihat bahwa sebuah revolusi yang sukses tak akan pernah dapat lepas dari dukungan para petani, dan hal ini hanya dapat dilakukan dengan melakukan redistribusi lahan di antara para petani tak bertanah. Dengan demikian jelas bahwa kaum anarkis menolak kepemilikan tanah oleh negara, serta mereka menganggap bahwa kolektivisasi sukarela jauh lebih efisien dan layak didukung (berdasarkan pada kasus perang sipil Spanyol 1936 di mana para anarkis mempopulerkan kolektivisasi lahan, sementara mereka yang sebelumnya telah memiliki lahan sendiri diperbolehkan untuk tetap memilikinya tetapi dilarang menyewa tenaga kerja untuk mengolah lahan tersebut). Beberapa anarkis modern (khususnya para pendukung parekon ekonomi partisipatif) berargumen bahwa kini terdapat tiga kelas yang relevan bagi sebuah perubahan sosial, bukan hanya dua. Secara kasar, mereka adalah kelas pekerja (termasuk di dalamnya setiap orang yang menggunakan tenaga kerjanya dalam memproduksi atau mendistribusikan produk termasuk mereka dalam industri jasa), kelas

  mengkoordinasikan dan memanajemeni para pekerja) dan kaum elit

  atau kelas pemilik (yang mana pendapatannya diambil atas kemakmuran dan sumber daya). Para anarkis ini menyatakan dengan tegas bahwa Marxisme telah gagal dan akan selalu gagal, karena ia menciptakan sebuah kediktatoran melalui kelas-kelas koordinator dan karenanya juga "kediktatoran proletariat" secara logis menjadi tak mungkin. Perbedaan-perbedaan inti tersebut kemudian memunculkan fakta bahwa para anarkis tidak membeda- bedakan petani, lumpen dan proletariat, melainkan mereka mendefinisikan bahwa mereka yang harus bekerja untuk bertahan hidup adalah kelas pekerja (walaupun terdapat berbagai perbedaan politik dari berbagai sektor sosial yang berbeda dalam kelas pekerja). Selanjutnya, analisa kelas Marxian memiliki konsekuensi tentang bagaimana kaum Marxis memandang gerakan-gerakan pembebasan seperti gerakan perempuan, gerakan masyarakat adat, gerakan minoritas etnis dan gerakan homoseksual. Kaum Marxis mendukung beberapa gerakan pembebasan, tidak hanya karena gerakan tersebut memang harus didukung atas tuntutan dan programnya,

  melainkan

  karena gerakan-gerakan

  tersebut

  dibutuhkan bagi sebuah revolusi kelas pekerja yang tak akan dapat berhasil tanpa persatuan. Bagaimanapun juga, kaum Marxis percaya bahwa seluruh upaya rakyat yang tertindas dalam membebaskan dirinya sendiri akan gagal kecuali mereka mengorganisir diri dalam garis kelasnya, karena para borjuis yang terdapat dalam setiap gerakan tersebut dalam titik tertentu akan mengkhianati perjuangan, dan di bawah kapitalisme, kekuasaan sosial terpusat pada siapa yang menguasai alat produksi. Para anarkis mengkritisi kaum Marxis karena terlalu memberi prioritas pada perjuangan kelas. Mereka menjelaskan bahwa perubahan arah sejarah, perjuangan antara mereka yang tertindas dan menindas, beroperasi dengan dinamikanya sendiri. Para anarkis melihat gerakan pembebasan rakyat tertindas secara fundamental dapat dilegitimasi, tak peduli apakah itu gerakan proletariat, gerakan petani, atau apapun, tanpa merasa perlu untuk mengkotakkan mereka dalam sebuah skema gerakan khusus bagi revolusi. Walaupun demikian, banyak juga anarkis yang percaya bahwa perjuangan isu tunggal hanya akan membatasi ruang pandang dan gerak, dan karenanya harus selalu melihat sebuah perjuangan dalam kerangka perjuangan yang lebih besar (sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Marxis).

