"Barangsiapa di antara kalian yang tidak memiliki kesalahan dan dosa, maka hendaklah ia merajam wanita itu."
"Barangsiapa di antara kalian yang tidak memiliki kesalahan dan dosa, maka hendaklah ia merajam wanita itu."
Suara beliau yang keras itu memecahkan keheningan tempat penyembahan. Yesus tidak akan melakukan hukuman rajam tersebut , tetapi beliau meminta kepada para pendeta melakukannya sendiri dengan memilih diantara mereka yang tidak pernah melakukan dosa. Teapi tidak seorangpun dari pendeta itu yang berani melakukkannya, karena mereka menyadari bahwa selama ini mereka telah banyak melakukan dosa-dosa kepada umatnya dan mereka sadar bahwa merekalah yang menyebabkan wanita ini berbuat zina. Jawaban Yesus tersebut membuat para pendeta menjadi malu dan membiarkan saja wanita tersebut mendekati Yesus. Rencana para pendeta untuk mempermalukan Yesus justru berbalik kepada diri mereka. Yesus telah memberikan contoh yang baik “Bagaiman cara yang sebenarnya dalam menjatuhkan hukuman pada orang- orang yang bersalah”. Yesus memberi petunjuk bahwa “membersihkan lantai haruslah dengan Sapu yang besih. Hendaklah orang yang adil dan tidak berbuat dosa yang berhak menghukum seseorang yang bersalah, sebaliknya seseorang yang bersalah atau berdosa tidak berhak menghakimi seseorang yang bersalah. Seorang hakim yang korup tidak berhak memutuskan perkara kepada terdakwa yang juga melakukan pencurian. Lalu Yesus keluar dari tempat peribadatan pendeta Yahudi itu. Tiba-tiba, wanita itu mengejar dari belakangnya. Wanita itu mengeluarkan dari pakaiannya satu botol minyak wangi. Ia berdiri di depan Yesus dan menjatuhkan dirinya di atas kedua kaki Yesus lalu menciumnya dan membasuhnya dengan minyak wangi dan air matanya. Setelah itu, ia mengeringkan kedua kaki Yesus dengan rambutnya. Bagi wanita itu, Yesus merupakan harapan terakhir yang dapat menyelamatkan dirinya. Lalu keluarlah dari belakang Yesus seorang tokoh pendeta Yahudi. Ia berdiri menyaksikan pemandangan tersebut dan ia merasa kagum terhadap cinta kasih Yesus. Yesus melihat kepadanya dan bertanya;
"Seorang pemberi hutang yang memiliki dua orang terutang, salah satunya berhutang lima ratus dinar dan yang lain lima puluh dinar." Pendeta itu berkata: "Ya." Kemudian Yesus berkata: "Tak seorang pun dari mereka berdua yang memiliki uang yang cukup untuk melunasi uangnya. Lalu si pemberi utang memaafkan mereka dan membebaskan mereka dari hutang." Pendeta berkata: "Ya." Kemudian Yesus bertanya: "Siapa di antara mereka yang paling senang kepada pemberi utang itu?" Pendeta menjawab: "Tentu yang berhutang lebih besar.'' Yesus berkata: "Benar apa yang engkau ucapkan. Lihatlah wanita ini. Aku telah masuk ke rumahmu tetapi engkau tidak memberikan kepadaku air agar aku dapat membasuh wajahku, tetapi wanita itu membasuh kedua kakiku dengan air matanya lalu ia mengusapnya dengan rambut kepalanya. Begitu juga engkau tidak memberikan ciuman kepadaku tetapi wanita ini tidak merasa puas dengan hanya mencium kedua kakiku. Jadi, hatimu sungguh sangat keras tetapi hati wanita itu dipenuhi dengan rasa cinta kasih. Maka barangsiapa yang banyak mencintai niscaya kesalahan-kesalahannya akan diampum." Kemudian Yesus menoleh ke wanita itu dan memerintahkannya untuk bangkit dari tanah sambil berkata: "Ya Allah, ampunilah wanita ini dan hilangkanlah kesalahan-kesalahannya." Tahukah anda siapakah pemberi hutang tersebut. Tentu saja Yesus. Yesus telah menyelamatkan wanita itu dari hukuman rajam akibat dosa kecilnya, sedangkan Yesus tidak menghukum para pendeta itu walaupun mereka mempunyai dosa yang jauh lebih besar dari pada wanita malang tersebut. Yesus hanya mampu berdo’a kepada Allah , semoga Allah mengampuni dosa-dosa wanita itu. Jadi bukan Yesus yang mengampuni dosa wanita itu, tetapi Allah yang akan memutuskannya. Kisah diatas menggambarkan bagaimana Yesus menyadarkan para pendeta Yahudi bahwa mereka adalah penyeru di jalan Allah SWT, bukan algojo-algojo yang bengis yang menerapkan hukum syariat tanpa rasa keadilan. Ketentuan di dalam Taurat bukanlah hukum yang harus dilaksanakan tanpa pertimbangan rasa keadilan dan tanpa kasih sayang. Jadi dalam hal ini Yesus tidak meninggalkan hukum Taurat seperti yang anda duga tersebut, tetapi hukum taurat hendaklah dijalankan dengan rasa cinta kasih dan rasa keadilan. Allah menyampaikan ketentuanNYA sebagai petunjuk dan Rahmat bagi umat manusia bukan memberatkan. Seseorang pengemis miskin yang mencuri tidak harus dipotong tangannya, apabila di lingkungannya tidak satupun masyarakat yang bersedekah atau berzakat kepada pengemis tersebut. Bahkan pengemis yang mencuri tersebut harus diberi bekal sampai dia mampu untuk hidup berdikari oleh orang-orang yang belum mengeluarkan sedekah atau zakat dilingkungannya. Hukum yang ditetapkan oleh Allah bersifat rahmat dan cinta kasih, harus berazazkan keadilan, dan harus mampu merubah sikap masyrakat menuju kebaikan bersama, harus mempunyai bekal pelajaran dan penyesalan bagi yang bersalah dengan menjelaskan bukti-bukti yang nyata dalam pengadilan. Kisah tersebut diatas menunjukkan bahwa para pendeta Yahudi telah gagal dalam menyeru umatnya berbuat kebaikkan, mereka tidak melakukan peringatan dan pencegahan terhadap perbuat yang mungkar yang tidak diredoi oleh Allah, mereka tidak memperlakukan umatnya dengan cinta kasih, mereka tidak mengulurkan tangan membantu umatnya yang dalam kemiskinan, dan mereka hanya mampu menghukum umatnya yang bersalah tanpa pertimbangan rasa cinta kasih. Padahal ketentuan yang diberikan oleh Allah penuh rahmat, penuh kasih sayang, memberi pelajaran dan peringan bagi yang bersalah.