Faktor ini bisa di kendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan
jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang
akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah. h.
Kafein Faktor ini bisa di kendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun minuman
cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah. i.
Alkohol Faktor ini bisa di kendalikan. Konsumsi alkohol secara berlebihan juga menyebabkan
tekanan darah tinggi. j.
Kurang Olahraga Faktor ini bisa di kendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan
tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu menurunkan tekanan darah tinggi Anda namun jangan melakukan olahraga yang berat jika Anda menderita
tekanan darah tinggi. Untuk mencegah penyakit hipertensi ini adalah dengan mengendalikan penyebab.
Adapun pencehgahan yang berhubungan dengan makanan adalah urangi konsumsi garam dalam makanan, konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium dan
kalsium. Kalium, magnesium dan kalsium mampu mengurangi tekanan darah tinggi, makan sayur dan buah yang berserat tinggi seperti sayuran hijau, pisang, tomat,
wortel, melon, dan jeruk, kendalikan kadar kolesterol, kendalikan diabetes.
2.2.8. Penyakit Diabetes Mellitus DM
Diantara penyakit degeneratif, diabetes mellitus DM adalah salah satu di antara
penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa datang. WHO menaksir bahwa lebih dari 180 juta orang di seluruh dunia mengidap penyakit diabetes melitus.
Diperkirakan 1,1 juta orang-orang meninggal akibat diabetes pada tahun 2005. Hampir 80 kematian diabetes terjadi di negara-negara yang mengalami
peningkatan kemakmuran akibat dari peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit
diabetes melitus. Hampir separuh kematian diabetes terjadi pada penduduk yang berusia di bawah 70 tahun, 55 diantaranya adalah wanita.
Di Indonesia peningkatan jumlah penderita diabetes melitus bahkan lebih cepat dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. WHO menyimpulkan bahwa di
Indonesia, penderita diabetes melitus menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah dengan prevalensi 8,6 dari total penduduk, sedangkan urutan diatasnya India, China dan
Amerika Serikat. Beberapa penelitian di Bali, 2005 menunjukkan bahwa insiden DM di masyarakat mencapai lebih dari 13,5 dan diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat
seiring dengan perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat. Temuan tersebut semakin membuktikan bahwa penyakit diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang sangat serius Depkes.go.id, 2005. Terdapat dua jenis penyakit
diabetes melitus yaitu diabetes melitus tipe 1 insulin-
dependent diabetes mellitus yaitu kondisi defisiensi produksi insulin oleh pankreas. Kondisi ini hanya bisa diobati dengan pemberian insulin. Diabetes melitus tipe-2 non-
insulin-dependent diabetes mellitus yang terjadi akibat ketidakmampuan tubuh untuk berespons dengan wajar terhadap aktivitas insulin yang dihasilkan pankreas resistensi
insulin, sehingga tidak tercapai kadar glukosa yang normal dalam darah. Diabetes melitus tipe-2 ini lebih banyak ditemukan dan diperkirakan meliputi 90 dari semua kasus
diabetes di seluruh dunia Depkes.go.id, 2005. Diabetes tidak bisa disembuhkan, namun bisa dikendalikan, dengan rajin
mengontrol kadar gula darah. Kontrol yang ketat ini bisa mencegah terjadinya komplikasi pada pasien diabetes. Penyakit diabetes melitus dapat dihindari apabila setiap individu
melakukan tindakan pencegahan, antara lain mengetahui faktor-faktor risiko yang dapat menimbulkan penyakit diabetes yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi, diantaranya
obesitas, merokok, stres, hipertensi dan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu usia di atas 45 tahun keatas, faktor keturunan, ras, riwayat menderita diabetes gestasional,
pernah melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4,5 kg dan jenis kelamin. Namun dalam hal ini, khususnya di Indonesia, faktor risiko terbesar penyebab
diabetes adalah obesitas Depkes.go.id, 2005. Analisis yang dilakukan di Jakarta melihat adanya korelasi yang bermakna antara obesitas dengan kadar gula darah. Obesitas secara
tersendiri tidak sampai menimbulkan diabetes, walaupun jelas dapat menaikkan kadar gula darah. Mekanisme hubungan antara obesitas sebagai faktor risiko diabetes, sampai saat ini
masih belum jelas benar. Yang sudah diketahui adalah bahwa diabetes melitus mempunyai etiologi multifaktorial dengan obesitas sebagai salah satu faktornya Sarwono, 1996.
Faktor risiko kedua yang dapat dimodifikasi yaitu merokok. Merokok merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena merokok dapat menimbulkan
kematian. Bila pada tahun 2000 hampir 4 juta orang meninggal akibat merokok, maka pada tahun 2010 akan meningkat menjadi 7 dari 10 orang yang akan meninggal karena
merokok. Di Indonesia, 70 penduduknya adalah perokok aktif. Dilihat dari sisi rumah tangga, 57 persennya memiliki anggota yang merokok yang hampir semuanya merokok di
dalam rumah ketika bersama anggota keluarga lainnya. Artinya, hampir semua orang di Indonesia ini merupakan perokok pasif Depkes.go.id, 2005..
Faktor risiko ketiga yang dapat dimodifikasi yaitu stres. Stres memang faktor yang dapat membuat seseorang menjadi rentan dan lemah, bukan hanya secara mental tetapi
juga fisik. Penelitian terbaru membuktikan komponen kecemasan, depresi dan gangguan tidur malam hari adalah faktor pemicu terjadinya penyakit diabetes khususnya di kalangan
pria. Para ahli dari Karolinska Institute Swedia menemukan, pria yang memiliki tingkat stres psikologisnya tinggi tercatat memiliki risiko dua kali lipat menderita diabetes tipe-2
dibandingkan mereka yang tingkat stres psikologisnya rendah. Faktor keempat adalah
hipertensi . Di Amerika telah meneliti hubungan antara
tekanan darah dengan diabetes tipe 2 dan menemukan bahwa wanita yang memiliki tekanan darah tinggi berisiko 3 kali terkena diabetes dibandingkan dengan wanita yang
memiliki tekanan darah rendah. Dari beberapa studi ditemukan adanya hubungan yang erat antara hipertensi dengan diabetes tipe 2, namun hanya ada sedikit infomasi mengenai
hubungan antara tingkat tekanan darah dan diabetes tipe 2 yang terjadi sesudahnya. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa wanita yang memiliki hipertensi, berisiko 3 kali lipat
menjadi diabetes dibandingkan dengan wanita yang memiliki tekanan darah optimal Escardio, 2007.
Pencegahan primer adalah pencegahan terjadinya diabetes melitus pada individu yang berisiko melalui modifikasi gaya hidup pola makan sesuai, aktivitas fisik, penurunan
berat badan dengan didukung program edukasi yang berkelanjutan. Meskipun program ini tidak mudah, tetapi sangat menghemat biaya. Oleh karena itu dianjurkan untuk dilakukan
di negara-negara dengan sumber daya terbatas. Sedangkan pencegahan sekunder, merupakan tindakan pencegahan terjadinya komplikasi akut maupun jangka panjang.
Programnya meliputi pemeriksaan dan pengobatan tekanan darah, perawatan kaki diabetes, pemeriksaan mata secara rutin, pemeriksaan protein dalam urine program menurunkan atau
menghentikan kebisaaan merokok Depkes.go.id, 2007.
2.3. Hubungan Gizi dengan Penyakit Degeneratif