  3. ARGUMEN SEPUTAR METODA MATERIALISME HISTORIS

  posisi kelasnya, menjadi sebuah perdebatan tersendiri di kalangan

  kaum Marxis, yang mana sebagian berpendapat bahwa pernyataan

  perkembangan masyarakat manusia yang disebut "materialisme

  Karl Marx yang terkenal, "Aku bukan seorang Marxis", adalah

  historis". Analisa ini menempatkan ide bahwa manusia hidup dalam

  sebuah penolakan konsep determinisme. Perdebatan ini diperdalam

  sebuah dunia material yang terdeterminasi, dan aksi untuk

  dengan terjadinya Perang Dunia I, saat partai-partai sosial demokrat

  mengubah dunia terdapat dalam batas-batas apa yang memang

  dari Internasional Kedua mendukung upaya-upaya negara untuk

  dapat dicapai sesuai dengan alur kesejarahan. Secara lebih spesifik,

  terlibat di dalam perang.

  relasi produksi yang menjadi basis fundamental sistem ekonomi

  Sementara di sisi lain, para Marxis yang menjadi oposisi

  adalah alat penentu gerak sejarah. Yang menggaris bawahi proses

  perang, seperti Rosa Luxemburg, menyalahkan Internasional Kedua

  tersebut adalah adanya ide tentang kontradiksi dan pertentangan

  sebagai sebuah "pengkhianatan" atas doktrin sosialisme yang pada

  antar kelas yang secara alamiah membentuk serta menggerakkan

  gilirannya dianggap hanya berupaya untuk mereformasi negara

  kemajuan sosial. Marx mengambil formulasi materialisme historis ini

  kapitalis.Sementara sebagaimana mayoritas anarkis menolak

  dari sistem filsafat dialektika Hegel. Metoda ini bekerja melalui

  metoda dialektika historis materialis, para anarkis tersebut juga tidak

  asumsi bahwa setiap fenomena alam hanya dapat didefinisikan

  memiliki klaim tentang bagaimana sebuah revolusi akan terjadi.

  dengan cara mengkontraskannya dengan fenomena lain. Marx dan

  Mereka melihat bahwa revolusi dapat terjadi hanya apabila memang

  Engels berargumen bahwa metoda tersebut dapat diaplikasikan

  masyarakat menghendakinya.

  pada masyarakat manusia dalam bentuk materialisme historis, sehingga kelas-kelas masyarakat yang ada dapat dipelajari dengan

  4. ANARKO-KOMUNISME

  menggunakan kontradiksinya, misalnya, karakteristik majikan hanya

  Anarko-Komunisme adalah suatu bentuk dari anarkisme yang

  dapat dipahami apabila dikontraskan dengan karakteristik pekerja.

  mengajarkan penghapusan negara (atau institusi kenegaraan) dan

  Sementara mayoritas para anarkis, menggunakan berbagai macam

  faham kapitalisme, untuk sebuah jaringan asosiasi sukarela di mana

  alat analisa sosial, walaupun sebagian anarkis lain melihat

  semua orang bebas untuk memenuhi kebutuhannya.Anarko-

  materialisme historis ini sangat efektif untuk digunakan sebagai

  Komunisme juga dikenal dengan sebutan anarkis komunisme,

  pisau analisa mereka dan melihatnya sebagai sebuah titik

  komunis anarkisme, anarkisme-komunis ataupun komunisme

  pemersatu dalam sebuah perjuangan kelas. Mayoritas anarkis,

  libertarian. Namun, walaupun semua anarkis komunis adalah

  bahkan juga menganggap bahwa materialisme historis adalah

  komunis libertarian, tetapi tidak semua komunis libertarian adalah

  sebuah ilmu palsu yang tak dapat dibuktikan secara universal.

  anarkis (menganut faham anarkisme), misalnya dewan komunis. hal

  Mereka juga menganggap bahwa metoda ini hanya akan

  yang membedakan anarko-komunisme dari varian lain dari

  mendehumanisasikan analisa-analisa sosial politik dan jelas

  libertarian komunisme adalah bentuk oposisinya terhadap segala

  karenanya menjadi tidak layak digunakan sebagai sebuah

  bentuk kekuasaan politik, hirarki dan dominasi. Komunisme bisa

  metodologi universal.

  tumbuh subur dinegara-negara miskin maupun negara berkembang, namun dengan runtuhnya negara-negara komunis yang kuat

