3.2.1 Unsur-Unsur Budaya dalam Dongeng Timun Emas
Dalam dongeng
Timun Emas, terdapat beberapa bagian cerita yang merupakan gambaran dari unsur-unsur budaya masyarakat di mana dongeng tersebut berasal. Unsur-
unsur yang penulis anggap sebagai bagian dari budaya masyarakat Jawa tersebut adalah sebagai berikut.
1 Tokoh Mbok Rondo dan Timun Emas. Pemilihan sosok dua perempuan sebagai tokoh utama cerita tersebut penulis
maknai sebagai gambaran dari kekuatan perempuan Jawa yang berjuang menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Kekuatan ini tergambar dalam bagian cerita di
mana Mbok Rondo dan Timun Emas yang penuh ketabahan dan keuletan berusaha melawan kekuatan raksasa sakti hingga berhasil mengalahkannya. Pencitraan tokoh ini
sesuai dengan pribadi perempuan Jawa, terutama dari kalangan petani yang digambarkan sebagai perempuan pekerja keras dalam membantu para kaum pria dalam menghadapi
kesulitan hidup.
2 Motif Cerita. Motif cerita dari dongeng Timun Emas yang menjadi awal konflik dengan pihak
opposant raksasa adalah keinginan Mbok Rondo yang sangat kuat untuk memiliki seorang anak. Motif cerita tersebut juga penulis maknai sebagai gambaran dari sifat
masyarakat tradisional Jawa. Seperti yang penulis jelaskan pada bab sebelumnya, bahwa dalam pola pikir masyarakat tradisional Jawa, keberadaan anak dalam keluarga adalah
sesuatu yang sangat penting. Keinginan untuk memiliki anak pada umumnya didasari oleh dua alasan, yaitu alasan yang bersifat emosional dan alasan yang bersifat ekonomi.
Secara emosional, keberadaan anak dalam sebuah keluarga dianggap dapat memberikan suasana anget yang menimbulkan keadaan damai dan tentram. Secara ekonomi, anak
dalam keluarga merupakan jaminan hari tua bagi kedua orangtuanya. Selain itu, mereka pun dapat dilibatkan dalam berbagai aktifitas ekonomi rumah tangga.
Baik point 1 maupun point 2 seperti yang penulis uraikan di atas, gambaran dari individu dalam sebuah keluarga Jawa. Dan karena keluarga merupakan bagian dari
anggota masyarakat, maka penulis menyimpulkan bahwa kedua hal tersebut dapat dianggap sebagai bagian unsur budaya dari sistem organisasi masyarakat
3 Tokoh Pertapa dan Tokoh Raksasa Adanya tokoh pertapa dan tokoh raksasa dalam dongeng Timun Emas penulis
maknai sebagai gambaran dari religi masyarakat tradisional pada masa tersebut. Kedua tokoh tersebut menunjukkan bahwa terdapat kepercayaan masyarakat pada hal-hal yang
bersifat gaibsupranatural. Kepercayaan terhadap hal-hal seperti itu merupakan bagian dari agama Hindu dan Buddha, sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat tempat
dongeng ini muncul dan berkembang merupakan masyarakat penganut agama Hindu dan Buddha. Kedua agama yang menyebar di masyarakat ini kemudian berkembang dan
disesuaikan dengan kebudayaan setempat. Pengaruh kedua agama tersebut menimbulkan kepercayaan masyarakat Jawa akan adanya makhluk-makhluk menyeramkan yang
disebut memedhi, seperti roh, jin, setan dan raksasa yang dianggap jahat. Sementara kepercayaan masyarakat terhadap adanya seorang sakti pertapa merupakan bagian dari
ajaran agama Hindu yang tertulis pada kitab Veda. 4 Kesaktian Benda Penolong
Keberadaan benda-benda kecil yang mengandung kesaktian dalam dongeng
tersebut pun penulis maknai sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat Jawa pada kekuatan gaib yang terdapat dalam sebuah benda. Sejak dahulu masyarakat Jawa percaya
pada kesakten kesaktian yang terdapat pada bagian tubuh manusia maupun dalam benda-benda. Benda-benda tersebut dipercayai sebagai sesuatu yang dapat digunakan
untuk melindungi diri dari bahaya-bahaya gaib. 5 Wujud Benda Penolong
Benda-benda yang memiliki kesaktian dan menjadi benda-benda penolong dalam dongeng Timun Emas adalah biji mentimun, jarum, garam dan terasi. Keempat
benda-benda tersebut kemudian berubah wujud. Biji mentimun berubah menjadi kebun mentimun yang berbuah lebat, jarum berubah menjadi hutan bambu yang sangat rapat,
garam berubah menjadi lautan yang sangat luas, dan terasi berubah menjadi lautan lumpur panas. Perubahan wujud dari benda-benda ajaib yang dibawa oleh Timun Emas
dalam dongeng tersebut, penulis maknai sebagai bagian unsur budaya yang menjelaskan tentang sistem mata pencaharian. Keempat wujud benda pemberian pertapa berikut
perubahannya, merupakan simbol dari keadaan masyarakat pedesaan saat itu, yang mata pencahariaannya dari pertanian hutan dan hasil laut. Sehingga dapat dikatakan bahwa
dongeng Timun Emas lahir dari sebuah masyarakat yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan.
Demikianlah latar budaya dongeng Timun Emas yang penulis interpretasikan dari unsur-unsur budaya dalam struktur cerita dongeng Timun Emas. Dari penjelasan di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa unsur budaya yang terdapat dalam dongeng Timun Emas sebagai gambaran dari masyarakat tradisional pada masa itu, meliputi unsur religi,
unsur sistem mata pencaharian, dan unsur sistem organisasi sosial.
3.2.2 Unsur - Unsur Budaya dalam Dongeng Sanmai no Ofuda