Pelaksanaan Penelitian

3.3.1.2 Pemeriksaan berat satuan unit (unit weight).

Tujuan : untuk menentukan berat satuan pasir lepas dan berat satuan pasir padat yang berfungsi untuk mengkonversi satuan berat ke satuan volume atau sebaliknya (Sumber : SNI 03-1948-1998).

a) Berat isi lepas ditentukan dengan prosedur sebagai berikut :

1. Cetakan /wadah ditimbang dan dicatat (W 1 ).

2. Benda uji agregat dimasukkan ke dalam cetakan/wadah dengan hati-hati agat tidak terjadi pemisahan butiran, ketinggian maksimum 5 cm di atas wadah dengan menggunakan sendok besi atau sekop sampai penuh.

3. Perataan permukaan benda uji dengan perata.

4. Berat wadah di timbang dan dicatat beserta benda uji (W 2 ).

5. Menghitung berat benda uji (W 3 =W 2 – W 1 ).

b) Berat isi padat pasir ditentukan dengan prosedur sebagai berikut :

1. Setelah menimbang berat wadah (W 1 ), wadah diisi dengan benda uji dalam tiga lapis yang kurang lebih sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata. Pada waktu pemadatan tongkat harus masuk sampai lapisan bagian bawah tiap-tiap lapisan.

2. Permukaan benda uji diratakan dengan perata.

3. Berat wadah ditimbang dan dicatat beserta benda uji (W 2 ).

4. Menghitung berat benda uji (W 3 =W 2 – W 1 ).

U K a R s T V o l . 1 N o . 1 A p r i l 2 0 1 7 | 23

3.3.1.3 Pemeriksaan gradasi pasir (sieve analysis).

Tujuan : Untuk menentukan gradasi modulus kehalusannya. Bahan yang digunakan untuk agregat halus adalah pasir dalam kondisi kering muka jenuh (SSD) (Sumber SNI 03 - 1968 - 1960). Cara pelaksanaan pemeriksaan gradasi untuk agregat halus adalah sebagai berikut:

1. Agregat halus dikeringkan dalam oven dengan suhu 110 o dengan penambahan

atau pengurangan suhu o ± 5 C, sampai beratnya tetap.

2. Agregat halus ditimbang sebanyak 5000 gram.

3. Benda uji disaring dengan menggunakan susunan ayakan No.4 mm keatas.

4. Dari benda uji disaring yamg lolos ayakan No. 4 mm, diambil kemudian ditimbang sebanyak 1000 gram.

5. Agregat sebanyak 1000 gram tersebut diayak dengan menggunakan susunan ayakan lebih kecil dari No. 4 mm yang berkelipatan dua, sedangkan ayakan- ayakan yang paling besar ditempatkan di atas. Pengayakan ini dilakukan dengan menempatkan susunan ayakan pada mesin pengetar, dan digetarkan selama 10 menit.

6. Masing-masing ayakan dibersihkan dengan kuas halus dan berukuran kecil supaya tidak ada agregat yang tertinggal, dimulai dari ayakan yang teratas.

7. Agregat yang tertahan di atas masing-masing lubang ayakan ditimbang.

8. Persentase berat benda uji yang tertahan ayakan No. 2 mm keatas, dihitung berdasarkan berat 1000 gram.

3.3.1.4 Pemeriksaan kadar lumpur pasir (mud content).

Tujuan : Untuk mengetahui kadar lumpur yang terkandung dalam pasir, apakah sesuai dengan yang disyaratkan dalam PBI 1971 (dalam, Achyani 2004), yaitu pasir tidak boleh mengandung kadar lumpur lebih dari 5%. Apabila kadar lumpur lebih dari 5% harus dicuci. Adapun prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

1. Mengambil pasir kering tungku yang lewat ayakan 4,8 mm minimum 500 gram (B 1 ).

2. Memasukkan pasir tersebut kedalam nampan pencuci dan memasukkan air secukupnya sampai semua pasir terendam.

3. Menguncang-guncang nampan, kemudian menuangkan air cucian ke dalam ayakan No. 16 dan No. 200.

4. Mengulang langkah 3. Sampai air cucian bersih.

5. Memasukkan kembali butiran-butiran yang tersisa ayakan 16 dan 200 mm ke dalam nampan, kemudian memasukkan ke dalam tungku untuk dikeringkan kembali. Beberapa hari berikutnya ditimbang kembali pasir tersebut setelah

kering tungku (B 2 ).