  3.1. Determinisme

  menyebabkan faham-faham komunis inipun tidak akan bisa

  Sebuah interpretasi yang simpel dari materialisme historis

  berkembang menjadi besar.

  menyatakan bahwa apabila memang Marxisme benar tentang kelas- kelas yang saling berkontradiksi di bawah beroperasinya sistem

  4.1. Internasionale Pertama

  kapitalisme, maka sebuah revolusi kelas pekerja tak akan terelakkan

  Kelompok anarkisme-komunis pertama kali diformulasikan

  lagi. Beberapa Marxis, khususnya mereka para pemimpin

  oleh Carlo Cafiero, Errico Malatesta dan Andrea Costa dari

  Internasional Kedua, meyakini hal ini. Bagaimanapun juga, tingkat di

  kelompok federasi Italia pada Internasionale I. Pada awalnya

  mana revolusi harus dilakukan oleh mereka yang telah sadar akan

  kelompok ini (kemudian diikuti oleh anarkis yang lain setelah kelompok ini (kemudian diikuti oleh anarkis yang lain setelah

  Hand-Out 8:

  Peter Kropotkin) bergabung dengan Bakunin menentang kelompok

  KONSERVATISME

  Marxis dalam Internasionale I. Berbeda dengan anarkisme-kolektif yang masih mempertahankan upah buruh berdasarkan kontribusi

  Konservatisme adalah sebuah filsafat politik yang mendukung

  mereka terhadap produksi, anarkisme-komunis memandang bahwa

  nilai-nilai tradisional. Istilah ini berasal dari kata dalam bahasa Latin,

  setiap individu seharusnya bebas memperoleh bagian dari suatu hak

  conservare, melestarikan; "menjaga, memelihara, mengamalkan".

  milik dalam proses produksi berdasarkan kebutuhan mereka.

  Karena berbagai budaya memiliki nilai-nilai yang mapan dan berbeda-beda, kaum konservatif di berbagai kebudayaan

  4.2. Prinsip Dasar

  mempunyai tujuan yang berbeda-beda pula. Sebagian pihak

  konservatif berusaha melestarikan status quo, sementara yang

  egalitarianisme (persamaan), penghapusan hirarki sosial (social

  lainnya berusaha kembali kepada nilai-nilai dari zaman yang

  hierarchy), penghapusan perbedaan kelas, distribusi kesejahteraan

  lampau, the status quo ante. Samuel Francis mendefinisikan

  yang merata, penghilangan kapitalisme, serta produksi kolektif

  konservatisme yang otentik sebagai “bertahannya dan

  berdasarkan kesukarelaan. Negara dan hak milik pribadi adalah hal-

  hal yang tidak seharusnya eksis dalam anarkisme-komunis. Setiap

  kebudayaannya yang dilembagakan. Roger Scruton menyebutnya

  orang dan kelompok berhak dan bebas untuk berkontribusi pada

  sebagai pelestarian ekologi sosial dan politik penundaan, yang

  produksi dan juga untuk memenuhi kebutuhannya berdasarkan

  tujuannya adalah mempertahankan, selama mungkin, keberadaan

  pilihannya sendiri.Salah satu hal yang membedakan antara

  sebagai kehidupan dan kesehatan dari suatu organisme sosial.

  anarkisme-kolektif dengan anarkisme-komunis adalah pandangan mengenai gaji dan upah pekerja.

  1. PERKEMBANGAN PEMIKIRAN

  Anarkisme-komunis berpendapat bahwa tidak ada satu

  Konservatisme belum pernah, dan tidak pernah bermaksud

  carapun yang dapat mengukur kontribusi seseorang terhadap

  menerbitkan risalat-risalat sistematis seperti Leviathan karya

  proses produksi dan ekonomi karena kesejahteraan adalah hasil dari

  Thomas Hobbes atau Two Treatises of Pemerintah karya Locke.

