Irene Handono dan Trinitas
Irene Handono dan Trinitas
++ Beberapa minggu yang lalu, di salah satu stasiun televisi swasta, Irene memberikan kesaksian singkat, dirinya beralih menjadi mualaf. Secara tersirat dia mengatakan : berdasarkan logika, saya tidak menemukan adanya kebenaran di dalam ajaran agama saya yang dahulu. Mudah untuk ditebak bahwa kebenaran yang dimaksud adalah ajaran Trinitas. Irene telah menggunakan logika untuk menilai misteri Trinitas itu. Justru di sinilah titik kelemahan dari semua kesimpulan dan pendapat yang dia pegang teguh. Irene bagaikan mencoba melukiskan rasa permen di lidah di atas sebuah kanvas. Hasilnya menggelikan bahkan telah membuat komedi Bajaj Bajuri menjadi hambar lucunya. Ajaibnya "lukisan pada kanvas" itu telah dianggap mukjizat oleh sejumlah umat muslim. "Bukti Keajaiban dan kebenaran Islam" telah menjadi label "lukisan" hasil karya ex Suster yang bernama Hajjah Irene Handono.
++ Kalau kebenaran itu datang dari Allah, dengan cara apapun kita mengujinya, maka pasti ketemu benarnya. Tetapi kalau kebenaran itu dari hasil rekayasa manusia, maka nilai kebenaran itu tidak tahan uji. Dengan cara apapun anda mempertahankan nilai kebenaran ajaran Trinitas tesebut, maka cepat atau lambat ajaran tersebut akan ketahuan bohongnya dan akan ditinggalkan sebagaimana ibu Irene Handono meninggalkannya. Nilai kebenaran ajaran Trinitas hanya bisa dilaksanakan dengan sikap kepatuhan saja.
++ Wahai Ibu Irene, gunakanlah logika dan akal pikiran anda untuk memahami alam semesta ini. Cobalah gunakan otak anda yang bervolume sekian itu, untuk menjelaskan bagaimana menghitung volume angkasa di atas kerudungmu itu. Anda tidak akan bisa melakukannya sebagaimana anda pun tidak bisa mengerti bagaimana prosesnya rambut di kepala anda memutih hari demi hari. Anda bahkan tidak bisa menjelaskan hal-hal kecil, bagaimanakah telur itu menetas, ke mana arah angin berhembus dan bagaimanakah selembar daun jatuh ke tanah. Apakah yang bisa dilakukan oleh isi kepala Anda yang demikian terbatas ? Lagi pula seberapa cerdaskah Anda? Anda tidak lebih cerdas dari Isaac Newton, C.S. Lewis, Blaise Pascal, dll. Mereka adalah ahli pikir dan ilmuwan yang membela dan mempertahankan ajaran Kristen. Merekalah yang lebih 'berhak' menilai Allah dengan logika karena mereka lebih cerdas dari Anda, saya dan kebanyakan dari kita. Tapi mereka tidak melakukannya. James Simpson, penemu Chloroform malah pernah mengatakan : "Penemuan terbesar saya bukanlah ini. Ketika saya menemukan bahwa saya hanyalah orang berdosa dan Kristus begitu mengasihi saya, itulah penemuan saya yang paling besar dan hari itu telah menjadi hari paling penting dalam hidup saya."
++ Kepintaran seseorang itu nilainya relatif. Isaac Newton, CS.Lewis, Blaise Pascal dan James Simpson bisa saja dinilai pintar pada zamannya, tetapi tidak bisa dibandingkan untuk zaman sekarang. Mereka disebut pintar pada zaman itu karena pada saat itu manusia banyak yang terkebelakang baik pola maupun kemampuannya berpikir, sehingga kepintaran mereka sangat menonjol dibandingkan dari kebanyakan manusia lainnya. Para ahli di zaman itu belajar sendiri untuk menemukan sesuatu, kepintaran yang mereka miliki hanya sebagai faktor pelengkap, yang lebih dominan dalam diri mereka adalah kemauan yang kuat, tekad yang membaja, usaha yang tidak mau menyerah. Namun pada zaman sekarang yang serba canggih ini, dimana seluruh masyarakat mendapat pendidikan yang tinggi, hampir tidak ada lagi orang yang buta huruf, semua informasi menyebar rata kemana-kemana, semua orang mempunyai kemampuan dan kesempatan yang sama dalam menunjukkan kemampuan terbaiknya. Kalau manusia itu sehat jiwa dan raganya, maka Allah sudah melengkapi otak manusia dengan kecerdasan yang sempurna. Tinggal kemauan dan usaha dari manusia itu untuk mempertajam kemampuan otaknya. Pada zaman yang serba canggih ini , tidak ada lagi orang yang mempunyai kemampuan sangat menonjol dimana dia bisa menguasai berbagai macam bidang Ilmu. Seorang professor yang hebat di zaman sekarang hanya mengasai bidang ilmu yang sangat sempit. Pada zaman dulu rasa pertanggungjawab seseorang kepada agamanya sangat tinggi karena pada waktu itu agama adalah titik sentral dari segala kegiatan kehidupan. Apapun agama seseorang, maka dia mempunyai rasa tanggungjawab yang tinggi pada agamanya. Termasuk juga seorang ilmuan seperti yang anda sebutkan diatas.
++ Trinitas tidak boleh dipahami dengan akal budi. Akal budi hanya boleh dipakai dalam proses mencari Dia yang Esa itu. Akan tetapi setelah kita menemukan Dia, akal budi harus ditaklukan kepada Dia dan kita hanya boleh merasakan dan mengenal Dia melalui hati dan roh kita.
Untuk menguji kebenaran ajaran Trinitas atau sesuatu yang anda anggap benar, maka anda tidak boleh membatasi metode apapun untuk mengujinya. Artinya anda sudah merasa kuatir sebelum proses pengujian dilakukan dengan metode yang tidak anda sukai. Kalau anda merasa yakin dengan nilai kebenaran anda, maka anda harus siap mempertahankannya dengan cara apapun juga.