24 | Pemanfaatan Serat Ijuk Sebagai Material Campuran dalam Beton

Menghitung kadar lumpur dengan rumus (Sumber : SNI 03 - 4141 – 1996) :

Kadar Lumpur = x 100 % …….…………..……..(3.5)

3.3.1.5 Pemeriksaan kadar air dalam pasir (surface moisture content).

Tujuan : Untuk mengetahui banyaknya air yang terkandung dalam pasir yang dipakai pada campuran beton. Cara pemeriksaan kadar air sebagai berikut :

1. Cawan ditimbang dan dicatat (W 1 ).

2. Benda uji dimasukkan kedalam cawan dan beratnya ditimbang (W 2 ).

3. Berat benda uji dihitung (W 3 =W 2 – W 1 ).

4. Benda uji dikeringkan berikut dengan cawan-cawan dalm oven dengan suhu (105 + 5) o

C, sampai beratnya konstans.

5. Berat cawan dan benda uji kering oven dihitung (W 5 =W 4 – W 1 ). Perhitungan nilai kadar air dengan mengunakan rumus (Sumber : SNI 03-

Kadar air agregat = x 100 % ………………….………(3.6)

Dengan : W 3 = Berat benda uji semula. W 5 = Berat benda uji kering oven.

3.3.2 Agregat Kasar ( Kerikil )

Agregat kasar berupa batuan alami yang dianbil dari Sungai Brantas Kediri. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap batu pecah meliputi :

3.3.2.1 Pemeriksaan berat jenis (specific gravity) dan penyerapan air (absorption).

Tujuan : Untuk menentukan berat jenis dan penyerapan air dalam batu pecah. Agregat kasar atau batu pecah yang akan di uji sebanyak 5000 gram (Sumber : SNI 03-1969-1990). Prosedur pelaksanaan pemeriksaan berat jenis batu pecah adalah sebagai berikut :

1. Benda uji dicuci untuk menhilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat pada permukaan agregat.

2. o Benda uji dikeringkan di dalam oven pada suhu 110 ± 5 C sampai beratnya tetap.

3. Benda uji didinginkan, kemudian ditimbang (B 1 ).

4. Benda uji direndam dalam air pada suhu kamar selama ± 24 jam.

U K a R s T V o l . 1 N o . 1 A p r i l 2 0 1 7 | 25

5. Benda uji dikeluarkan dari perendaman, kemudian dilap permukaannya dengan kain penyerap sampai selaput air pada permukaan agregat hilang, agregat ini dinyatakan dalam keadaan SSD (jenuh kering permukaan).

6. Berat benda uji dalam keadaan jenuh kering permukaan (SSD) ditimbang (B 2 ).

7. Benda uji dimasukkan kedalam keranjang besi yang sudah ditimbang beratnya, kemudian dimasukkan ke dalam ember yang berisi air suling sampai benda uji yang ada dalam keranjang besi terendam seluruhnya. Berat benda uji dan

keranjang besi yang berada di dalam air ditimbang (B 3 ).

8. Menghitung berat jenis agregat kasar dengan rumus sebagai berikut

a. Berat jenis kering (bulk dry specific gravity)

Bj bulk = ……………………………...(3.7)

b. Berat jenis jenuh kering permukaan (SSD)

BJ SSD = ……………………… .... ….…(3.8)

c. Penyerapan.

Penyerapan = x 100 % ……………… ....(3.9)

3.3.2.2 Pemeriksaan berat satuan (unit weight).

Tujuan : Untuk menentukan berat satuan batu pecah yang berfungsi untuk mengkonversi satuan berat ke satuan volume atau sebaliknya (Sumber : SNI 03- 1948-1998).

a) Berat isi lepas ditentukan dengan prosedur sebagai berikut :

1. Cetakan/wadah ditimbang dan dicatat (W 1 ).

2. Benda uji agregat dimasukkan ke dalam cetakan/wadah dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butiran, ketinggian maksimum 5 cm diatas wadah dengan menggunakan sendok besi atau sekop sampai penuh.

3. Perataan permukaan benda uji dengan perata.

4. Berat wadah ditimbang dan dicatat beserta benda uji (W 2 ).

5. Menghitung berat benda uji (W 3 =W 2 – W 1 ).

b) Berat isi padat batu pecah ditentulan dengan prosedur sebagai berikut :

1. Setelah menimbang berat wadah (W 1 ), wadah diisi dengan benda uji dalam tiga lapis yang kurang lebih sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata. Pada waktu pemadatan tongkat harus masuk samapi lapisan bagian bawah tiap-tiap lapisan.