  produksi bersama. Sistem ekonomi yang berdasarkan gajiupah

  Akibatnya, apa artinya menjadi seorang konservatif di masa

  pekerja dan hak milik adalah bentuk penyiksaan negara dan

  sekarang seringkali menjadi pokok perdebatan dan topic yang

  aparaturnya dengan tujuan untuk mempertahankan hak milik pribadi

  dikaburkan oleh asosiasi dengan bermacam-macam ideologi atau

  dan juga ketidakseimbangan hubungan ekonomi diantara para

  partai politik (dan yang seringkali berlawanan). R.J. White pernah

  pelaku produksi. Selain itu, anarkisme-komunis menolak sistem

  mengatakannya demikian: "Menempatkan konservatisme di dalam

  gajiupah pekerja dengan dasar filosofi bahwa pada hakikatnya

  botol dengan sebuah label adalah seperti berusaha mengubah

  manusia itu "malas" dan "egois". Anarkisme-komunis juga

  atmosfer menjadi cair. Kesulitannya muncul dari sifat konservatisme

  mendukung komunisme (dalam sistem pemikiran Marxisme) dengan

  sendiri. Karena konservatisme lebih merupakan suatu kebiasaan

  penekanan pada penjaminan kebebasan dan juga kesejahteraan

  pikiran, cara merasa, cara hidup, daripada sebuah doktrin politik."

  bagi setiap orang, dan tidak mendukung komunisme dalam hal yang

  Meskipun konservatisme adalah suatu pemikiran politik, sejak awal,

  berhubungan dengan kekuasaan. Hal inilah yang membuat

  ia mengandung banyak alur yang kemudian dapat diberi label

  anarkisme-komunis sering disamakan dengan filsafat egalitarian.

  konservatif, baru pada Masa Penalaran, dan khususnya reaksi terhadap peristiwa-peristiwa di sekitar Revolusi Perancis pada 1789,

  CATATAN: Dengan catatan penting, bahwa dua kubu yang dibahas

  konservatisme mulai muncul sebagai suatu sikap atau alur pemikiran

  dalam tulisan ini adalah kecenderungan-kecenderungan dalam

  yang khas. Banyak orang yang mengusulkan bahwa bangkitnya

  anarkisme dan Marxisme klasik. Lihat pula Anarkisme, Marxisme,

  kecenderungan konservatif sudah terjadi lebih awal, pada masa-

  Komunisme, Marxis Otonomis, Komunis Libertarian.

  masa awal Reformasi, khususnya dalam karya-karya teolog

  Anglikan yang berpengaruh, Richard Hooker “yang menekankan

  kebijakan Keynesian yang hampir identik dari Rab Butler atas nama

  pengurangan dalam politik demi menciptakan keseimbangan

  kaum Konservatif, dan Hugh Gaitskell untuk Partai Buruh. Namun

  kepentingan-kepentingan menuju keharmonisan sosial dan kebaikan

  demikian, pada 1980-an, di bawah pimpinan Margaret Thatcher, dan

  bersama. Namun baru ketika polemic Edmund Burke muncul-

  pengaruh Sir Keith Joseph, Partai ini kembali ke gagasan-gagasan

  Reflections on the Revolution in France-konservatisme memperoleh

  ekonomi liberal klasik, dan swastanisasi dari banyak perusahaan

  penyaluran pandangan-pandangannya yang paling berpengaruh.

  negara pun diberlakukan. Untuk pembahasan lebih terinci, lihat

  Edmund Burke (1729-1797) Negarawan Inggris-Irlandia

  Sejarah Partai Konservatif. Warisan Thatcher bersifat campuran.

  Edmund Burke, yang dengan gigih mengajukan argumen

  Sebagian komentator menyatakan bahwa ia menghancurkan

  menentang Revolusi Perancis, juga bersimpati dengan sebagian dari

  konsensus tradisional dan filosofi Partai, dan, dengan melakukan hal

  tujuan-tujuan Revolusi Amerika. Tradisi konservatif klasik ini

  itu, menicptakan suatu situasi di mana public tidak benar-benar tahu

  seringkali menekankan bahwa konservatisme tidak mempunyai

  nilai-nilai apa yang dipegang oleh Partai. Kini Partai Konservatif

  ideologi, dalam pengertian program utopis, dengan suatu bentuk

  sibuk mencoba mencari jati dirinya kembali.

  rancangan umum. Burke mengembangkan gagasan-gagasan ini sebagai reaksi terhadap gagasan 'tercerahkan' tentang suatu

  1.1. Eropa

  masyarakat yang dipimpin oleh nalar yang abstrak. Meskipun ia

  Di bagian-bagian lain dari Eropa, konservatisme arus utama

  tidak menggunakan istilah ini, ia mengantisipasi kritik terhadap

  seringkali diwakili oleh partai-partai Kristen Demokrat. Mereka

  modernisme, sebuah istilah yang pertama-tama digunakan pada

  membentuk faksi besar Partai Rakyat Eropa di Parlemen Eropa.

  akhir abad ke-19 oleh tokoh konservatif keagamaan Belanda

  Asal-usul partai-partai ini umumnya adalah partai-partai Katolik dari

  Abraham Kuyper. Burke merasa terganggu oleh Pencerahan, dan

  akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, dan ajaran sosial Katolik

  sebaliknya menganjurkan nilai tradisi.

  seringkali menjadi inspirasi awal mereka. Setelah bertahun-tahun,

  Meskipun secara nominal Konservatif, Disraeli bersimpati

  konservatisme pelan-pelan menjadi inspirasi ideologis utama

  dengan beberapa tuntutan dari kaum Chartis dan membela aliansi

  mereka, dan mereka umumnya menjadi kurang Katolik. CDU, partai

  antara kaum bangsawan yang bertanah dengan kelas pekerjaan

  saudaranya di Bavaria Uni Sosial Kristen (CSU), dan Imbauan

  dalam menghadapi kekuatan kelas menengah yang meningkat. Ia

  Kristen Demokrat (CDA) di Belanda adalah partai-partai Protestan-

  membantu pembentukan kelompok Inggris Muda pada 1842 untuk

  Katolik.

  mempromosikan pandangan bahwa yang kaya harus menggunakan

  Di negara-negara Nordik, konservatisme diwakili dalam partai-

  kekuasaan mereka untuk melindungi yang miskin dari eksploitasi

  partai konservatif liberal seperti Partai Moderat di Swedia dan Partai

  oleh kelas menengah. Perubahan Partai Konservatif menjadi suatu

  Rakyat Konservatif di Denmark. Secara domestik, partai-partai ini

  organisasi massa modern dipercepat oleh konsep tentang

  umumnya mendukung kebijakan kebijakan yang berorientasi pasar,

  "Demokrasi Tory " yang dihubungkan dengan Lord Randolph

  dan biasanya memperoleh dukungan dari komunitas bisnis serta

  Churchill.

  kaum profesional kerah putih. Secara internasional, mereka

  Sebuah koalisi Liberal-Konservatif pada masa Perang Dunia I

  umumnya mendukung Uni Eropa dan pertahanan yang kuat.

  berbarengan dengan bangkitnya Partai Buruh, mempercepat

  Pandangan-pandangan mereka tentang masalah-masalah sosial

  runtuhnya kaum Liberal pada 1920-an. Setelah Perang Dunia II,

  cenderung lebih liberal daripada, misalnya, Partai Republik Amerika

  Partai Konservatif membuat konsesi-konsesi bagi kebijakan-

  Serikat. Konservatisme sosial di negara-negara Nordik seringkali

  kebijakan sosialis kaum Kiri. Kompromi ini adalah suatu langkah

  ditemukan dalam partai-partai Kristen Demokrat mereka. Di

  pragmatis untuk memperoleh kembali kekuasaan, tetapi juga

  beberapa negara Nordik, partai-partai populis sayap kanan telah

  sebagai akibat dari sukses-sukses awal dari perencanaan sentral

  memperoleh dukungan sejak 1970-an. Politik mereka telah

  dan kepemilikan negara yang menciptakan suatu consensus lintas-

  dipusatkan pada pemotongan pajak, pengurangan imigrasi, dan

  partai. Hal ini dikenal sebagai 'Butskellisme', setelah kebijakan-

  undang-undang yang lebih keras dan kebijakan-kebijakan ketertiban.