2. Permukaan benda uji diratakan dengan perata.

3. Berat wadah ditimbang dan dicatat beserta benda uji (W 2 ).

4. Menghitung berat benda uji (W 3 =W 2 – W 1 ).

26 | Pemanfaatan Serat Ijuk Sebagai Material Campuran dalam Beton

3.3.3 Pemeriksaan gradasi batu pecah (sieve analysis).

Tujuan : Untuk menentukan gradasi dan modulus kehalusannya. Bahan agregat kasar yang digunakan mempunyai ukuran butir maksimal 40 mm dan minimal 5 mm. Untuk pembuatan benda uji, gradasi agregat kasar direncanakan bervariasi pada setiap adukan dengan mix design (Sumber : SNI 03 - 1968 – 1960). Prosedur pelaksanaan pemeriksaan gradasi batu pecah adalah sebagai berikut :

1. Benda uji ditimbang 2500 gram.

2. Benda uji tersebut diayak dengan menggunakan susunan ayakan yang terbesar diletakkan paling atas, pengayakan ini dilakukan dengan menempatkan susunan ayakan pada mesin penggetar dan digetarkan selama 10 menit.

3. Berat agregat yang tertahan di atas masing-masing lubang ayakan ditimbang.

4. Menghitung persentase berat benda tertahan di atas masing-masing lubang ayakan terhadap berat total.

5. Persentase berat benda uji yang tertahan di atas saringan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sumber : SNI 03 - 1968 – 1960) :

a = x 100 % …………………………………….(3.10)

B 1 Dengan :

A 1 = berat benda uji yang tertahan diatas saringan (mm).

B 1 = berat benda uji total.

3.3.4. Pemeriksaan kadar air (surface moisture content).

Tujuan : Untuk mengetahui banyaknya air yang terkandung dalam kerikil yang akan dipakai pada campuran beton (Sumber : SNI 03 - 1971 - 1990). Prosedur pelaksanaan pemeriksaan kadar air pasir sama dengan patu pecah. Cara pemeriksaan kadar air sebagai berikut :

1. Cawan ditimbang dan dicatat (W 1 ).

2. Benda uji dimasukkan kedalam cawan dan beratnya ditimbang (W 2 ).

3. Berat benda uji dihitung (W 3 =W 2 – W 1 ).

4. Benda uji dikeringkan berikut dengan cawan – cawan dalam oven dengan suhu (105 ± 5) °

C, sampai beratnya konstan.

5. Berat cawan dan benda uji kering oven dihitung (W 5 =W 4 – W 1 ).

6. Perhitungan nilai kadar air dengan menggunakan rumus :

Kadar air agregat = x 100 % ………………………...(3.11)

Dengan : W 3 = Berat benda uji semula.

W 5 = Berat benda uji kering oven.

U K a R s T V o l . 1 N o . 1 A p r i l 2 0 1 7 | 27

3.3.5. Pemeriksaan keausan agregat dengan mesin Los Angeles (Abrasi).

Tujuan : Untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan mempergunakan mesin Los Angeles (Sumber : SNI 03 - 2417 - 1991). Keausan tersebut dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lewat saringan No. 12 terhadap berat semula dalam persen. Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Mesin Los Angeles, terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter 71 cm, panjang 50 cm. Silinder bertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus dan berputar pada poros mendatar. Silinder berlubang untuk memasukkan benda uji. Penutup lubang terpasang rapat, sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu. Bagian dalam silinder terdapat baja dengan melintang penuh setinggi 8,90 cm.

2. Saringan No. 12 mm dan saringan lainnya seperti tabel 3.1 berikut ini :

Ukuran Gradasi dan Berat benda uji (gram) Saringan

Lewat Tertahan A B C D E F G (mm)

Jumlah Bola 12 11 8 6 12 12 12

5000 5000 5000 Berat Bola (gr) ± 25 ± 25 ± 25 ± 25 ± 25 ± 25 ± 25

3. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.

4. Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 46,8 mm dan berat masing-masing antara 390-445 gram.

3.3.6. Pemeriksaan Serat Ijuk

Sebelum digunakan sebagai bahan tambah pada campuran beton, maka serat ijuk yang digunakan terlebih dahulu diperiksa. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan berat volume. Adapun Prosedur yang digunakan dalam pemeriksaan berat volume serat ijuk adalah (Penelitian Universitas Gajah Mada (UGM), Anonim, 1993) :

a. Mengambil serat ijuk dengan dimensi 0,5 mm dan panjang 25 cm secara acak kemudian ditimbang dalam cawan kosong.

28 | Pemanfaatan Serat Ijuk Sebagai Material Campuran dalam Beton

b. Sampel serat ijuk diletakkan di atas cawan kosong kemudian ditekan dan diratakan.

c. Penghitungan berat volume ijuk diambil dari proporsi perbandingan campuran serat ijuk kemudian ditimbang, sehingga dapat diketahui berat volume serat ijuk.