  Pada umumnya, orang dapat mengkclaim bahwa kaum

  oleh sebagian orang sebagai penerima Mandat Surgawi, sebuah

  konservatif Eropa cenderung untuk lebih moderat dalam berbagai

  gagasan Tiongkok tradisional. Partai Komunis menjinakkan dirinya

  isu sosial dan ekonomi, daripada konservatif Amerika. Mereka

  sendiri dan tidak lagi secara konsisten menganjurkan teori Marxis

  cenderung cukup bersahabat dengan tujuan-tujuan negara

  yang revolusioner, dan sebaliknya berpegang pada fleksibilitas

  kesejahteraan, meskipun mereka juga prihatin dengan lingkungan

  ideologist teologi yang konsisten dengan ucapan Deng Xiaoping,

  bisnis yang sehat. Namun demikian, beberapa kelompok cenderung

  yakni mencari kebenaran di antara fakta. Cinta tanah air dan

  lebih mendukung agenda-agenda libertarian atau laissez-faire yang

  kebanggaan nasional telah muncul kembali seperti halnya pula

  lebih konservaitf, khususnya di bawah pengaruh Thatcherisme.

  tradisionalisme. Nasionalisme Tiongkok cenderung mengagung-

  Kelompok-kelompok konservatif Eropa sering memandang diri

  agungkan negara Tiongkok yang sangat tersentralisasi dan kuat.

  mereka

  sebagai pengawal-pengawal

  prudence, moderasi,

  Pemerintah berusaha untuk memenangkan dan mempertahankan

  pengalaman-pengalaman histories yang sudah teruji, dibandingkan

  kesetiaan warga negaranya serta orang-orang Tiongkok yang baru-

  dengan radikalisme dan eksperimen-eksperimen sosial. Persetujuan

  baru ini pindah ke luar negeri. Sebuah buku laris baru-baru ini China

  dari budaya tinggi dan lembaga-lembaga politik yang mapan seperti

  Can Say No mengungkapkan sebuah sentiment yang mendukung

  monarki ditemukan dalam konservatisme Eropa. Kelompok-

  sebuah cara Tiongkok yang unik yang, dengan terus terang, tidak

  kelompok konservatif arus utama seringkali adalah pendukung-

  perlu melibatkan norma-norma Amerika, seperti individualisme dan

  pendukung gigih Uni Eropa. Namun demikian, orang juga dapat

  liberalisme Barat. Selain itu, nasionalisme Tiongkok masih mungkin

  menemukan pula unsur-unsur nasionalisme di banyak negara.

  akan berkembang, karena generasi para pemimpin Tiongkok akan bertumbuh dalam lingkungan yang dipenuh dengan semangat

  1.2. Tiongkok

  nasionalisme. Sejak 1990-an, telah muncul gerakan neo-konservatif

  Di Tiongkok konservatisme didasarkan pada ajaran-ajaran

  di Tiongkok (tidak ada kaitannya dengan gerakan neo-konservatif di

  Kong Hu Cu. Kong Hu Cu yang hidup pada masa kekacauan dan

  AS).

  peperangan antara berbagai kerajaan, banyak menulis tentang pentingnya keluarga, kestabilan sosial, dan ketaatan terhadap kekuasaan yang adil. Gagasan-gagasannya terus menyebar di masyarakat Tiongkok. Konservatisme Tiongkok yang tradisional

  Wallahu a’lam bishawab.

  yang diwarnai oleh pemikiran Kong Hu Cu telah muncul kembali pada tahun-tahun belakangan ini, meskipun selama lebih dari setengah abad ditekan oleh pemerintahan Marxis-Leninis yang

  Yogyakarta, Bulaksumur, April 2010

  otoriter.Setelah kematian Mao pada 1976, tiga faksi berebutan untuk menggantikannya: kaum Maois garis keras, yang ingin melanjutkan

  Nur Sayyid Santoso Kristeva, S.Pd.I, M.A.

  mobilisasi revolusioner; kaum restorasionis, yang menginginkan Tiongkok kembali ke model komunisme Soviet; dan para pembaharu, yang dipimpin oleh Deng Xiaoping, yang berharap untuk mengurangi peranan ideology dalam pemerintahan dan merombak ekonomi Tiongkok.

  Nilai-nilai Tiongkok yang tradisional telah muncul dengan cukup kuat, meskipun lama ditekan oleh rezim komunis yang revolusioner. Saat ini, Partai Komunis Tiongkok dikelola oleh para teknokrat, yang mengusahakan stabilitas dan kemajuan ekonomi, sementara menindas kebebasan berbicara dan agama. Partai dilihat

  Bagan Analisis:

  Referensi